Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL REVIEW

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN


HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester


Matakuliah Keperawatan Maternitas
Yang dibimbing oleh Ibu Sumirah Budi Pertami, S.Kp., M.Kep.

Oleh:
YAZID FAHMI
P17212215120

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas journal review yang berjudul
“Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dengan Hipertensi”. Dimana tugas ini
dijadikan sebagai pengganti ujian akhir semester.

Dengan menyelesaikan tugas ini, banyak bantuan yang kami terima dari berbagai pihak
yang telah berkontribusi dalam memberikan sumbangan materi, kami ucapkan
terimakasih terutama dosen pengampu matakuliah keperawatan maternitas, Ibu Sumirah
Budi Pertami, S.Kp., M.Kep. Adanya journal review ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang pentingnya Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dengan
Hipertensi.

Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat saya butuhkan untuk menambah wawasan dan
memperluas ilmu pengetahuan dari journal review saya. Semoga journal review ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca untuk menambah akan wawasan tentang
Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dengan Hipertensi. Mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dalam penyusunan journal review ini saya ucapkan terimakasih

Banjarbaru, 25 Desember 2021

ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan ....................................................................................................... i
Kata Pengantar .........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
BAB II Ringkasan Jurnal ............................................................................................ 4
BAB III Pembahasan ................................................................................................. 5
A. Hubungan usia dengan hipertensi............................................................... 5
B. Lama Pemakaian.......................................................................................... 6
BAB IV Kesimpulan dan Saran.................................................................................. 7
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 8
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan manusia seutuhnya sebagai hakikat pembangunan nasional
dicapai dengan berhasilnya salah satu sektor yakni pembangunan kesehatan dan juga
dipengaruhi oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk. Sebagai generasi penerus
yang akan melanjutkan pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan
makmur, proses pertumbuhan penduduk harus dipantau dan dikendalikan salah
satunya dengan pengadaan program Keluarga Berencana (Sulistyawati, 2012).
Keluarga Berencana adalah program untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta
masyarakat malalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2004).
Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah kontrasepsi suntik.
Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo
Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. Kontrasepsi suntik memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola
haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting),
terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat
badan 2 kg dari berat badan pada kunjungan pertama dan ada juga yang mengalami
hipertensi.
Setiap tahunnya, hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa penduduk di seluruh
dunia, WHO juga telah memperkirakan pada tahun 2025 yang akan datang, ada sekitar
29% jiwa di dunia yang terserang hipertensi. WHO menyebutkan 40% penduduk
negara-negara berkembang di dunia mengalami hipertensi, sedangkan di negara-negara
maju, penduduk yang mengalami hipertensi sekitar 35%. Wilayah Asia Tenggara
memiliki presentasi sebesar 36% penduduk mengalami hipertensi. Menurut Candra
Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.
Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO
menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi,
sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang posisi puncak
penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara
1
2

kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia


Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita hipertensi. Untuk kawasan Asia, penyakit
ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga
orang menderita tekanan darah tinggi (Candra, 2013).
Tekanan sistol (tekanan darah saat jantung menguncup) >140 mmHg dan
tekanan diastol (tekanan darah saat jantung mengembang) >90 mmhg yang
didapatkan lewat pengukuran dua kali secara berurutan menegakkan diagnosis
hipertensi (Widodo, 2014).
Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu gaya hidup
dengan pola makan yang salah, jenis kelamin, latihan fisik, makanan, stimulan (zat- zat
yang mempercepat fungsi tubuh) serta stres.
Tingginya angka hipertensi pada wanita menyebabkan perlunya
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan
darah pada wanita. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah anatara lain :
usia, stress, ras, medikasi, jenis kelamin, serta aktivitas fisik. Salah satunya yang
berhubungan erat dengan wanita adalah pemakaian jenis alat kontrasepsi hormonal.
Kejadian hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi dua yaitu hipertensi
primer dan sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebab pastinya, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
oleh oleh penyakit ginjal, penggunaaan hormonal seperti pada pil KB atau alat
kontrasepsi suntik. Seseorang yang sudah punya bakat hipertensi, potensinya akan
lebih besar jika lingkungan atau kebiasaan sehari-hari turut memicu, seperti halnya
penggunaan kontrasepsi hormonal suntik (Saifuddin, 2006). Pada penggunaan
kontrasepsi suntik dalam waktu lebih dari 36 bulan dapat menurunkan High Density
Lipoprotein – kolesterol (HDL-kolesterol). Hal tersebut dapat menambah besar resiko
timbulnya penyakit kardiovaskuler yaitu timbulnya arteriosklerosis (Hartanto, 2004).
Penelitian Harbanu. H (2006) mengatakan pemakaian kontrasepsi suntik
meningkatkan kejadian tromboemboli dan gangguan pembuluh darah otak.
Tromboemboli terjadi akibat perubahan sistem pembekuan darah akibat estrogen,
disamping efek aterosklerosis oleh pengaruh progesteron. Resiko akan meningkat
pada perokok dan berkurang bila dosis estrogen dikurangi. Tekanan darah tinggi
3

(hipertensi) dapat terjadi pada 5% pemakai kontrasepsi suntik. Hal ini dipengaruhi juga
oleh usia, jenis kelamin, suku, dan riwayat keluarga. Tekanan darah akan meningkat
secara bertahap dan bersifat tak menetap. Jika hipertensi menetap setelah suntik
dihentikan, berarti telah terjadi perubahan permanen pada pembuluh darah akibat
aterosklerosis.
Menurut Sari. A. (2008) mengatakan resiko terkena hipertensi lebih tinggi pada
pengguna obat kontrasepsi oral (hormone), pengguna obat-obat diet, peminum
alkohol, penderita obesitas (kelebihan berat badan) dan seseorang yang memiliki
riwayat hipertensi dalam keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Sorensen, dkk
(2007) yang menyebutkan bahwa penggunaan kontrasepsi suntik DMPA
mempengaruhi kardiovaskuler yaitu menyebabkan gangguan kroniks dan
hipoestrogen sehingga mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler dan pemakaian pada
wanita yang mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler harus mendapat perhatian
yang serius.
Dari hasil data Riskesdes (2018) di Kalimantan selatan sendiri setiap tahunnya
mengalami peningkatan jumlah peserta KB pil dan suntikan yang cukup signifikan,
terlihat dari data kenaikan pada kabupaten banjar yang mendominasi dibanding
kabupaten lain yang jumlahnya mencapai 41846 jiwa untuk penggunaan pil dan 45470
jiwa penggunaan pil berjenis suntikan lebih banyak dibanding dengan kabupaten yang
lain (Kemenkes RI, 2019
BAB II RINGKASAN
JURNAL
No JUDUL PENULIS PEMBAHASAN
1 Hubungan Rita Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia
Lama Doveriyanti, adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik paling
Pemakaian Ulfarisa banyak digunakan oleh pasangan usia subur.
Kontrasepsi Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan
Suntik kekurangan salah satu kekurangannya yaitu bisa
mengakibatkan hipertensi, sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan umur dan
lama pemakaian KB Suntik Terhadap Kejadian
Hipertensi pada Akseptor di Puskesmas Dusun Tengah
Kecamatan Lubuk Sandi Kabupaten Seluma tahun
2016.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian
Observasional dengan pendekatan cross sectional
dengan jumlah populasi 76 orang dengan total
sampling. Jenis data yaitu data primer diperoleh
dengan cara pengukuran dan wawancara dengan
memakai alat bantu melalui lembar cheklist dengan
kunjungan langsung ke rumah, Puskesmas serta BPM.
Dengan menggunakan analisa data univariat dan
bivariat. Dari 76 responden di wilayah kerja
puskesmas dusun tengah sebagian besar (55,3%)
akseptor dengan umur ≥ 35 tahun, sebagian besar
(65,8%) akseptor lama pemakaian ≥ 2 tahun dan
sebagian besar akseptor (64,5%) tidak hipertensi
dengan nilai (p = 0,002) dan (p = 0,017) sehingga Ada
hubungan yang bermakna antara umur dan lama
pemakaian kontrasepsi suntik dengan hipertensi pada
akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Dusun Tengah.

