FISIOLOGI HEWAN
TPB 18130/1 SKS
Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.
Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah
Oleh:
Fazry
180101110208
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat limpahan taufik,
rahmat, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan (TPB 18130/1 SKS) tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungan baik secara moril
maupun materil kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan baik material maupun
spiritual.
2. Ibu Febrianawati Yusup, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Anatomi Fisiologi Manusia yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
3. Kakak Rusdianur dan Kakak Suaidah selaku asisten dosen yang telah
membantu dan memberikan bimbingan selama praktikum.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam praktikum Fisiologi Hewan serta
semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan dan saran yang dapat
membangun untuk kesempurnaan laporan akhir ini di masa yang akan datang. Semoga
laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Fazry
NIM 180101110208
DAFTAR NILAI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Praktikum ke- Topik Nilai
I Osmoregulasi 85
II Kontraksi Otot Jantung 81
III Kontraksi Otot Rangka 76
IV Fertilisasi dan Perkembangan 86
Embrio Ikan
V Pengamatan Alat Pernapasan Ikan 90
Total 418
Rata-rata 83, 6
Mengetahui,
Sampul............................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................................
Daftar Nilai Praktikum ....................................................................................................
Laporan Praktikum..........................................................................................................
1. Osmoregulasi ......................................................................................................
2. Kontraksi Otot Jantung ........................................................................................
3. Kontraksi Otot Rangka ........................................................................................
4. Fertilisasi dan Perkembangan Embrio Ikan ..........................................................
5. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan .......................................................................
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
TPB 18130/1 SKS
OSMOREGULASI
Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.
Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah
Oleh:
Fazry
180101110208
e d
a
b
c. Ikan nila air di air tawar sebelum diberi garam
Keterangan:
a. Mata
b. Mulut
c. Sirip dada
d. Sirip punggung
e. Sirip ekor
‘
e a
c b
d c
e d
b
Jumlah Buka Tutup Perilaku Ikan Nila Selama
No. Jenis
Operculum Pengamatan
Dengan perilaku normal,
berenang aktif diatas permukaan
dan membutuhkan oksigen dan
bukaan operculum relatif lebih
sedikit. Hal ini karena mampu
1. Air tawar 230 beradaptasi dengan lingkungan
yang salinitas 0 ppt dan terhadap
perubahan air, ia dapat hidup di
air tawar dan di air payau karena
ikan nila habitatnya ada yang
disungai dan danau.
Dengan perilaku tidak normal,
pergerakkan nya didalam air
semakin lambat, tidak terlalu
aktif, berenang pasif berada
didasar air dan melemah dan
2. Air garam 410 pergerakan tidak normal hal ini
menyebab kan bahwa ikan nila
pada salinitas air garam tidak
mampu beradapatasi karena
habitat asli ikan nila itu di air
payau.
E. ANALISIS
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam masing-
masing wadah yang berisi air tawar dan air garam dan menghitung jumlah
buka tutup operculum ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5 menit
sekaligus mengamati perilaku ikan pada masing-masing wadah. Hasil yang
diperoleh bahwa pada wadah yang berisi air tawar jumlah buka tutup
operculum pada ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5 menit berjumlah
230. Sedangkan perilaku ikan nila (Oreocromis nilotikus) pada wadah yang
berisi air tawar sebelum 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) berenang
dengan secara normal, berenang dengan aktif dan mengeluarkan feses.
Setelah itu sesudah 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) masih berenang
dengan secara normal, dan berenang aktif diatas permukaan dan
membutuhkan oksigen.
Hal ini dikarenakan ikan nila (Oreocromis nilotikus) berada pada
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana ikan ini dapat
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya. Ikan nila di lingkungan air
tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari lingkungan. Ikan nila yang
dipelihara di lingkungan bersalinitas mempunyai tekanan lebih kecil dari
lingkungan. Hal ini menyebabkan ikan nila akan melakukan adaptasi berupa
masuknya garam-gram kedalam tubuh dan air akan keluar.
Untuk mempertahankan atau menyeimbangkan konsentrasi garam dan air
dalam tubuh ikan nila, maka ikan nila akan memperbanyak minum air untuk
melakukan proses osmoregulasi. Dengan memperbanyak minum maka
kehilangan air dalam tubuh ikan nila akan tergantikan dan garamgaram harus
segera dikeluarkan. Organ-organ yang terlibat dalam proses osmoregulasi
ikan nila adalah insang dan ginjal.
Menurut Fujaya (2004) ikan-ikan euryhaline memiliki ginjal intermediate
antara ikan air tawar dan ikan air laut. Darahnya sedikit lebih encer
dibandingkan ikan air laut, tetapi konsentrasi urinenya tidak seperti urine ikan
air laut. Ginjal-ginjal euryhaline mengatur perbedaan konsentrasi darah dan
urine sebagaimana pada tipe ikan air laut dan ikan air tawar dengan jalan
mengatur laju hilangnya garam atau air melalui transpor aktif.
Sedangkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam wadah
yang berisi air garam dan menghitung jumlah buka tutup operculum ikan nila
(Oreocromis nilotikus) selama 5 menit sekaligus mengamati perilaku ikan
pada wadah tersebut. Hasil yang diperoleh bahwa pada wadah yang berisi air
garam jumlah buka tutup operculum pada ikan nila (Oreocromis nilotikus)
selama 5 menit berjumlah 410. Sedangkan perilaku ikan nila (Oreocromis
nilotikus) pada wadah yang berisi air garam sebelum 5 menit ikan nila
(Oreocromis nilotikus) berenang dengan secara tidak normal, berenang
dengan tidak aktif dan berenang pasif berada didasar air. Setelah itu sesudah
5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) Masih berenang pasif berada didasar
air dan pada 15 menit ketiga Mulai melemah dan pergerakan tidak normal hal
ini menyebab kan bahwa ikan nila pada wadah yang berisi air garam tidak
mampu beradapatasi karena habitat asli ikan nila itu di air tawar.
Hal ini menandakan bahwa ikan tidak mampu lagi menyesuaikan
diri pada waktu yang lama, ini dikarenakan jumlah ion - ion dalam
tubuh semakin berkurang.
Teleostei potadrom (ikan air tawar) yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion
keluar kelingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit
atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat
mengurangi dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2008).
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa:
a. Ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam
masing-masing wadah yang berisi air tawar dan air garam dan
menghitung jumlah buka tutup operculum ikan nila (Oreocromis
nilotikus) selama 5 menit sekaligus mengamati perilaku ikan pada
masing-masing wadah. Hasil yang diperoleh bahwa pada wadah
yang berisi air tawar jumlah buka tutup operculum pada ikan nila
(Oreocromis nilotikus) selama 5 menit berjumlah 230. Sedangkan
perilaku ikan nila (Oreocromis nilotikus) pada wadah yang berisi
air tawar sebelum 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus)
berenang dengan secara normal, berenang dengan aktif dan
mengeluarkan feses. Setelah itu sesudah 5 menit ikan nila
(Oreocromis nilotikus) masih berenang dengan secara normal, dan
berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen. Hal
ini dikarenakan ikan nila (Oreocromis nilotikus) berada pada
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana ikan
ini dapat bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya.
b. Ikan nila (Oreocromis nilotikus) yang dimasukkan kedalam wadah
yang berisi air garam dan menghitung jumlah buka tutup
operculum ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5 menit
sekaligus mengamati perilaku ikan pada wadah tersebut. Hasil yang
diperoleh bahwa pada wadah yang berisi air garam jumlah buka
tutup operculum pada ikan nila (Oreocromis nilotikus) selama 5
menit berjumlah 410. Sedangkan perilaku ikan nila (Oreocromis
nilotikus) pada wadah yang berisi air garam sebelum 5 menit ikan
nila (Oreocromis nilotikus) berenang dengan secara tidak normal,
berenang dengan tidak aktif dan berenang pasif berada didasar air.
Setelah itu sesudah 5 menit ikan nila (Oreocromis nilotikus) Masih
berenang pasif berada didasar air dan pada 15 menit ketiga Mulai
melemah dan pergerakan tidak normal hal ini menyebab kan bahwa
ikan nila pada wadah yang berisi air garam tidak mampu
beradapatasi karena habitat asli ikan nila itu di air tawar. Hal ini
menandakan bahwa ikan tidak mampu lagi menyesuaikan
diri pada waktu yang lama, ini dikarenakan jumlah ion -
ion dalam tubuh semakin berkurang.
G. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ridwan. Fisiologi Hewan Air . Pekanbaru: Unri Press. 2002.
Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.
Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah
Oleh:
Fazry
180101110208
bagian jantung
2. Untuk memahami peran sinus venosus pada
kontraksi otot jantung
3. Untuk mengamati pengaruh faktor ekstrinsik
terhadap aktivitas jantung
Hari/tanggal : Selasa, 12 Oktoberr 2021
Tempat : Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Alat bedah
b. Bak parafin
c. Jarum
d. Pipet tetes
2. Bahan
1. Katak (Rana sp.)
2. Tissue
3. Kapas
4. Rangkaian listrik (1,5 V, 3 V, dan 4,5 V)
5. Chloroform
6. Alkohol (5% dan 10%)
7. Cacl2 (3 mM dan 5 mM)
8. Ringer lactat
B. CARA KERJA
1. Katak dibius menggunakan Chloroform (1-2 menit) kemudian di bedah
pada bagian abdomen.
2. Kemudian diberi rangsangan listrik pada bagian jantung dengan rangkaian
listrik 1,5 V, 3 V, dan 4,5 V secara bergantian dengan menghitung detak
jantungnya selama 2 menit sekali.
3. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar jantung kembali stabil
4. Perlakuan selanjutnya, dengan memberikan perlakuan rangsangan Kimia
berupa Alkohol 5% dan 10% serta Cacl2 3 mM dan 5 mM pada bagian
jantung, masing-masing sebanyak 3 kali ulangan, kemudian dihitung detak
jantungnya setiap 2 menit sekali
5. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar jantung kembali stabil
C. TEORI DASAR
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh
darah atau suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai
kerucut dan dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial
(perikardium). Peranan jantung sangat penting dalam hubunganya dengan
pemompaan darah keseluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah, sirkulasi
darah adalah sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran
enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi dan
senyawa N, dari tempat asal keseluruh bagian tubuh sehingga diperlukan
tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah sampai ke bagain-bagian
jaringan jaringan tubuh (Afandi, 2001).
Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu neurogenik dan jantung
meogenik. Jantung neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah
(invertebrata), yang aktivitasnya diatur oleh sistem syaraf sehingga jika
hubungan syaraf dengan jantung diputuskan maka jantung akan berhenti
berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan tetap ritmis meskipun
hubungan dengan syaraf diputuskan. Bahkan bila jantung katak diambil selagi
masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap
berdenyut (Affandi, 2002).
Menurut Hansotto (2011), secara singkat kontraksi otot jantung terdiri
dari 4 peristiwa yaitu :
1. Peristiwa rangsangan: rangsangan atau stimulus berasal dari dalam
jantung sendiri atau berasal dari luar jantung.
2. Peristiwa listrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan
minimal pada otot jantung mulai menimbulkan impuls yang mula-mula
terjadi pada NSA sehingga timbul aksi potensial yang akan disebarkan
berupa
3. Peristiwa kimia: setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan
berdifusi ke dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia
sehingga kalsium intrasel akan bertambah banyak.
4. Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan
aktin dan myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril
memendek, dimana akan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot
jantung.
Pada katak bagian jantung yang bertindak sebagai pemacu jantung adalah
sinus venosus. Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga,
dengan dua arteri dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke
dalam sebuah arteri bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit:
pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan pertukaran gas, dimana darah
akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya
oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di
antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistemik membawa
darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian
mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena
(Afrianto, 2014).
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung sebagai pemompa dan
pembuluh darah sebagai saluran. Darah dipompakan oleh jantung ke dalam
pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian kembali
lagi ke jantung sebagai suatu sirkulasi (Halwatiah, 2009).
D. HASIL PENGAMATAN
1. Foto Hasil Pengamatan
a. Rangsangan Listrik
1) 1, 5 Volt
Keterangan:
a b a. Kaki depan
b. Jantung
c. Hati
d. Ginjal
c e. Kaki belakang
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
2) 3 Volt
Keterangan:
a b a. Kaki depan
b. Jantung
c. Hati
c d. Ginjal
e. Kaki belakang
d
e
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
3) 4, 5 Volt
Keterangan:
a a. Kaki depan
c b. Jantung
b c. Hati
d. Ginjal
c e. Kaki belakang
‘ d
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
b. Rangsangan Kimia
1) Alkohol 5%
Keterangan:
a. Kaki depan
a
b. Jantung
b c. Hati
d. Ginjal
c
e. Kaki belakang
d
e
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
2) Alkohol 10%
Keterangan:
a. Kaki depan
a
b. Jantung
c. Hati
b d. Ginjal
c e. Kaki belakang
d
Sumber: Sudarman, (2016)
e
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
3) CaCl2 3 mM
Keterangan:
a. Kaki depan
a b. Jantung
c. Hati
b
d. Ginjal
e e. Kaki belakang
c
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
4) CaCl2 5 mM
Keterangan:
a. Kaki depan
a
b b. Jantung
c. Hati
d. Ginjal
c
e. Kaki belakang
d
e
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=e6g00qA2Fso
Hansotto. 2011. Blog Hansotto. Sifat Khusus Otot Jantung dan Kontraksi
OtotJantung.http://hansottopratamayohan.blogspot.com/2011/08/
sifat-khususotot-jantung-dan-kontraksi.html (2014).
Dosen Pengampu:
Febrianawati Yusup, M. Pd.
Asisten Dosen:
Rusdianur
Suaidah
Oleh:
Fazry
180101110208
B. CARA KERJA
1. Katak dibius menggunakan Chloroform (1-2 menit) kemudian di kuliti
pada bagian Femur hingga Tibia.
2. Kemudian diberi rangsangan listrik pada bagian Femur dan Tibia dengan
rangkaian listrik 1,5 V, 3 V, dan 4,5 V secara bergantian kemudian amati
responnya.
3. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar femur dan tibia kembali stabil
4. Perlakuan selanjutnya, dengan memberikan perlakuan rangsangan Kimia
berupa Alkohol 5% dan 10% serta Cacl2 3 mM dan 5 mM pada bagian
Femur dan Tibia secara bergantian kemudian amati responnya.
5. Setiap perlakuan jantung diistirahatkan 2 menit dan di tetesi dengan
Ringer lactat agar jantung kembali stabil
C. TEORI DASAR
Otot di sebut alat gerak aktif karena mampu menghasilkan gerak tubuh.
Jaringan otot seperti jaringan yang lain memiliki sifat peka terhadap
rangsangan (sifat irritabilitas), mampu merambatkan impuls (sifat
konduktivitas), mampu melaksanakan metabolism dan reProduksi. Sifat
jaringan otot yang khas adalah kemampuannya untuk berkontraksi (sifat
kointraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas ini di sebabkan sel-sel otot
memiliki oleh jaringan yang lain.
Otot rangka memiliki fungsi eksitabilitas yang artinya serabut otot akan
merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf (Sloane, 2002:
119). Sifat irritabilitas ini dapat melemah, misalnya otot dalam keadaan lelah,
dan dapat meningkat apabila otot dalam kondisi optimum (cukup makanan
dan oksigen).
Kemampuan otot bergerak di karenakan sel otot mengandung protein
kontraktil, yaitu miosin sebagai penyusun filamen tebal, dan aktin,
tropomiosin, troponin, sebagai penyusun filamen tipis. Kedua filamen ini
menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabutserabut oto
menyusun satu otot. Selama kontraksi, filament-filamen bergerak relatif satu
terhadap yang lain untuk menghasilkan pemendakan dan tegangan.
Pergeseran terjadi akibat siklus jembatan silang miosin yang berulang ulang
dengan menggunakan energi ATP, yang di picu oleh tingkat Ca+ sistolik
yang di bebaskan akibat adanya eksitasi pada membrane sel otot. Ada tiga
macam otot, yaitu otot polos , otot rangka, , otot jantung yang struktur fungsi
serta sifat kontraksinya berbeda – beda.
Hewan vertebrata membutuhkan sistem rangka untuk menyokong berat
tubuh. Hal tersebut diatasi dengan adanya endoskeleton (rangka dalam).
Endoskeleton dapat tumbuh seiring dengan pertumbuhan tubuhnya.
Endoskeleton tersusun dari tulang dan tulang dan otot bekerja sama dengan
membentuk sistem gerak. Endoskeleton hewan memiliki bentuk khas, bentuk
khas inilah yang memberi bentuk tubuh pada masing-masing jenis hewan.
Pada katak yang merupakan hewan vertebrata yang tergolong Class
Amphibia, maka Katak memiliki rangka dalam (endoskeleton).
Rangka katak tersusun dari tiga kelompok tulang yaitu tulang tengkorak,
tulang badan, dan tulang anggota gerak. Katak adalah pelompat yang baik
karena tungkai belakangnya panjang dan memiliki otot yang sangat kuat.
Katak ini juga memiliki selaput renang di tungkainya sehingga bisa berenang.
Selaput ini memberikan tekanan yang kuat melawan air sehingga terjadilah
gerakan di air.
Tubuh katak terdiri dari 3 jenis otot, yakni otot polos, jantung, dan lurik.
Ketiga jenis otot tersebut berbeda dalam struktur mikroskopik dan
fisiologinya. Sistem muskular eksternal terdiri dari otot skeletal atau volunter,
yang melekat pada tulang. Otot-otot ini akan bergerak dibawah kehendak
yang disadari. Setiap otot terdiri dari banyak serat lurik paralel, yang
disatukan oleh jaringan ikat. Beberapa otot bekerja bersama dan beberapa
berkontraksi lebih dari yang lain. Koordinasi ini diatur oleh sistem saraf.
Setiap serat atau kelompok serat memiliki ujung saraf motorik yang
menyampaikan impuls untuk merangsang kontraksi.
D. HASIL PENGAMATAN
1. Foto Hasil Pengamatan
a. Rangsangan Listrik
1) 1, 5 Volt
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
a
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
2) 3 Volt
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
b
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
3) 4, 5 Volt
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
‘ a
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
b. Rangsangan Kimia
1) Alkohol 5%
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
a
b
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
2) Alkohol 10%
Keterangan:
a. Femur
a
b. Tibia
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
3) CaCl2 3 mM
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
4) CaCl2 5 mM
Keterangan:
a. Femur
b. Tibia
b
Sumber: Sudarman, (2016)
Sumber: https://youtu.be/GKQHF8LvOVA
Hansotto. 2011. Blog Hansotto. Sifat Khusus Otot Jantung dan Kontraksi
OtotJantung.http://hansottopratamayohan.blogspot.com/2011/08/
sifat-khususotot-jantung-dan-kontraksi.html (2014).