Anda di halaman 1dari 19

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

KONTRASEPSI SUNTIK

DOSEN PENGAMPU

Rizky Fitrianingtyas,SST,MM,M.Keb

DISUSUN OLEH

1. Auliatul Ilmi Nasukha (19030006)


2. Dewi Ambarwati (19030010)
3. Dwi Agustin (19030011)
4. Elisatul Hofifah (19030014)
5. Intan Nofitasari (19030016)
6. Intan Trisnawati (19030017)
7. Nelly Yuliana (19030019)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536


E_mail : info@stikesdrsoebandi.ac.id

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
meyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
Kami menyadari bahwa dalam pengetikan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan semua pihak yang dengan tulus memberikan saran, motivasi, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Besar harapan kami makalah ini dapat mejadi sarana dalam membantu
para pembaca dalam mencari informasi tentang pengertian dari KB, metode
kontrasepsi suntik, efek samping kontrasepsi suntik, faktor – faktor yang
mempengaruhi berat badan, tekanan darah.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Jember, 3 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................1
1.4 Manfaat.....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi keluarga berencana.....................................................................5

2.2 Metode kontrasepsi suntik.......................................................................5

2.3 Efek samping kontrasepsi suntik..............................................................6

2.4 faktor-faktor penggunaan kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat


badan.............................................................................................................11

2.5 faktor-faktor penggunaan kontrasepsi suntik dengan peningkatan tekanan


darah.............................................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................13

3.2 Saran...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval kehamilan, dan
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun et al., 2008). KB
mempunyai peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui
pencegahan kehamilan, melalui pendewasaan usia hamil, dan menjarangkan
kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak dianggap sudah cukup. Setiap
wanita berhak memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap metode
KB yang mereka inginkan, meliputi keefektifan, keamanan, keterjangkauan,
dan juga metode-metode pengendalian kehamilan yang tidak bertentangan
dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku (Pinem, 2009).
Sebagian besar peserta KB mengunakan kontrasepsi jangka pendek yang
membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga
kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan
cukup besar yaitu 54,2%, dikarenakan akses untuk memperoleh pelayanan
suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan
sampai di tingkat desa atau kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal
peserta KB (Dinkes Jateng, 2011).
Semua jenis kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan
dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah
amenorrhea, menoragia dan muncul bercak (spotting), kembalinya kesuburan
setelah penghentian pemakaian mengalami keterlambatan, dan peningkatan
berat badan (Saifuddin et al., 2003). Sebuah penelitian menunjukkan

i
kontrasepsi suntik Depo-Provera aman dan memiliki efektivitas yang tinggi,
namun banyak pengguna kontrasepsi suntik yang berhenti dikarenakan efek
sampingnya berupa gangguan pola haid, kenaikan berat badan, sakit kepala,
dan rasa ketidaknyamanan diperut (Naser et al., 2009).
Efek samping kontrasepsi suntik yang paling utama gangguan pola haid,
sedangkan efek yang lain tidak kalah pentingnya adalah adanya peningkatan
berat badan antara 1–5 kg. Penyebab peningkatan berat badannya belum jelas.
Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga
lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik
(Mudrikati, 2012).
Penelitian tentang lama penggunaan kontrasepsi 3 bulan menunjukkan dari
34 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan kurang dari 1 tahun dan 36
akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun. Hasil
didapatkan 41 responden dengan peningkatan berat badan dan 29 responden
tidak mengalami peningkatan berat badan, jadi akseptor yang menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun lebih berisiko mengalami
peningkatan berat badan, maka dapat disimpulkan ada hubungan penggunaan
kontrasepsi suntik dengan kenaikan berat badan (Irianingsih, 2011).
Selain kenaikan berat badan, efek samping yang lain yang penting akibat
penggunaan kontrasepsi suntik adalah kenaikan tekanan darah, tekanan darah
dapat naik akibat penggunaan obat-obatan termasuk menggunakan kontrasepsi
suntik (Saseen & Maclaughlin, 2008), sebuah penelitian yang dilakukan pada
62 sampel akseptor KB suntik didapat hasil responden penelitian dengan
tekanan darah posisi normal sebanyak 44 responden dan responden yang
mengalami pre hipertensi dengan pemakaian kontrasepsi suntik sebesar 18
responden jadi dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pemakaian
kontrasepsi suntik dengan tekanan darah (Setianingrum, 2009). Kenaikan
berat badan dan tekanan darah yang tinggi merupakan faktor resiko dari

i
berbagai penyakit, diantaranya jantung, ginjal, gangguan saraf, dan gangguan
pembuluh darah (McKinley Health Center, 2008).
Berdasarkan data dari bidan di Puskesmas Kecamatan Sukodono jumlah
akseptor kontrasepsi suntik rata-rata perbulan sebanyak 84 orang, pil 23 orang,
dan kondom 6 orang, dari data menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi
suntik menunjukan peringkat pertama dibanding dengan kontrasepsi yang lain.
Kontasepsi suntik yang digunakan adalah kontrasepsi suntik jenis 3 bulan
yaitu depo medroxy progesterone asetat (DMPA), kontrasepsi suntik
digunakan karena harga yang relatif terjangkau, mudah, tidak mengganggu
menyusui dan aman, dari uraian diatas maka peneliti menganggap penelitian
untuk mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik dengan
peningkatan berat badan dan tekanan darah penting untuk dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa definisi keluarga berencana?
2) Apa saja metode kontrasepsi suntik?
3) Apa saja efek samping kontrasepsi suntik?
4) Adakah pengaruh atau faktor-faktor penggunaan kontrasepsi suntik
dengan peningkatan berat badan?
5) Adakah pengaruh atau faktor-faktor penggunaan kontrasepsi suntik
dengan peningkatan tekanan darah?

1.3. Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1) Mengetahui pengertian keluarga berencana
2) Mengetahui metode kontrasepsi suntik
3) Mengetahui efek samping kontrasepsi suntik
4) Mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik dengan
peningkatan berat badan
5) Mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik dengan
peningkatan tekanan darah

i
1.5 Manfaat
1) Dapat mengetahui pengertian keluarga berencana
2) Dapat mengetahui metode kontrasepsi suntik
3) Dapat mengetahui efek samping kontrasepsi suntik
4) Dapat mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik dengan
peningkatan berat badan
5) Dapat mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik dengan
peningkatan tekanan darah

i
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Keluarga Berencana


Keluarga Berencana Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992,
keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Sulistyawati, 2011). Keluarga
berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi dan perencanaan keluarga (Sari, 2011). Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan
secara intramuskuler di daerah otot pantat (Saifuddin et al., 2003).

2.2. Metode Kontrasepsi Suntik


Menurut Saifuddin et al., (2003) dibagi menjadi beberapa, diantaranya:
1. Suntikan kombinasi
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan. Cara kerja suntikan kombinasi adalah menekan
ovulasi, membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu, terjadi perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Jenis
suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5
mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali
(Cyclofem), dan 50 mg noretrindron enantat dan 5 mg estrandiol valerat
yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali.
2. Kontrasepsi suntikan progestin
Kontrasepsi suntikan progestin adalah kontrasepsi yang hanya
mengandung hormon progestin saja. Kontrasepsi suntikan progestin sangat
efektif dan cocok digunakan saat masa laktasi karena tidak menghambat

i
produksi ASI. Cara kerja kontrasepsi ini mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengangandung progestin, yaitu Depo metroksiprogesteron asetat
(DMPA), yang mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap tiga
bulan dengan cara disuntikan intramuskuler dan Depo noretisteron anantat
(Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat,
diberikan setiap dua bulan dengan cara disuntikan intramuskuler.

2.3 Efek Samping Kontrasepsi Suntik


1. Gangguan Haid
Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah gangguan
perdarahan. Hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid sampai akhir
tahun pertama suntikan DMPA. Perdarahan bercak merupakan keluhan
terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian
(Siswosudarmo, 2007). Terdapat beberapa istilah gangguan haid,
amenorea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti
suntikan KB selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Spooting adalah
bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor
mengikuti KB suntik. Metroragia adalah perdarahan yang berlebihan di
luar siklus haid. Menometoragi adalah datangnya haid yang berlebihan
jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid, semua keluhan ini dapat
terjadi selama akseptor menggunakan suntik KB (Suratun et al., 2008).
Gangguan pola haid amenorea disebabkan karena terjadinya atrofi
endometrium yaitu turunnya kadar estrogen dan meningkatnya
progesteron sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk-lekuk di
endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid spotting
disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan terjadinya
gangguan hormonal (Hartanto, 2009), gangguan pola haid metroragia
disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak

i
sesuai dengan kondisi dinding endometrium untuk mengatur volume
darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat
genetalia atau kelainan fungsional, gangguan pola haid menoragia
disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron sehingga menyebabkan endometrium menghasilkan
volume yang lebih banyak (Suratun, 2008). Penatalaksanaan untuk
amenorea adalah meyakinkan ibu bahwa hal itu adalah bisa, bukan
merupakan efek samping yang serius, evaluasi untuk mengetahui
apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorea setelah masa
siklus haid yang teratur (Handayani, 2010). Perdarahan ringan atau
spooting sering terjadi dan tidak berbahaya. Bila spooting terus
berlanjut atau haid telah berhenti tetapi kemudian terjadi perdarahan,
maka perlu di cari penyebab perdarahan tersebut kemudian di lakukan
penanganan yang tepat, bila penyebab perdarahan tidak diketahui
dengan jelas, Tanyakan pada akseptor apakah masih ingin melanjutkan
suntika, bila tidak diganti dengan jenis kontrasepsi lain. Bila perdarahan
banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan
dalam siklus haid yang normal, jelaskan kepada akseptor bahwa hal itu
biasa terjadi pada bulan pertama suntikan. Bila akseptor tidak dapat
menerima keadaan tersebut, atau perdarahan yang terjadi mengancam
kesehatan akseptor, suntikan dihentikan, ganti metode kontrasepsi lain.
Untuk mencegah anemia pada akseptor, perlu di berikan preparat besi
dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
zat besi (Pinem, 2009).
2. Perubahan Berat badan
Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam beberapa
bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun, 2008). Perubahan berat
badan kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron
mempermudah perubahan gula dan karbohidrat menjadi lemak,
sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan
merupakan karena penimbunan cairan tubuh, selain itu juga DMPA

i
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya akibatnya
pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah
(Hartanto, 2009). Bukti kenaikan berat badan selama penggunaan
DMPA masih perdebatan. Sebuah penelitian melaporkan kenaikan berat
badan lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat
secara bertahap sehingga mencapai 7,5 kg selama 6 tahun. Beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada masalah berkaitan
dengan berat badan. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo
Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan peningkatan berat
badan dan mendapat konseling tentang berat badan yang sesuai dengan
gaya hidup sehat (Varney, 2006). Penanggulanganya, jelaskan kepada
akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah efek samping dari
pemakaian suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat tersebut
diakibatkan dari pemakaian suntikan KB. Kenaikan dapat disebabkan
oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan berat badan. Hal
ini juga tidak selalu disebabkan oleh suntikan KB dan perlu diteliti
lebih lanjut. Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Akseptor
dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga
seperti olahraga yang teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus
dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk
mengganti kontrasepsi menjadi kontrasepsi non hormonal (Suratun et
al., 2008).
3. Keputihan
Keputihan adalah adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari
liang senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang terjadi pada peserta
kontrasepsi suntik, tidak berbahaya kecuali bila berbau, panas, atau
terasa gatal sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lengkap untuk
mengetahui adanya infeksi, jamur, atau candida. Keputihan atau Fluor
Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan
yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di

i
dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering
menimbulkan keputihan antara lain bakteri, virus, jamur atau parasit.
Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran
kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat penderita buang air
kecil (Suratun et al., 2008). Gejala keputihan antara lain keluarnya
cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina.
Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa.
Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah
haid pada wanita tertentu. Pada penderita tertentu, disertai dengan rasa
gatal. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang
daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari
leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi,
atau alat kelamin luar (Suratun et al., 2008). Penanggulangannya,
jelaskan pada akseptor bahwa peserta KB suntik jarang terjadi
keputihan. Apabila hal ini terjadi harus dicari penyebabnya terlebih
dahulu dan diberikan pengobatannya. Konseling sebaiknya dilakukan
sebelum peserta ikut KB suntik. Anjurkan untuk menjaga kebersihan
alat genetalia dan pakaian dalam agar tetap bersih dan kering. Bila
keputihan sangat menganggu sebaiknya diberi rujukan untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat (Suratun et al., 2008).
4. Pusing dan Sakit Kepala
Rasa berputar atau sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, atau
kedua sisi, atau seluruh bagian kepala biasanya bersifat sementara.
Pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh terhadap
progesteron sehingga hormon estrogen mengalami penekanan dan
progesteron dapat mengikat air sehingga sel-sel di dalam tubuh
mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada saraf otak
(Suratun et al., 2008). Hingga saat ini belum ada penelitian yang
menyebutkan bahwa dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan akan
menyebabkan perasaan sakit kepala atau pusing yang menetap.

i
Penelitian yang dilakukan oleh Chrad (2005) menyebutkan bahwa sakit
kepala yang dirasakan oleh pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan
kemungkinan disebabkan oleh penyakit bawaan yang pernah akseptor
derita seperti migrain. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo
Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan sakit kepala
(Varney, 2007). Penanggulangannya adalah menjelaskan secara jujur
kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada,
tetapi jarang terjadi. Biasanya bersifat sementara. Pemberian anti
prostaglandin atau obat mengurangi keluhan misalnya asetol 500mg
3x1 tablet/hari atau paracetamol 500mg 3x1 dan bila tidak ada
perubahan ganti dengan cara kontrasepsi non hormonal (Suratun et al.,
2008). Penanganan lain yang dapat dilakukan yaitu melakukan
penilaian berupa periksa tekanan darah, bila perlu lakukan pemeriksaan
neurologis yang lengkap, anamnese meliputi pertanyaan tentang berat
ringannya sakit kepala yang dialami, lamanya stress, dimana lokasi
sakitnya, hubungan dari sakit kepala dengan kontrasepsi, adakah
riwayat keluarga dengan migrain. Dan bila sakit kepalanya jelas
disebabkan oleh kontrasepsi suntik 3 bulan, hentikan kontrasepsi suntik
3 bulan atau ganti sediaan lain yang aktifitas estrogen dan progesteron
lebih rendah.
5. Kenaikan Tekanan Darah Menurut Sanger, dkk (2008) bahwa terdapat
pengaruh suntikan depo medroxy progesteron asetat terhadap profil
lipid, dimana didapatkan terjadi penurunan kadar HDL-kolesterol
setelah 12 bulan pemakaian. Terjadinya penurunan kadar HDL-
kolesterol akan meningkatkan resiko meningkatnya tekanan darah. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2006), yang mengatakan
bahwa salah satu kerugian dari pemakaian KB suntikan depoprovera
yaitu terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang. Berat Badan Berat badan adalah salah satu parameter yang
memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan ideal adalah untuk

i
tinggi badan tertentu yang secara statistik dianggap paling tepat dan
menjamin umur panjang (BKKBN, 2006).

2.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi berat badan


1. Kelebihan makanan Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdaapat
kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber
energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi
kebutuhan tubuh.
2. Kekurangan aktifitas dan kemudahan hidup Kegemukan dapat terjadi
bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas fisik
berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai kemudahan
hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan
tekhnologi diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk
menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat.
3. Faktor psikologis Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor
yang mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat
adanya tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang
dirasakan tidak menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih,
kecewa, atau tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan
lebih banyak untuk mengatasi perasaan-perasaan tidak menyenangkan
tersebut.
4. Pola konsumsi makanan Pola makanan masyarakat perkotaan yang
tinggi kalori dan lemakserta rendah serat memicu peningkatan jumlah
penderita obesitas. Masyarakat diperkotaan cenderung sibuk, biasanya
lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih
praktis. Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang
terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh
kelebihan kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak tubuh
(Soeharto, 2001).

i
5. Faktor hormonal Menurut hipotesa para ahli, Depo Medroxy
Progetseron Acetat (DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu
makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak
dari biasanya (Hartanto, 2004).

2.5. Tekanan Darah


Darah adalah kekuatan darah terhadap dinding arteri saat jantung
memompa darah ke seluruh tubuh (McKinley Health Center, 2008).
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah, diantaranya:
1. Olahraga teratur Olahraga teratur, bersama dengan gaya hidup aktif,
dapat menurunkan tekanan darah. Secara signifikan mengurangi risiko
meningkatnya tekanan darah tinggi, dianjurkan agar orang dewasa
berpartisipasi dalam 150 menit seminggu.
2. Makanan Penelitian telah menunjukkan bahwa diet mempengaruhi
perkembangan tekanan darah tinggi (hipertensi). Jika tekanan darah
Anda tinggi atau jika Anda beresiko untuk tekanan darah tinggi
dianjurkan untuk mengatur pola makan, disarankan untuk
mengkonsumsi diet kombinasi yang rendah lemak dan kaya buah-
buahan dan sayuran. c.
3. Alkohol, adalah obat yang bila dikonsumsi berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah secara drastis dan bahwa konsumsi
alkohol adalah salah satu penyebab kenaikan berat badan.
4. Tekanan Efek stres dapat bervariasi, namun jangka panjang, stres kronis
tampaknya meningkatkan tekanan darah. Berbagai relaksasi seperti
bernapas dalam, relaksasi progresif, pijat dan terapi psikologis dapat
membantu mengelola stres dan membantu mengelola tekanan darah.
5. Merokok adalah penyebab utama kematian ketiga di Amerika Serikat.
Merokok menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer (Penyempitan
pembuluh yang membawa darah ke kaki dan tangan), serta pengerasan
arteri. Kondisi ini jelas dapat menyebabkan penyakit jantung dan
stroke, serta berkontribusi faktor tekanan darah tinggi (McKinley
Health Center, 2008).

i
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga Berencana Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992,
keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat
dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Sulistyawati,
2011). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan.
Metode kontrasepsi suntik menurut Saifuddin et al., (2003) dibagi menjadi
beberapa, diantaranya: Suntikan kombinasi Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan
per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan. Kontrasepsi suntikan
progestin Kontrasepsi suntikan progestin adalah kontrasepsi yang hanya
mengandung hormon progestin saja. Kontrasepsi suntikan progestin sangat
efektif dan cocok digunakan saat masa laktasi karena tidak menghambat
produksi ASI.
3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui apa
saja pengertian dari KB, metode kontrasepsi suntik, efek samping kontrasepsi
suntik, faktor – faktor yang mempengaruhi berat badan, tekanan darah.

i
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2006, Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional


Materi Konseling, Jakarta: BKKBN.

Dinas Kesehatan Jateng, 2011, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2011, Jakarta: Dinas Kesehatan RI.

Handayani, S., 2010, Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Hartanto, H., 2002, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Hartanto, H., 2009, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan: 212-213.

Irianingsih, H,. 2011, hubungan lama pemakaian KB Suntik 3 bulan Depo


Progestin dengan Peningkatan Berat Badan pada Akseptor KB di Puskesmas
Klego II Kabupaten Boyolali, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

McKKinley Health Center, 2008, Factors that Affect Blood Pressure, The
Board of Trustess of the University of Illinois, 3:026.

i
Mudrikatin, S., 2012, Hubungan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan DMPA pada
Akseptor KB dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Jabon
Jombang, Sain Med Jurnal Kesehatan, 4:1.

Naser, M., Ehab, S.A., & Ahmed, S.G., 2009, Why do depo provera users
discontinue?, Journal of the royal medical services, 16:3.

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans


Info Media.

Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman UI – U6, MKI –
MK 84, PK 59 – PK 77.

Saifuddin, A.B., B. Affandy, & Enriquito, R. LU., 2006, buku Panduan


Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo.

Sanger, O.G., Loho, M.F., & Wirasti, C.R., 2008, Pengaruh Depo Medroxy
Progesterone Asetat Terhadap Profil Lipid, Maj obstet ginekol
indones, 32:3

Sari, Y., 2011. Pengertian KB. http://posyandu.org/pengertian-kb. (Diakses


tanggal 16 Desember 2012).

Saseen, J.J., & Maclaughlin, E.J., 2008,Cardiovaskuler disorder:


Hipertension, Editor: Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R.,
Wells, B.G., Posey, L. M., Pharmacotherapy A Pathophysiological
Approach , Seventh Edition, New York: Mcgraw-Hill Medical Publishing
Division.

i
Setianingrum, P., 2009, Hubungan antara Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik
dengan Tekanan Darah pada Akseptor Kb Suntik di Puskesmas Delanggu
Klaten, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Siswosudarmo, H.R., Anwar, H.M., & Emilia, O., 2007, Teknologi


Kontrasepsi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Soeharto, I., 2001, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner.


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sulistyawati, A, 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta: Salemba


Medika.

Suratun, Hertari, Manurung, S.,Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Varney, H, 2006, Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC.

Wiknjosastro. 2005, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai