Anda di halaman 1dari 18

ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN

SISTEM OSMOREGULASI DAN SISTEM EKSKRESI

Disusun Oleh Kelompok III :


1. Mikael Guru Mamang ( 211040007 )
2. Mariyah Utami Saragih ( 211040008 )
3. Riska Fitrotul Azizah ( 211040009 )

Dosen Pembimbing:
Fauziah Syamsi S.Si, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, berjudul “Sistem Osmoregulasi dan
Sistem Ekskresi Pada Hewan”. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Anatomi Fisiologi Hewan”.
Di dalam makalah ini akan kami uraikan mengenai penjabaran tentang
sistem osmoregulasi dan sistem ekskresi pada hewan. Jika di dalam makalah ini
banyak memiliki kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi dan sebagainya,
maka kami dari kelompok III berharap kritik dan saran guna memperbaiki makalah
ini.
Demikian sebagai pengantar, harapan kami semoga tulisan sederhana ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

Batam, 13 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Pengertian Sistem Osmoregulasi..................................................................... 3
B. Mekanisme Osmoregulasi ............................................................................... 4
C. Pengertian Ekskresi ......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisi hasil metabolisme sel yang
sudah tidak digunakan oleh tubuhdan dikeluarkan bersama urine, keringat, atau
udara pernapasan. Zat ekskresi utama pada hewan ada 3 macam yaitu karbon
dioksida, air dan nitrogen.
Pengeluaran zat sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang
disebut sistem ekskresi. Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil
metabolisme pada organisme hidup. Zat sisa metabolisme yang harus
dikeluarkan antara lainkarbondioksida (CO2), urea, air (H2O), amonia (NH3),
kelebihan vitamin, dan zatwarna empedu. Tujuan pengeluaran zat-zat sisa ini
yaitu agar racun-racun yang ada didalam tubuh manusia atau hewan tidak
menumpuk di dalam tubuh. Karena setiap haritubuh manusia dan hewan
melakukan proses pembakaran atau metabolisme. Prosesini menghasilkan zat-
zat yang berguna bagi tubuh yang dimana zat-zat tersebut akan diserap oleh
tubuh, sedangkan zat-zat sisa yang tidak berguna bagi tubuh akan dikeluarkan
melalui sitem ekskresi.
Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan racun-racun yang ada di dalam
tubuh, kerena apabila racun-racun ini dibiarkan maka tubuhmanusia dan hewan
akan menimbulkan penyakit. Selain itu adanya organ ekskresi bertujuan untuk
menjaga homeostatis dalam tubuh. Organ pengeluaran zat sisa diantaranya alat-
alat ekskresi pada Coelenterata dan Echinodermata, Organ-organ nefridial,
kelenjar antennal Crustacea, saluranMalpighi pada serangga, serta Ginjal pada
vertebrata khususnya pada manusia. Selainsistem ekskresi, untuk menjaga
homeostatis tubuh maka dibutuhkan adanya osmoregulasi. Dimana
osmoregulasi berfungsi untuk mengatur air dan osmotik serta menyediakan
sarana untuk pemeliharaan konsentrasi zat terlarut internal dalamkisaran yang
memungkinkan agar berfungsi secara optimal.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul sistem osmoregulasi
dan sistem Ekskresi pada hewan sebagai berikut:
1. Bagaimana osmoregulasi pada hewan?
2. Bagaimana ekskresi pada hewan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah yang berjudul Sistem Osmoregulasi dan Sistem
Ekskresi adalah sebagai beriku;
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan sistem
osmoregulasi dan sistem ekskresi serta fungsinya.
2. Untuk mengetahui dan memahami sistem osmoregulasi dan sistem
ekskresi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Osmoregulasi


Osmoregulasi adalah suatu proses pengaturan konsentrasi air dan
substansi terlarut lainnya oleh sel tau organisme hidup. Proses osmoregulasi
diperlukan karena adanya perbedaan kosntrasi cairan sela tau tubuh dengan
lingkungan disekitarnya. Osmoregulasi sangat terkait erat dengan sistem
ekskresi, karena sistem tersebut terlibat langsung dalam pengaturan kadar air
dan substansi terlarut didalam tubuh, sehingga keseimbangan tetap terpelihara
demi kelangsungan fungsi-funsi norma fisiologis. Volume dan komposisi
larutan di dalam cairan tubuh dikontrol secara tepat oleh organ ekskresi dengan
membuang atau mempertahankan kadarnya sesuai kebutuhan tubuh. Pada
hewan akuatis, kulit dan saluran pencernaan menjadi organ yang penting bagi
pengaturan garam-garam air.
Sistem osmoregulasi ini memiliki peran yang sangat vital bagi hewan.
Peranan tersebut yaitu dapat mengatur jumlah air yang terkandung di dalam
cairan tubuh sehingga tekanan osmotic tetap stabil, menjaga dan mengatur
kestabilan kadar zat-zat terlarut dalam cairan tubuh seperti ion Na, K, Mg, Fe,
H, Cl, I dan PO. Ion-ion sangat vital dalam metabolisme seperti kerja enzim,
sintesis protein, pigmen respirasi, permiabilitas otot, aktivitas listrik saraf dan
kontraksi otot. Osmoregulasi penting dalam lingkungan bercairan yang
mengelilingi sel, jaringan, dan organ. Agar system fisiologis berfungsi dengan
benar, konsentrasi relatif air dan zat terlarut harus tetap dijaga dalam batas-batas
yang relative sempit. Selain itu, ion-ion seperti natrium dan kalsium harus
dipertahankan dalam kosentrasi yang memungkinkan aktivitas otot neouron,
dan sel-sel tubuh lain secara normal. Dengan demikian, osmoregulasi merupaka
proses homeostasis.
Sejumlah strategi untuk mengontrol air dan zat terlarut telah
dievolusikan, ini mencerminkan berbagai tantangan osmoregulasi yang
seringkali sangat keras dalam lingkungan hewan. Hewan gurun hidup dalam
lingkungan yang menghabiskan air tubuhnya dengan cepat. Walaupum

3
lingkungannya cukup berbeda, albartos dan hewan-hewan laut yang lain juga
menghadapi masalah potensial berupa dehidrasi. Sebaliknya, hewan air tawar
hidup dalam lingkungan yang mengancam berupa air yang terlalu banyak dan
cairan tubuh yang terlalu encer. Orgnisme ini sintas dengan membatasi
pengambilan air, menyimpan zat-zat terlarut, dan menyerap garam-garam dari
lingkungan.
Mekanisme kerja hormone pada osmoregulasi yaitu suatu kadar garam
air merupakan factor yang paling penting dalam menentukan tekanan osmotic
lingkungan perairan dimana semakin tinggi kadar garam dalam air akan
semakin besar tekanan osmotiknya. Perubahan yang dibutuhkan untuk
mengatur ion tubuh terhadap tekanan osmotic lingkungan akibat salinitas,
berada dibawaah peningkatan hormone kortikoid kortisol. Hormone
glukortikoid kortisol memiliki posisi kunci dalam pengaturan keseimbangan air
dan ion pada ikan Teleostei laut.

B. Mekanisme Osmoregulasi
Semua hewan terlepas dari filogeni, habitat, atau tipe zat buangan yang
dihasilkan menghadapi kebutuhan osmoregulasi yang sama. Lama kelamaan,
pengambilan dan kehilangan air haruslah seimbang. Jika pengambilan air yang
berlebihan, sel-sel hewan membengkak dan pecah. Jika kehilangan air terlalu
banyak, mereka mengerut dan mati. Air memasuki dan meninggikan sel-sel
melalui osmosis. Osmosis terjadi ketika dua larutan yang dipishkan oleh
membrane memiliki perbedaan tekanan osmotic atau osmolaritas (kosentrasi zat
terlarut total yang diekskresikan sebagai molaritas, atau mol zat terlarut per liter
larutan).
Jika dua larutan yang dipisahkan oleh sebuah membrane permaebel
selektif yang memiliki osmolaritas yang sama, kedua larutan itu disebut
isoosmotik. Dalam kondisi ini, molekul-molekul air terus menerus melintasi
membrane, namun dengan laju yang sama ke kedua arah. Dengan kata lain tidak
ada pergerakan neto air melalui osmosis diantara larutan-larutan isomatik.
Ketika dua larutan memiliki perbedaan molaritas, larutan dengan konsentrasi
zat-zat terlarut yang lebih besar disebut hiperosmotik dan larutan yang lebih

4
encer disebut hipoosmaik. Air mengalir melalui osmosis dari larutan
hipoosmotik ke larutan hiperosmotik.
Cairan tubuh hewan yang hidup di air tawar pada umumnya bersifat
hipertonik dibandingkan dengan lingkungan. Sedangkan hewan yang hidup di
air asin/laut terutama hewan vertebrata bersifat hipotonik terhadap air laut.
Sedangkan hewan invertebrate bersifat isotonik terhadap air laut. Seekor hewan
dapat mempertahankan keseimbangan air dengan du acara, yaitu
osmokonfermer yang isoomotik dengan sekitarnya, sedangkan yang kedua
adalah osmoregulatory, yang mengontrol osmolaritas internal terlepas dari
osmolaritas lingkungannya.

a. Ikan Air Laut


Sebagian besar invertebrate laut adalah osmokonfermer.
Osmolaritasnya adalah sama dengan osmolaritas laut. Oleh karena itu,
mereka tidak menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangi air. Akan
tetapi, kosentrasi zat terlarut spesifik di dalam tubuh hewan berada dari air
laut, hewan harus aktif mentranspor zat-zat terlarut ini untuk
mempertahankan homeostasis. Sebagian besar verteberata laut dan beberapa
invertebrate laut merupakan osmoregulator.

Sebagai contoh hewan ikan laut betulang keras, misalnya ikan kod
terus menerua kehilangan air melalui osmosis. Ikan semacam ini
menyeimbangkan kehilangan air dengan meminum banyak sekali air laut.
Mereka kemudian memanfaatkan ingsang dan ginjalnya untuk membuang

5
garam. Didalam ingsang, sel klorida keluar ion natrium mengikuti secara
pasif. Didalam ginjal kelebihan ion kalsium, magnesium, dan sulfat
diekskresikan bersama lingkungannya sejumlah kecil air.

b. Ikan Air Tawar


Ikan air tawar adalah ikan yang hidup di lingkungan air tawar pada
umunya kadar osmotik cairan tubuhnya adalah 300 M0sm per liter dan
bersifat hiperosmotik dibandingkan dengan lingkungannya (air tawar).
Cairan tubuh hewan perairan tawar harus hiperosmotik karena sel hewan
tidak dapat menoleransi kosentrasi garam serendah konsentrasi air danau
atau sungai. Karena memiliki cairan internal dengan osmolaritas yang lebih
tinggi dari pada sekitarnya.

Ikan air tawar menghadapi masalah penambahan air melalui osmosis


dan kehilangan garam melalui difusi. Banyak hewan perairan tawar,
termasuk ikan, memecahkanmasalah keseimbangan air ini dengan hamper
tidak minum air dan mengekresikan banayk sekali urin yang sangat encer.
Seperti ikan yang menghabiskan seluruh hidupnya diperairan tawar.

c. Hewan yang Hidup di Perairan Sementara


Hewan-hewan ini termasuk kondisi dorma ketika habitatnya
mengering, suatu adaptasi yang disebut anhidrobiosis (hidup tanpa air) salah
satu contoh yang paling mencolok adalah tardigrad atau buang air. Dengan
Panjang kurang dari 1 mm, invertebrate mungil ini ditemukan dilingkungan

6
laut, air tawar, dan darat yang lembab. Dalam kondisi aktif dan terhidrasi,
tardigrad mengandung sekitar 85 % air dari berat badan, namun hewan ini
dapat terdehidrasi hingga kurang dari 2% air dan sintas dalam kondisi
inaktif, kering seperti debu, selama satu decade atau lebih.
Cukup tambahkan air, dan dalam beberapa jam tardigrade yang
terdehidrasi sudah dapat berjalan-jalan dan mencari makan lagi.
Anhidrobiosis membutuhkan adaptasi-adaptasi yang menjaga keutuhan
membrane-membran sel.

d. Hewan Darat
Ancamana dehidrasi merupakan masalah regulasi utama bagi
tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan darat. Manusia, mislnya, mati jika
kehilangan sedikitnya 12% air tubuhnya (unta gurun dapat bertahan kira-
kira 2 kali lipat dari tingkat dehidrasi itu). Adaptasi-adaptasi yang
mengurangi kehilangan air adalah kunci kesintasan didarat. Seperti kutikula
berlilin yang sangat berkontribusi terhadap keberhasilan tumbuhan darat,
penutup tubuh Sebagian besar hewan darat membantu mencegah dehidrasi.
Contohnya adalah lapisan berlilin ekoskeleton serangga, cangkang bekicot
dan sel-sel kulit berkeratin yang menutupi Sebagian besar vertebrata darat.
Osmoregulasi pada hewan invertebrata darat ini pada umumnya
merupakan golongan arthopoda, insecta, dan laba-laba. Adanya kutikula
pada insecta merupakan cara untuk memperkecil kehilangan air pada
permukaan tubuh.

7
Tidak semua kutikula invertebratadapat menghambat kehilangan air
dari dalam tubuh. Hal ini dapat diamati pada cacing tanah yang mempunyai
kutikula yang tipis. Cacing tanah tetapi mengalami kehilangan air melalui
kulit.
Osmoregulasi darat pada hewan vertebrata ini hewan kulit kering
dan bersisik diyakini cara beradaptasi dengan baik terhadap kehidupan
darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air,
hewan ini menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang
pengeluarannya hanya membutuhkan sedikit air. Reptil juga melakukan
hematinatan air dalam menghasilkan fases yang kering.
Pada burung pengatur keseimbangan air air berkaitan erat dengan
proses pertahanan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan
memperoleh makanan darilaut menghadapi masalah berupa pemasukan
garam yang berlebihan. Burung mengelurkan kelebihan garam tersebut
melalui kelenjar garam yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala
bagian atas, disebelah atas tiap matanya, didekat hidung.
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat
keringat.cara memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya yaitu dari air
minum dan makanan, akan tetapi untuk mamalia yang hidup dipadang pasir,
sebagai contoh tikus kanguru (dipodomys spectobilis) tidak minum air tetapi
bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi
glukosa.

C. Pengertian Ekskresi
Sistem Ekskresi merupakan proses pengeluaran dan pembuangan sisa
metabolisem yang tidak dibutuhkan di dalam tubuh. Zat sisa metabolism di
keluarkan oleh tubuh melalui alat ekskresi.
Terlepas apakah hewan di darat diperairan asin, atau di perairan tawar,
keseimbangan air bergantung pada regulasi pergerakan zat terlarut antara cairan
internal dan lingkungan eksternal. Sebagian besar pergerakan ini ditangani oleh
system ekskresi. Sistem-sistem ini penting untuk hmoestasis karena membuang
zat-zat buangan metabolik dan mengontrol komposisi cairan tubuh.

8
Proses-proses ekskresi hewan dari berbagai spesies menghasilkan zat
buangan yang disebut urin melalui langkah-langkah yaitu cairan tubuh (darah,
cairan selom, atau hemolimfe) bersentuhan dengan membrane permeable
selektif dari epitelium transport. Pada Sebagian besar kasus, tekanan hdirostatik
(tekanan darah pada banyak hewan) mendorong suatu proses filtrasi. Sel-sel
seperti, protein dan moleku-molekul besar yang lain, tidak dapat melintas
membrane epitel dan tetap berada di dalam cairan tubuh. Sebaliknya, air dan
zat-zat terlarut yang kecil, seperti garam, gula, asam amino, dan zat-zat buangan
bernitrogen, melintas membrane tersebut membentuk suatu cairan yang disebut
filtrat.
Filtrat dikonversi menjadi cairan buangan melalui transport spesifik
material kedalam atau keluar filtrat. Proses reabsorpsi slektif memulihkan
molekul-molekul yang berguna dan air dari filtrat dan mengembalikannya ke
cariran tubuh. Zat terlarut yang berharga termasuk glukosa, garam-garam
tertentu, vitamin, hormone dan asam amino direabsobsi melalui transport aktif.
Zat terlarut non esensial dan zat buangan ditinggalkan didalam filtrat
atau ditambahkan ke cairan tersebut melalui transpor aktif. Pemompaan
berbagai zat terlarut itu menyesuaikan pergerakan osmotic air ke dalam atau ke
luar fitrat. Pada Langkah terakhir ekskresi filtrat yang telat diproses akan
dilepaskan dari tubuh sebagai urin.
Sistem-sistem yang menjalankan fungsi-fungsi ekskresi dasar sangat
bervariasi diantara kelompok-kelompok hewan. Akan tetapi, mereka umumnya
terbuat dari jejaring tubulus kompleks yang memberikan are permukaan yang
luas untuk pertukaran air dan zat terlarut, termasuk zat-zat buangan bernitrogen.
Contoh sistem-sistem ekskresi pada cacing pipih

