Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA


REMAJA PUTRI KABUPATEN KARAWANG

Diajukam untuk memenuhi salah satu tugas metode penelitian

Disusun oleh

Nama : Tatang Mulyana

Nim : 0433131420118128

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Tiada kata yang pantas penulis ucapkan kecuali puji syukur kehadirat Allah subhanahu Wa Ta’ala,
sumber dari segala ilmu, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyususn
proposal pra-penelitian menyelesaikan ini dengan judul “Pengaruh senam dismenore terhadap
penurunan dismenore pada mahasiswi keperawatan “ guna memenuhi persyaratan penelitian dalam
menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan. Shalawat serta salam penulis haturkan keharibaan
Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam, junjungan yang telah menghantarkan umat
manusia dari kegelapan dan kebodohan ke cahaya ilmu yang menyelamatkan.
Penulis menyadari bahwa sebagai hamba Allah, kesempurnaan sangat jauh dari penyusunan proposal
ini. Berbagai keterbatasan dan kekurangan yang hadir dalam proposal ini merupakan refleksi dari
ketidaksempurnaan penulis sebagai manusia. Namun dengan segala kerendahan hati, penulis
memberanikan diri mempersembahkan proposal ini sebagai hasil usaha dan kerja keras yang telah
penulis lakukan. Proposal ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, yang telah memberikan
dukungan moril maupun material serta do’a sehingga menjadikan jalan panjang yang penulis lalui
terasa lebih lapang dan mudah. Tak lupa penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu dan Bapak Dosen dalam membimbing kita dalam penulisan
dan penyusunan proposal ini.
Proposal ini merupakan awal dari proses berdialektika penulis dengan dunia akademik, sehingga
pembaca yang sangat akrab dengan dunia penelitian akan mudah melihat kelemahan penulisan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai
langkah menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………....4
C. Tujuan …………………………………………………………………………………...4

BAB II Tinjauan Teori

A. Konsep dismenore…………………………………………………………………..……5
B. Konsep Dasar senam dismenore……………………………………………………...…19
C. Artikel Pendukung ……………………………………………………………..………..23
D. Kerangka Teori …………………………………………………………………….……26
BAB III Kerangka Konsep
A. Kerangka Konsep…………………………………………………………………………27
B. Definisi Oprasional …………………………………………………………………...…..27
C. Hipotesis ……………………………………………………………………………..……28
BAB IV Metode Penelitian
A. Desain Penelitian …………………………………………………………………………29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………………………29
C. Populasi, Sample, & Sampling ………………………………………………………….29
D. Instrumen Penelitian ……………………………………………………………………..30
E. Etika Penelitian …………………………………………………………………………...30
F. Tehnik Pengelolaan
Data…………………………………………………………………………………….….31
G. Uji Validitas dan
Reabilitas…………………………………………………………………………………..32
H. Analisa
Data………………………………………………………………………………………...32
Daftar Pustaka…………………………………….………………………………………33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menstruasi atau haid atau datang bulan merupakan perubahan fisiologis dalam wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari masa
menarche sampai menopause (Syafrudin, 2011). Menstruasi ada kalanya disertai kelainan
atau gangguan diantaranya premenstual tension (ketegangan sebelum haid), mastodinia (rasa
sakit dipayudara sebelum menstruasi), mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi), dan dismenore
(Manuaba, 2009 ). Dari gangguan tersebut, dismenore merupakan keluhan yang paling umum
dilaporkan oleh 60%-90% wanita. Dismenore adalah nyeri menjelang atau selama menstruasi
yang dapat bersifat primer atau sekunder akibat adanya peningkatan hormon prostaglandin
yang mengakibatkan otot uterus berkontraksi. Dismenore dimulai 1-2 hari sebelum
menstruasi atau pada saat menstruasi, nyeri yang paling berat dirasakan selama 24 jam
pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua (Morgan dan Hamilton, 2009).

