Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Fisiologi Hewan Febrianawati Yusup, M.Pd.

MAKALAH

DIABETES MELITUS

Oleh:

Nama : Fazry
NIM : (180101110208)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang. Berkat taufik dan hidayahnya pula saya dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Yang mana
makalah ini memiliki tujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang pengertian,
hubungan geologi dan ekologi dengan keaneragaman hayati dan pemanfaatannya.
Demikian makalah ini saya buat untuk menambah pengetahuan. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca sehingga menjadi
pelajaran ke depannya agar menjadi lebih baik lagi. Semoga dapat bermanfaat
bagi kami penulis serta teman – teman yang lainnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Banjarmasin, 1 November 2021

Fazry

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................2
D. Manfaat penulisan ................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hormon yang berperan dalam Diabetes melitus ..................................3
B. Kerja hormon tersebut secara normal ..................................................7
C. Organ endokrin yang menghasilkan hormon tersebut .......................10
D. Terjadi Diabetes Melitus ....................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................14
B. Saran ...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus
mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara berkembang,
sehingga dikatakan bahwa diabetes melitus sudah menjadi masalah kesehatan global di
masyarakat (Suiraoka, 2012). Jumlah penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta
pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014, prevalensi diabetes meningkat lebih
cepat di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6
juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. Hampir setengah dari semua
kematian akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO
memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ke tujuh di tahun 2030
(WHO, 2017).
Hasil Riskesdas (2013), menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus di
Indonesia berdasarkan jawaban wawancara yang pernah didiagnosis dokter sebesar
1,5%. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta
(2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%).
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang jumlahnya
mengalami peningkatan cukup signifikan. Menurut Dinkes Bantul (2016) bahwa pada
tahun 2015 penyakit diabetes melitus menduduki peringkat ke empat dari distribusi
sepuluh besar penyakit di puskesmas se-Kabupaten Bantul dengan jumlah penderita
sebanyak 17.088 orang. Pada tahun 2016 penderita penyakit diabetes tetap menduduki
peringkat ke empat dengan jumlah penderita diabetes melitus lebih banyak yaitu
sebanyak 20.969 orang (Dinkes Bantul, 2017).
Hasil penelitian Hardiyanto (2012), di RSUD Panembahan Senopati dari 60
responden, melaksanakan patuh diet sebanyak 35 responden (58,33%) menunjukkan
gula darah terkendali, sebanyak 6 responden (10%) melaksanakan patuh diet
menunjukkan gula darah tidak terkendali, sebanyak 5 responden (8,33%) tidak
melaksanakan patuh diet menunjukkan gula darah terkendali, dan sebanyak 14

1
responden (23,33%) tidak melaksanakan patuh diet menunjukkan gula darah tidak
terkendali. Nilai P value 0,0000245 lebih kecil dari alpha 5% (0,05) dan nilai OR 16,33
yang berarti bahwa klien yang menjalankan patuh diet memiliki kemungkinan sebesar
16,33% kadar gula darah terkendali daripada yang tidak patuh menjalankan diet.
Penelitian Palmer di dalam Nuraini dan Supriyanta (2016), menunjukkan bukti
bahwa 44.000 responden wanita di Amerika Serikat yang mengkonsumsi jus atau sari
buah dalam kemasan setiap hari memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit
diabetes tipe 2. Wanita yang meminum dua atau lebih minuman sari buah setiap harinya,
risiko untuk terkena diabetes jadi meningkat hingga 31%. Melakukan diet yaitu menukar
makan dengan karbohidrat. Diabetes hendaknya memakan makanan sumber karbohidrat
yang kalau dimakan membuat gula darah stabil.
Hasil penelitian Nuraini dan Supriyatna (2016), dari 34 pasien RSU Bunda
Margonda yang diteliti menyatakan bahwa yang melakukan pola makan dengan buruk
dan menderita diabetes melitus tidak ada, sedangkan yang melakukan pola makan
dengan buruk dan tidak menderita diabetes melitus yaitu sebesar 17 pasien. Sementara
itu, yang melakukan pola makan dengan baik dan menderita diabetes melitus berjumlah
5 pasien dan yang melakukan pola makan dengan baik dan tidak menderita diabetes
melitus sebesar 12 pasien. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan alat bantu SPSS,
diperoleh nilai p-value pada variabel pola makan 0,044 < α (0,05), sehingga dapat
dinyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan diabetes melitus tipe 2.
Hasil penelitian Susanti dan Sulistyarini (2013), menunjukkan dukungan keluarga
dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS.
Baptis Kediri berdasarkan taraf kemaknaan ά ≤ 0,05 didapatkan ρ = 0,00 dan ρ ≤ ά.
Sementara itu, dalam penelitian Rahayu (2013), menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dan perilaku kepatuhan melaksanakan diet pada pasien
NIDDM di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Malang. Dari hasil dua penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan
dukungan keluarga. Hal ini didukung juga dalam penelitian yang dilakukan Isnaini dan
Saputra (2017), yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden baik sebanyak 24
responden (60%), motivasi responden tinggi sebanyak 22 responden (55%), kepatuhan
responden patuh sebanyak 21 responden (52,5%). Responden dengan pengetahuan baik

2
memiliki prosentase dua kali lebih banyak yang patuh terhadap diet dari pada responden
yang berpengetahuan kurang (RR: 2,1973, p<0,05). Responden dengan motivasi yang
tinggi memiliki prosentasi limq kali lebih banyak banyak yang patuh terhadap diet dari
pada responden yang memiliki motivasi rendah (RR: 5,7302, p<0,05).
Salah satu peran perawat adalah sebagai educator yaitu membantu meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Peran perawat sebagai pendidik dalam keluarga bertujuan agar keluarga dapat
melakukan asuhan keperawatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarga (Murwani, 2009).
Berdasarkan latar belakang ini maka penulis mengambil judul “Penerapan
Pendidikan Kesehatan Diet Diabetes pada Keluarga dengan Klien Diabetes Melitus”.
untuk digali dan dikembangkan demi kemajuan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hormon yang berperan dalam Diabetes melitus?
2. Bagaimana kerja hormon tersebut secara normal?
3. Apa saja organ endokrin yang menghasilkan hormon tersebut?
4. Mengapa bisa sampai terjadi Diabetes Melitus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja hormon yang berperan dalam Diabetes melitus?
2. Untuk mengetahui bagaimana kerja hormon tersebut secara normal?
3. Untuk mengetahui apa saja organ endokrin yang menghasilkan hormon tersebut?
4. Untuk mengetahui mengapa bisa sampai terjadi Diabetes Melitus?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hormon yang berperan dalam Diabetes melitus


Insulin merupakan hormon yang dihasilkan pankreas untuk membantu mengendalikan
gula darah. Hormon ini berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang menyebabkan kadar
gula darah tinggi (hiperglikemia) dan kadar gula darah rendah (hipoglikemia), termasuk
penyakit diabetes melitus.
Insulin adalah hormon alami yang diproduksi oleh pankreas. Ketika kita makan,
pankreas melepaskan hormon insulin yang memungkinkan tubuh mengubah glukosa menjadi
energi dan disebarkan di seluruh tubuh. Hormon yang satu ini juga membantu tubuh
menyimpan energi tersebut.
Insulin membantu mengontrol kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh. Caranya dengan
memberi sinyal pada sel lemak, otot, dan hati untuk mengambil glukosa dari darah dan
mengubahnya menjadi glikogen (gula otot) di sel otot, trigliserida di sel lemak, dan
keduanya di sel hati. Ini merupakan bentuk sumber energi yang disimpan oleh tubuh.
Selama pankreas memproduksi cukup insulin dan tubuh dapat menggunakannya dengan
benar, maka kadar gula darah pasti akan selalu berada dalam kisaran yang sehat. Karena
pada hakikatnya, kadar glukosa yang terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak baik bagi
kesehatan. Penumpukan glukosa dalam darah (hiperglikemia) dapat menyebabkan
komplikasi, seperti kerusakan ginjal dan saraf, serta masalah pada mata. Sedangkan terlalu
sedikit glukosa dalam darah (hipoglikemia) dapat membuat kita merasa lelah, mudah marah,
bingung, hingga kehilangan kesadaran alias pingsan. Dan bila insulin dalam darah tidak
cukup, sel-sel tubuh akan mulai kelaparan. Insulin yang tidak cukup berarti glukosa tidak
dapat dipecah dan artinya sel tidak dapat menggunakannya. Akibatnya, lemak mulai dipecah
untuk membuat energi. Proses tersebut kemudian mengakibatkan penumpukan bahan kimia
yang disebut keton.
Keton yang menumpuk dalam darah dan urine sangat berbahaya karena mampu memicu
kondisi ketoasidosis pada penderita diabetes. Ketoasidosis bahkan bisa mengancam jiwa jika
tidak ditangani secepatnya. Gejalanya mencakup sering buang air kecil selama satu atau

4
beberapa hari, merasa sangat haus dan lelah, mual muntah, sakit perut, berdebar-debar, sesak
napas, pusing, mengantuk, hingga kehilangan kesadaran.
Menurut penjelasan Medical Biochemistry, insulin adalah hormon yang berfungsi
membantu penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh untuk mengendalikan gula darah.
Glukosa sendiri biasanya berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat, dan diubah
tubuh menjadi sumber energi utama.
Setiap sel pada tubuh memerlukan energi untuk bekerja. Namun, sel-sel tidak dapat
langsung mengubah glukosa menjadi energi. Itu sebabnya, tubuh membutuhkan bantuan
hormon ini.
Hormon insulin dibuat di sel beta yang terdapat dalam pankreas. Fungsinya adalah
mengatur kadar gula dalam darah tetap normal. Hormon ini juga membantu proses
pemindahan glukosa dari darah ke dalam hati, sel-sel otot, dan sel-sel lemak untuk disimpan
dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi. Selain membantu mengatur gula darah,
hormon ini juga dapat memengaruhi organ hati mengubah glukosa dan glikogen menjadi
lemak.
B. Kerja hormon tersebut secara normal
Setelah makan, makanan yang mengandung karbohidrat akan dicerna dan diubah
menjadi glukosa. Hal ini menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah. Peningkatan
glukosa dalam darah merupakan tanda bagi pankreas untuk melepaskan hormon ini ke dalam
aliran darah. Dalam membantu penyerapan glukosa, insulin akan berperan sebagai “kunci” di
sel tubuh agar glukosa bisa masuk ke sel tubuh. Sel-sel tersebut kemudian mengubah glukosa
menjadi energi energi.
Setelah mengetahui beberapa fungsi dari hormon insulin, ada baiknya juga kita belajar
memahami cara kerja hormon insulin tersebut. Cara kerja hormon insulin akan terjadi saat
adanya peningkatan glukosa adalah dengan memberi sinyal kepada organ pankreas untuk
memproduksi hormon insulin. Setelah hormon insulin dihasilkan maka selanjutnya hormon
insulin akan memberi sinyal kepada sel-sel di seluruh tubuh untuk mengambil glukosa di
dalam aliran darah.
Setelah adanya proses tersebut, ketika glukosa sudah mulai diserap masuk ke dalam sel-
sel darah maka kadar glukosa tubuh menjadi menurun dan normal kembali. Glukosa yang
diserap oleh sel-sel tubuh digunakan sebagai energi, sedangkan sel-sel yang ada di organ hati

5
hanya akan menyimpannya dalam bentuk glikogen yang bisa diubah kembali saat tubuh
memerlukan glukosa.
C. Organ endokrin yang menghasilkan hormon tersebut
Pankreas adalah salah satu organ yang terletak di belakang rongga perut dengan panjang
sekitar 12–18 cm. Organ yang bentuknya memanjang ini bisa saja mengalami gangguan. Jika
fungsi pankreas terganggu atau rusak, bisa timbul masalah pada pencernaan dan penyakit
lain, misalnya diabetes.
Fungsi pankreas sangatlah penting dalam sistem pencernaan dan metabolisme. Selain
dapat memproduksi hormon, pankreas juga memiliki fungsi utama sebagai organ yang
memproduksi enzim untuk menghancurkan dan mencerna makanan di dalam perut.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang menyalurkan zat tertentu ke dalam peredaran
darah. Fungsi kelenjar endokrin pada pankreas adalah untuk menghasilkan hormon insulin
dan glukagon.
Hormon insulin berguna untuk mengikat glukosa dari darah untuk dibawa ke berbagai
jaringan di dalam tubuh agar bisa digunakan sebagai energi. Pankreas mengeluarkan hormon
ini untuk menurunkan glukosa darah ketika kadarnya terlalu tinggi. Sementara itu, kelebihan
glukosa di dalam tubuh akan disimpan sebagai glikogen di dalam jaringan otot dan hati.
Glikogen ini berguna sebagai cadangan energi saat tubuh membutuhkan energi ekstra. Saat
kadar glukosa dalam darah terlalu rendah, pankreas akan mengeluarkan hormon glukagon
untuk meningkatkan glukosa dengan cara memecah glikogen.
D. Terjadi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang
dikeluhkan pada pasien diabetes melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat
badan, kesemutan (Restyana, 2015).
Diabetes Mellitus tipe-2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak
terkontrolakibat gangguan sensitivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan hormon
insulinyang berperan sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh (Dewi,2014).
Pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi
dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa

6
dalam darah meningkat. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe-2 adalah bahwa
sel-sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin
sehingga glukosa tidak dapat masuk kedalam sel danakhirnya tertimbun dalam peredaran
darah (Tandra, 2007).Diabetes melitus merupakan penyakit metabolisme yang termasuk
dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia <120mg/dl atau
120mg% (Suiraoka, 2012)
Gejala diabetes melelitus seperti rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama
pada malam hari, banyak makan atau mudah lapar, dan berat badan turun dengan
cepat.Kadang terjadi keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-
gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh, dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi di atas 4kg (Suyono, 2004). Karakteristik diabetes melitus atau kencing
manis diantaranya sebagai berikut:
1. Buang air kecil yang berlebihan
2. Rasa haus yang berlebihan
3. Selalu merasa lelah
4. Infeksi di kulit’penglihatan menjadi kabur
5. Turunnya berat badan
Diabetes Mellitus sering muncul dan berlangsung tanpa timbulnya tanda dangejala klinis
yang mencurigakan, bahkan kebanyakan orang tidak merasakan adanya gejala.Akibatnya,
penderita baru mengetahui menderita Diabetes Mellitus setelah timbulnya komplikasi.
Diabetes Mellitus tipe 1 yang dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang
mencolok seperti tubuh yang kurus, hambatan pertumbuhan, retardasi mental, dan
sebagainya (Agoes dkk, 2013). Berbeda dengan Diabetes Mellitus tipe 1 yang kebanyakan
mengalami penurunan berat badan, penderita Diabetes Mellitus tipe 2 seringkali mengalami
peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat karena
hormon lainnya juga terganggu (Mahendra dkk, 2008).
Tiga serangkai yang klasik tentang gejala Diabetes Mellitus adalah poliuria (sering
kencing), polidipsia (sering merasa kehausan), dan polifagia (sering merasa lapar).Gejala
awal tersebut berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika
kadar gula lebih tinggi dari normal, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh karena ginjal menghasilkan air

7
kemih dalam jumlah yang berlebihan, penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuria).Akibat lebih lanjut adalah penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsia).
Selain itu, penderita mengalami penurunan berat badan karena sejumlah besar kalori
hilang ke dalam air kemih.Untuk mengompensasikan hal tersebut, penderita sering kali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan atau polifagia (Krisnatuti dkk,
2014).

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan pankreas untuk membantu mengendalikan
gula darah. Hormon ini berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang menyebabkan
kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) dan kadar gula darah rendah (hipoglikemia),
termasuk penyakit diabetes melitus.
2. Setelah makan, makanan yang mengandung karbohidrat akan dicerna dan diubah
menjadi glukosa. Hal ini menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah. Peningkatan
glukosa dalam darah merupakan tanda bagi pankreas untuk melepaskan hormon ini ke
dalam aliran darah. Dalam membantu penyerapan glukosa, insulin akan berperan
sebagai “kunci” di sel tubuh agar glukosa bisa masuk ke sel tubuh. Sel-sel tersebut
kemudian mengubah glukosa menjadi energi energi
3. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang menyalurkan zat tertentu ke dalam peredaran
darah. Fungsi kelenjar endokrin pada pankreas adalah untuk menghasilkan hormon
insulin dan glukagon.
4. Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang
dikeluhkan pada pasien diabetes melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan
berat badan, kesemutan.
B. SARAN
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah
kami susun bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bays, H., Chapman, R. and Grandy, S. (2007). The relationship of body mass index to diabetes
mellitus, hypertension and dyslipidaemia: comparison of data from two national surveys.
International Journal of Clinical Practice, 61(5), pp.737-747.

Choi, B. and Shi, F. (2001). Risk factors for diabetes mellitus by age and sex: results of the
National Population Health Survey. Diabetologia, 44(10), pp.1221-1231.

Daousi, C. (2006). Prevalence of obesity in type 2 diabetes in secondary care: association with
cardiovascular risk factors. Postgraduate Medical Journal, 82(966), pp.280-284.

Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. (2011). Diabetes Care, 35, pp.S64-S71.

Fowler, M. (2011). Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical


Diabetes, 29(3), pp.116-122.

Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus.
Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386.

Ozougwu, O. (2013). The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes
mellitus. J. Physiol. Pathophysiol. 4(4), pp. 46-57.

PERKENI, (2015). Konsesus dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai