Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
TPB 18130/1 SKS

Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.

Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah

Oleh:
Fazry
180101110208

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
BANJARMASIN
JANUARI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat limpahan taufik,
rahmat, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan (TPB 18130/1 SKS) tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungan baik secara moril
maupun materil kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan baik material maupun
spiritual.
2. Ibu Febrianawati Yusup, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Anatomi Fisiologi Manusia yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
3. Kakak Rusdianur dan Kakak Suaidah selaku asisten dosen yang telah
membantu dan memberikan bimbingan selama praktikum.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam praktikum Fisiologi Hewan serta
semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan dan saran yang dapat
membangun untuk kesempurnaan laporan akhir ini di masa yang akan datang. Semoga
laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Banjarmasin, 9 Januari 2022

Fazry
NIM 180101110208
DAFTAR NILAI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Praktikum ke- Topik Nilai
I Osmoregulasi 85
II Kontraksi Otot Jantung 81
III Kontraksi Otot Rangka 76
IV Fertilisasi dan Perkembangan 86
Embrio Ikan
V Pengamatan Alat Pernapasan Ikan 90
Total 418
Rata-rata 83, 6

Mengetahui,

Asisten Dosen Praktikum Fisiologi Hewan


DAFTAR ISI

Sampul............................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................................
Daftar Nilai Praktikum ....................................................................................................
Laporan Praktikum..........................................................................................................
1. Osmoregulasi ......................................................................................................
2. Kontraksi Otot Jantung ........................................................................................
3. Kontraksi Otot Rangka ........................................................................................
4. Fertilisasi dan Perkembangan Embrio Ikan ..........................................................
5. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan .......................................................................
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
TPB 18130/1 SKS
OSMOREGULASI

Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.

Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah

Oleh:
Fazry
180101110208

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2021
PRAKTIKUM I
OSMOREGULASI

Tujuan : Untuk mengamati osmoregulasi pada ikan nila melalui

jumlah buka tutup operculum dan perilakunya di air


yang berbeda
Hari/tanggal : Rabu, 22 September 2021
Tempat : Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Dua buah wadah bening (diusahakan akuarium)
b. Satu buah Stopwatch (boleh menggunakan Hp)
c. Satu buah Hand counter (boleh menggunakan tally counter yang
untuk dzikir)
2. Bahan
a. Dua ekor Ikan Nila
b. Air Secukupnya untuk ikan berenang
c. Garam 5 sendok makan
B. CARA KERJA
a. Menyiapkan air tawar pada wadah 1 dan air asin pada wadah 2
b. Masukkan masing-masing ikan pada wadah
c. menghitung jumlah buka tutup operculum ikan nila selama 5 menit
sekaligus amati perilaku ikan pada masing-masing wadah
d. Masukkan data pada tabel yang sudah dibuat
e. Mendokumentasikan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas ikan
C. TEORI DASAR
Osmoregulasi Osmoregulasi merupakan proses pengaturan konsentrasi
cairan dan penyeimbangan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh
sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi ini sangat diperlukan karena
adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan di sekitarnya.
Jika sel menerima terlalu banyak air maka ia akan menggembung dan pecah.
Begitupun sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengkerut dan
mati. Osmoregulasi juga memiliki fungsi ganda yaitu untuk membuang zat-
zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Osmoregulasi dapat
dikatakan sebagai mekanisme pengontrolan keseimbangan osmotik internal
(H2O dan ion dalam tubuh organisme) dan lingkungan eksternal (Kay, 1998).
Menurut Evans (1998), osmoregulasi adalah pengaturan air dan ion
dalam tubuh dengan sejumlah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur
perbedaan osmotik diantara intra sel dan ekstrasel dan diantara ekstrasel
dengan lingkungan secara kolektif. Mekanisme osmoregulasi meliputi
volume air, kandungan zat terlarut dan distribusi zat terlarut. Sedangkan,
menurut Soetarto (1986), osmoregulasi adalah mekanisme mahluk hidup
untuk mempertahankan kekonstanan volume air dalam tubuhnya, dimana
jumlah air yang masuk harus sama dengan jumlah air yang keluar.
Hewan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan
osmoregulasinya menjadi osmoregulator dan osmokonformer. Osmoregulator
adalah hewan yang konsentrasi cairan tubuhnya konstan terhadap konsentrasi
lingkungan eksternalnya, contoh hewan osmoregulator adalah ikan Nila.
Sedangkan, osmokonformer merupakan hewan yang konsentrasi osmotik
cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan konsentrasi lingkungan
eksternalnya misalnya pada ikan laut (Fujaya, 2004).
Hewan pada dasarnya memiliki toleransi terbatas terhadap lingkungan
artinya bila dipindahkan ke suatu habitat akan beradaptasi dan bila tidak
mampu beradaptasi akan mati . Proses pengaturan regulasi pada tubuh hewan
berbeda-beda. Misalnya saja pada ikan air tawar, karena tubuhnya hipertonik
terhadap medium maka ikan air tawar akan mengeluarkan urin yang encer
karena kelebihan air di dalam tubuhnya. Kelebihan air ini disebabkan karena
adanya air lingkungan masuk ke dalam tubuh melalui difusi. Ikan air tawar
bila dipindahkan ke air laut maka keadaan tubuhnya akan menjadi hipotonik
terhadap lingkungan. Keadaan ini menyebabkan air keluar dari tubuh
sehingga kadar garam di dalam tubuh akan meningkat. Seiring meningkatnya
kadar garam dalam tubuh, ikan yang melakukan mekanisme ini disebut
euryhalin, sedangkan yang tidak melakukan mekanisme ini disebut stenohalin
(Schmidt-Nielsen, 1990).
Salinitas berhubungan erat dengan proses osmoregulasi dalam tubuh
ikan. Salinitas adalah jumlah total material dalam gram, termasuk ion-ion
inorganik (sodium dan klorid, fosfor organik, dan nitrogen) dan senyawa
kimia (vitamin dan pigmen tanaman), yang terdapat dalam 1 kg air atau dapat
juga didefinisikan sebagai konsentrasi total ion yang terdapat di perairan yang
dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰). Salinitas di perairan
menimbulkan tekanan-tekanan osmotik yang bisa berbeda dari tekanan
osmotik di dalam tubuh organisme perairan. Ikan yang berada pada kondisi
lingkungan yang mempunyai tekanan osmosis berbeda dengan tekanan
osmosis dalam tubuhnya akan mengatur tekanan osmosis dalam tubuh agar
seimbang dengan lingkungannya. Pengaturan osmosis dalam tubuh ikan
inilah yang disebut dengan osmoregulasi
D. HASIL PENGAMATAN
1. Gambar Pengamatan
a. Ikan nila air di air tawar sebelum 5 menit
Keterangan:
a b a. Mata
b. Mulut
c. Sirip dada
d. Sirip punggung
e. Sirip ekor
c

e d

Sumber: Dok. Pribadi, (2021)

b. Ikan nila air di air tawar sesudah 5 menit


Keterangan:
e c a. Mata
b. Mulut
c. Sirip dada
d. Sirip punggung
d
e. Sirip ekor

Sumber: Sudarman, (2016)

a
b
c. Ikan nila air di air tawar sebelum diberi garam
Keterangan:
a. Mata
b. Mulut
c. Sirip dada
d. Sirip punggung
e. Sirip ekor

e a
c b
d c

Sumber: Dok. Pribadi, (2021)

d. Ikan nila air di air tawar sesudah diberi garam


Keterangan:
a. Mata
c
a b. Mulut
c. Sirip dada
d. Sirip punggung
e. Sirip ekor

Sumber: Sudarman, (2016)

e d
b
Jumlah Buka Tutup Perilaku Ikan Nila Selama
No. Jenis
Operculum Pengamatan
Dengan perilaku normal,
berenang aktif diatas permukaan
dan membutuhkan oksigen dan
bukaan operculum relatif lebih
sedikit. Hal ini karena mampu
1. Air tawar 230 beradaptasi dengan lingkungan
yang salinitas 0 ppt dan terhadap
perubahan air, ia dapat hidup di
air tawar dan di air payau karena
ikan nila habitatnya ada yang
disungai dan danau.
Dengan perilaku tidak normal,
pergerakkan nya didalam air
semakin lambat, tidak terlalu
aktif, berenang pasif berada
didasar air dan melemah dan
2. Air garam 410 pergerakan tidak normal hal ini
menyebab kan bahwa ikan nila
pada salinitas air garam tidak
mampu beradapatasi karena
habitat asli ikan nila itu di air
payau.
E. ANALISIS
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam masing-
masing wadah yang berisi air tawar dan air garam dan menghitung jumlah
buka tutup operculum ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5 menit
sekaligus mengamati perilaku ikan pada masing-masing wadah. Hasil yang
diperoleh bahwa pada wadah yang berisi air tawar jumlah buka tutup
operculum pada ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5 menit berjumlah
230. Sedangkan perilaku ikan nila (Oreocromis nilotikus) pada wadah yang
berisi air tawar sebelum 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) berenang
dengan secara normal, berenang dengan aktif dan mengeluarkan feses.
Setelah itu sesudah 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) masih berenang
dengan secara normal, dan berenang aktif diatas permukaan dan
membutuhkan oksigen.
Hal ini dikarenakan ikan nila (Oreocromis nilotikus) berada pada
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana ikan ini dapat
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya. Ikan nila di lingkungan air
tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari lingkungan. Ikan nila yang
dipelihara di lingkungan bersalinitas mempunyai tekanan lebih kecil dari
lingkungan. Hal ini menyebabkan ikan nila akan melakukan adaptasi berupa
masuknya garam-gram kedalam tubuh dan air akan keluar.
Untuk mempertahankan atau menyeimbangkan konsentrasi garam dan air
dalam tubuh ikan nila, maka ikan nila akan memperbanyak minum air untuk
melakukan proses osmoregulasi. Dengan memperbanyak minum maka
kehilangan air dalam tubuh ikan nila akan tergantikan dan garamgaram harus
segera dikeluarkan. Organ-organ yang terlibat dalam proses osmoregulasi
ikan nila adalah insang dan ginjal.
Menurut Fujaya (2004) ikan-ikan euryhaline memiliki ginjal intermediate
antara ikan air tawar dan ikan air laut. Darahnya sedikit lebih encer
dibandingkan ikan air laut, tetapi konsentrasi urinenya tidak seperti urine ikan
air laut. Ginjal-ginjal euryhaline mengatur perbedaan konsentrasi darah dan
urine sebagaimana pada tipe ikan air laut dan ikan air tawar dengan jalan
mengatur laju hilangnya garam atau air melalui transpor aktif.
Sedangkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam wadah
yang berisi air garam dan menghitung jumlah buka tutup operculum ikan nila
(Oreocromis nilotikus) selama 5 menit sekaligus mengamati perilaku ikan
pada wadah tersebut. Hasil yang diperoleh bahwa pada wadah yang berisi air
garam jumlah buka tutup operculum pada ikan nila (Oreocromis nilotikus)
selama 5 menit berjumlah 410. Sedangkan perilaku ikan nila (Oreocromis
nilotikus) pada wadah yang berisi air garam sebelum 5 menit ikan nila
(Oreocromis nilotikus) berenang dengan secara tidak normal, berenang
dengan tidak aktif dan berenang pasif berada didasar air. Setelah itu sesudah
5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) Masih berenang pasif berada didasar
air dan pada 15 menit ketiga Mulai melemah dan pergerakan tidak normal hal
ini menyebab kan bahwa ikan nila pada wadah yang berisi air garam tidak
mampu beradapatasi karena habitat asli ikan nila itu di air tawar.
Hal ini menandakan bahwa ikan tidak mampu lagi menyesuaikan
diri pada waktu yang lama, ini dikarenakan jumlah ion - ion dalam
tubuh semakin berkurang.
Teleostei potadrom (ikan air tawar) yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion
keluar kelingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit
atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat
mengurangi dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2008).
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa:
a. Ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam
masing-masing wadah yang berisi air tawar dan air garam dan
menghitung jumlah buka tutup operculum ikan nila (Oreocromis
nilotikus) selama 5 menit sekaligus mengamati perilaku ikan pada
masing-masing wadah. Hasil yang diperoleh bahwa pada wadah
yang berisi air tawar jumlah buka tutup operculum pada ikan nila
(Oreocromis nilotikus) selama 5 menit berjumlah 230. Sedangkan
perilaku ikan nila (Oreocromis nilotikus) pada wadah yang berisi
air tawar sebelum 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus)
berenang dengan secara normal, berenang dengan aktif dan
mengeluarkan feses. Setelah itu sesudah 5 menit ikan nila
(Oreocromis nilotikus) masih berenang dengan secara normal, dan
berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen. Hal
ini dikarenakan ikan nila (Oreocromis nilotikus) berada pada
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana ikan
ini dapat bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya.
b. Ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam wadah
yang berisi air garam dan menghitung jumlah buka tutup
operculum ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5 menit
sekaligus mengamati perilaku ikan pada wadah tersebut. Hasil yang
diperoleh bahwa pada wadah yang berisi air garam jumlah buka
tutup operculum pada ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5
menit berjumlah 410. Sedangkan perilaku ikan nila (Oreocromis
nilotikus) pada wadah yang berisi air garam sebelum 5 menit ikan
nila (Oreocromis nilotikus) berenang dengan secara tidak normal,
berenang dengan tidak aktif dan berenang pasif berada didasar air.
Setelah itu sesudah 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) Masih
berenang pasif berada didasar air dan pada 15 menit ketiga Mulai
melemah dan pergerakan tidak normal hal ini menyebab kan bahwa
ikan nila pada wadah yang berisi air garam tidak mampu
beradapatasi karena habitat asli ikan nila itu di air tawar. Hal ini
menandakan bahwa ikan tidak mampu lagi menyesuaikan
diri pada waktu yang lama, ini dikarenakan jumlah ion -
ion dalam tubuh semakin berkurang.
G. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ridwan. Fisiologi Hewan Air . Pekanbaru: Unri Press. 2002.

Fujaya, Yusinta. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. 1999.

Suyanto, Rachmatun. Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Penebar Swadaya.


2008.

Nurul C, A. Sistem Osmoregulasi Pada Ikan. Universitas Diponegoro.


Semarang. 2011.

Sucipto, dkk. Fisiologi Hewan Air. Insitut Pertanian. Bogor. 2007.

Susilowati, D. Osmoregulasi Hewan Air. 2012.

Fujaya Y. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknologi perikanan).


Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004.
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
TPB 18130/1 SKS
KONTRAKSI OTOT JANTUNG

Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.

Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah

Oleh:
Fazry
180101110208

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
BANJARMASIN
OKTOBER 2021
PRAKTIKUM II
KONTRAKSI OTOT JANTUNG

Tujuan : 1. Untuk melihat sifat otomatis dan ritmis dari tiap-tiap

bagian jantung
2. Untuk memahami peran sinus venosus pada
kontraksi otot jantung
3. Untuk mengamati pengaruh faktor ekstrinsik
terhadap aktivitas jantung
Hari/tanggal : Selasa, 12 Oktoberr 2021
Tempat : Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Alat bedah
b. Bak parafin
c. Jarum
d. Pipet tetes
2. Bahan
1. Katak (Rana sp.)
2. Tissue
3. Kapas
4. Rangkaian listrik (1,5 V, 3 V, dan 4,5 V)
5. Chloroform
6. Alkohol (5% dan 10%)
7. Cacl2 (3 mM dan 5 mM)
8. Ringer lactat

B. CARA KERJA
1. Katak dibius menggunakan Chloroform (1-2 menit) kemudian di bedah
pada bagian abdomen.
2. Kemudian diberi rangsangan listrik pada bagian jantung dengan rangkaian
listrik 1,5 V, 3 V, dan 4,5 V secara bergantian dengan menghitung detak
jantungnya selama 2 menit sekali.
3. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar jantung kembali stabil
4. Perlakuan selanjutnya, dengan memberikan perlakuan rangsangan Kimia
berupa Alkohol 5% dan 10% serta Cacl2 3 mM dan 5 mM pada bagian
jantung, masing-masing sebanyak 3 kali ulangan, kemudian dihitung detak
jantungnya setiap 2 menit sekali
5. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar jantung kembali stabil

C. TEORI DASAR
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh
darah atau suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai
kerucut dan dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial
(perikardium). Peranan jantung sangat penting dalam hubunganya dengan
pemompaan darah keseluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah, sirkulasi
darah adalah sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran
enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi dan
senyawa N, dari tempat asal keseluruh bagian tubuh sehingga diperlukan
tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah sampai ke bagain-bagian
jaringan jaringan tubuh (Afandi, 2001).
Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu neurogenik dan jantung
meogenik. Jantung neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah
(invertebrata), yang aktivitasnya diatur oleh sistem syaraf sehingga jika
hubungan syaraf dengan jantung diputuskan maka jantung akan berhenti
berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan tetap ritmis meskipun
hubungan dengan syaraf diputuskan. Bahkan bila jantung katak diambil selagi
masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap
berdenyut (Affandi, 2002).
Menurut Hansotto (2011), secara singkat kontraksi otot jantung terdiri
dari 4 peristiwa yaitu :
1. Peristiwa rangsangan: rangsangan atau stimulus berasal dari dalam
jantung sendiri atau berasal dari luar jantung.
2. Peristiwa listrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan
minimal pada otot jantung mulai menimbulkan impuls yang mula-mula
terjadi pada NSA sehingga timbul aksi potensial yang akan disebarkan
berupa
3. Peristiwa kimia: setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan
berdifusi ke dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia
sehingga kalsium intrasel akan bertambah banyak.
4. Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan
aktin dan myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril
memendek, dimana akan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot
jantung.
Pada katak bagian jantung yang bertindak sebagai pemacu jantung adalah
sinus venosus. Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga,
dengan dua arteri dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke
dalam sebuah arteri bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit:
pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan pertukaran gas, dimana darah
akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya
oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di
antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistemik membawa
darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian
mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena
(Afrianto, 2014).
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung sebagai pemompa dan
pembuluh darah sebagai saluran. Darah dipompakan oleh jantung ke dalam
pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian kembali
lagi ke jantung sebagai suatu sirkulasi (Halwatiah, 2009).
D. HASIL PENGAMATAN
1. Foto Hasil Pengamatan
a. Rangsangan Listrik
1) 1, 5 Volt

Keterangan:
a b a. Kaki depan
b. Jantung
c. Hati
d. Ginjal
c e. Kaki belakang

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso

2) 3 Volt
Keterangan:
a b a. Kaki depan
b. Jantung
c. Hati
c d. Ginjal
e. Kaki belakang

d
e
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
3) 4, 5 Volt
Keterangan:
a a. Kaki depan
c b. Jantung
b c. Hati
d. Ginjal
c e. Kaki belakang
‘ d

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso

b. Rangsangan Kimia
1) Alkohol 5%
Keterangan:
a. Kaki depan
a
b. Jantung
b c. Hati
d. Ginjal
c
e. Kaki belakang

d
e
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
2) Alkohol 10%
Keterangan:
a. Kaki depan
a
b. Jantung
c. Hati
b d. Ginjal
c e. Kaki belakang

d
Sumber: Sudarman, (2016)
e

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso

3) CaCl2 3 mM
Keterangan:
a. Kaki depan
a b. Jantung
c. Hati
b
d. Ginjal

e e. Kaki belakang

c
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
4) CaCl2 5 mM
Keterangan:
a. Kaki depan
a
b b. Jantung
c. Hati
d. Ginjal
c
e. Kaki belakang
d

e
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso

Tabel Hasil Pengamatan

Ulangan 1 Ulangan 3 Ulangan 3 Rata-rata


No. Perlakuan
(detik/menit) (detik/menit) (detik/menit) (detik/menit)
Rangsangan Listrik
1, 5 Volt 38 Detak 37 Detak 35 Detak 36,66 Detak
1.
3 Volt 41 Detak 38 Detak 39 Detak 39,66 Detak
4, 5 Volt 44 Detak 45 Detak 43 Detak 43,33 Detak
Rangsangan Kimia
Alkohol 5% 37 Detak 36 Detak 35 Detak 36 Detak
2. Alkohol 10% 42 Detak 38 Detak 40 Detak 40 Detak
CaCl2 3 mM 34 Detak 33 Detak 33 Detak 33,33 Detak
CaCl 5 mM 38 Detak 39 Detak 36 Detak 37,66 Detak
E. ANALISIS
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum kontraksi otot jantung
dengan sampel katak (Rana sp.) yang dibius terlebih dahulu
menggunakan Chloroform (1-2 menit) kemudian di bedah pada bagian
abdomen. Pada praktikum ini menggunakan dua rangsangan yaitu
rangsangan listrik dan rangsangan kimia. Pada rangsangsan listrik sampel
katak (Rana sp.) diberi rangsangan listrik pada bagian jantung dengan
rangkaian listrik 1,5 Volt, 3 Volt, dan 4,5 Volt secara bergantian dan
masing-masing rangkaian listrik dilakukan sebanyak 3 kali ulangan,
kemudian dihitung detak jantungnya setiap 2 menit sekali. Sedangkan
pada rasangan kimia berupa Alkohol 5% dan 10% serta Cacl2 3 mM dan
5 mM pada bagian jantung, masing-masing rasangan kimia ini dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan, kemudian dihitung detak jantungnya setiap 2
menit sekali. Setiap perlakuan atau pengulangan , jantung diistirahatkan 2
menit dan di tetesi dengan Larutan Ringer lactat agar jantung kembali
stabil.
Larutan Ringer Laktat (RL) merupakan larutan steril NaCl (Natrium
klorida), KCl (Kalium klorida), dan CaCl (Kalsium klorida) dalam air
untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat
dal am larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan
elektrolit yang diperlukan tubuh dan juga menyebabkan kontraksi otot
jantung katak menjadi semakin cepat. Oleh karena itu, dengan
penambahan larutan RL menyebabkan kontraksi otot jantung katak
menjadi semakin cepat karena larutan RL ini juga bersifat hipertonis
yang osmolaritasnya lebih tinggi sehingga konsentrasi cairan di dalam
sel-sel otot jantung meningkat yang menyebabkan otot jantung akan
lebih cepat berkontraksi dari frekuensi denyut jantung normal.
Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangkaian listrik 1, 5 volt
pengulangan pertama berjumlah 38 detak , pengulangan kedua berjumlah
37 detak, pengulanga ketiga berjumlah 35 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 36, 66 detak. Lalu pada rangkaian listrik 3 volt , pengulangan
pertama berjumlah 41 detak , pengulangan kedua berjumlah 38 detak,
pengulanga ketiga berjumlah 40 detak dan untuk rata-ratanya berjumlah
39, 66 detak. Sedangkan rangkaian listrik 4, 5 volt pengulangan pertama
berjumlah 44 detak , pengulangan kedua berjumlah 45 detak, pengulanga
ketiga berjumlah 41 detak dan untuk rata-ratanya berjumlah 43, 33 detak.
Hal ini menunjukkan bahwa jantung katak dalam kedaan ritmis
(berirama) dan normal. Dikatakan ritmis (berirama).
Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangkaian kimia Alkohol
5% pengulangan pertama berjumlah 37 detak , pengulangan kedua
berjumlah 36 detak, pengulanga ketiga berjumlah 35 detak dan untuk
rata-ratanya berjumlah 36 detak. Lalu pada rangkaian listrik Alkohol
10% pengulangan pertama berjumlah 42 detak , pengulangan kedua
berjumlah 38 detak, pengulanga ketiga berjumlah 40 detak dan untuk
rata-ratanya berjumlah 40 detak. Lalu pada rangkaian listrik Cacl2 3 mM
pengulangan pertama berjumlah 34 detak , pengulangan kedua berjumlah
33 detak, pengulanga ketiga berjumlah 33 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 33, 33 detak. Sedangkan rangkaian listrik Cacl2 5 mM
pengulangan pertama berjumlah 38 detak , pengulangan kedua berjumlah
33 detak, pengulanga ketiga berjumlah 33 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 37, 66 detak. Hal ini menunjukkan bahwa jantung katak dalam
kedaan ritmis (berirama) dan normal. Dikatakan ritmis (berirama).
Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi
dengan sendirinya, namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan
perambatan impuls pada jantung dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu
saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Pasangan kedua saraf ini kerjanya
adalah saling berlawanan yaitu :Saraf simpatik bekerja meningkatkan
baik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan mempercepat
perambatan impuls pada jantung. Sedangkan saraf parasimpatik bekerja
menurunkan naik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan
melambatkan perambatan impuls pada jantung.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangkaian listrik 1, 5 volt
pengulangan pertama berjumlah 38 detak , pengulangan kedua berjumlah
37 detak, pengulanga ketiga berjumlah 35 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 36, 66 detak. Lalu pada rangkaian listrik 3 volt , pengulangan
pertama berjumlah 41 detak , pengulangan kedua berjumlah 38 detak,
pengulanga ketiga berjumlah 40 detak dan untuk rata-ratanya berjumlah
39, 66 detak. Sedangkan rangkaian listrik 4, 5 volt pengulangan pertama
berjumlah 44 detak , pengulangan kedua berjumlah 45 detak, pengulanga
ketiga berjumlah 41 detak dan untuk rata-ratanya berjumlah 43, 33 detak.
Hal ini menunjukkan bahwa jantung katak dalam kedaan ritmis
(berirama) dan normal. Dikatakan ritmis (berirama).
2. Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangkaian kimia Alkohol 5%
pengulangan pertama berjumlah 37 detak , pengulangan kedua berjumlah
36 detak, pengulanga ketiga berjumlah 35 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 36 detak. Lalu pada rangkaian listrik Alkohol 10%
pengulangan pertama berjumlah 42 detak , pengulangan kedua berjumlah
38 detak, pengulanga ketiga berjumlah 40 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 40 detak. Lalu pada rangkaian listrik Cacl2 3 mM
pengulangan pertama berjumlah 34 detak , pengulangan kedua berjumlah
33 detak, pengulanga ketiga berjumlah 33 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 33, 33 detak. Sedangkan rangkaian listrik Cacl2 5 mM
pengulangan pertama berjumlah 38 detak , pengulangan kedua berjumlah
33 detak, pengulanga ketiga berjumlah 33 detak dan untuk rata-ratanya
berjumlah 37, 66 detak. Hal ini menunjukkan bahwa jantung katak dalam
kedaan ritmis (berirama) dan normal. Dikatakan ritmis (berirama).
G. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ridwan. Fisiologi Hewan Air . Pekanbaru: Unri Press. 2002.

Afrianto, Panji. 2011. Blog Panji. Otot Jantung.


http://panjiarfianto09.student.ipb.ac.id (2014).

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi


Edisi ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004.

Halwatiah. Fisiologi. Makassar: Alauddin press, 2009.

Hansotto. 2011. Blog Hansotto. Sifat Khusus Otot Jantung dan Kontraksi
OtotJantung.http://hansottopratamayohan.blogspot.com/2011/08/
sifat-khususotot-jantung-dan-kontraksi.html (2014).

Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.


LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
TPB 18130/1 SKS
KONTRAKSI OTOT RANGKA

Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.

Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah

Oleh:
Fazry
180101110208

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
BANJARMASIN
OKTOBER 2021
PRAKTIKUM III
KONTRAKSI OTOT RANGKA

Tujuan : 1. Untuk menentukkan besarnya stimulus Threshold

2. Untuk melihat fase laten, kontraksi dan relaksasi


3. Untuk mengamati pengaruh frekuensi pemberian
stimulus terhadap kontraksi otot
4. Untuk mengamati kekuatan stimulus terhadap
kontraksi otot
Hari/tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021
Tempat : Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Alat bedah
b. Bak parafin
c. Jarum
d. Pipet tetes
2. Bahan
1. Katak (Rana sp.)
2. Tissue
3. Kapas
4. Rangkaian listrik (1,5 V, 3 V, dan 4,5 V)
5. Chloroform
6. Alkohol (5% dan 10%)
7. Cacl2 (3 mM dan 5 mM)
8. Ringer lactat

B. CARA KERJA
1. Katak dibius menggunakan Chloroform (1-2 menit) kemudian di kuliti
pada bagian Femur hingga Tibia.
2. Kemudian diberi rangsangan listrik pada bagian Femur dan Tibia dengan
rangkaian listrik 1,5 V, 3 V, dan 4,5 V secara bergantian kemudian amati
responnya.
3. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar femur dan tibia kembali stabil
4. Perlakuan selanjutnya, dengan memberikan perlakuan rangsangan Kimia
berupa Alkohol 5% dan 10% serta Cacl2 3 mM dan 5 mM pada bagian
Femur dan Tibia secara bergantian kemudian amati responnya.
5. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar jantung kembali stabil

C. TEORI DASAR
Otot di sebut alat gerak aktif karena mampu menghasilkan gerak tubuh.
Jaringan otot seperti jaringan yang lain memiliki sifat peka terhadap
rangsangan (sifat irritabilitas), mampu merambatkan impuls (sifat
konduktivitas), mampu melaksanakan metabolism dan reProduksi. Sifat
jaringan otot yang khas adalah kemampuannya untuk berkontraksi (sifat
kointraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas ini di sebabkan sel-sel otot
memiliki oleh jaringan yang lain.
Otot rangka memiliki fungsi eksitabilitas yang artinya serabut otot akan
merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf (Sloane, 2002:
119). Sifat irritabilitas ini dapat melemah, misalnya otot dalam keadaan lelah,
dan dapat meningkat apabila otot dalam kondisi optimum (cukup makanan
dan oksigen).
Kemampuan otot bergerak di karenakan sel otot mengandung protein
kontraktil, yaitu miosin sebagai penyusun filamen tebal, dan aktin,
tropomiosin, troponin, sebagai penyusun filamen tipis. Kedua filamen ini
menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabutserabut oto
menyusun satu otot. Selama kontraksi, filament-filamen bergerak relatif satu
terhadap yang lain untuk menghasilkan pemendakan dan tegangan.
Pergeseran terjadi akibat siklus jembatan silang miosin yang berulang ulang
dengan menggunakan energi ATP, yang di picu oleh tingkat Ca+ sistolik
yang di bebaskan akibat adanya eksitasi pada membrane sel otot. Ada tiga
macam otot, yaitu otot polos , otot rangka, , otot jantung yang struktur fungsi
serta sifat kontraksinya berbeda – beda.
Hewan vertebrata membutuhkan sistem rangka untuk menyokong berat
tubuh. Hal tersebut diatasi dengan adanya endoskeleton (rangka dalam).
Endoskeleton dapat tumbuh seiring dengan pertumbuhan tubuhnya.
Endoskeleton tersusun dari tulang dan tulang dan otot bekerja sama dengan
membentuk sistem gerak. Endoskeleton hewan memiliki bentuk khas, bentuk
khas inilah yang memberi bentuk tubuh pada masing-masing jenis hewan.
Pada katak yang merupakan hewan vertebrata yang tergolong Class
Amphibia, maka Katak memiliki rangka dalam (endoskeleton).
Rangka katak tersusun dari tiga kelompok tulang yaitu tulang tengkorak,
tulang badan, dan tulang anggota gerak. Katak adalah pelompat yang baik
karena tungkai belakangnya panjang dan memiliki otot yang sangat kuat.
Katak ini juga memiliki selaput renang di tungkainya sehingga bisa berenang.
Selaput ini memberikan tekanan yang kuat melawan air sehingga terjadilah
gerakan di air.
Tubuh katak terdiri dari 3 jenis otot, yakni otot polos, jantung, dan lurik.
Ketiga jenis otot tersebut berbeda dalam struktur mikroskopik dan
fisiologinya. Sistem muskular eksternal terdiri dari otot skeletal atau volunter,
yang melekat pada tulang. Otot-otot ini akan bergerak dibawah kehendak
yang disadari. Setiap otot terdiri dari banyak serat lurik paralel, yang
disatukan oleh jaringan ikat. Beberapa otot bekerja bersama dan beberapa
berkontraksi lebih dari yang lain. Koordinasi ini diatur oleh sistem saraf.
Setiap serat atau kelompok serat memiliki ujung saraf motorik yang
menyampaikan impuls untuk merangsang kontraksi.
D. HASIL PENGAMATAN
1. Foto Hasil Pengamatan
a. Rangsangan Listrik
1) 1, 5 Volt

Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
a

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA

2) 3 Volt
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia

b
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
3) 4, 5 Volt
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia

‘ a

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA

b. Rangsangan Kimia
1) Alkohol 5%
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
a

b
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
2) Alkohol 10%
Keterangan:
a. Femur
a
b. Tibia

Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA

3) CaCl2 3 mM
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia

Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
4) CaCl2 5 mM
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia

b
Sumber: Sudarman, (2016)

Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA

Tabel Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Respon


Rangsangan Listrik
1, 5 Volt Femur dan Tibia merespon dengan geteran yang lambat
1.
3 Volt Femur dan Tibia merespon dengan geteran cepat
4, 5 Volt Femur dan Tibia merespon dengan geteran cepat
Rangsangan Kimia
Alkohol 5% Tidak ada respon
2. Alkohol 10% Tidak ada respon
CaCl2 3 mM Tidak ada respon
CaCl 5 Mm Tidak ada respon
E. ANALISIS
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum kontraksi otot jantung
dengan sampel katak (Rana sp.) yang dibius terlebih dahulu
menggunakan Chloroform (1-2 menit) kemudian di bedah pada bagian
Femur hinggaTibia. Pada praktikum ini menggunakan dua rangsangan
yaitu rangsangan listrik dan rangsangan kimia. Pada rangsangsan listrik
sampel katak (Rana sp.) diberi rangsangan listrik pada bagian Femur dan
Tibia dengan rangkaian listrik 1,5 Volt, 3 Volt, dan 4,5 Volt secara
bergantian, kemudian amati responnya. Sedangkan pada rasangan kimia
berupa Alkohol 5% dan 10% serta Cacl2 3 mM dan 5 mM pada bagian
Femur dan Tibia secara bergantian, kemudian amati responnya. Setiap
perlakuan atau pengulangan , Femur dan Tibia diistirahatkan 2 menit dan
di tetesi dengan Larutan Ringer lactat agar Femur dan Tibia kembali
stabil.
Larutan Ringer Laktat (RL) merupakan larutan steril NaCl (Natrium
klorida), KCl (Kalium klorida), dan CaCl (Kalsium klorida) dalam air
untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat
dal am larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan
elektrolit yang diperlukan tubuh dan juga menyebabkan kontraksi otot
jantung katak menjadi semakin cepat. Oleh karena itu, dengan
penambahan larutan RL menyebabkan kontraksi otot Femur dan Tibia
katak menjadi semakin cepat karena larutan RL ini juga bersifat
hipertonis yang osmolaritasnya lebih tinggi sehingga konsentrasi cairan
di dalam sel-sel otot Femur dan Tibia meningkat yang menyebabkan otot
Femur dan Tibia akan lebih cepat berkontraksi dengan normal.
Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangkaian listrik 1, 5 volt
dengan responya pada Femur dan Tibia dengan geteran yang lambat.
Lalu pada rangkaian listrik 3 volt dengan responnya pada Femur dan
Tibia dengan geteran cepat. Sedangkan rangkaian listrik 4, 5 volt dengan
responnya pada Femur dan Tibia dengan geteran cepat.
Menurut ccabah (2012), Bahwa otot rangka dapat mengadakan
kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar
berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan
lain-lain. Bila otot rangka dirangsang secara terus-menerus dengan
intensitas rangsang yang sama besar dengan frekuensi satu rangsang per
detik, maka pada suatu saat otot kehilangan kemampuan untuk kontraksi.
Menurut Wulangi (1993), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kuat kontraksi (amplitudo) dan durasi (lamanya waktu)
dari kontraksi otot. Pada umumnya kuat kontraksi akan meningkat bila
intensitas rangsang meningkat. Faktor lain yang sangat berpengaruh
terhadap kuat kontraksi otot adalah tegangan awal dari otot pada waktu
akan dilakukan perangsangan.
Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangsangan kimia
Alkohol 5%, Alkohol 10% , Cacl2 3 mM dan Cacl2 5 mM tidak ada
respon yang terjadi.
.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangkaian listrik 1, 5 volt
dengan responya pada Femur dan Tibia dengan geteran yang lambat.
Lalu pada rangkaian listrik 3 volt dengan responnya pada Femur dan
Tibia dengan geteran cepat. Sedangkan rangkaian listrik 4, 5 volt dengan
responnya pada Femur dan Tibia dengan geteran cepat.
2. Adapun hasil yang didapatkan adalah pada rangsangan kimia Alkohol
5%, Alkohol 10% , Cacl2 3 mM dan Cacl2 5 mM tidak ada respon yang
terjadi.
G. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ridwan. Fisiologi Hewan Air . Pekanbaru: Unri Press. 2002.

Afrianto, Panji. 2011. Blog Panji. Otot Jantung.


http://panjiarfianto09.student.ipb.ac.id (2014).

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi


Edisi ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004.

Halwatiah. Fisiologi. Makassar: Alauddin press, 2009.

Hansotto. 2011. Blog Hansotto. Sifat Khusus Otot Jantung dan Kontraksi
OtotJantung.http://hansottopratamayohan.blogspot.com/2011/08/
sifat-khususotot-jantung-dan-kontraksi.html (2014).

Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Anda mungkin juga menyukai