Anda di halaman 1dari 19

FISIOLOGI HEWAN

“OSMOREGULASI HEWAN LAUT”

Disusun Oleh:
I Gusti Ayu Mediana Lestari (1713041017)
Putu Ayu Cintya Agustini (1713041054)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.

Dalam konteks pembuatan makalah ini, penulis merasakan bahwa banyak


hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sehingga apa yang menjadi
kewajiban penulis dapat terealisasikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang begitu banyak telah
memberikan masukan dan motivasi kepada kelompok kami.

Disamping itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan baik tentang teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini
kami berharap agar ada kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan secara bersama-sama.

Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang
tidak berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami generasi muda
tetap berjuang melalui kegiatan akademik demi peningkatan kualitas bangsa dan
negara. Atas perhatiannya terima kasih.

Singaraja, 1 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Osmoregulasi ....................................................................... 4
2.2 Fungsi Osmoregulasi ............................................................................. 7
2.3 Osmoregulasi Ikan pada Air Laut ......................................................... 9
2.4 Osmoregulasi Vertebrata Air Laut Selain Ikan ..................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komponen utama penyusun tubuh hewan adalah air, yang jumlanya
mencapai 60-95% dari berat tubuh hewan. Air tersebar pada berbagai bagian
tubuh, baik di dalam sel (sebagai cairan intrasel: CIS) maupun di luar sel
(sebagai cairan ekstrasel: CES), CES tersebar pada berbagai bagian bawah
tubuh, contohnya plasma darah dan cairan serebrospinal. Dalam CES terlarut
berbagai macam zat, meliputi berbagai ion dan sari makanan, sisa obat,
hormon, serta zat sisa metabolisme sel seperti urea dan asam urat. Konsentrasi
setiap jenis zat dalam cairan tubuh dapat berubah setiap saat, tergantung pada
berbagai faktor.
Hal ini mengakibatkan hewan harus mampu dalam mempertahankan
keseimbangan antara jumlahair dan zat terlarut pada tingkatan yang tepat.
Mekanisme untuk mengatur jumlah air dan konsentrasi zat terlarut disebut
osmoregulasi. Jadi, osmoregulasi merupakan pross untuk menjaga
keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan.
Proses ini dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan antara
jumlah air dan zat terlarut pada tingkatan yang tepat karena adanya perbedaan
konsentrasi. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan
meletus, sedangkan jika menerima terlalu sedikit air maka sel akan mengerut
serta mati. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis atau pergerakan air
dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi menuju ke yang lebih
rendah. Berdasarkan konsentrasi osmotik, suatu cairan dapat dibedakan
menjadi hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik. Hipoosmotik adalah
cairan yang konsentrasi osmotiknya lebih rendah dibandingkan
lingkungannya. Isoosmotik adalah cairan yang konsentrasi osmotiknya sama
dengan lingkungannya. Hiperosmotik adalah cairan yang konsentrasi
osmotiknya lebih tinggi dibandingkan lingkungannya (Susilo, 2010).
Ikan memerlukan osmoregulasi karena harus terjadi keseimbangan
antara subtansi tubuh dan lingkungan, membran selnya yang permeabel

1
merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat dan
adanya perbedaan tekanan osmotik yang berbeda. Konsep tekanan osmotik
dapat menimbulkan kebingungan sehingga lebih sering menggunakan istilah
konsentrasi osmotik. Jika suatu larutan memiliki konsentrasi osmotik lebih
tinggi tekanan osmotiknya juga tinggi. Larutan yang mempunyai konsentrasi
yang lebih tinggi dibanding larutan yang lain disebut hiperosmotik. Larutan
yang memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah daripada larutan lainnya
disebut hipoosmotik. Apabila konsentrasi osmotiknya sama dengan larutan
lainnya disebut isotonik atau isoosmotik (Fujaya, 2004).
Osmoregulasi bagi ikan merupakan upaya ikan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungan melalui
mekanisme pengaturan tekanan osmotik. Terdapat tiga pola regulasi ion air
yaitu :
a. Regulasi hipertonik atau hipersomatik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media. Hal ini
terjadi misalnya pada ikan air tawar (Potadrom).
b. Regulasi hipertonik atau hiposomotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media. Hal ini
terjadi pada jenis ikan air laut (Oseandrom).
c. Regulasi isotonic atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama
dengan konsentrasi media, sama dengan ikan-ikan yang hidup pada daerah
eustaria (Hartono, 1993).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yakni sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem osmoregulasi?
2. Apakah fungsi sistem osmoregulasi penting bagi hewan?
3. Bagaimana sistem osmoregulasi yang terjadi ikan di laut?
4. Bagaimana sistem osmoregulasi selain ikan pada laut?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni, mahasiswa dapat
memahami yang dimaksud dengan osmoregulasi, fungsi dan pentingnya
osmoregulasi khususnya pada hewan pisces, osmoregulasi pada pisces laut
dan pada mamalia laut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Osmoregulasi


Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan
energi, yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati insang
dan pada beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang
selektif terhadap garam-garam (Stickney, 1979 dalam Bestian, 1996).
Sedangkan menurut Kinne (1964) dalam Bestian (1996), kemampuan
osmoregulasi bervariasi bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis,
jenis kelamin dan perbedaan genotip. Osmoregulasi adalah pengaturan
tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga
proses-proses fisiologis berjalan normal. Menurut Affandi dan Usman (2002),
ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh
karena itu ikan harus mencegah kelebihan ,air atau kekurangan air, agar
proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal.
Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan ini disebut osmoregulasi.
Menurut Gilles dan Jeuniaux (1979), Osmoregulasi pada organisme
akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu :
1. Usaha untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan di luar sel (ekstraseluler).
Agar tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik
medium eksternalnya.
2. Usaha untuk memelihara isoomotik cairan dalm sel (interseluler) terhadap
cairan luar sel (ekstraseluler). Ikan bertulang sejati (telestei), ikan air tawar
maupun ikan laut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan komposisi ion-ion dan osmolaritas cairan tubuhnya pada
tingkat yang secara signifikan berbeda dari lingkungan eksternalnya.
Proses ini merupakan suatu mekanisme dasar osmotik. Untuk menghadapi
masalah osmoregulasi hewan melakukan pengaturan tekanan osmotiknya
dengan cara :
a. Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan
lingkungannya.

4
b. Mengurangi permeabilitas air dan garam.
c. Melakukan pengambilan garam secara selektif

Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan pengambilan ion dari


lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan
karena kondisi tubuhnya hipertonik, shingga ikan banyak mengeksresikan air
dan menahan ion. Menurut Affandi dan Usman (2002), organisme air dibagi
menjadi dua kategori sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam
menghadapi tekanan osmotik air media, yaitu :

1. Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik labil dan


mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan
dengan tekanan osmotik air media hidupnya.
2. Osmoregulator, adalah organisme air yang secara osmotik stabil (mantap),
selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik
yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air
media hidupnya.

Secara umum dikatakan bahwa cairan tubuh golongan ikan


elasmobranchii mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar dari
lingkungannya. Tekanan osmotik tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan
oleh garam-garam, melainkan oleh tingginya kadar urea dan Tri Meilamin
Oksida (TMAO) dari tubuh. Karena cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap
lingkungannya, golongan ikan ini cenderung menerima air lewat difusi,
terutama lewat insang. Untuk mempertahankan tekanan osmotiknya kelebihan
air untuk difusi ini dikeluarkan melalui air seni.

Osmoregulasi pada ikan-ikan elasmobranchii menyokong teori bahwa


tekanan osmosis yang disebabkan oleh garam-garam dalam darah disebabkan
oleh penahan urea dan sedikit bahan bernitrogen lainnya. Urea merupakan
hasil akhir metabolisme nitrogen yang dikeluarkan di dalam hati dan cuma
sedikit saja yang dikeluarkan di dalam hati dan cuma sedikit saja yang
dikeluarkan air kencing hiu dan pari. Sewaktu penyaringan glomerulus
melalui sepanjang tubuh ginjal, segmen-segmen khusus menyerap kembali

5
urea (70 hingga 90 %), sehingga darah mengandung lebih kurang 350 mmol/l
urea daelasmobranchii umumnya.

Beberapa organ yang berperan dalam osmoregulasi diantaranya:

1. Insang
Sel yang berperan dalam osmoreguasi adalah sel-sel chloride yang
terletak pada dasar-dasar lembaran insang. Sel chloride disebut juga sel
kaya mitokondria.

2. Ginjal
Fungsi utama ginjal yaitu mengeksresikan sebagian besar produk
aktif metabolism tubuh dan mengatur konsentrasu bagian tubuh.
Glomerulus berfungsi menyaring cairan, sedangkan tubulus mengubah
cairan yang disaring menjadi urin. Dengan demikian nefron dapat
membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak
dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi dapat terjadi pada glomerolus
karena jaringan kapiler glomerolus merupakan jaringan bertekanan tinggi
sedangkan jaringan kapiler peritubulus adalah jaringan bertekanan rendah.

3. Usus
Sumber utama air pada teleostei oseanodrom adalah dengan
meminum air laut yang diperlukan untuk mengembalikan air yang hilang
sebagai akibat dari difusi insang, ginjal, dan lewat kulit. Setelah masuk ke
dalam usus, dinding usus aktif mengambil ion-ion monovalen (Na+, K+,
Cl-) dan air, sebaliknya membiarkan lebih banyak ion-ion divalent
(Mg++, Ca++, SO4-) tetapi di dalam usus sebagian cairan rectal agar
osmolaritas usus sama dengan darah. Hal ini penting dilakukan untuk
menghindarkan air yang telah diserap usus kembali ke dalam rectal
(Fujaya 2004).

6
2.2 Fungsi Osmoregulasi
Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah
pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi (yang
lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai kandungan air lebih rendah
(yang lebih pekat) hingga mencapai kondisi isotonis.
Istilah isotonis sering digunakan untuk menyebut dua macam larutan
yang mempunyai tekanan osmotik sama (isoosmotik). Dalam kajian
osmoregulasi, istilah tersebut sering kai digunakan pada saat membahas
tekanan osmotik dua macam cairan. Misalnya, tekanan osmotik pada cairan di
dalam dan di luar sel atau antara cairan tubuh dan air laut (lingkungan hidup
hewan).
Konsep tentang konsentrasi osmotic hendaknya tidak dikacaukan
dengan konsep tonisitas larutan. Istilah tonisitas mengacu kepada tanggapan
suatu sel, jika sel tersebut ditempatkan dalam larutan yang berbeda. Sebagai
contoh, apabila sel darah merah ditempatkan dalam air murni (aquades), sel
darah akan dengan cepat memperoleh pemasukan air dari luar, bahkan
mungkin sampai membrane selnya pecah. Dalam contoh tersebut, aquades
dikatakan bersifat hipotonis terhadap cairan dalam sel darah merah. Sebalinya,
jika sel darah merah ditempatkan dalam larutan garam dengan konsentrasi
lebih dari 1% sel darah tersebut akan segera kehilanga air dengan cara osmosis
sehingga akan mengkerut. Dalam hal ini, larutan garam dengan konsentrasi
lebih dari 1% dikatakan bersifat hipertonis terhadap cairan dalam sel darah
merah. Dengan dasar kedua contoh tersebut maka larutan yang tidak membuat
sel kehilangan ataupun kemasukan air dikatakan bersifat isotonis. Jadi,
penentuan sifat suatu larutan/cairan sebagai cairan hipotonis, hipertonis, atau
isotonis sepenuhnya ditentukan oleh tanggapan yang dihasilkan oleh sel.