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar, yaitu lebih dari 50% perempuan
mengalaminya. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita
mengalami dismenore dan 10 - 15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang tidak
mampu melakukan kegiatan apapun. Sementara di Indonesia prevalensi nyeri menstruasi
berkisar 45 – 95 % di kalangan usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009). Angka
kejadian dismenore primer padaremaja wanita yang berusia 14-19 tahun di Indonesia sekitar
54,89% (Mahmudiono, 2011 dalam Sophia,Muda & Jemadi, 2013). Di Surabaya di dapatkan
Sebanyak 50% wanita mengalami dismenore primer, 10% wanita mengalami nyeri hebat
selama menstruasi sehingga membuat mereka tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
selama 1-3 hari setiap bulannya (Reeder & Martin, 2011).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penelitian pada 15 mahasiswi tingkat II prodi
S1 Keperawatan yang terdiri dari kelas A dan B dengan jumlah keseluruhan mahasiswi
sebanyak 76 orang. Dari 15 orang yang dilakukan observasi 13 (86,67%) orang mengalami
dismenore dengan nyeri ringan sebanyak 3 (23,08%) orang, nyeri sedang 7 (53,85%) orang,
nyeri berat 3 (23,08%) orang. Mahasiswi menangani nyeri tersebut dengan beberapa cara
diantaranya menggunakan obat anti nyeri sebanyak 5 (38, 46%) orang, dengan minum jamu
sebanyak 4 ( 30,77%) orang, sedangkan 4 (30,77%) orang lainnya mengurangi nyeri
menstruasi dengan membiarkan nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Walaupun mereka
mengabaikan nyeri tersebut, mereka menyatakan bahwa nyeri yang dialami ketika menstruasi
dapat
mengganggu aktivitas sehari – hari, bahkan 3 (23,08%) orang tidak masuk kuliah akibat
dismenore.
Dismenore dimulai saat perempuan berumur 2-3 tahun setelah menarche (Bobak, 2004).
Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab pasti
yang mendasarinya biasanya terjadi sebelum mencapai usia 20 tahun, dan dismenore
sekunder jika penyebabnya kelainan kandungan atau patologis, biasanya terjadi setelah 20
tahun (Bobby & Hotma, 2004). Dismenore terjadi akibat endometrium mengandung
prostaglandin dalam jumlah yang tinggi yang berdampak pada respon sistemik, yang dapat
mempengaruhi berbagai proses dalam tubuh salah satunya yaitu meningkatkan aktivitas usus
besar, sehingga menimbulkan gejala mual, diare, sakit kepala, perubahan emosi dan rasa
panas yang mengiringi nyeri pada waktu haid (Price, 2006).

Dampak yang terjadi jika dismenore tidak ditangani adalah gangguan aktifitas hidup sehari-
hari, Retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan) dan
infeksi. Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu
dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing.
Ketegangan biasanya menambah parahnya keadaan yang buruk setiap saat. Sedikit tidak
merasa nyaman dengan cepat berkembang menjadi suatu masalah besar dengan segala
kekesalan yang menyertainya. Dengan demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira atau
juga perasaan tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu dismenore
harus ditangani agar tidak terjadi dampak seperti hal-hal yang diatas. Sifat dan derajat rasa
nyeri ini bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang berat (Syafrudin, 2011).

Dismenore dapat diatasi dengan tindakan/terapi secara farmakologi atau non farmakologi.
Terapi farmakologi yaitu terapi yang dapat membantu mengurangi dismenore dengan
mengkonsumsi obat anti peradangan non steroid (NSAID) (Price, 2006). Penggunaan obat-
obatan tersebut dapat memberikan efek samping yang dapat berbahaya bagi tubuh
diantaranya adalah tukak lambung atau tukak peptic (efek samping yang paling sering terjadi)
yang kadang-kadang disertai dengan anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna,
gangguan fungsi trombosit (Gunawan, 2010).

Menurut Potter dan Perry (2006), tindakan secara non farmakologik antara lain teknik
relaksasi, teknik distraksi, teknik stimulasi kulit . Relaksasi merupakan teknik pengendoran
atau pelepasan ketegangan.Teknik yang lain salah satunya adalah dengan senam yaitu, suatu
cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dismenore (Morgan dan Halminton, 2009).
Senam yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore adalah senam khusus, yang
fokusnya membantu peregangan
seputar otot perut, panggul dan pinggang. Senam dismenore bisa dilakukan setiap 5 kali
berturut-turut dalam seminggu sebelum menstruasi, karena senam dismenore efektif dalam
mengurangi nyeri menstruasi (Ismarozi, 2015). Gerakan senam dismenore dilakukan dengan
beberapa gerakan senam seperti latihan melemaskan otot punggung yang kaku, latihan
menguatkan otot punggung & perut, latihan menguatkan otot perut & punggung, latihan
menguatkan otot perut & melemaskan otot pinggul, latihan menguatkan & melemaskan otot
perut, punggung, pinggul dan lutut. Gerakan ini dapat dilakukan secara mandiri, berkelompok
atau dengan bantuan instruktur (Kuantaraf, 2009).

Dengan kita senam tubuh akan menghasilkan hormon endorfin yang dihasilkan diotak dan
sum – sum tulang belakang. Hormon endorfin berfungsi sebagai obat penenang alami
sehingga menimbulkan rasa nyaman (Anurogo, 2011). Hormon Endorphin yang semakin
tinggi akan menurunkan atau meringankan nyeri yang dirasakan seseorang sehingga
seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot
(Sugani dan Priandarini, 2010). Senam dismenore menjadi pilihan peneliti karena senam
dismenore mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat. Senam ini juga tidak membutuhkan
biaya mahal, mudah dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi tubuh. Dengan dilakukan senam secara berangsur-angsur akan memberikan
sensasi rileks serta dapat mengurangi nyeri (Badriyah dan Diati, 2008). Peneliti memilih
mahasiswi tingkat II sebagai responden penelitian karena,usia mahasiswi tingkat II berada
pada rentang usia dimana yang biasanya terjadi dismenore. Mahasiswi juga bisa
mengaplikasikan senam dismenore pada diri sendiri dan juga merupakan calon-calon tenaga
kesehatan yang memiliki peran dan fungsi antara lain sebagai pemberi asuhan keperawatan,
sehingga ketika mahasiswi bertemu dengan masyarakat yang sedang dismenore dapat
memberikan tindakan non farmakologi dan meminimalkan pemberian terapi farmakologi

.Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji (2009), yang menyatakan
bahwa senam dismenore efektif dalam mengurangi nyeri menstruasiatau dismenore pada
remaja yaitu sekitar 73.33% remaja mengalami penurunan nyeri dari nyeri tingkat sedang ke
nyeri tingkat ringan dan sebanyak 26,67% mengalami penurunan nyeri dari nyeri tingkat
berat ke nyeri tingkat sedang.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Pada Mahasiswi Tingkat II Keperawatan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adakah Pengaruh
Senam Dismenore terhadap penurunan nyeri dismenore pada Remaja putri ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja
putri
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi derajat nyeri dismenore yang dialami oleh kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan senam dismenore pada remaja putri
b. Mengidentifikasi derajat nyeri dismenore yang dialami oleh kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sesudah diberi perlakuan senam dismenore pada Remaja
putri
c. Menganalisis pengaruh senam dismenore terhadap penurunan nyeri dismenore yang
dialami oleh kelompok perlakuan dan kelompok kontrol remaja putri
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi demi pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang keperawatan mengenai pengaruh senam dismenore terhadap penurunan nyeri
dismenore.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Responden
Untuk menambah pengetahuan responden dalam penanganan nyeridismenore dan
mengaplikasikannya agar nyeri yang dirasakan bisa berkurang, sehingga aktivitas tetap dapat
dijalankan meskipun dalam keadaan menstruasi.
b. Bagi Peneliti
Adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian tentang
penanganan dalam mengatasi nyeri dismenore.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian bisa dijadikan sebagai referensi dalam mengembangkan teori ilmu
keperawatan khususnya dalam keperawatan maternitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara
berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.16 Kondisi ini terjadi karena tidak ada
pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah menebal
untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang wanita tidak mengalakehamilan, maka siklus
menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah
28-35 hari dan lama haid antara 3-7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika
siklus haidnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari. 17 Siklus menstruasi merupakan waktu
sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya,
sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya.

B. Proses Menstruasi
Pada proses menstruasi dengan ovulasi terjadi pelepasan telur, hormone estrogen yang dikeluarkan
makin lama makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan
perkembangan (fase prolifesrase), peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormone
perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang hormone luteinizing (LH) sehingga merangsang folikel
de graff yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut proses ovulasi. Telur ini akan
ditangkap oleh rumabii di tuba falopii, dan dibungkus oleh korona radiate yang akan memberi nutrisi
selama 48 jam. Folikel de graff yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera
menjadi korpus luteum dan mengeluarkan dua macam hormone, yaitu estrogen dan progresteron.

Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh
dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh korpus luteum yang mengeluarkan
estrogen dan progesterone lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, dimana pembuluh darah
semakin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara sperma
dan sel telur, maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga
setelah kematiannya, tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim, sehingga estrogen dan
progesterone berkurang sampai hilang. Berkurangnya dan menghilangnya estrogen dan progesterone
menyebabkan terjadi fase vasokontriksi (pengerutan) pembuluh darah , sehingga rahim mengalami
kekurangan aliran darah. Selanjurnya diikuti vase dilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan pelepasan
darah dalam bentuk perdarahan yang disebut menstruasi. Pengeluaran darah menstruasi dalam waktu
3-7 hari dengan jumlah darah hilang sebanyak 50-60 cc tanpa bekuan darah.
C. . Gangguan pada Saat Menstruasi
Perubahan mendasar yang terjadi menjelang dan saat menstruasi adalah perubahan hormonal, atau
perubahan kadar hormon di dalam tubuh. Hormon itulah yang mengendalikan siklus menstruasi setiap
perempuan. Perubahan hormon juga menimbulkan perubahan- perubahan fisik maupun psikis
menjelang dan saat menstruasi. Salah satu gangguan saat wanita mengalami menstrasi adalah
dysmenorrhea atau nyeri haid. 17 Dari penelitian di Egypt, tingkat prevalensi kejadian dismenorea
adalah 95%. Dismenore adalah gangguan menstruasi yang paling umum (93%) pada sampel, diikuti
oleh PMS (65%), dan siklus abnormal (43%). 4 Perempuan yang mengalami dismenore di Indonesia
dari derajat ringan sampai berat mencapai 74,1%. Sekitar 50% wanita yang haid mengalami
dismenore dan 10% diantaranya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukan istirahat di
tempat tidur.6
2. Dismenorea
A. Pengertian
Dismenore berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, terdiri atas “dys” berarti sulit, “meno”
berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran sehingga dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran
darah menstruasi.19 Dismenore merupakan penyebab paling utama ketidakhadiran berulandi sekolah.
Beberapa penelitian di Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa, remaja dengan dismenore
mengalami penurunan pada prestasi akademis, sosial dan kegiatan olahraga. 20 Dismenore timbul
akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari
nyeri ringan hingga berat pada abdomen bagian bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha. Jadi
dismenore dapat disimpulkan rasa nyeri pada saat menstruasi yang terasa di perut bagian bawah dan
menyebar ke bagian pinggang dan paha.

b. Klasifikasi Dismenorea
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati.
Jenis nyeri haid dibagi menjadi, nyeri spasmodik dan nyeri kongestif.
1) Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah
masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu
sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat mual,
bahkan ada yang benar benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun
dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Nyeri spasmodik dapat diobati atau paling
tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak
mengalami hal seperti itu.
2) Nyeri Kongestif
Penderita nyeri kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya
akan segera tiba. Dia mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak
menentu, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah
tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di
paha dan lengan atas. Semua itu merupakan rasa pegal yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai
kurang dari 2 minggu.
Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologik, dismenorea diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri saat menstruasi dengan anatomi panggul normal. Biasanya dimulai
saat remaja.22 Dismenorea primer terjadi jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan ke enam
sampai tahun kedua setelah menarche. Dismenorea bentuk ini diperkirakan disebabkan oleh kontraksi
uterus yang dipicu oleh prostaglandin F2a yang biasanya berbentuk sebagai konsekuensi penghentian
estrogen- progesteron pada akhir ovulasi normal. Nyeri mugkin mendahului sampai 24 jam sebelum
pengeluaran darah menstruasi, tapi biasanya muncul bersamaan dengan keluarnya
darah menstruasi. 23
2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder merupakan nyeri menstruasi yang ditandai adanya kelainan panggul yang nyata.
Terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, stenosis
serviks, kista ovarium, mioma uteri dan lain-lain.22 Sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun
dimana semakin bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin buruk.
c. Gejala Klinis Dismenore
Gejala Klinis Dismenore primer ditandai dengan kram pada panggul, nyeri biasanya datang sesaat
sebelum atau pada awal menstruasi yang akan berlangsung 1 sampai 3 hari.22 Selain dirasakan
pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke permukaan dalam paha dan dirasakan paling beraat
pada hari pertama atau kedua bersamaan dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin ke dalam
cairan menstruasi.
d. Alat Ukur Dismenorea
Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan numerical rating scale (NRS), verbal rating scale
(VRS), visual analog scale (VAS) dan faces rating scale (FRS) . Numeric Rating Scale (NRS)
merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur intesitas nyeri. Alat ukur ini dianggap dan
mudah dimengerti, sensitive terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Namun,
kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri. NRS lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendiskrisi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10, yaitu:
1) Tidak Nyeri : Tidak nyeri terdapat pada skala 0
2) Dismenorea ringan: Berlangung sesaat dan dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari. Dismenorea
ringan terdapat skala nyeri dengan
tingkatan 1 sampai 3
3) Dismenorea sedang: Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan
pekerjaannya. Terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4 sampai 6
4) Dismenorea berat: Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang,
diare dan rasa tertekan. Dismenorea berat terdapat pada skala 7-10
e. Penyebab Dismenorea
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore:
1. Prostaglandin
Prostaglandin adalah hormon yang menyebabkan kontraksi pada miometrium. Prostaglandin
mempunyai efek yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus dan mempunyai efek
vasokontriksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan iskemi pada otot uterus yang dapat
menimbulkan rasa nyeri. Jika hormon prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan, maka
timbul pula gejala umum lain seperti diare, nausea, muntah, dan flushing.
2. Faktor endokrin
Dismenore terjadi karena dipengaruhi hormon progesteron dari korpus luteum yang terbentuk saat
ovulasi. Ovulasi dan produksi progesteron berpengaruh miotonik dan vasospastik terhadap arteriol
miometrium dan endometrium.
3. Susunan saraf (neurologik)
Saraf uterus adalah saraf otonom yang memiliki dua reseptor, yaitu alfa (perangsang) dan beta
(penghambat). Hasil penelitian Taubert (1982) ditemukan bahwa estrogen meningkatkan aktivitas sel
sel saraf pusat sedangkan progesteron menurunkan aktivitas tersebut. Penurunan kadar estrogen
secara cepat sebelum haid memberikan reaksi simpatikotonik terhadap ambang rangsang sehingga
rangsangan sensibel yang biasanya berambang rendah berkembang menjadi nyeri.
4. Vasopresin
Peningkatan kadar vasopresin selama menstruasi pada wanita dengan dismenore dapat mengakibatkan
kontraksi uterus yang disritmik sehingga aliran darah di uterus menurun dan menyebebkan hipoksia
pada uterus. 5. PsikisNyeri berhubungan dengan susunan syaraf pusat (talamus dan korteks). Banyak
wanita yang mengalami dismenore yang dipicu atau diperberat oleh ketidakmatangan psikis dan
kelambatan psikoseksual. Sering juga terjadi gangguan psikis berupa kecemasan dan tegang yang
sering dijumpai pada remaja.
f. Etiologi Dismenorea
Dismenore ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem saraf otonom terhadap
miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga
serabut serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik. Penyebab dari
dismenore primer adalah karena terjadinya peningkatan atau produksi yang tidak seimbang dari
prostaglandin endometrium selama menstruasi.

Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Prostaglandin
akan meningkatkan tonus uteri dan kontraksi sehingga timbul rasa sakit Pelepasan prostaglandin
diinduksi oleh adanya lisis endometrium dan rus aknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal
rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan
miometrium menimbulkan tekanan intra uterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi
miometrium yang hebat.

Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran
darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel myometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik.
Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain
dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah. Faktor hormonal umumnya kejang yang terjadi pada
dismenorea primer dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan.
Terdapat tiga jenis stimulus yang merangsang resptor rasa nyeri, yaitu mekanis, suhu dan kimiawi.
Rasa nyeri dapat dirasakan melalui berbagai jenis rangsangan. Beberapa zat kimia yang merangsang
jenis nyeri kimiawi salah satunya adalah prostaglandin dan substansial Pmengingkatkan sensitivitas
ujung-ujung syaraf nyeri tetapi tidak secara langsung merangsangnya. Nyeri adalah fenomena kopleks
yang mencakup baik komponen sensoris-diskriminatif dan motivasional- afektif. Komponen sensoris-
diskriminatif nyeri bergantung pada proyeksi traktus ke atas (termasuk traktus spinotalamikus dan
trigeminotalamikus) menuju korteks serebral.

Pemrosesan sensoris pada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi ini menghasilkan persepsi kualitas
nyeri (tusukan, terbakar, sakit), lokasi rangsangan nyeri, dan intensitas nyeri. Respon motivasional-
afektif terhadap rangsangan nyeri mencakup perhatian dan bangkitan, reflek somatik dan otonom,
respon endokrin, dan perubahan emosional. Hal ini menjelaskan secara kolektif untuk sifat tidak
menyenangkan dari rangsangan yang menyakitkan.
g. Faktor Resiko Dismenorea
Terdapat beberapa faktor resiko penyebab dismenorea, yaitu:
1) Usia Dalam penelitian di Euthopia, usia menjadi salah satu factor resiko kejadian dismenorea,
dengan nilai OR=1,38. Dalam penelitian tersebut, usia yang beresiko mengalami dismenorea adalah
usia 14-24 tahun, yaitu usia reproduktif bagi seorang wanita.
2) Usai menarche
Usia menarche yang awal yaitu usia kurang dari 12 tahun, meningkatkan angka kejadian dismenorea
sedangkan wanita yang terlambat mengalami menstruasi menurunkan angka kejadian
dismenorea hal itu berkaitan dengan penyebab dismenorea yaitu adanya peradangan saat menstruasi
dan dimulai saat siklus ovulasi.
3) Lama menstruasi
Menstruasi yang berkepanjangan menjadi faktor yang dapat meningkatkan intensitas dismenorea, hal
itu berkaitan dengan imflamantori saat menstruasi.
4) Aktivitas fisik
Dalam penelitian Abebaw (2016) didapatkan bahwa wanita dengan aktivitas fisik yang rendah
beresiko 0,39 kali mengalami dismenorea primer. Penelitian Fajaryati (2012) mendapatkan bahwa
Intensitas dismenore mengalami penurunan dari 4,48 menjadi 1,91 setelah melakukan aktivitas fisik
secara rutin.28 Terjadinya peningkatan derajat dismenore pada wanita yang memiliki aktivitas fisik
rendah atau tidak berolahraga dapat disebabkan karena oksigen tidak dapat tersalurkan ke pembuluh-
pembuluh darah di organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokonstriksi. Pada seorang yang
mempunyai kebugaran jantung, paru-paru dan pembuluh darah yang baik maka berbagai sistem dalam
tubuhnya dapat bekerja secara optimal untuk menghantarkan oksigen dan nutrisi ke organ dan jaringan
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Saaat tubuh melakukan aktivitas fisik, maka akan terjadi vasodilatasi
otot akibat peningkatan metabolisme. Sejumlah faktor yang terpenting dalam meningkatkan curah
jantung adalah vasodilatasi yang terdapat pada otot selama berolahraga.
Seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang ternyata kekuatan tekanan arterinya hanya naik 20-40
mmHg. Hal itu dikarenakan adanya pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang memperlancar
peredaran oksigen dan makanan ke seluruh tubuh. Ketika terjadi dismenore primer, nyeri akan
berkurang karena darah dan oksigen dapat tersalurkan ke pembuluh darah yang mengalami
vasokontriksi akibat prostaglandin.
Berdasarkan jenis kegiatannya, aktivitas fisik dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Kegiatan ringan : kegiatan yang menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan dan
hanya memerlukan sedikit tenaga. Ketahanan yang dihasilkan sangat berguna untuk organ paru-paru,
otot dan sirkulasi darah. Durasi kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan ketahanan hanya
selama 30 menit (4-7 hari/ minggu). Contoh kegiatan: berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci
kendaraan dan bermain bersama teman.
b. Kegiatan sedang : kegiatan yang memerlukan tenaga , gerakan otot dan kelenturan. Sama halnya
kegiatan ringan, durasi yang diperlukan dalam kegiatan sedang selama 30 menit (4-7 hari per minggu).
Contoh kegiatan ini adalah : mencuci pakaian, menguras kamar mandi, mengepel dan membersihkan
halaman.
c. Kegiatan berat : kegiatan yang berhubungan dengam olahraga dan membutuhkan kekuatan. Durasi
yang diperlukan dalam kegiatan sedang selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh
kegiatan : berlari,bersepeda, futsal, senam atau aerobik, dan naik turun tangga.

Aktivitas fisik yang dilakukan dapat diukur dengan menggunakan Internasional Physical Activity
Questionnaire(IPAQ). Kuesioner ini sejumlah 27 item dinyatakan dalam metabolic energy turnover
(MET). Instrumen ini dapat digunakan pada generasi muda dan dewasa untuk mengukur sejumlah
intensitas kegiatan yang berbeda-beda pada saat bekerja dan pada saat libur. IPAQ mencakup empat
area aktivitas fisik yaitu aktivitas fisik pada hari-hari kerja, aktivitas fisik di luar pekerjaan dan
olahraga, transportasi, pekerjaan rumah tangga.22 Pengukuran dikumpulkan dalam kategori yang
terpisah dan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah kegiatan fisik yang berhubungan
dengan pekerjaan dengan menanyakan tentang aktivitas fisik pada hari-hari kerja.
Bagian kedua berupa kegiatan fisik di luar pekerjaan. Bagian ketiga yaitu, kegiatan fisik yang
berhubungan dengan perjalanan, menanyakan tentang macam-macam transportasi yang digunakan
untuk pergi ke suatu tempat.

Cara penghitungan aktivitas fisik menutut IPAQ yaitu total MET-menit/minggu = aktivitas
ringan/sedang/berat METs x durasi x frekuensi. Berdasarkan system skor IPAQ, aktivitas fisik
dibedakan menjadi tiga :
a. Aktivitas fisik Ringan (<600 MET-menit/minggu)
1) Tidak ada aktivitas yang dilaporkan
2) Beberapa aktivitas dilaporkan namun tidak memenuhi kategori 2 atau 3
b. Aktivitas fisik sedang (600-3000 MET-menit,minggu)
1) Melakukan aktifitas fisik berat selama 3 hari atau lebih, minimal 20 menit/ hari 2) Melakukan
aktifitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih dan atau bejalan minimal 30 menit/hari
3) Melakukan kombinasi dari berjalan, dan aktivitas fisik berat selama 5 hari atau lebih, minimal 600
MET-menit/minggu.
c. Aktivitas Fisik Berat (>3000 MET-menit/minggu)
1) Melakukan aktivitas fisik berat minimal 3 hari dengan total 1500 MET-menit/minggu
2) Melakukan kombinasi berjalan, aktivitas fisik berat selama 7

B. . Landasan Teori
Dysmenorrhea merupakan rasa sakit yang tidak enak diperut bawah sebelum dan selama haid, sering
kali disertai rasa mual sehingga memaksa penderita untuk istirahat beberapa jam atau beberapa hari.
Penelitian Fajaryati (2012) mendapatkan bahwa intensitas dismenore mengalami penurunan dari 4,48
menjadi 1,91 setelah melakukan aktivitas fisik secara rutin. Dalam penelitian Abebaw (2016)
didapatkan bahwa wanita dengan aktivitas fisik yang rendah beresiko 0,39 kali mengalami
dismenorea primer. Terjadinya peningkatan derajat dismenore pada wanita yang memiliki aktivitas
fisik rendah atau tidak berolahraga dapat disebabkan karena oksigen tidak dapat tersalurkan ke
pembuluh- pembuluh darah di organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokonstriksi. Pada seorang
yang mempunyai kebugaran jantung, paru-paru dan pembuluh darah yang baik maka berbagai sistem
dalam tubuhnya dapat bekerja secara optimal untuk menghantarkan oksigen dan
nutrisi ke organ dan jaringan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ketika terjadi dismenore primer, nyeri
akan berkurang karena darah dan oksigen dapat tersalurkan ke pembuluh darah yang mengalami
vasokontriksi.

Artikel pendukung

No Judul artikel dan Populasi Intervensi Comparasi, Outcome Time


jurnal Responden metode hasil waktu
penelitian penelitian dan penelitian penelitian,
uji hipotesis lama,
durasi
frekuensi
1 Pengaruh senam Populasi pada Pemberian Penelitian inu Senam p- Pada bulan
dismenore penelitian ini senam menggunakan value 0,00 september
terhadap tingkat adalah dismenore desain pre 2019
dismenore pada seluruh pada dan post test selama 7
remaja putri remaja putri remaja kontrol grup hari
di wilayah dilakukan yang bersifat
program studi selama 3-5 quasy
ilmu kali selama experiment
keperawatan 1 minggu
stikes
muhamadiyah
palembang
2 Efektifan senam Populasi Pemberian Penelitian inu p-volue Pada bulan
dismenore penelitian senam menggunakan 0,05 1 febuari
terhadap adalah wanita dismenore desain pre 2015
penanganan nyeri senam di kota terhadap dan post test selama 5
haid primer pada kesehatan penanganan kontrol grup hari
remaja riau yaitu nyeri haid yang bersifat
sebanyak dilakukan quasy
pada usia 12 selama 5 experiment
tahun terakhir hari selama
masa haid

C. Kerangka konsep
Variable bebas variabel terikat

Tingkat aktivitas fisik


Tingkat dismenorea
a. Aktivitas fisik a. Dismenorea berat
ringan
b. Dismenorea sedang
b. Aktivitas fisik
c. Dismenorea ringan
sedang d. Tidak Dismenorea
c. Aktivitas fisik
berat

D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negative antara tingkat aktivitas fisik
dengn tingkat dismenorea, yaitu semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah
tingkat dismenorea.
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Hipotalam Gonadotropin releasing hormon


us GNRH

hipofisis FSH dan LH

Ovarium Estrogen dan


progesteron

menstruasi
Penanganan

Faktor faktor penyebab 1. Medis :


nyeri  Pemberian
dismenore
NSAID
1. Faktor endokrin  Pemeriksaan
2. Faktor organik laparoskopik
3. Faktor kejiwaan 2. Non medis
4. Faktor konstitusi  Hipnoterapi
 Akupuntur
 Relaksasi (senam
dismenore)
B. Definisi opersional
No Variabel Definisi oprasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
Variabel independent
1 Senam Senam dismenore Lembar Pemberian Kode 0 Ordinal
dismenore merupakan aktivitas observasi edukasi Diberikan
fisik yang yang dapat pada intervensi
digunakan untuk responden Kode 1
mengurangi nyeri Tidak
diberikan
intervensi
Variabel dependent
1 Penurunan Dismenore sekunder Lembar Pemberian Kode 0 Ordinal
dismenore dapat timbul akibat observasi edukasi Diberikan
kelainan organic pada intervensi
dipelvis yang terjadi responden Kode 1
pada saat masa remaja Tidak
diberikan
intervensi

Hipotesis

Ha : Ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore.

Ho : tidak pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore.

BAB 1V
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian
menggunakan rancangan PreEksperiment Design. Penelitian ini menggunakan
one grup pretest-posttest design, yaitu mengungkap hubungan sebab akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok responden. Terlebih dahulu dilakukan
penilaian atau pengukuran pada kelompok responden sebelum dilakukan
tindakan, selanjutnya di lakukan penilaian atau pengukuran setelah dilakukan
tindakan (Sitiava, 2012)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang cilamaya lama RSUD karawang pada
bulan Mei tahun 2020

C. Populasi, Sampel dan sampling


1. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien diskenore di ruang
cilamaya lama RSUD karawang selama periode bulan januari sampai bulan
maret tahun 2020sebanyak 44 pasien.
2. Sampel pada penelitian ini sebanyak 20 responden, teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiono, 2012).
3. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
ProbabilitySampling dimana tidak semua individu dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian,
dengan jenis accidental Sampling, yaitu teknik penetapan sampel
berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, dengan ketentuan orang yang
ditemui tersebut sesuai untuk menjadi sumber data. Menurut Sugiono
(2012) untuk penelitian eksperimen sederhana, maka jumlah sampel bisa
antara 10 sampai 20.
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen penelitian variabel indevenden merupakan alat yang dipakai
untuk mengumpulkan data yaitu pedoman tertulis tentang wawancara,
pengamatan atau daftar pertanyaan yang disiapkan untuk mendapatkan
informasi dari responden.
2. Instrumen penelitian variable dependen itu disebut pedoman pengamatan,
pedoman wawancara, kuisioner . Instrumen dalam penelitian ini berupa
lembar instrumen dengan menggunakan skala penilaian numerik atau
Numerik Rating Scale (NRS), yang digunakan sebagai pengukur intensitas
nyeri atau tingkat nyeri dengan skala 0 dideskripsikan sebagai tidak nyeri,
skala 1-3 dideskripsikan sebagai nyeri ringan (mulai terasa, tetapi masih
dapat ditahan), skala 4-6 dideskripsikan sebagai nyeri sedang skala 7-9
dideskripsikan sebagai nyeri hebat (ada nyeri, terasa sangat
mengganggu/tidak tertahan), skala 10 dideskripsikan sebagai nyeri sangat
hebat

E. Etika Penelitian
Setiap penelitian kesehatan yang mengikut sertakan relawan manusia sebagai
subjek penelitian wajib di dasarkan pada tiga prinsip etik (kaidah dasar moral),
yaitu :
1) Respect for person (other) : secara mendasar bertujuan menghormati
otonomi untuk mengambil keputusan mandiri (self determinatordependent
tergantung atau rentan dan melindungi kelompok (vulnerable), dari
penyalah gunaan (harm dan abuse)
2) Beneficience & non maleficense, prinsip berbuat baik, memberikan mafaat
yang maksimal dana risiko yang minimal, sebagai contoh kalua ada resiko
harus yang wajar (reasonable), dengan desain penelitian yang ilmiah,
peneliti ada kemampuan melaksanakan denga baik, diikuti prinsip do no
harm (tidak merugikan, non maleficence)
3) Prinsip etika keadilan (justice), setiap orang berhak mendapatkan sesuatu
sesuai dengan haknyamenyangkut keadilan destributif dan pembagian yang
seimbang (equitable)
F. Tehnik Pengumpulan Data
Proses penelitian ini telah dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Persiapan Administratif
a. Peneliti ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari pembimbing, lolos
uji etik penelitian.
b. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti mengajukan surat izin kepada
direktur RSUD karawang . Selanjutnya dilanjutkan ke bagian penelitian
dan pengembangan RSUD karawang , kemudian diterbitkan surat izin
di tempat penelitian.
c. Selanjutnya peneliti meminta izin pada kepala instalasi rawat inap pasca
bedah untuk diteruskn pada kepala ruangan dan kemudian dilakukan
proses penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti melakukan kontrak waktu penelitian dan penyamaan persepsi
dengan perawat ruangan dan perawat terapis yang telah memiliki
sertifikat SEFT untuk membantu dalam proses penelitian.
b. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memilih pasien yang sesuai
dengan kriteria inklusi kemudian peneliti menemui pasien dan
memperkenalkan diri serta menjelaskan informed consent pada pasien
dan keluarga yang akan dijadikan kelompok intervensi, untuk kelompok
kontrol informed consent dilakukan oleh perawat ruangan.
c. Peneliti menjelaskan tentang terapi musik pada kelompok intervensi
sebelum perlakuan terapi music pada responden yang telah 4 jam
mendapatkan terapi analgetik intravena sesuai SOP ruang perawatan,
kemudian peneliti melakukan pengkajian nyeri, selanjutnya peneliti
melakukan intervensi, setelah itu dilakukan kembali pengukuran nyeri,
rentang waktu pengukuran sebelum dan sesudah intervensi kurang lebih
30 menit.
d. Pada kelompok kontrol, responden hanya mendapatkan terapi analgetik
intravena sesuai SOP ruang perawatan, peneliti dibantu oleh perawat
ruangan menjelaskan penelitian kepada responden dan keluarganya,
selanjutnya melakukan pengkajian nyeri menggunakan Numeric Rating
Scale sebelum dan sesudah kelompok kontrol mendapatkan terapi.
G. Tehnik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan berasal dari data primer didapatkan dengan
menggunakan kuisioner Numeric Rating Scale (NRS) untuk mengukur
intensitas nyeri atau tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi musik
klasik, data sekunder adalah data jumlah pasien yang menjalani operasi hernia
di ruang cilamaya lama periode tahun 2019-2020. Analisis univariat dalam
penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau
proporsi untuk data kategorik dan distribusi tendensi sentral yaitu nilai mean,
median, standar deviasi dan nilai minimum dan maksimumnya untuk data
numerik sedangkan analisis bivariat yaitu uji T berpasangan (Paired t-test). Uji
dilakukan dengan menggunakan SPSS.

H. Uji Validitas dan Reabilitas


1. Uji Validitas
Untuk mengetahui ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam
pengukuran. Untuk menguji valid tidaknya pertanyaan dapat dilakukan
melalui program komputer Excel Statistic Analysis & SPSS.
2. Uji Reabilitas
Untuk mengetahui alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat
diandalkan dan tetap konsisten jika pengukur tersebut di ulang.
Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan
yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk
kuesioner Alat ukur yang akan digunakan adalah cronbach alpha melalui
program komputer Excel Statistic Analysis & SPSS. Reliabilitas suatu
konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai cronbach alpha › 0,005

I. Analisa Data
1. Univariat
Data disajikan untuk menjelaskan masing-masing variabel, yaitu usia, serta
variabel nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam dismenore
2. Bivariat
Analisa data untuk mengetahui perbedaan rata-rata skala nyeri pada
pasien pasca operasi Hernia sebelum dan sesudah intervensi. Jika pada uji
paried t-test menghasilkan nilai signifikan p <0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna.

.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., & Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Info Sehat. 2010. Athttp://liusnino.blogspot.co.id/2013_07_01_archive.html

Ulfa, Tatiek Febriani. 2015. Pengaruh Senam Dysmenorhea Terhadap Skala Nyeri Dysmenorhea Pada
Remaja Putri Di Smp Ali Maksum Yogyakarta Tahun 2015.Skripsi.

Laili, N. 2012.Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore Pada
Remaja Putri Di SMAN 2 Jember.Skripsi.

Purwanti, Noviana.2012. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tingkat I Tentang Disminorea Di Akademi


Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2014. KTI.

Widiyanti, Devi Eka. 2013. Pengaruh Nyeri Haid (Dismenorhea) Terhadap Aktifitas Sehari-Hari Pada
Remaja Di Smp N 2 Ponorogo. KTI.

Oktaviana dan Imron. 2012. Menurunkan Nyeri Dismenorea Dengan Kompres Hangat. Jurnal.

Puji, Istiqomah.A. 2009. Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri
di SMU N 5 Semarang.

Anda mungkin juga menyukai