4
5

BAB III
PEMBAHASAN
A. Hubungan Usia Terhadap Hipertensi
Pada penelitian Rita dan Ulfarisa (2016) Berdasarkan hasil analisis
menyatakan dengan umur ≥ 35 tahun sangat rentan terhadap serangan hipertensi.
Umur adalah lamanya waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan) sampai dengan ulang
tahun terakhir dihitung dalam tahun. Umur dapat menentukan kemungkinan
terjadinya penyakit tertentu sepanjang jangka hidup. Kerentanan terhadap infeksi
berubah, pada usia tertentu dapat menjadi pemicu seseorang terjangkit suatu
penyakit, baik penyakit infeksi ataupun penyakit lainnya (Potter dan Perry, 2005).
Berdasarkan Hasil uji Chi-Squarenya sendiri diperoleh nilai x 2 = 10.057
dengan nilai p = 0,002 jadi signifikan. Artinya ada hubungan antara umur dengan
hipertensi pada akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Dusun Tengah Kec. Lubuk Sandi
Kab. Seluma. Hasil tersebut didukung oleh hasil analisis dari 42 orang umur ≥ 35 tahun
52,4% mengalami hipertensi dan dari 34 orang. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Penelitian Hamma et al (2007) juga menyatakan bahwa pengguna KB yang rasional
seharusnya akseptor yang berumur 35 tahun tidak dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi suntik karena pada usia tersebut kecendrungan menderita hipertensi dan
hipertensi kronis menjadi lebih berat bila diberikan kontrasepsi suntik, pemakaian
kontrasepsi suntik dapat meningkatkan kejadian hipertensi 1 sampai 2%, terjadi dalam
jangka waktu 6 sampai 12 minggu setelah pemakaian kontrasepsi suntik. Disamping itu
pada hasil penelitian terdapat umur < 35 tahun 14,7% mengalami hipertensi,
menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi
tersebut pada akseptor selain dari kontrasepsi diantaranya faktor obesitas, paritas dan
obat-obatan. Hasil penelitian membuktikan ada hubungan antara lama pemakaian
kontrasepsi suntik dengan kejadian hypertensi hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
bahwa dari 50 orang dengan lama pemakaian kontrasepsi suntik ≥ 2 tahun 46%
mengalami hipertensi dan dari 26 orang dengan lama pemakaian kontrasepsi suntik <
2 tahun 15,4% mengalami hipertensi.
Berdasarkan uraian diatas, menurut penulis umur memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap terjadinya hipertensi.

5
6

B. Lama Pemakaian
Hasil penelitian Rita dan Ulfarisa (2016) membuktikan ada hubungan antara
lama pemakaian kontrasepsi suntik dengan kejadian hypertensi hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian bahwa dari 50 orang dengan lama pemakaian kontrasepsi suntik ≥ 2
tahun 46% mengalami hipertensi dan dari 26 orang dengan lama pemakaian
kontrasepsi suntik < 2 tahun 15,4% mengalami hipertensi. Hasil uji Chi-Square diperoleh
nilai x2 = 5.727 dengan nilai p = 0,017 membuktikan bahwa lama pemakaian
kontrasepsi suntik ≥ 2 tahun sangat beresiko terhadap kejadian hipertensi karena
kontrasepsi suntik mengandung hormon yang dapat mempengaruhi hormon dalam
tubuh penggunanya.
Menurut Sari (2008) cara kerja estrogen yang terkandung dalam suntikan
antara lain ialah akan meningkatkan aktivitas pembekuan darah, sehingga akan
memudahkan trombosis (pembekuan) di pembuluh darah, dengan akibat lanjut
menyebabkan sumbatan dan gangguan pada aliran darah. Makin besar dosis estrogen
yang diberikan, makin besar pula efeknya. Efek ini akan makin diperbesar dengan
pengaruh anti-estrogen dan progesteron. Sehingga pemakaian dalam waktu yang cukup
lama akan semakin menambah sumbatan dan gangguan pada aliran darah yang bisa
menyebabkan hipertensi dan bila dibiarkan tanpa ada intervensi yang diberikan maka
akan menimbulkan hipertensi yang permanen. Pemakaian suntikan lebih dari setahun
tanpa diselingi dengan alat kontrasepsi lain diperkirakan dapat menimbulkan
hipertensi yang permanen tersebut.
Pada penelitian hamman et al (2007) menyatakan bahwa pengguna KB yang
rasional seharusnya akseptor yang berumur 35 tahun tidak dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi suntik karena pada usia tersebut kecendrungan menderita
hipertensi dan hipertensi kronis menjadi lebih berat bila diberikan kontrasepsi suntik,
pemakaian kontrasepsi suntik dapat meningkatkan kejadian hipertensi 1 sampai 2%,
terjadi dalam jangka waktu 6 sampai 12 minggu setelah pemakaian kontrasepsi suntik.
Disamping itu pada hasil penelitian terdapat 26 orang dengan lama pemakaian
kontrasepsi suntik < 2 tahun 15,4% mengalami hipertensi karena penyebab terjadinya
hipertensi bukan hanya kontrasespsi yang digunakan akseptor

6
7

melainkan ada faktor lanya diantaranya paritas, riwayat hipertensi dalam keluarga dan
kelainan hormonal.
Menurut Everett (2007),penggunaan kontrasepsi suntik depoprovera
sebaiknya digunakan selama maksimal lima tahun karena apabila wanita yang
memakai kontrasepsi suntik depoprovera jangka panjang atau lebih dari lima tahun
dapat menurunkan High Density Lipoprotein-kolesterol (HDL-kolesterol) sehingga
dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kasrdiovaskuler yaitu timbulnya
arteriosklerosis.
Menurut Baziad, Ali (2009) selama penggunaan kontrasepsi suntik jadi
peningkatan ringan tekanan darah sistolik dan diastolik, terutama pada 2 tahun
pertama penggunaannya. Kejadian hipertensi meningkat 2-3 kali lipat setelah 4 tahun
penggunaan.
Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa lama
pemakaian sangat berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi dalam penggunaan
kontrasepsi suntik.

7
BAB IV KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis literatur penulis mengambil kesimpulan bahwa Ada


hubungan antara umur dengan hipertensi dan ada hubungan antara lama pemakaian
kontrasepsi suntik dengan hipertensi.
B. Saran
Diharapkan hasil analisis literatur ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
bahan pemikiran dan masukan ilmu pengetahuan dalam aspek keperawatan
mengenai penggunaan kontrasepsi suntik terhadap hipertensi
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai pengalaman dalam mengembangkan
ilmu pendidikan dan mempelajari lebih jauh keilmuan yang didapat selama
menjalani pendidikan di Poltekkes Kemenkes Malang.
2. Bagi tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memaksimalkan peran, sikap dan
motivasi perawat/petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien
yang menggunakan kontrasepsi suntik.
3. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan pustaka, menambah wawasan dan
pengetahuan bagi mahasiswa lain.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.

8
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali. (2009). Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Metode KB.
Jakarta : EGC
BKKBN. (2004). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakara:
BKKBN.
Candra, A. 2013. Penderita Hipertensi Terus Meningkat. http://health.
kompas.com/ Penderita Hipertensi Terus Meningkat. (Diakses Desember 2021).

Everett, Suzanne. (2007). Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi.


Jakarta : Buku Kedokteran
Hamman, dkk. (2007). Pelayanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Trans Info Media
Harbanu, H (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : EGC.
Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta
: Pustaka Sinar Harapan.
Kemenkes RI (2019). Data Riskesdes KB di Wilayah Kalimantan selatan.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik Vol.2 Edisi 4. Alih Bahasa Renata Komalasari, et al. Jakarta
: EGC.
Sari, A. (2008). Praktik Pilihan untuk Penggunaan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.
Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika
Widodo, D. S. D. (2014) Pengaruh Terapi Akupresur pada Pasien
Hipertensi di Klinik Synergi Mind Health Surakarta.

9
LAMPIRAN JURNAL

10

Anda mungkin juga menyukai