7
Gambar 2.1 Tanggapan sel darah merah terhadap larutan isotonis,
hipertonis, dan hipotonis.

Hewan harus melakukan osmoregulasi, alasan utamanya ialah karena


perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh
memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju kearah
yang tidak diharapkan. Misalkan saja, dalam keadaan tertentu air di dalam sel
epitel tubulus ginjal seharusnya bergerak dari sel tersebut ke pembuluh darah.
Akan tetapi, karena tonisitas atau tekanan osmotic pada bagian tersebut tidak
dipertahankan dengan baik, kemungkinan air akan bergerak ke arah yang tidak
diharapkan, misalnya ke lumen.

2.3 Osmoregulasi Pada Air Laut


Hewan vertebrata air yang hidup di air laut memiliki permasalahan
tekanan osmotic yang berbeda dari hewan yang hidup di air tawar. Ikan air
laut mengalami permasalahan kehilangan air karena tubuhnya hipotonik
terhadap mediumnya, sedangkan air tawar mengalami permasalahan pada
kemasukan air dari lingkungannya karena cairan tubuhnya hipertonik terhadap
mediumnya. Pada ikan laut, air keluar melaui insang dan bersama urine, dan

8
untuk kompensasinya ikan laut meminumair dari lingkungannya. Karena ikan
laut kehilangan airnya, maka kompensasinya ikan laut meminum banyak air
secara terus menerus akibatnya garam dan mineral masuk ke dalam tubuh
secara terus menerus. Na+ dan Cl- diabsorbsi melalui usus dan dieliminasi
melalui insang dengan transport aktif. Mg2+ dan SO42- dikeluarkan melalui
ginjal dan urine.

2.4 Osmoregulasi Ikan pada Air Laut


1. Osmoregulator (Hyporegulator dan Hyper–Regulator)
Osmoregulator merupakan hewan yang melakukan osmoregulasi
karena konsentrasi didalam tubuhnya berbeda dengan lingkungan luar
(dapat hipotonik maupun hipertonik). Hewan yang melakukan
osmoregulasi di lingkungan parairan secara garis besar dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu: hyporegulator dan hyperregulator.

2. Hyporegulator (Hypoosmotic regulation)


Hypoosmotic regulation merupakan suatu proses menjaga
konsentrasi osmosis cairan tubuh, dimana konsentrasi cairan tubuh
tersebut lebih rendah dari pada konsentrasi cairan luar (hipotonik terhadap
medium). Kondisi tersebut mengakibatkan aktifitas air di dalam tubuh
hewan lebih tinggi dari pada di lingkungan luar. Hypoosmotic regulation
dilakukan oleh semua teleost dan tetrapod laut. Terjadi pergerakan air dari
dalam tubuh hewan menuju ke lingkungan luar. Hewan kehilangan air
melalui proses osmosis. Kondisi tersebut ditanggulangi dengan banyak
minum air laut untuk menggantikan volume cairan tubuh. Dengan banyak
minum air laut maka akan terjadi timbunan garam yang sangat banyak.
Hyporegulator, terutama ikan, memiliki mekanisme untuk mensekresikan
garam-garam tersebut melalui insang, organ ekskresi dan rectum. Ikan
yang memiliki kemampuan hypoosmotic regulation memiliki insang yang
dilengkapi dengan “sel chloride” yang berkembang baik sehingga dapat
secara efektif mensekresikan garam yang ada di dalam tubuh.

9
Sel chloride disebut juga sel kaya mitokondria. Mekanisme
hiporegulasi menggunakan sel ini dimulai saat ikan meminum air laut. Ion
divalent air laut yang terminum akan terakumulasi di saluran pencernaan
yang kemudian diekskresikan bersama feses. Kelebihan garam monovalen
disekresikan epithel insang pada sel chloride dalam jumlah besar.
Sel chloride mengandung ion chlorideyang tinggi, khususnya di dekat
batas luar sel. Pemompaan ion yang utama masih menggunakan
mekanisme pompa sodium Na/K-ATPase. Pompa sodium terletak di
bagian basal dan cenderung memompa di arah yang “salah”. Sebagai
akibatnya, pompa-pompa tersebut menghasilkan gradient Na+ di daerah
basal, sehingga symporter tersebut dapat menarik ion-ion ke dalam sel dari
darah melewati membrane basal. Na+ kemudian dipompa kembali dan K+
akan didifusikan kembali keluar, sehingga berakibat pada
penumpukan chloride. Chloride tersebut kemudian keluar secara apical
melalui saluran chloride dan menghasilkan gradient bersih listrik. Hal
tersebut pada gilirannya akan menarik natrium menyeberang ke sisi apical,
terutama melalui rute paraseluler (chloride kemungkinan tidak kembali
melalui rute ini karena muatan bersih negative dalam sel juction.
Sel chloride dikelilingi oleh “pavement cells” atau “sel trotoar” yang
terlibat dalam uptake sodium yang dipasangkan dengan H+-ATPase. Sel-
sel tersebut juga menunjukkan pengaturan morfologi terhadap sel chloride.
Insang merupakan organ utama pada teleost laut dalam mensekresikan
garam sedangkan pada elasmobranch tumpuan utama sekresi garam adalah
pada bagian rectum.

10
Gambar 2.2 Struktur dan fungsi sel chloride yang terdapat pada insang ikan
dan kelenjar garam. A, struktur umum, cel-cel tebal diantara epitel
pernafasan; b, model transport garam melewati sel-sel pada teleost laut.
(Willmer et.al., 2005)

2.5 Osmoregulasi Vertebrata Air Laut Selain Ikan


Vertebrata laut selain ikan (reptil, mamal dan burung) bernafas dengan
paru-paru. Mereka tidak memiliki insang yang dapat mensekresikan garam.
Aspek permeabilitas pada kulit juga menunjukkan angka yang sangat kecil
sehingga kemungkinan terjadinya kehilangan cairan tubuh akibat osmosis
melalui permukaan eksternal juga sangat kecil. Walaupun demikian, air laut
dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan (alga dan avertebrata laut) dan
proses minum. Timbunan garam tetap harus dikeluarkan untuk menjaga
keseimbangan tekanan osmosis di lingkungan internal tubuh.
Reptil dan burung memiliki mekanisme untuk mensekresikan timbunan
garam melalui kelenjar garam di daerah mata karena ginjal mereka tidak
mampu mengasilkan urin yang pekat (walaupun pada beberapa burung
mampu). Mamal laut mamiliki ginjal yang mampu menghasikan urin yang
hiperosmotik tidak hanya dibandingkan dengan darah tapi juga dengan air
laut. Selain itu mamal laut memiliki perilaku yang jarang meminum air laut.

11
Mamal laut memiliki mekanisme “reversed peristaltic” untuk mengeluarkan
air laut yang masuk bersama makanan. Mekanisme tersebut memungkinkan
air laut dikembalikan ke mulut melalui gerak peristaltic dengan arah terbalik
sedangkan makanan tertahan di esophagus.
Kelenjar garam adalah organ untuk mengeluarkan garam berlebih. Ini
ditemukan di elasmobranchs (hiu, pari, dan skate), burung laut, dan beberapa
reptil. Kelenjar garam pada hiu ditemukan di dubur, sedangkan burung dan
reptil di dalam atau di tengkorak di area mata, lubang hidung atau mulut.
Kelenjar ini memiliki lobus yang mengandung banyak tubulus sekretori yang
memancar keluar dari saluran ekskresi di pusat. Tubulus sekretori dilapisi
dengan sel epitel selapis tunggal. Diameter dan panjang kelenjar ini bervariasi
tergantung pada serapan garam spesies.
Kelenjar garam menjaga keseimbangan garam dan memungkinkan
vertebrata laut untuk minum air laut. Transportasi aktif melalui pompa
natrium-kalium, yang ditemukan pada membran basolateral, memindahkan
garam dari darah ke kelenjar, di mana ia diekskresikan sebagai larutan pekat.
Reptil laut seperti kura-kura laut hidup dalam lingkungan yang
menantang secara osmotik bukan hanya sebagai hasil dari diet asin mereka,
tetapi karena konsentrasi garam di perairan sekitar mereka sekitar tiga kali
lebih tinggi daripada cairan internal mereka. Untuk mengatasi kesulitan
osmotik ini, banyak reptil dan burung memiliki kelenjar garam khusus yang
terdiri dari sel sekretori, dilengkapi dengan pompa natrium-kalium yang
secara aktif memompa kelebihan natrium dari darah ke kelenjar di mana ion
pekat dapat diekskresikan. Untuk penyu, seperti penyu belimbing
Dermochelys coriacea, kelenjar ini terletak di belakang mata, mengosongkan
ke saluran air mata, membuat penyu tampak "menangis".

12
Gambar 2.3 Penyu saat melakukan osmoregulasi

Iguana laut juga menghadapi tantangan saat tinggal di laut yang asin.
Iguana laut mencari makan di laut, dan makanan mereka sebagian besar terdiri
dari ganggang dan air laut. Mereka tidak minum air laut dalam pengertian
konvensional, telah ditemukan bahwa mereka menelannya dengan makanan
mereka. Rata-rata, mereka membasahi sekitar 5.6 ml air laut per gram
makanan. Akibatnya, mereka cenderung memiliki konsentrasi garam yang
lebih tinggi.
Untuk mengatasi hidup di lingkungan yang asin, Iguana Laut telah
menyesuaikan kemampuan untuk memisahkan garam yang mereka konsumsi
melalui kelenjar garam yang terletak di hidung. Mirip dengan kelenjar garam
yang ditemukan pada penyu, tetapi mereka ditemukan dekat dengan hidung
iguana. Kelenjar nasal ini diisi dengan ribuan tubulus sekretori, dan masing-
masing tubulus dilapisi dengan sel epitel pengangkutan khusus. Mengangkut
sel-sel epitel kaya akan mitokondria) dan menggunakan energi untuk
memompa ion dari darah ke tubulus sekretori. Proses ini membutuhkan
banyak energi, karena ion garam dipompa terhadap gradien konsentrasi
mereka. Begitu berada di tubulus sekretori, garam mengalir keluar dari
lubang-lubang kecil di wajah iguana.

13
Gambar 2.4 Kelenjar Nasal pada Iguana Laut

Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat


dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah
pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah
berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung
tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung
mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat
pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya,
didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalam
tubuhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak
mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung
dijenuhkan oleh garam.

Gambar 2.5 Kelenjar Nasal pada Burung Laut

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang
layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan
normal.
2. Hewan harus melakukan osmoregulasi, alasan utamanya ialah karena
perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh
memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut
menuju kearah yang tidak diharapkan.
3. Osmoregulasi pada ikan di laut dibagi menjadi 2 yaitu,
Osmoregulator (Hyporegulator dan Hyper–Regulator) merupakan
hewan yang melakukan osmoregulasi karena konsentrasi didalam
tubuhnya berbeda dengan lingkungan luar (dapat hipotonik maupun
hipertonik). Hyporegulator (Hypoosmotic regulation) merupakan
suatu proses menjaga konsentrasi osmosis cairan tubuh, dimana
konsentrasi cairan tubuh tersebut lebih rendah dari pada konsentrasi
cairan luar (hipotonik terhadap medium).
4. Reptil dan burung memiliki mekanisme untuk mensekresikan
timbunan garam melalui kelenjar garam di daerah mata karena ginjal
mereka tidak mampu mengasilkan urin yang pekat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, M. dan Doak, A. 2017. “Salty Seawater Reptiles Don’t Sweat It”. Pada
http://ketheridge.sites.gettysburg.edu/BIO206/tag/marine-iguanas/.
Diakses pada 1 Oktober 2019.
Nurhidayat, Lutfi. 2018. “Osmoregulasi Pada Hewan”. Pada
http://florafauna.biologi.ugm.ac.id/2018/11/22/osmoregulasi-pada-
hewan/ . Diakses pada 1 Oktober 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai