PENDAHULUAN
Secara sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat
di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga
volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit. Yang
menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda
dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung
mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang
membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai degan lingkungannya
dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas. Kebanyakan
hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya
(regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis).
Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (1)
permeabilitas membran atau kulitnya (2) gardien (landaian) kosentrasi antara cairan
tubuh dan lingkungannya. Keadaan kondisi internal yang mantap dapat dipelihara hanya
bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus balik melawan gradient
kosentrasi yang memerlukan energi.
Untuk memelihara air dan kosentrasi larutan cairan tubuh konstan yang berbeda
dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air tawar, dan hewan darat sangatlah
berbeda. Kelompok hewan yang berbeda menggunakan organ yang berbeda. Rentangan
zat-zat yang diregulasi sangat luas, melibatkan senyawa-senyawa seperti hormon,
vitamin dan larutan yang signifikan terhadap perubahan nilai osmotik.
A. Lingkungan Hidup Hewan
Pada dasarnya lingkungan hidup hewan dapat di bagi menjadi lingkungan air
dan lingkungan darat. Lingkungan air masih di bedakan lagi menjadi lingkungan
air laut dan ait rawar. Sedikit hewan darat yang benar-benar telah meninggalkan
lingkungan air. Misalnya serangga dan beberapa hewan darat yang lain, meskipun
di anggap paling berhasil beradaptasi dengan kehidupan darat, namun hidupnya
sedikit banyak masih berhubungan langsung dengan air tawar. Kebanyakan hewan
selain serangga, hidup di dalam air atau sangat tergantung pada air.
Komposisi cairan tubuh kebanyakan hewan, khususnya konsentrasi komponen
utama, merefleksikan komposisi air lautan permulaan, tempat nenek moyang
hewan pertamakali muncul. Air laut mengandung sekitar 3,5% garam. Ion utama
2
adalah natrium, klorida, magnesium, sulfat dan kalsium yang berada dalam jumlah
yang besar.
B. Pengertian Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan
keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda.
(Kashiko.2000:389)
Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan energi,
yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati insang dan pada
beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif terhadap
garam-garam (Stickney, 1979 dalam Bestian 1996).
Sedangkan menurut Kinne (1964) dalam Bestian (1996),kemampuan
osmoregulasi bervariasi bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis,jenis
kelamin dan perbedaan genotip.
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal
(Raharjo,1970) dalam Bestian,1996). Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan
mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu
ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal.
Menurut Gilles dan Jeuniaux (1979), osmoregulasi pada organisme akuatik
dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu:
1. Usaha untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan di luar sel (ekstraseluler).
Agar tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik
medium eksternalnya.
2. Usaha untuk memelihara isoosmotik cairan dalam sel (interseluler) terhadap
cairan luar sel (ekstraseluler).
Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan bertulang sejati (telestei), ikan air
tawar maupun ikan laut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan komposisi ion-ion dan osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat
yang secara signifikan berbeda dari lingkungan eksternalnya. Proses ini merupakan
suatu mekanisme dasar osmotik. Untuk menghadapi masalah osmoregulasi ikan
melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara:
1. Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya.
2. Mengurangi permeabilitas air dan garam.
3. Melakukan pengambilan garam secara selektif.
3
C. Prinsip-Prinsip Osmoregulasi
Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan konsentrasi
cairan tubuhnya berubah-ubah yang mengikuti perubahan mediumnya
(osmokonformer). Kebanyakan Invertebrata laut tekanan osmotik cairan tubuhnya
sama dengan tekanan osmotik air laut. Cairan tubuh demikian di katakan isotonik
atau isoasmotik dengan medium tempat hidupnya. Bila terjadi perubahan
konsentrasi dalam mediumnya, maka cairan tubuhnya di sesuaikan dengan
perubahan tersebut (osmokonformitas).
Sebaliknya ada hewan yang mempertahankan agar tekanan osmotik cairan
tubuhnya relatif konstan lebih rendah dari mediumnya (hipoosmotik) atau lebih
tinggi dari mediumnya (hiperosmotik). Untuk mempertahankan cairan tubuh relatif
konstan, maka hewan melakukan regulasi osmotik (osmoregulasi), hewannya di
sebut regulator osmotik atau osmoregulator. Ada dua macam regulasi osmotik yaitu
regulasi hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik. Pada regulator hipoosmotik
misalnya ikan laut, hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya
lebih rendah dari mediumnya (air laut). Sedangkan pada regulator hiperosmotik,
misalnya ikan air tawar, hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan
tubuhnya lebih tinggi daripada mediumnya (air tawar).
Beberapa hewan ada yang toleran terhadap rentangan luas konsentrasi garam
mediumnya, hewan demikian di sebut euryhaline. Sedangkan hewan lain hanya
toleran terhadap rentangan yang sempit konsentrasi garam mediumnya, hewan
demikian disebut stenohaline.
Fenomena lain yang biasanya berhubungan sangat dekat dengan tingkat
perkembangan kapasitas osmoregulasi adalah kemampuan hewan mengontrol
kadar air dalam tubuhnya. Osmokonformitas rupanya adalah hasil kombinasi dari
ketidakmampuan hewan mengontrol volume tubuh dan ketidakmampuan
mengontrol isi larutan tubuh. Sebaliknya osmoregulasi merupakan manifestasi
perkembangan kemampuan yang baik dari kedua proses tersebut, sehingga dapat
dikatakan bahwa hewan osmokonformer juga merupakan konformer volume,
sebaliknya osmoregulator juga merupakan regulator volume.
Internal Internal
Eksternal Eksternal
4
Menurut Affandi dan Usman (2002), organisme air dibagi menjadi dua
kategori sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan
osmotik air media, yaitu :
Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik labil dan mengubah-
ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan
osmotik air media hidupnya.
Osmoregulator, adalah organisme air yang secara osmotik stabil (mantap), selalu
berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik yang relatif
konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya.
Ada tiga pola regulasi:
1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal: pada
potadrom (ikan air tawar) Potadrom mempertahankan konsentrasi cairan
tubuhnya dengan mengurangi minum danmemperbanyak urineOsmoregulasi
beberapa golongan ikan(Telesostei).
2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi
cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal: pada oseandrom
(ikan air laut), Oseanodrom memperbanyak minum dan mengurangi volume
urine. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti petadrom bila
berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut.
3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama
dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah estuarine (ikan
eurihaline) contohnya Ikan eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama
dengan lingkungannya, sehingga hanya sedikit melakukan osmoregulasi.
Osmoregulasi beberapa golongan ikan:
Ikan Elasmobransi, melakukan osmoregulasi dengan cara menahan urea
sampai konsentrasi dalam darah meningkat kira-kira 5 % untuk meningkatkan total
tekanan osmose darah ke tingkat yang lebih tinggi dibanding air laut.
Organ osmoregulasi; beberapa organ yang berperanan dalam proses
osmoregulasi ikan adalah satu insang, ginjal dan usus. Organ-organ ini melakukan
fungsi adaptasi dibawah kontrol hormon osmoregulasi, terutama hormon-hormon
yang diekresi oleh pituitari, ginjal dan urofisis.
Pola Regulasi Air dan Ion Pada Ikan
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik atau isotonic tergantung pada
perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan
5
membiarkan lebih banyak ion-ion divalen (Mg++, Ca++, SO4-) tetap di dalam
usus sebagai cairan rektal agar osmolaritas usus sama dengan darah. Hal ini
penting dilakukan untuk menghindarkan air yang telah diserap usus kembali
ke dalam rektal (Fujaya, 2004).
D. Mekanisme Osmoregulasi
Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (1)
Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentarsi zat terlarut dalam
tubuh hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya (2) zat terlarut cenderung
keluar tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh. Di samping itu pembuangan air
sebagai penyeimabang air masuk juga membawa zat terlarut di dalamnya. lebih
tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau
mengeluarkan kelebihan air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses)
sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (1) Mengurangi jumlah air yang
masuk kedalam tubuhnya. (2) memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat
makan dan minum) atau mempertahankan zat terlarut dalam tubuhnya.
Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (1) Air
cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggidari pada mediumnya,
dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut
didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya.
Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus (1) menghambat
keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh,
sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (2) Berusaha mencegah masuknya
garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh.
koligatif tersebut secara linier berhubungan satu dengan yang lain, sehingga
memungkinkan mendeterminasi tekanan osmotik secara tidak langsung dengan
mengukur salah satu sifat.
Nampaknya keberadaan ion-ion tertentu dijaga lebih tinggi atau lebih rendah
dari air laut oleh hewan tertentu, diperlukan oleh hewan yang bersangkutan untuk
keperluan tertentu. Misalnya pada Aurelia, sulfat dijaga lebih rendah dari air laut,
diduga ada hubungannya dengan keperluan supaya dapat mengapung. Kelas udang-
udangan menjaga magnesium dalam plasma lebih rendah dari air laut, diduga ada
hubungannya dengan gerak cepat hewan yang bersangkutan. Magnesium
merupakan anesthetik yang menghambat transmisi neuromuskular, sehingga
konsentrasi magnesium yang rendah akan mengurangi hambatan pada transmisi
neuromuskular, sehingga hewan dapat bergerak cepat. Namun dengan adanya bukti
baru bahwa konsentrasi magnesium pada Sepia (yang dapat bergerak cepat) sama
dengan pada kerang (bergerak lambat), maka hubungan timbal balik antara
aktivitas dan konsentrasi magnesium, menjadi meragukan.
Bila beberapa hewan laut dipindahkan ke air laut yang diencerkan, misalnya
pengenceran antara 50%-80%, ternyata sebagian dari mereka dapat bertahan hidup,
dan sebagian lain tidak. Bila setelah beberapa waktu cairan tubuhnya diperiksa,
ternyata konsentrasi ion-ion cairan tubuhnya ada yang turun dan ada pula yang
tetap seperti semula. Dari kenyataan diatas, maka hewan laut yang pada salah satu
siklus hidupnya kadang-kadang berpindah ke pantai atau ke muara sungai dapat
dibedakan menjadi :
1. Osmokonformer sempit (osmokonformer stenohaline)
2. Osmokonformer luas (osmokonformer euryhaline)
3. Osmoregulator sempit (osmoregulator stenohaline)
4. Osmoregulator luas (osmoregulator euryhaline)
Pada osmokonformer sempit, maka hewan ini memiliki toleransi terbatas
terhadap perubahan konsentrasi garam mediumnya, sedangkan osmokonformer
luas memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan konsentrasi garam
mediumnya. Pada osmoregulator sempit, maka hewan ini memiliki toleransi yang
terbatas terhadap perubahan konsentrasi garam lingkungannya, sedangkan
osmoregulator luas memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap perubahan
konsentrasi garam mediumnya. Yang dimaksud dengan toleransi terbatas (sempit)
adalah bahwa hewan mampu bertahan hidup hanya pada rentangan konsentrasi
garam medium yang sempit saja, sebaliknya memiliki toleransi tinggi artinya
hewan masih dapat bertahan hidup pada rentangan konsentrasi garam lingkungan
10
t t t
o o o
(A) (B) (C)
t t t
o o o
(D) (E) (F)
Gambar Grafik osmokonformer dan osmoregulator.
(A) Osmokonformer ideal, (B) Osmokonformer sempit, (C) Osmokonformer
luas,
(D) Osmoregulator ideal, (E) Osmoregulator sempit, (F) Osmoregulator luas
Contoh osmoregulator sedang adalah hewan yang pada salah satu dari siklus
hidupnya berpindah dari satu medium ke medium yang lain. Misalnya sejenis
kepiting pantai (Carcinus) dan sejenis udang (Artemia) yang pada dasarnya adalah
hewan laut, namun mampu bertahan pada air laut yang kepekatannya lebih rendah.
Pada air laut encer cairan tubuh artemia hpertonik terhadap medium dan bertingkah
laku seperti organisme air payau, yaitu sebagai regulator hiperosmotik. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi artemia merupakan regulator hipoosmotik yang baik,
meskipun kenyataanya cairan tubuhnya berubah, namun perubahan tadi sedikit
sekali tidak lebih dari sepersepuluh mediumnya.
namun cairan tubuh Anadonta masih dalam keadaan hiperosmotik terhadap air
tawar, dan tidak ada hewan air tawar, termasuk ikan, ampibi, reptile, dan mamalia
adalah hiperosmotik.
Sebagai hewan yang memiliki cairan tubuh hiperosmotik terhadap
mediumnya, maka invertebrate air tawar menghadapi dua masalah osmoregulasi:
(1) tubuhnya cenderung menggelembung karena gerakan air masuk ke dalam
tubuhnya mengikuti gradien kadar, dan (2) hewan menghadapi kehilangan garam
tubuhnya, karena medium disekitarnya mengandung garam lebih sedikit. Oleh
karena itu invertebrate air tawar sebagai regulator hiperosmotik harus mengatur
jumlah air yang masuk dan jumlah garam yang keluar tubuhnya.
Semua hewan pada umumnya menggunakan organ ekskresinya sebagai organ
osmoregulasi utama. Secara umum, organ osmoregulasi invertebrate menggunakan
mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja
ginjal vertebrata dalam memproduksi urin. Pada ikan dan kebanyakan invertebrate
air, insang berperan sebagai organ osmoregulasi utama, melengkapi fungsi ginjal.
Disamping itu pada hewan air selain reptile, burung, dan mamalia, menggunakan
kulitnya yang relative permiabel sebagai organ bantu osmoregulasi selain organ
utamanya.
Osmoregulasi pada ikan air tawar
Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara
osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke
dalam tubuh.. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal
mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini
dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan
sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan
malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli
12
proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli
ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine
yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi.
Masalah yang dihadapi hewan air tawar adalah Tekanan Osmotik cairan tubuh
hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertoniskarena
terancam oleh Kehilangan garam dan Pemasukan air yang berlebihan.Mekanisme
Antisipasi Kelebihan atau Kekurangan Ion yaitu dengan transfor aktif dan difusi.
Hewan Akuatik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air
tawar) saat tertentu masuk ke daerah payau.contohnya belut , lampeer, dan ikan
salmon.hewan hewan ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap
perubahan kadar garam (kadar garam di daerah payau selalu berubah), selain itu
larva nyamuk Aedes campestris Tumbuh baik di air tawar maupun di air bergaram
yang lebih pekat dari cairan hemolimfenya Hidup di danau yang mengandung
garam alkalis, dengan kandungan utama natrium karbonat dengan pH lebih dari
10Toleran terhadap kadar garam tiga kali lebih tinggi dari kadar garam air laut.
kumbang gurun, kehilangan air lewat pernafasan jauh lebih sedikit daripada
kehilangan lewat kulitnya.
Invertebrate menunjukan keragaman evolusi lebih besar daripada vertebrata
dan telah mengembangkan berbagai organ osmoregulatori yang tidak sama dengan
ginjal vertebtrata. Namun secara umum, organ-organ osmoregulatori invertebrate
menggunakan mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, yang secara prinsip mirip
dengan mekanisme ginjal membentuk urin. Serangga dan mungkin beberapa laba-
laba adalah invertebrate darat yang membentuk urin pekat. Terdapat beberapa
bukti, meskipun masih controversial, bahwa padabeberapa serangga, urindan
fesesnya didehidrasi melalui transport aktif air menembus epithelium saluran
pencernaan bagian belakang. Pada Periplaneta yang mengalami dehidarsi cairan
rectal, maka osmokonsentrasi urinnya menjadi 2 kali osmokonsentrasi
hemolimfanya.
Pada serangga, saluran Malpighi bersama-sama dengan saluran pencernaan
bagian belakang membentuk system ekskretori-osmoregulatori utama. Secara garis
besar, system ini terdiri atas saluran Malpighi tipis, panjang, yang bermuara
kedalam saluran pencernaan pada tempat antar ausus depan dan usus belakang, dan
ujungyang lain berada dalam hemocoel (rongga tubuh yang berisi darah). Sekresi
yang dibentuk dalam tubulus masuk kedalam usus belakang, kemudian didehidrasi
dan masuk kedalam rectum dan disekresikan melalui anus sebagai urin pekat.
Karena serangga memiliki system sirkulasi terbuka, maka saluran Malpighi tidak
mendapat darah langsung dari arteri seperti pada ginjal vertebrata. Saluran
Malpighi dikelilingi oleh darah, yang tekanannya tidak lebih tinggi dari pada
tekanan cairan dlam saluran. Selama tidak ada perbedaan tekanan yang berarti
sebelah menyebelah membrane saluran Malpighi, filtrasi tidak dapt berperan dalam
pembentukan urin pada serangga. Oleh karena itu urin harus bibentuk
keseluruhannya melalui sekresi,yang mungkin diikuti reabsorpsi beberapa isi cairan
yang disekresikan.
Osmokonsentrasi cairan tubuh serangga darat cenderung lebih tinggi daripada
serangga air. Penurunan titk beku (i) cairan tubuh serangga darat misalnya pada
scorpion (-1,1255 C), pada laba-laba (-0,894 C), lebih tinggi daripada serangga air,
misalnya larva nyamuk (-0,65 C).
14
disimpan dalam ginjal dalam beberapa bentuk, jadi mengurangi kehilangan air
untuk ekskresi nitrogen. Banyak spesies menyimpan air dalam rongga mantelnya,
dan rupanya digunakan pada lingkaran yang kering.
Pada invertebrata darat umumnya merupakan golongan Artropoda, Insekta,
dan laba-laba, sedangkan yang paling banyak ialah Insekta.pada insect alat
pengatur pelepasan airnya adalah lapisan kutikula spirakel, namun masih saja
kehilangan air , sehingga untuk membatasi pelepasan air dilakukan dengan
Respirasi diskontinyu. dengan cara pengambilan oksigen (O2) dilakukan dengan
laju yang kontinyu dan pelepasan karbondioksida (CO 2)dilakukan secara periodic.
Sebagian besar Amphibi adalah hewan air atau semi akuatik. Telurnya
diletakkan dalam air, dan larvanya adalah hewan air yang bernafas dengan
insang.melalui metamorphosis, kebanyakan Amphibi (tidak semua) mengubah alat
pernafasannya dengan paru-paru. Beberapa salamander tetap memiliki insang dan
tetap hidup dalam air setelah dewasa. Dan kebanyakan katak dilain pihak berubah
menjadi hewan darat, meskipun biasanya masih tetap memilih habitat berair.
Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai
organ osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air tawar,terdapat aliran
osmotic air ke dalam tubuhnya, yang akan dikeluarkan sebagai urin yang sangat
encer. Barsama urin ikut terbuang garam-garam. Di samping itu garam hilang
melalui kulitnya.Kehilangan garam ini diganti dengan jalan pengambilan secara
aktif dari dalam air tawar melalui kulitnya.
Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati dalam
beberapa jam bila ditaruh dalam air laut, jadi katak dan salamander adalah
regulator hiperosmotik sempit.Namun ada sejenis katak pemakan kepiting, hidup
didaerah rawa mangrove, mencari makan dan berenang dalam air laut.Pada saat
katak berada dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk mencegah
kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak menambah umlah urea dalam
darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter. Mekanisme ini beralasan,
sebab kulit amphibi relative permeable terhadap air, sehinggan secara sedarhana
untuk mencegah kehilangan air dibuat konsentrasi osmotic darah seperti
mediumnya.
Karena urea essensial bagi katak untuk hidup normal, maka urea ditahan
dalam tubuh dan tidak diekskresikan bersama urin. Pada hiu, urea ditahan melalui
reabsorbsi aktif dalam tubuli ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea ditahan
dengan mereduksi volume urin pada saat katak berada dalam air laut. Nampaknya
urea tidak direabsorbsi secara aktif, sebab konsentrasi urea dalam urin tetap dalam
keadaan sedikit di atas urea dalam plasma.
Katak pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih besar terhadap
salinitas tinggi dari pada yang dewasa. Pada katak muda, pola regulasi osmotiknya
mirip dengan teleostei sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii.
18
cairan keluar seperti spray melalui lubang hidungnya. Pada reptile laut yang
memiliki cairan tubuh isosmotik dengan air laut, misalnya iguana Galapagos
pemakan rumput laut, tidak memiliki kelenjar garam.
Kura-kura laut pemakan tumbuhan atau kernifora, memiliki kelenjar garam
yang besar pada sekitar kedua matanya (kelenjar orbital). Kelenjar ini bermuara
pada sudut posterior matanya, dan pada sat mengeluarkan ekskresinya kura-kura
Nampak seperti menangis. Kelenjar air mata manusia manusia mirip dengan
kelenjar garam pada Reptil meskipun tidak secara khusus berperan dalam
mengeskresikan garam (ingat bahwa rasa airmata kita asin). Air mata manusia
isosmotik dengan plasma darah.
Tidak seperti ginjal vertebrata tingkat rendah, ginjal ayam dapat memproduksi
urin hiperosmotik terhadap darahnya, Bila ayam banyak minum, kecepatan filtrasi
glomerular dan aliran urin meningkat melebihi pada saat dehidrasi. Perbandingan
osmotik urin dan plasma = 0,37 pada saat kelebiha pada saat kelebihan air, pada
saat kelebihan garam = 1,1; dan pada saat dehidrasi 1,6 sampai 2,0. Perbedaan
peningkatan osmolaritas pada ginjal ayam dan kalkun yang mengalami dehidrasi:
447 mOsm pada kortek sampai 463 mOsm dalam medula dan 522 mOsm dalam
urin. Infus larutan garam melalui kloaka ke dalam usus besar, menunjukkan
beberapa absorpsi natrium dan air, natrium diabsorpsi bebas pada konsentrasi di
atas 80 mEq, dan absorpsi air mengikuti gradien. Dalam keadaan dehidrasi, 50%
natrium dan 15% air dalam urin uretra mungkin diabsorpsi dalam kloaka dan usus
besar. Dalam keadaan hidrasi, absorbsi air kloaka, kecil.
Burung laut: camar dan pelikan serta burung dan bebek, memiliki kelenjar
nasal yang melayani ekskresi garam eksternal. Camar mengekskresikan banyak Na +
dan K+ secara eksternal, bahkan dalam keadaan tanpa stress osmotik.
Pada bebek, dan sekresi Na kelenjar nasal mungkin tujuh kali lebih pekat
daripada urin, dan sekresi K nasal mungkin 3.0 kali konsentrasi urin. Sekresi
distimulasi oleh kelebihan garam atau hiperosmotik sukrosa, keduanya
menyebabkan peningkatan volume dengan penarikan air jaringan. Sekresi juga
dipicu oleh zat kolinergik seperti metakolin.
Beberapa burung gurun, seperti burung unta (Ostrich) dan beberapa ayam
hutan, cairan sekresi kelenjar nasal lebih kaya kalium daripada natrium.
Pengaturan keseimbangan air pada Mammalia memungkinkannya untuk hidup
pada udara lembab atau kering, dalam air tawar atau laut, dan meliputi rentangan
luas suhu lingkungan. Mammalia mengatasi stress osmotik dan pemeliharaan
keseimbangan air dehidrasi dengan variasi pengambilan air dan dengan mengontrol
jalan kehilangan air. Mamalia memiliki kapasitas lebih daripada burung dalam
memproduksi urin yang hiperosmotik terhadap darah, tidak perlu bantuan kelenjar
eksternal kecuali kelenjar keringat.
Pada manusia dengan berat badan 70 kg misalnya, kehilangan air per hari
adalah 600-2000 ml melalui urin, 50- 200 ml melalui feses, 350- 700 ml melalui
penguapan kulit, 50- 400 ml melalui keringat, dan 350- 400 ml melalui paru- paru.
21
Pada ibu yang menyusui, keadaan di atas masih ditambah dengan kehilangan 900
ml lebih banyak. Jadi kehilangan air per hari secara normal berkisar antara 1
sampai lebih 9 liter (di daerah tropis lebih dari 12 liter/hari), tergantung pada suhu,
aktivitas fisik, tersedianya air tubuh, dan faktor- faktor laim. Kehilangan air ini
diganti dengan air minum, air dalam makanan, dan air metabolik.
Kebanyakan Mamalia memiliki konsentrasi plasma sekitar 0,30 Osm (eqivalen
dengan 0,95% NaCl atau i= -0,80 C). Pada laki- laki, konsentrasi urin biasanya
sekitar 0,65 Osm, dan konsentrasi urin maksimum pada laki- laki haus = 1,4 Osm
(u= -2,6 C).
Faktor penting untuk mengurangi penguapan dan air masuk tubuh adalah
bahwa permeabilitas kulit mamalia adalah sangat rendah. Beberapa Mamalia
menguapkan air melalui kelenjar keringat atau dengan terengah-engah; air yang
hilang ini mungkin mencapai titik kritis. Kehilangan air lewat penguapan pada kulit
manusia berkurang tidak sejajar dengan tekanan uap air di udara di atas kulit.
Mamalia kecil, seperti kelinci memiliki pendinginan evaporatif rendah atau bahkan
tidak ada. Pada manusia kehilangan 10% air tubuhnya dapat menyebabkan keadaan
buruk; pada tikus, unta, dan domba, kehilangnan 30% air tubuhnya dapat
menyebabkan kematian. Manusia yang masuk air, kulitnya mungkin menyerap
sejumlah air, terutama secara imbibisi oleh stratum korneum.
Kehilangan air lewat feses pada mamalia berbeda- beda. Seekor unta dalam
keadaan tidak minum berlebihan, fesesnya mengandung 76 gr air per 100 gr berat
kering, dalam keadaan kelebihan air, fesesnya mengandung 109 gr air/100 gr berat
kering. Perbandingan kandungan air dalam 100 gr berat kering feses pada beberapa
mamalia adalah sebagai berikut: tikus putih = 225 gr, sapi lebih dari 566 gr, Seekor
unta dengan berat 400-500 kg tanpa kelebihan minum mungkin mengeluarkan urin
1,5 liter/hari, hewan pemakan rumput= 0,5-8 liter/hari. Bila tidak minum air dan
hanya makan rumput kering, seekor unta dalam 8 hari akan kehilangan sekitar 17%
berat tubuhnya atau sekitar 30% air tubuhnya; ini mewakili kehilangan 38% air
interstitial dan 245 air intraseluler. Unta menggunakan air rumen untuk
pendinginan. Keledai mungkin kehilangan 1300 gr air melalui feses, dan 1-1,2 liter
air lewat urin, ini sama dengan 2,5% berat tubuhnya/hari.
22
KESIMPULAN
dalam tubuh tinggidari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke
dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi
dari pada dsalam cairan tubuhnya.
8. Tekanan osmotik adalah salah satu dari empat sifat koligatif (sifat yang tergantung
pada banyaknya zat terlarut) dari larutan.
9. Keempat sifat koligatif tersebut secara linier berhubungan satu dengan yang lain,
sehingga memungkinkan mendeterminasi tekanan osmotik secara tidak langsung
dengan mengukur salah satu sifat.
10. Kebanyakan Invertebrata laut dan endoparasit memiliki konsentrasi osmotik cairan
tubuh sama dengan air laut (isosmotik). Hewan demikian disebut osmokonformer
yang dalam proses osmoregulasinya tidak harus berjuang mengatasi masalah gerak
osmotik air karena osmokonformer memiliki toleransi yang tinggi terhadap
konsentrasi garam.
11. Hewan air payau merupakan osmoregulator yang mirip hewan air tawar, tetapi
memiliki perbedaan besar dalam konsentrasi cairan tubuhnya.
12. Secara umum, organ osmoregulasi invertebrate menggunakan mekanisme filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal vertebrata dalam
memproduksi urin.
13. Kehilangan air pada serangga terutama melalui penguapan, sebab serangga memiliki
luas permukaan tubuh 50 kali lebih besar daripada volume tubuhnya (mamalia
hanya volume tubuhnya).
14. Cacing tanah merupakan hewan malam, menghindari tanah basah kering, dan akan
menggali tanah lebih dalam apabila permukaan tanah mulai kering. Cacing tanah
misalnya Lumbricus terrestris, merupakan regulator hiperosmotik yang efektif.
Hewan ini secara aktif mengabsorpsi ion-ion, dapat memproduksi urin encer yang
secara esensial hiposmotik terhadap darahnya atau hiposmotik mendekati isosmotik.
15. Kondisi osmotic ikan air tawar mirip invertebrate air. Kulitnya relative
impermeable, sedikit air masuk lewat minum dan makanan, tetapi sejumlah air
masuk secara osmotic melalui insang dan membrane mulut. Kelebihan air masuk
akan diimbangi oleh ekskresi lewat ginjal, sebab ginjal memiliki glomeruli yang
telah berkembang dengan baik untuk filtrasi.
25
16. Beberapa ikan yang mampu berpindah hidup antara air tawar dan air laut dalam
siklus hidupnya, misalnya Lamprey dan ikan salem. Perpindahan antara air tawar
dan air laut membawa konsekuensi perubahan mekanisme osmoregulasinya.
17. Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ
osmoregulasi utama.
18. Kehilangan air karena penguapan pada seluruh reptile ternyata lebih besar daripada
leat pernafasannya.
19. Kehilangan air transpirasional pada burung relatif rendah.
20. Pengaturan keseimbangan air pada Mammalia memungkinkannya untuk hidup pada
udara lembab atau kering, dalam air tawar atau laut, dan meliputi rentangan luas
suhu lingkungan. Mammalia mengatasi stress osmotik dan pemeliharaan
keseimbangan air dehidrasi dengan variasi pengambilan air dan dengan mengontrol
jalan kehilangan air.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Pub. Associated. New
York.
Evans, D.H. 1998. The Physiology of Fishes Second Edition. CRC Press. New York.
Gordon, M S. 1977. Animal Physiology. McMillan Publishing co. ltd., New York.
Harris, C.L. 1992. Concept of Zoology. Harper Collins Publishing Inc, USA.
Hurkat, P.C. & Mathur. 1976. A Text Book of Animal Physiology. Shcand and Co. Ltd,
New York.
Johnson, K.D, D.C Rayle and H.L. Alberg. 1984. Biology on Introduction. S. Chand
and Co, New Delhi.
Kalujnaia, S., et. al. 2007. Salinity Adaptation And Gen Profiling Analysis In The
European Eel (Anguilla anguilla) Using microarray Technology. General
and Comparative Endocrinology (Vol. 152): Page 274-280.
Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Odum, C. D. 1971. Fundamental of Ecology. WB Saunders Company, London.
Passino, D. R. M; R. R. Miller; J. C. Bardach & K. F. Lener. 1977. Ichtiology. John
Willey and Sons Inc, New York.
Sambasivia. 1987. Ictyology. John Wiley and Sons. New York.
Schmidt-Nielsen, K. 1990. Animal Phisiology Adaptation and Environment. Cambridge
University Press, London.
Soetarto. 1986. Biologi. Widya Duta. Surakarta.
Villee, C.A., W.F. Walker and R.D. Barnes. 1988. General Zoology. W.B. Saunders
Company, Philadelphia.