a. Protonefridia
Cacing pipih (filum Playthelminthes), yang tidak memiliki selom
atau rongga tubuh, memiliki sistem ekskresi yang disebut protonefridia
membentuk jejaringan tubulus buntu yang terhubung kebukaan eksternal.
Tubulus tersebut bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Unit-unit seluler yang
disebut sel api menudungi cabang setiap protonefridia.

9
Terbentuk dari satu sel tubulus dan satu sel tudung, setiap sel api
memiliki sejumput silia yang menjulur ke dalam tubulus. Selama filtrasi,
denyutan silia yang menarik air dan zat-zat terlarut dari cairan interstisial
melalui sel api, sehingga melepaskan filtrat ke dalam jejaring tubulus.
Selama filtrasi, denyutan silia menarik air dan zat-zat terkarut dari cairan
interstisial melalui sela pi, sehingga melepaskan filtrat ke dalam jejaring
tubulus. Filtrat yang telah diproses kemudian akan bergerak keluar melalui
tubulus dan dibuang sebagai urin ke lingkungan eksternal. Urin yang di
ekskresikan oleh cacing pipih air tawar memiliki konsentrasi zat terlarut
yang rendah, sehingga membantu menyeimbangkan pengambilan osmotik
air dari lingkungan.

b. Metanefridia
Sebagian besar anelida, misalnya cacing tanah, memiliki
metanefridia, organ-oragan ekskresi yang membuka secara internal ke
selom. Setiap segmen cacing memiliki sepasang metanefridia, yang
terendam dalam cairan selom dan terbungkus oleh jejaring kapiler. Corong
bersilia bukaan internal. Saat silia berdenyut, cairan tertarik ke dalam
tubulus pengumpul, yang mencakup kandung kemih penyimpan urin yang
membuka ke luar.

10
Metanefridia cacing tanah memiliki fungsi ekskresi sekaligus fungsi
osmoregulasi. Saat urin bergerak sepanjang tubulus, epitilium transport
yang membatasi lumen menyerap Kembali Sebagian besar zat-zat terlarut
dan mengembalikannya ke darah di dalam kapiler. Zat-zat buangan
bernitrogen tetap berada di dalam tubulus yang di ekskresikan ke luar.
Cacing tanah menghuni tanah yang lembab dan biasanya mengalami
pengambilan neto air melalui osmosis lewat kulit. Metanefridianya
menyeimbangkan aliran masuk air dengan menghasilkan urin yang cair.

1. Tabung Malphigi
Serangga atau atropda darat lainnya memiliki organ-organ yang di
sebut tubulus malphigi yang membuang zat buangan bernitrogen dan juga
berfungsi dalam osmoregulasi. Tubulus malphigi membentang dari ujung-
ujung buntu yang terendam dalam hemolife hingga bukaan ke saluran
pencernaan. Pada epitelium transport yang melepasi tubulus
mengekskresikan zat terlarut tertentu , termasuk zat buangan bernitrogen,
dari hemolife ke dalam lume tubulus. Air mengikuti zat terlarut ke dalam
tubulus melalui osmosis dan cairan tersebut kemudian mengalir ke dalam
rektrum. Di situ Sebagian besar zat terlarut di pompa Kembali kedalam
hemolife, diikuti oleh reabsorpsi air melalui osmosis. Zat byangan
bernitrogen terutama asam urat yang tak larut dibuang sebagai materi yang
hamper kering bersama feses.

11
2. Filtrasi Darah
Jalur filtrat dari kapsul bowan, filtrat mengalir ke dalam tubulus
proksimal, wilayah pertama dari tiga wilayah nefron. Bagian berikutnya
adalah lengkung henle, suatu belokan yang berbentuk jepit rambut dengan
saluran menurun dan saluran naik. Tubulus distal, wilayah terakhir dari
nefron, mengalirkan is ke dalam saluran pengumpul, menerima filtrat yang
telah di proses dari berbagai nefron. Filtrat ini mengalir dari semua saluran-
saluran pengumpul pada ginjal ke dalam pelvin renal yang dialirkan oleh
ureter.
Diantara vertebrata-vertebrata, hanya mamalia dan beberapa jenis
burung yang memiliki lengkung henle. Di dalam ginjal manusia, 85%
nefron merupakan nefron kortikal yang memilik lengkung henle yang
pendek yang pendek hamper seluruh bagiannya berada pada korteks renal.
Nefron-nefron jukstamedularis lah yang memungkinkan mamalia
menghasilkan urin yang hiperosmotik terhadap cairan tubuh, suatu adaptasi
yang sangat penting untuk konservasi air.

3. Nefron Pada Vertebrata


Nefron adalah organ fungsional terkecil penyusun ginjal yang
merupakan organ pengeluaran utama pada vertebrata. Pengeluaran
vertebarat dapat terjadi melalui saluran pernapasan dan kulit. Pada ginjal

12
vertebrata dapat ditunjukkan beberapa bagian ginjal yaitu kortek, medula,
pelvis ginjal, papilla ginjal dan ureter. Ginjal tersusun atas sejumlah besar
nefron.
Tiap unit ginjal terdiri dari badan malphigi atau korpukulus ginjal,
glomerulus, tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal dan tubulus
pengumpul. Hormon antidiuretik adalah kombinasi kontrol saraf dan
hormonal mengelola fungsi osmoregulasi ginjal mamalia. Salah satu
hormone kunci dalam sirkuit regulasi ini adalah hormone antidiuretik
(antidiuretic hormone, ADH) juga disebut vasopressin.

4. Kepentingan Osmoregulasi dan Ekskresi


Osmoregulasi dan Ekskresi mempunyai peranan sebagai berikut:
1) Mengeluarkan dan membuangkan hasil sampingan dari metabolisme.
Pembuangan dan pengeluaran ini harus dilakukan untuk mencegah tidak
seimbangan ekuilibrum reaksi kimia.
2) Mencegah terganggunya aktivitas metabolik dari dalam tubuh dengan
cara mengekskresikan zat buangan. Zat buangan merupakan racun yang
dapat menganggu kerja enzim yang sangat penting dalam reaksi kimia.
3) Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara
jumlah air dan zat terlarut yang ada di dalam tubuh hewan. Sistem osmoregulasi
ini memiliki peran yang sangat vital bagi hewan. Peranan tersebut yaitu dapat
mengatur jumlah air yang terkandung di dalam cairan tubuh sehingga tekanan
osmotic tetap stabil, menjaga dan mengatur kestabilan kadar zat-zat terlarut
dalam cairan tubuh seperti ion Na, K, Mg, Fe, H, Cl, I dan PO. Ion-ion sangat
vital dalam metabolisme seperti kerja enzim, sintesis protein, pigmen respirasi,
permiabilitas otot, aktivitas listrik saraf dan kontraksi otot.
Osmoregulasi penting dalam lingkungan bercairan yang mengelilingi
sel, jaringan, dan organ. Agar system fisiologis berfungsi dengan benar,
konsentrasi relatif air dan zat terlarut harus tetap dijaga dalam batas-batas yang
relative sempit.
Ekskresi adalah proses pengeluaran atau pembuangan sisa hasil
metabolism yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Organ ekskresi pada hewan yaitu
vakuola kontraktil pada protozoa, protonefridia, metanefridia, tabung malphigi,
dan nefron pada hewan vertebrata.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Dr. Ir. Darmo Ence Jaya Supena, M.St (dkk).2010.Biologi Edisi kedelapan Jilid
3 Campbell & Reece.Jakarta:Erlangga.

 Sari Kemala.2020.Kutipan Makalah Osmoregulasi dan Sistem Ekskresi.


Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai