Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN EMBRIOLOGI

PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
TPB 18134/1 SKS
STRUKTUR BUNGA

Dosen Pengampu:
Sari Indriyani, S. Pd., M. Pd.

Asisten Dosen:
Lisna Wardani
Love Violita Laraswati

Oleh:
Fazry
NIM 180101110208
Kelompok 1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2020
PRAKTIKUM I
STRUKTUR BUNGA
Tujuan : Untuk mengamati dan membandingkan bunga dari tumbuhan
Asteraceae, Poaceae, Euphorbiaceae, dan Orchidaceae
Hari/Tanggal : Kamis, 24 September 2020
Tempat : Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
a. Silet atau cutter
b. Pinset
c. Alat tulis
2. Bahan:
a. Bandutan (Ageratum conyzoides)
b. Euphorbia milii
c. Anggrek (Dendrobium)
d. Alang-alang (Imperata cylindrica L.)
B. CARA KERJA
1. Mengambil dan mengamati perbungaan pada tumbuhan Euphorbiaceae.
Gambarkan morfologi perbungaannya.
2. Membuat dan menggambarkan penampang memanjang bunga tersebut dan
mengamati bunga jantan dan bunga betinanya.
3. Membandingkan psedanthium yang ada pada bunga ini dengan bunga
asteraceae.
4. Mengamati bunga Phalaenopsis atau Dendrobium dari suku Orchidaceae.
Kemudian gambarkan struktur morfologi bunganya.
5. Membuat dan menggambar penampang memanjang bunga dan
memperhatikan bagian-bagian bunganya, termasuk ginandria dan
polinianya.
6. Mencari dan mengambil satu atau dua perbungaan dari tumbuhan
Asteraceae atau spesies lain yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar
anda.
7. Membagi bunga tersebut menjadi dua bagian secara memanjang. Dengan
menggunakan pinset, mengambil beberapa bunga dari perbungaan tersebut
dan mengamatinya.

C. TEORI DASAR
Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan Magnoliophyta,
yang sangat penting untuk identifikasi tumbuhan karena bunga umumnya
memiliki karakter yang konsisten sehingga dapat digunakan untuk
menunjukkan tingkatan takson tertentu dari tumbuhan (suku, marga atau
jenis). Hal ini disebabkan karakter bunga sangat dipengaruhi atau
dikendalikan secara genetik dan umumnya tidak terpengaruh oleh perubahan
lingkungan. Beberapa karakter pada bunga mungkin akan dipertahankan sama
dalam satu suku atau marga, sedangkan karakter lainnya lebih bervariasi dan
digunakan untuk membedakan jenis atau spesies tumbuhan. Simetri pada
bunga, posisi bakal buah, tipe plasentasi dan jenis buah biasanya digunakan
sebagai karakter untuk membedakan suku atau marga, sedangkan warna petal,
bentuk, dan ukuran bunga seringa digunakan sebagai karakter umum untuk
membandingkan jenis atau spesies.
Bunga dianggap sebagai hasil modifikasi batang dengan ruas yang
pendek dan pada bagian bukunya memegang struktur daun yang mungkin
sangat termodifikasi. Dengan kata lain, bunga terbentuk pada pucuk yang
sangat termodifikasi dengan bagian meristem apeks yang pertumbuhannya
terbatas atau bahkan tidak tumbuh lagi (‘determinate’). Bunga tumbuh dari
bagian apeks batang, yaitu pada suatu tempat yang dinamakan reseptakel atau
dasar bunga. Suatu bunga mungkin tumbuh secara langsung dari sumbu
batang atau rakhis (dinamakan bunga sesil), atau bunga tumbuh di ujung
tangkai bunga. Jika hanya satu bunga dihasilkan maka tangkai pemegangnya
dinamakan pedunkulus, sedangkan apabila pada pedunkulus terdapat lebih
dari satu bunga, maka masing-masing cabang yang membawa bunga
dinamakan pediselus.
Bunga umumnya terdiri atas bagian-bagian bunga yang tumbuh dalam
empat seri lingkaran, yakni kaliks, korola, andresium dan ginesium yang
tumbuh dari bagian reseptakel. Masing-masing dari keempat bagian bunga
tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu :

1. Kaliks, merupakan bagian yang tersusun atas beberapa sepal. Bagian ini
umumnya berwarna hijau, akan tetapi pada beberapa jenis tumbuhan
adakalanya kaliks memiliki warna yang menyerupai korola.

2. Korola, merupakan sekumpulan petal yang umumnya berupa struktur


serupa daun yang tipis, permukaannya halus, berwarna mencolok agar
dapat menarik polinator dan membantu terjadinya proses polinasi.

3. Andresium, tersusun atas satu atau lebih stamen. Setiap stamen umumnya
terbagi menjadi bagian tangkai, yang dinamakan filamen, dan bagian
ujung yang dinamakan kepala sari atau anthera. Pada anthera akan
dihasilkan banyak polen (serbuk sari) yang membawa gamet jantan.

4. Ginesium, yang terdiri dari satu atau lebih pistilum. Setiap pistilum akan
terbagi menjadi:
a. ovarium (bakal buah), yang di dalamnya mengandung bakal biji
pembawa gamet betina;
b. stilus, berupa suatu struktur memanjang yang berfungsi sebagai jalan
untuk pertumbuhan tabung polen; dan
c. stigma di bagian ujung apeks stilus yang berfungsi sebagai tempat
menempelnya polen ketika terjadi polinasi.
Setiap pistilum mungkin tersusun atas satu atau lebih karpel. Apabila
dalam satu bunga terdapat pistilum yang tersusun atas lebih dari dua karpel
yang bersatu, maka pistil tersebut dinamakan pistil yang sinkarp. Sebaliknya
apabila pada bunga terdapat lebih dari pistilum yang masing-masing tersusun
atas satu karpel dan berdiri sendiri, maka pistil atau bunganya dinamakan
bunga yang apokarp.
Suatu bunga dinamakan bunga lengkap apabila keempat seri bagian
bunga ada dalam satu bunga, sedang bunga dikatakan tidak lengkap apabila
salah satu bagian tidak ada. Bunga dapat pula dibedakan menjadi bunga
sempurna (biseksual atau hermafrodit), jika dalam satu bunga ditemukan
adanya stamen dan pistilum, sedangkan apabila dalam satu bunga hanya
ditemukan stamen atau pistilum saja, maka bunga demikian dinamakan bunga
tidak sempurna (uniseksual). Bunga sempurna belum tentu merupakan bunga
lengkap.
Spesialisasi bunga melibatkan adanya perubahan struktural adaptif
untuk mengakomodasi vektor polen yang spesifik. Hal ini dapat dilihat dari
segi simetri atau bidang bagi dari bunga. Bunga aktinomorf merupakan bunga
yang memiliki banyak bidang bagi (radial simetri), sedangkan bunga
zigomorf merupakan bunga yang hanya memiliki satu bidang bagi (bilateral
simetri).
Keragaman struktur bunga yang ada di permukaan bumi ini disebabkan
oleh adanya berbagai macam variasi pola bunga yang dihasilkan dari
perubahan simetri bunga, jumlah bagian-bagian bunga, dan adanya peleburan
bagian-bagian bunga. Apabila bagian-bagian bunga yang sama bersatu,
misalnya petal-petal atau stamen-stamen, maka penyatuan ini dinamakan
konatus/kohesi, sedangkan apabila yang melebur berasal dari dua bagian
bunga yang berbeda maka penyatuan ini dinamakan adnatus/adnasi, misalnya
antara stamen dan petal atau stamen dengan pistilum. Istilah gamo-, sim-, dan
sin-, umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya peleburan bagian
bunga yang sama, misalnya gamosepalus (ditujukan untuk menggambarkan
adanya penyatuan sepal), simpetal (menunjukkan adanya penyatuan bagian
petal) atau sinkarpus (menunjukkan penyatuan bagian pistilum). Istilah epi- di
awal kata biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya adnasi, misalnya
stamen epipetalus artinya stamen yang bersatu dengan petal. Pada morfologi
bunga sering pula kita mengenal istilah poly atau apo- untuk menunjukkan
bagian-bagian yang tidak menyatu atau terpisah satu sama lainnya, misalnya
polypetalus (menunjukkan petal yang terpisah) dan apokarpus (menunjukkan
karpel yang terpisah). Pada andresium mungkin kita dapat menemukan
adanya peleburan stamen. Peleburan stamen dapat terjadi di bagian filamen
(tangkai sari), misalnya stamen monadelfus (keseluruhan bagian filamen
menyatu), diadelfus (terdapat dua kelompok stamen) atau poliadelfus (stamen
membentuk beberapa kelompok, misalnya pada Citrus). Pada beberapa
tumbuhan dapat pula ditemukan adanya peleburan stamen di bagian anther,
yang dinamakan singenesis, misalnya pada tumbuhan dari suku Solanaceae.
Pada beberapa tumbuhan, modifikasi yang lain mungkin saja terjadi
pada bunga. Adanya mutasi atau perubahan genetik akan menghasilkan bunga
dengan perhiasan bunga yang menumpuk dan sering diikuti pula dengan
kegagalan dalam pembentukan organ seksual (stamen atau pistilum) yang
normal. Keberadaan bunga demikian seringkali dicermati oleh para ahli
hortikultura, kemudian dijadikan tanaman komersial apabila tumbuhan seperti
ini berhasil diperbanyak. Modifikasi dapat pula terjadi pada struktur yang
lainnya, dan seringkali digunakan oleh para ahli botani untuk mempelajari
kekerabatan serta evolusi yang ada pada tumbuhan.
1. Modifikasi Struktur Bunga
Beberapa modifikasi pada bunga yang khas akan dipelajari pada
kegiatan praktikum ini, yakni bunga dari suku Asteraceae, Poaceae,
Euphorbiaceae, dan Orchidaceae. Tumbuhan Asteraceae atau
Compositae memiliki karakter bunga yang sangat khas, yang disebut
‘head’ atau sering pula disebut kapitulum. Suku Poaceae memiliki
perbungaan khusus yang dinamakan spikelet. Tumbuhan Euphorbiaceae,
terutama dari marga Euphorbia memiliki perbungaan yang dinamakan
cyathium, sedangkan pada tumbuhan anggrek-anggrekan (Orchidaceae)
terdapat kekhasan pada struktur bunganya, yaitu terdapat modifikasi pada
stamen dan pistilum yang jarang ditemukan pada tumbuhan lainnya.
a. Bunga Asteraceae
Asteraceae atau Compositae merupakan suku tumbuhan dari
bunga matahari (Helianthus annuus), krisan (Chrysanthemum sp.),
dan lain-lain. Tumbuhan Asteraceae ini memiliki karakter bunga
yang khas, yakni penampilan bunga yang menyerupai bunga tunggal
walaupun sebenarnya merupakan perbungaan. Oleh sebab itu, bunga
Asteraceae sering pula disebut sebagai pseudantium (pseudo-palsu;
anthium-bunga tunggal). Berdasarkan letak atau posisinya dalam
perbungaan, maka perbungaan Asteraceae terbagi menjadi bunga
tepi dan bunga tengah. Selain itu jenis bunga yang membentuk
perbungaan pada tumbuhan inipun dapat dibedakan menjadi bunga
tabung, yang mahkota bunganya (petal) bersatu membentuk tabung,
dan bunga pita yang menunjukkan struktur mahkota bunga yang
menyerupai hanya satu petal. Selain itu terdapat bunga berbibir dua
atau ‘bilabiate’. Berdasarkan kedua karakter tersebut, maka pada
Asteraceae dapat ditemukan empat variasi tipe perbungaan, yakni:

1) Bunga tepi berbentuk bunga pita dan bunga tengah berbentuk


tabung, misalnya pada H. annuus, Tithonia diversifolia, dan
Aster novi-belgi.

2) Bunga tepi dan bunga tengah hanya tersusun atas bunga tabung,
misalnya pada Ageratum conyzoides, dan Crassocephalum
crepidioides.

3) Bunga tepi dan bunga tengah berupa bunga tabung, misalnya


pada tempuyung (Sonchus arvensis) dan Taraxacum officinale.

4) Bunga tepi dan bunga tengah berupa bunga berbibir dua


(‘bilabiate’), misalnya pada Gerbera.
b. Bunga Poaceae (Rumput-rumputan)
Tumbuhan rumput-rumputan (Poaceae) memiliki bunga yang
sangat termodifikasi dibandingkan dengan bunga-bunga lainnya.
Satu bunga pada perbungaan Poaceae ini dinamakan floret, yang
dilindungi oleh sepasang braktea yang dinamakan lemma dan palea.
Sekelompok floret akan membentuk spikelet. Pada bagian
basal/dasar dari spikelet biasanya akan ditemukan sepasang gluma.
Sekelompok spikelet kemudian akan membentuk perbungaan yang
tipenya sangat bervariasi tergantung dari jenis tumbuhannya.
c. Bunga Euphorbiaceae
Tumbuhan Euphorbiaceae terutama dari marga/genus
Euphorbia memiliki pseudanthium, seperti halnya pada tumbuhan
Asteraceae. Akan tetapi, pseudanthium pada Euphorbiaceae
dinamakan cyathium. Cyathium merupakan suatu perbungaan yang
tersusun sebuah bunga betina yang dikeliling oleh sejumlah bunga
jantan. Bunga betina hanya terdiri atas satu ovarium yang berada di
ujung pediselus. Perbungaan ini dilingkupi dengan sekelompok
braktea berbentuk cawan yang dinamakan involukrum. Pada
perbungaan ini kita pun akan menemukan kelenjar nektar yang
berwarna cukup mencolok di bagian luar perbungaannya.
d. Bunga anggrek (Orchidaceae)
Anggrek dan tumbuhan sekerabatnya dengan mudah dibedakan
dari bunga lainnya karena memiliki karakter bunga yang sangat khas
untuk suku tumbuhan ini. Bunga anggrek umumnya dalam bentuk
perbungaan. Selama perkembangan bunga, tangkai bunga biasanya
akan terputar 180o, sehingga bunga anggrek dewasa akan
menghadap ke bawah dan bakal buah atau ovariumnya resupinat
(terputar).
Perhiasan bunga terdiri atas tiga sepal (pada lingkaran luar)
dan tiga petal (pada lingkaran dalam). Keseluruhan sepal dan dua
petal pada posisi lateral biasanya memiliki struktur dan warna yang
mirip. Satu petal membentuk struktur yang sangat berbeda dari
kedua petal lainnya, memiliki warna yang lain, dan berukuran lebih
besar yang dinamakan labelum. Labelum seringkali digunakan
sebagai landasan bagi polinator, atau berfungsi sebagai penarik
polinator yang datang pada bunga karena warna bunga yang
mencolok atau karena bentuknya yang menyerupai hewan
pasangannya. Adakalanya petal memiliki bentuk seperti antena atau
sayap atau bunga mengeluarkan bau seperti bau bunga betina. Bunga
anggrek memiliki stamen dan pistilum yang bersatu dinamakan
kolumna atau ginandria, yang terletak berseberangan dengan
labelum. Polen pada tumbuhan ini pun bersatu membentuk polinia.

D. Hasil Pengamatan
1. Bandutan (Ageratum conyzoides)
a. Foto hasil pengamatan
Keterangan:
a a. Benang sari
b. Putik
b

b. Literatur

Keterangan:
a
a. Benang sari
b. Putik
b
Sumber: Robert, 2017

2. Euphorbia mili
a. Foto hasil pengamatan
Keterangan:
a. Benang sari
b. Putik
a c. mahkota

b. Literatur

Keterangan:
a. .
b. .
c. .
a

c
Sumber: Robert, 2017

3. Wedelia (Sphagneticola trilobata)


a. Foto hasil pengamatan
Keterangan:
a. Putik
b. Benang sari

a c. Mahkota

b. Literatur

Keterangan:
a. Putik
b. Benang sari
a
c. mahkota

c
Sumber: Robert, 2017

4. Alang-alang (Imperata cylindrica L.)


a. Foto hasil pengamatan
Keterangan:
a. Daun
a b. Putik
c. Bulir

b. Literatur

Keterangan:
a a. Daun
b. Putik
c. Bulir
b

c
Sumber: Robert, 2017

E. ANALISIS
1. Bandutan (Ageratum conyzoides)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Ageratum
Species : Ageratum conyzoides
Sumber : Cronquist, (1981)
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya amati pada bunga
bandotan ini berbau keras ukurannya, kecil, berwarna putih keunguan.
Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang
keluar dari ujung tangkai, warnanya putih.
Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang
berambut., berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang
menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-
cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak
di ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,5–5 cm, terletak
berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah.
Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10
× 0,5–5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau
meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau
bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di
sisi bawah.
2. Euphorbia milii
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia mili
Sumber : Cronquist, (1981)
Pada hasil pengamatan yang saya amati pada tumbuhan
Eouphorbia milii ini terdapat struktur bunganya yaitu, mahkota bunga,
kepala putik, tangkai putik, kelopak, dasar bunga, tangkai bunga, bakal
buah dan benang sari. Terdapat dua buah stigma, benang sari tak
terhingga, terdapat juga nektar. Ciri bunga euphorbia ini memeliki
banyak duri, kelopak bunga yang kecil dan warna bunga euphorbia ada
berbagai macam jenis warna dari merah, pink, putih dan lain-lain.
Menurut Sumardi (1996), bunga tanaman euphorbia adalah
memiliki dompolan-dompolan yang cukup banyak. Bahkan di setiap
dompolan masih ada beberapa kuntum. Jumlahnya antara 4-32 kuntum.
Sedangkan struktur pembentuk bunga ada empat. Yaitu benang
sari, mahkota semu, putik serta bakal buah. Nah mahkota semu inilah
yang sangat indah karena memiliki ciri-ciri penuh warna.
3. Wedelia (Wedelia biflora L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Genus : Wedelia
Spesies : Wedelia biflora L.
Sumber : Cronquist, (1981)
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya amati pada Bunga
Wedelia ini memiliki panjang batang 1,5-5 m dengan batang yang kurus.
Beberapa rambut tumbuh pada kedua sisi permukaan daun dan pada
batang. Daun Bunga wedelia ini pada tepi daunnya bergerigi, dengan
gagang daun panjangnya 0,5-4 cm. Bentuk dan struktur daun tanaman
wedelia bulat telur. Letak: bersilangan dengan ukuran: 3-17 x 1-12 cm.
Sedangkan pada bunga wedelianya memliki kepala bunga yang
biasanya soliter, berwarna kuning cerah, terletak pada bagian atas ketiak
bunga atau kadang-kadang dalam pasangan, diameter 1,5-2,5 cm.
Gagang bunga wedelia panjangnya 1-7 cm, ditutupi oleh rambut.
Memiliki kekhasan berupa bunga komposit dengan delapan “daun
mahkota” (sesungguhnya adalah bunga terpisah berbentuk seperti
bendera) dan cakram bunga (betina), berjumlah 20-30.
Menurut Novita (2011), Bunga wedelia adalah tanaman bunga liar
yang hidup di ladang dan sawah. Bunga widelia yang memiliki nama
latin Wedelia biflora L. DC. ini kadang juga di jadikan sebagai tanaman
hias di pekarangan rumah. Penyebaran bunga wedelia ini dari Afrika
tropis ke arah timur ke India dan Indo-Cina sampai Jepang, dan ke arah
selatan dari Malesia ke Australia tropis dan Polinesia Barat. Habitat
bunga wedelia biasanya melimpah pada belakang pantai dan sepanjang
aliran pasang surut dan batas hutan bakau, dimana jenis ini dapat
membentuk belukar yang sulit ditembus. Jenis ini juga umum di hutan
sekunder, kebun yang ditinggalkan, perkebunan kelapa dan sawah yang
belum ditanami. Bunga wedelia dapat di budiyakan melalui perbanyakan
secara alami dilakukan dengan biji atau dapat dilakukan juga dengan
stek. Bunga wedelia ini mempunyai beragam manfaat dan khasiat bagi
kesehatan.
4. Alang-alang (Imperata cylindrica L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
Sumber : Cronquist, (1981)
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya amati pada alang-
alang, termasuk rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik,
merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah
runcing tajam, serupa ranjau duri.
Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga,
sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan rambut
di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih.
Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung
runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang
12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam, berambut panjang di
pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat di tengahnya.
Karangan bunga dalam malai, 6–28 cm panjangnya, dengan anak bulir
berambut panjang (putih) lk. 1 cm, sebagai alat melayang bulir buah bila
masak.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Bandotan (Ageratum conyzoides): bunga bandutan memiliki beberapa
bagian seperti putik, benang sari, mahkota bunga, kelopak, tangkai, dan
daun pelindung
2. Euphorbia milii : bunga Eouphorbia milii memiliki beberapa bagian
seperti putik, benang sari, mahkota bunga, kelopak, tangkai, dan ujung
tangkai.
3. Anggrek (Dendrobium sp.) : bunga anggrek (Dendrobium sp.) memiliki
beberapa bagian seperti putik, benang sari, mahkota bunga, kelopak,
tangkai, dan colum.
4. Alang-alang (Imperata cylindrica L.): bunga alang-alang (Imperata
cylindrica L.) memiliki beberapa bagian seperti putik, benang sari, daun,
bulir, dan tangkai.

G. DAFTAR ISI
Azidin, Penjelasan Tentang Botani Tinggi, Jakarta: Erlangga, 1986.

Azidin, Penjelasan Tentang Pohon Pinus, Jakarta: Erlangga, 1986.

Campbell, Neil A, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, Jakarta: Erlangga,


2008.

Cronquist, “Klasifikasi Pohon Melinjo”, http://cronquist.com/klasifkasi-


Steenis, C.G.G.J. Van, Flora, Jakarta Timur: PT Balai Pustaka (Persero),
2013.

H. EVALUASI
1. Mengapa bunga sering hinggapi serangga?
Jawab:
Karena serangga adalah salah satu makhluk hidup yang bisa
membantu tumbuhan agar terjadi proses penyerbukan. Penyerbukan
atau proses jatuhnya serbuk sari ke kelapa putih adalah hal penting
untuk tumbuhan. Penyerbukan akan menghasilkan biji agar tumbuhan
dapat berkembang biak. Maka itu, tumbuhan memunculkan bunga
berwana-warni untuk menarik perhatian serangga. Selain oleh
serangga, penyerbukan bisa juga dibantu oleh angin. Nah, tumbuhan
yang penyerbukannya dibantu angin biasanya memiliki bunga yang
berukuran kecil sehingga serbuk sari mudah untuk diterbangkan
angin.
2. Apa saja bunga yang tergolong dalam family Asteraceae, Poaceae,
Euphorbiaceae, dan Orchidaceae ?
Jawab:
a. Asteraceae : Bunga Matahari (Helianthus annuus L.), Bandutan
(Ageratum conyzoides), dan Bunga tai kotok (Tagetes erecta)
b. Poaceae : Alang-alang (Imperata cylindrica L.)
c. Euphorbiaceae : Euphorbia milii
d. Orchidaceae : Dendrobium
3. Apa saja struktur bunga dan penyusunannya ?
Jawab :
a. Benang sari
Benang sari pada tumbuhan merupakan alat kelamin jantan.
Seperti halnya dengan bagian-bagian bunga yang diuraikan
dahulu.Benang sari pun merupakan suatu metamorfosis daun,
yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin
jantan.Metamorfosisnya masih dapat terlihat pada bunga jenis
tertentu, misalnya bunga tasbih. Pada tumbuhan ini tajuk
bunganya justru tidak begitu menarik, tetapi yang berwarna indah
dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk
bunga. Pada benang sari dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1) Tangkai sari (filamentum), yaitu bagian yang berbentuk
benang dengan penampang melintang yang umumnya
berbentuk bulat.
2) Kepala sari (anther), yaitu bagian benang sari yang terdapat
pada ujung tangkai sari. Bagian ini di dalamnya biasanya
mempunyai 2 ruang sari (theca), masing-masing ruang sari
semula terdiri atas dua ruangan kecil (loculus atau
loculumentum). Dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau
tepung sari (pollen), yaitu sel-sel jantan yang berguna untuk
penyerbukan atau persanan. Adakalanya serbuk sari tidak
terbentuk atau serbuk sari yang ada tidak mampu untuk
mengadakan penterbukan. Benangsari yang demikian
dinamakan benangsari yang mandul.
3) Penghubung ruang sari (connectivum). Bagian ini merupakan
lanjutan tangkai sari yang menjadi penghubung kedua bagian
kepala sari (ruang sari) yang terdapat di kanan kiri
penghubung ini. Walaupun telah dikemukakan bahwa semua
bagian bunga,jadi juga benang sari, didukung oleh dasar
bunga,tetapi tampaknya benang sari tidak selalu demikian
duduknya. Mengenai duduknya benang sari dibedakan 3
macam, yaitu :
a) Benang sari jelas duduk pada dasar bunga. Tumbuhan
dengan bunga yang bersifat demikian oleh De Candolle
dinamakan : Thalamiflorae, misalnya jeruk (Citrus sp.).
b) Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak, yang
sering dapat kita lihat pada bunga yang perigin atau
epigin. Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE
dinamakan : Calyciflorae, misalnya mawar (Rosa hybrid
Hort).
c) Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga.
Tumbuhan yang demikian disebut: Corolliflorae, a.l
anggota-anggota suku Boraginaceae,misalnya buntut
tikus (Heliotropium indicum L.)
b. Serbuk sari
Butir serbuk sari atau mikrospora adalah hasil
mikrosporogenesis,berupa tubuh yang simetris bilateral atau radial
dan pada dindingnya terdapat bagian yang kurang kuat disebut
aperture,ada yang bulat (pori) dan ada yang memanjang (kolpri).
Dinding butir serbuk sari terdiri dari dua lapisan, yaitu intin yang
lunak di bagian dalam,dan eksin yang keras diu sebelah luar. Eksin
terbagi lagi menjadi neksin ( bagian yang tidak berlekuku ) dan
seksin ( memiliki pola lekukan yang khas ).
c. Karpel
Pada ginesium dapat dibedakan bagian bawah yang fertile ( bakal
buah/ovarium ),bagian tengah yang steril ( tangkai putik/stilus,dan
yang paling ujung (kepala putik/stigma). Bakal buah terdiri atas
dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Bakal biji/ovulum
terdapat di daerah dinding bakal buah dalam disebut plasenta.
Setiap karpel memiliki dua plasenta. Dinding bakal buah terdiri
atas jaringan parenkimatis,serta jaringan vaskuler yang dilindungi
oleh epidermis tabung serbuk sari. Jaringan–jaringan ini akan
mengalami serangkaian perubahan histology setelah terjadi
pembuahan. Tangkai dan kepala putik memiliki struktur khusus
yang memungkinkan butir serbuk sari mampu berkecambah dan
menembus ovulum. Stilus dapat berongga atau padat, di bagian
dalam dapat di jumpai jaringan transmisi yang merupakan jalan
bagi buluh serbuk sari untuk mencapai bakal biji. Stigma yang siap
menerima butir sari dapat menghasilkan secret dalam jumlah besar
( stigma basah ) atau kurang menghasilkan secret ( stigma kering ).
Butir sari berkecambah menghasilkan tabung sari yang kemudian
tumbuh melalui tepi ronnga situs melalui jaringan transmisi.
d. Bakal Biji
Setiap bakal biji melekat pada dinding ovarium dengan adanya
tangkai bakal biji/funikulus yang mengandung berkas pembuluh.
Bakal biji terdiri dari jaringan di tengah (nuselus), diingkari oleh
integument dalam dan integument luar. Kedua integument
mengelilingi suatu saluran yang bermuara di pori, disebut mikropil.
Daerah nuselus, integument, dan funikulus berhubungan disebut
kalaza, sering terletak berhadapan dengan mikropil. Tabung sari
tumbuh melalui mikropil di saat fertilisasi.
Bakal biji mempunyai sistem pembuluh dan berhubungan dengan
plasenta. Jika bakal biji punya 2 integumen,jaringan pembuluh
dijumpai baik pada integument luar maupun integument dalam,atau
hanya ada di integument luar saja. Jarang sekali system pembuluh
pada nuselus. Jaringan pembuluh terutama berfungsi selama
pemasakan biji. Distribusi kultikula pada bakal biji dan biji tersebut
membrane suberin atau selaput suberin,selaput lemak,atau selaput
semi permeabel. Pada spesies tertentu, integument di bagian
epidermis dalam yang berdekatan dengan nuselus berubah menjadi
lapisan nutritive, dinamakan tapetum integumen. Nuselus pada
beberapa kelompok tumbuhan menjadi jaringan penimbun yang
disebut perisperm.

Anda mungkin juga menyukai