Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN

Disusun oleh :

Putri (201440127)

Dosen pembimbing :

Ns. Abdul Kadir Hasan, SST, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PANGKAL PINANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat


rahmat , ridho dan hidayah dari – Nya lah sehingga pada hari ini kami dapat menyelesaikan
makalah kami . Tak lupa sholawat beriring salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, yang telah membawa kita semua ke zaman yang terang benderang seperti sekarang.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari betul bahwa memang
makalah ini belum sempurna seutuhnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca guna untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terakhir pesan dari
kami semoga makalah ini dapat dipahami dan selanjutnya dapat di manfaatkan di
bidang pendidikan dan dunia kerja , serta bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini

Sungailiat, 7 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1  Pengertian.............................................................................................................................................6
2.3 Organ system perkemihan ( Ginjal ).....................................................................................................6
2.4 Peredaran darah ginjal...........................................................................................................................9
2.5 Persyarafan ginjal................................................................................................................................10
2.6 Fungsi ginjal........................................................................................................................................11
2.7 Fisiologi sistem perkemihan................................................................................................................12
2.8 Pembentukan urine..............................................................................................................................15
2.9 Mikturasi.............................................................................................................................................15
2.11 Pengaturan keseimbangan asam-basa................................................................................................16
2.12 Penyakit yang berhubungan dengan sistem perkemihan....................................................................18
BAB III......................................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................................20
3.1  Kesimpulan.........................................................................................................................................20
3.2  Saran...................................................................................................................................................20
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis, yang
berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh,
keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa organisme hidup
harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau
kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan
internal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting.

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan


kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel
juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan
dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya.

Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang
menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan
homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air
dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.

Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung jawab
untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium, membantu
mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah.

Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah,sedangkan ureter, yang
bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandungkemih, yang menyimpan urin, dan saluran
kencing, urin keluar melalui tubuh. Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan
orang adalah bahwa ekskresi, melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahandan
bahan kimia dari aliran darah. Aspek penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk

4
membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti
gula, dan senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a.       Pengertian system perkemihan.

b.      Fungsi system perkemihan.

c.       Organ – organ system perkemihan.

d.      Proses perkemihan.

e.       Proses pembentukan urin.

f. Penyakit system perkemihan

1.3 TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

·           Sebagai tugas masa orientasi mahasiswa baru.

·           untuk mengetahui system perkemihan.

·           Untuk mengetahui organ – organ system perkemihan dan fungsinya.

. Untuk menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian.

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2.2  Fungsi system perkemihan.

1. Membuang sisa metabolisme :

 Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.


 Racun-racun/Toxins
 Obat-obat/Drugs
2. Pengaturan homeostasis :

 Keseimbangan air
 Elektrolit
 Keseimbangan asam-basa darah
 Tekanan darah
 Produksi darah merah
  Mengaktifkan vitamin D

2.3 Organ system perkemihan ( Ginjal )

Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm, terletak
di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal kanan terletak lebih
ke bawah dibandingkan ginjal kiri.

Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat
cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh darah dan
keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala ginjal
(pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil yang
disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor meliputi
tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada potongan vertikal
6
ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus
menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid dengan
bagian korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.

Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai
jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak
dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan ada
bagian korteks yang masuk ke medula.

a) Fungsi ginjal dalam hemostasis

Ginjal berpartisipasi dalam homeostasis tubuh dengan mengatur keseimbangan asam-basa


(pH), konsentrasi ion mineral, komposisi dan vulme cairan ekstraselular dan tekanan darah.
Ginjal mengatur fungsi homeostasis sendiri atau bekerja sama dengan organ lain, terutama
sistem endokrin. Beragam macam hormon endokrin mengatur funsi endokrin seperti renin,
angiotensin II, aldosteron, hormon antidiuretik (vasopressin) dan atrial natriuretik peptida.

Ginjal mengeluarkan produk limbah yang diproduksi oleh metabolisme, ke dalam urin. Produk
ini termasuk nitrogen limbah urea berasal dari katabolisme protein, asam urat berasal dari
metabolisme asam nukleat. Kemampuan mamalia dan beberapa jenis burun untuk
mengkonsentrasi limbah dalam urin yang volumenya jauh lebih kecil daripada volume darah
dimana limbah tersebut diekstrasi, itu tegrantung dari mekanisme arus balik.

Mekanisme arus balik membutuhkan beberapa nefron yang mempunyai karakter tersebut —
konfigurasi lengkung jepit di tubulus, permeabilitas air dan ion di segmen tipis cabang desenden
lengkung Henle, impermeabilitas air di segmen tipis dan tebal cabang asenden lengkung Henle,
dan transpor aktif ion-ion keluar dari cabang asenden lengkung Henle. Selain itu, mekanisme
arus balik pasif yang dilakukan oleh pembuluh-pembuluh yang menyuplai darah ke nefron itu
sangat penting untuk fungsi ini.

Fungsi ginjal yaitu:

 Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin
yang dihasilkan dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa.

   Mengatur keseimbangan air dan elektrolit.

  Mengatur keseimbangan asam dan basa.

7
 Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.

  Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses pembentukan


eritrosit di sumsum tulang.

 Produksi dan ekskresi urin.

b) Aliran dari ginjal

Aliran darah ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta
abdominalis, sedangkan yang mengalirkan darah balik adalah vena renalis yang merupakan
cabang vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah tidak ada anastomosis ke cabang arteri lain.
Meskipun ukurannya relatif kecil, ginjal menerima 20% darah dari curah jantung.

Setiap arteri ginjal masuk hilus melalui cabang anterior dan posterior. Cabang anterior dan
posterior kemudian membentuk arteri segmental, dan bercabang lagi membentuk arteri
interlobar, yang menembus kapsul ginjal dan mengalir melalui kolom ginjal di antara piramida
ginjal. Arteri interlobar menyuplai darah ke arteri arkuata yang mengalir di area pertenuan antara
korteks dan medula. Setiap arteri arkuat menyuplai darah kepada arteri interlobular yang
kemudian menyuplai darah kepada arteriol aferen dan glomeruli. Satu arteriol aferen membentuk
sekitar 50 kapiler yang membentuk glomerulus.

Arterial eferen kemudian meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jaringan jaringan
kapiler, kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal, dimana
proses pertukaran zat dilakukan. Ada dua macam arteriol eferen berdasarkan lokasi:

 Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jaringan kapiler peritubular
yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal di nefron tersebut
 Arteriol eferen dar glomerulus pada nefron juxta glomerulus membentuk perpanjangan
pembuluh kapiler yang lurus disebut vasa rekta yang turun ke dalam piramida medula.
Lekukan vasa rekta membentuk lengkunga jepit yang melewati lengkung Henle.
Lengkungan ini memungkinkan proses pertukaran zat antara lengkung Henle dan kapiler dan
berperan dalam membentuk konsentrasi urin dengan membantu mempertahankan mekanisme
pertukaran lawan arus.

8
Darah bergerak melalui jaringan kecil venula yang bergabung membentuk vena interlobular.
Seperti dengan distribusi arteriol, vena mengikuti pola yang sama: interlobular menyuplai darah
untuk vena arkuata yang menyuplai darah ke bena interlobar. Vena interlobar bergabung
membentuk vena renalis yang keluar dari ginjal.

c) Struktur ginjal / anatomi ginjal

1. Korteks (Cortex)
Korteks merupakan bagian ginjal yang paling luar. Bagian tepi korteks ginjal dikelilingi oleh
kapsul ginjal dan jaringan lemak untuk melindungi bagian dalam ginjal.

2. Medula
Medula ini adalah jaringan ginjal yang halus dan dalam. Berisi lekung Henle serta piramida
ginjal yaitu struktur kecil yang terdapat nefron dan tubulus di dalamnya. Fungsi medula ginjal ini
dapat mengangkut cairan ke ginjal yang kemudian bergerak menjauh dari nefron menuju bagian
yang mengumpulkan dan mengangkut keluarnya urine dari ginjal.

3. Pelvis Ginjal
Pelvis ginjal  atau renal pelvis berbentuk corong di bagian paling dalam ginjal. Pelvis ginjal
berfungsi sebagai jalur untuk jalannya cairan dalam perjalanan ke kandung kemih.

Lubang-lubang kecil yang terletak di bagian dalam ginjal disebut hilum. Di dalam pelvis ginjal
terdapat arteri yang membawa darah kaya oksigen dari jantung ke ginjal untuk proses filtrasi.
Sedangkan vena ginjal membawa darah yang disaring dari ginjal kembali ke jantung. Dan ureter
merupakan tabung otot yang mendorong urine ke dalam kandung kemih.

2.4 Peredaran darah ginjal

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteri arteri


renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria
segmental, terus ke arteri interlobus nanti cabang lagi jadi arteri arkuata. Arteri ini terhubung
ke arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk

9
gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut
kapsula bowman. Di dalam kapsula bowman lewat afferent arteriol lalu ke kapiler
glomerulus lalu ke efferent arteriol setelah disaring. Dari sini darah ke kapiler
peritubular yang berjalan di sekitar tubulus, nanti lewat vena interlobularis ke vena
arcuata lalu ke vena interlobus kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

2.5 Persyarafan ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011).

Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal”.

• Persarafan ginjal berasal dari pleksus aortikus yang berada didepan aorta abdominalis.

• Pleksus aortikus berhubungan dengan pleksus seliakus, pleksus mesenterikus, dan pleksus
renalis

• Pleksus renalis berjalan bersama a.renalis.

• Pleksus renalis berisi serabut aferen, serabut simfatis, dan serabut parasimfatis

• Serabut aferen membawa nyeri viseral dari ginjal menuju ke medula spinalis.

• Nyeri ginjal termasuk nyeri / kolik abdomen, dengan penjalaran nyeri ke angulus
kostovertebralis di dinding belakang perut.

10
2.6 Fungsi ginjal

 Menyaring dan Membuang Limbah

Ginjal memiliki peran penting dalam pembuangan racun, kadar garam yang berlebihan, dan
urea (limbah mengandung nitrogen hasil dari metabolisme protein). Dengan terbentuknya urea
tersebut, maka darah akan mengalirkan urea tersebut menujua ginjal untuk dibuang. Tanpa organ
ini, limbah dan racun akan menumpuk dalam darah.

 Mengendalikan Keseimbangan Air

Salah satu fungsi ginjal adalah mengendalikan dan memantau keseimbangan air dalam tubuh.
Melalui organ ini, seluruh jaringan tubuh dipastikan menerima air agar dapat bekerja dengan
baik. Ginjal akan bereaksi terhadap perubahan kadar air dalam tubuh. Ginjal akan menahan air,
bukan membuangnya ketika tubuh sedang mengalami dehidrasi.

 Mengatur Sel Darah Merah

Oksigen merupakan unsur penting dalam peredaran darah. Ketika tubuh tak mendapatkan
cukup oksigen, maka ginjal akan mengeluarkan hormon eritropoietin. Hormon eritropoietin
berfungsi untuk merangsang produksi sel darah merah lebih banyak yang berguna untuk
membawa oksigen. Jika sel darah merah atau kadar oksigen sudah normal, hormon tersebut akan
berhenti diproduksi oleh ginjal.

 Mengatur Tekanan Darah dan Kadar Garam

Mengatur tekanan darah dan kadar garam dalam darah juga merupakan fungsi ginjal. Ginjal
akan memproduksi enzim renin sebagai prosesnya. Ketika menyaring darah, aliran dan tekanan
darah yang stabil dibutuhkan oleh ginjal.

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,


misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat–  zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya(misalnya obat –  obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

11
2.7 Fisiologi sistem perkemihan

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria) merupakan kelanjutan dari tulisan


sebelumnya mengena iAnatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan. Sistem perkemihan
merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari
zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.

Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanannya
(biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria
akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan
waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu
lama, maka akan memberikan rasa sakit.

     Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus
pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa
kejadian dengan urutan sebagai berikut :

1.      Membukanya meatus intemus

2.      Erubahan sudut ureterovesical

3.      Bagian atas urethra akan terisi urine

4.      Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine

5.      Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat

6.      Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal meningkat

7.      Pembukaan sphincter extemus

8.      Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong

            Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang bekerja di
bawah pengendalian secara volunteer :

1.      Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir

2.      Vesica urinaria tertarik ke atas

12
3.      Urethra memanjang

4.      Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.

            Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti
yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis.

a) Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa
metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh. Filtrasi terjadi di glomerulus
dan kapsul bowman yang menghasilkan filtrat gromerulus atau urin primer.
Awalnya darah masuk ke glomerulus melalui arteriol affrent dan terjadi filtrasi.
Urine primer akan memasuki kapsul bowman. Pada proses filtrasi terjadi akibat
mengkerut dan mengembangnya arteriol afferent. Selama terjadi filtrasi sel-sel
darah dan molekul protein tidak dapat disaring. Sementara molekul-molekul yang
berukuran kecil, seperti garam, asam amino dan gula dapat disaring sampai
menjadi bagian dari urin primer.
b) Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses diserapnya kembali zat-zat yang masih bermanfaat
untuk tubuh. Zat-zat yang diserap kembali oleh darah seperti, glukosa, asam
amino, dan ion-ion anorganik. Proses tersebut terjadi karena transpor aktif. Di
mana hasil dari reabsorpsi urine primer adalah urine sekunder yang mengandung
sisa limbah nitrogen dan urea. Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus
proksimal yang nantinya menghasilkan urine sekunder. Urin sekunder akan
masuk ke lengkung henle menuju tubulus kontortus distal. Pada saat melewati
lengkung henle desenden, air berosmosis keluar. Sehingga volume urin sekunder
menuruna dan menjadi pekat.
c) Augmentasi (pengeluaran zat)
Urine sekunder dari lengkung henle asende akan masuk ke tubulus distal. Di
dalam tubulus distal urin sekunder mengalami augmentasi, yaitu proses
penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus
distal. Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion hidrogen,
ion kalium, NH3 dan kreatinin. Pengeluaran hidrogen membantu menjaga pH
yang tetap dalam darah. Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus,
urin kehilangan banyak air, konsentrasi urin semakin pekat. Setelah urine masuk
pelvis renalis dan menuju ureter, akan dialirkan ke vesica urinaria untuk
ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oleh otot-otot sfingter.
Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 mililiter. Kadung
kemih di kendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari plexus
hipogastrik.

13
d) Sekresi
Sekresi adalah tahap terakhir dari proses pembentukan urine. Beberapa zat
mengalir langsung dari darah di sekitar tubulus distal dan tubulus pengumpul ke
tubulus tersebut. Tahapan ini juga menjadi bagian dari mekanisme tubuh untuk
menjaga keseimbangan pH asam-basa dalam tubuh. Ion kalium, ion kalsium, dan
amonia juga melewati proses sekresi, seperti beberapa obat. Hal ini dilakukan
agar senyawa kimia dalam darah juga tetap seimbang. Proses ini dilakukan
dengan meningkatkan sekresi zat, seperti kalium dan kalsium, ketika
konsentrasinya tinggi. Selain itu, penyerapan kembali (reabsorpsi) juga
ditingkatkan dan mengurangi sekresi ketika konsentrasinya rendah. Urine yang
dibuat oleh proses ini kemudian mengalir ke bagian tengah ginjal yang disebut
panggul, di mana ia mengalir ke ureter dan kemudian tersimpan di kandung
kemih. Selanjutnya, urine mengalir ke uretra dan akan keluar saat buang air kecil.
e) Proses berkemih
Suatu proses refleks yang diatur oleh pusat-pusat refleks di otak. Rangsang
(impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding VU dihantarkan oleh neuron-
neuron sensoris viseral aferen melalui n. splanchnicus memasuki medulla spinalis
segmen sacral 2,3,dan 4. Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos VU
berkontraksi, m. sphincter vesicae melemas. Neuron-neuron eferen para simpatis
mengambil jalan melalui n. pudendus (S2,3, dan 4) menuju ke sphincter urethra.
Pengontrolan berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.
f) Komposisi urine normal
Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang
diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin,
asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam terutama garam
dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin C dan obat-
obatan. Semua cairan dan pembentuk urine trsebut berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa diserap kembali ke dalam tubuh
melalui molekul pembawa (Halander, dkk., 2000).
 Air95%
 Urea , Amonia dan asam ureat yang merupakan hasil metabolisme
protein.
 Garam-garam mineral, terutama garam dapur (NaCl)
 Zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin) yang menyebabkan urine
berwarnakuning.
 Zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti hormon dan vitamin.

14
Ciri-Ciri Urin Normal
·         Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk.
·         Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
·         Baunya tajam.
·         Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

g) Filtrasi glumerolus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.

2.8 Pembentukan urine

 Proses Filtrasi ,di glomerulus


Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.
 Proses Reabsorbsi,
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat
dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
 Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya
diteruskan ke luar.

2.9 Mikturasi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

15
a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini
akan mencetuskan tahap ke 2.

b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.

     Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis :
impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax
dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama: Pertama, Kandung kemih terisi secara progresifhingga tegangan pada
didndingnya meningkat melampaui nilai ambang batas; keadaan ini akan mencetuskan tahap
kedua, yaiutu adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung
kemih atau, jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari.
Meskipun refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat autonom, refleks ini
dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat-pusat di korteks serebri atau batang otak.

Proses miksi dimulai dari ginjal, ureter visika urinaria, uretra. Darah memasuki glomerulus
aferen dan kemudian meningkatkan melalui arteriol afferent. Glomerulus merupakan suatu
jalinan dari 50 kapiler sejajar yang melapisi oleh sel-sel epitel. Tekanan darah didalam
glumerulus menyebabkan cairan difiltrasikan kedalam kapsula bowman. Dari situ dia mngalir
pertama kedalam tubulus proksimalis. Dari sini cairan tersebut mengalir kedalan ansahenle,
kemudian terun kebawah medulla ginjal, sekitar 1/3 seperti sampai 1/5 menembus jauh kedalam
medulla bagian bawah ansa henle tersebut mempunyai dinding sangat tipis dan oleh karena itu
disebut segmen tipis ansahenle, dari ansa henle cairan tersebut mengalir melalui tubulus distalis.
Akhirnya cairan tersebut mengalir kedalam tubulus (duktus) koligen yang mengumpulkan cairan
dari beberapa nevron. Duktus koligen berjalan dari korteks kembali kebewah melalui medulla,
sejajar dengan ansa henle, kemudian ia bermuara kedalam pelvis ginjal.

        Ketika filtrate glomerulus mengalir melalui tubulus tersebut, kebayakan air dan berbagai zat
yang terlarut didalamnya diabsorpsi kekapiler, peritubulus dan sejumlah kecil. Solute lain
disekresikan kedalam nobulus. Air dan solute tubulus yang tersisa menjadi urine.

2.11 Pengaturan keseimbangan asam-basa

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion
lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara
asupan atau produksi ion hydrogen . dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada

16
ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan
tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih
banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak
mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen,
dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan
ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam
basa dalam berbagai cairan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta
perubahan yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara
normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40
nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang
ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160
nEq/liter tanpa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah
rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen
disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan
konsentrasi ion hidrogen.

pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar
7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk
membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami
asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4.
Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan
batas atas adalah sekitar 8,0.3 pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah
yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH
intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang
diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

17
2.12 Penyakit yang berhubungan dengan sistem perkemihan

Gangguan pada sistem urinaria dapat terdeteksi dari perubahan warna urine. Urine yang sehat
dan normal umumya berwarna jernih, kekuningan, hingga kuning keemasan. Warna urine
tersebut berasal dari zat yang disebut urokrom. Namun, konsumsi makanan dan obat tertentu
terkadang juga dapat mengubah warna urine.

Adanya masalah pada sistem urinaria atau saluran kemih tidak hanya ditandai dengan perubahan
warna urine. Berikut ini adalah beberapa masalah atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem
urinaria:

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian mana pun dari sistem
urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih. Wanita berisiko lebih besar terkena ISK
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan jarak antara lubang saluran kemih dan anus pada wanita
lebih dekat.

2. Batu saluran kemih

Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah kondisi ketika terbentuk batu di sistem urinaria,
seperti batu ginjal, batu ureter, atau batu kandung kemih. Ukuran batu umumnya bervariasi.
Semakin besar ukuran batu yang terbentuk, semakin besar pula risiko batu tersebut menyumbat
aliran urine dan menimbulkan penyakit.

3. Inkontinensia urine

Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf pada kandung dan saluran
kemih mengalami gangguan, sehingga tidak dapat mengendalikan proses buang air kecil.
Penyakit ini bisa membuat Anda tiba-tiba mengompol, terlebih saat batuk atau bersin.
Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, namun tidak menutup kemungkinan orang yang
lebih muda juga mengalaminya.

4. Uretritis

Uretritis adalah peradangan pada uretra. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri
di saluran kemih. Uretritis dapat menyebabkan rasa nyeri dan dorongan untuk lebih sering buang
air kecil.

5. Sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine
meningkat. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal
yang berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan air dari darah. Sindrom nefrotik dapat

18
disebabkan oleh berbagai hal, misalnya riwayat infeksi dan peradangan. Sindrom nefrotik dapat
menyebabkan gejala seperti urine berbusa, kelelahan, tidak nafsu makan, serta pembengkakan di
kaki, wajah, dan berbagai bagian tubuh, seperti wajah dan sekitar mata.

6. Sindrom nefritik

Sindrom nefritik adalah pembengkakan atau peradangan pada ginjal. Kondisi ini dapat
menyebabkan nyeri panggul, buang air kecil lebih sering dan terasa nyeri, urine tampak keruh
atau kemerahan, sakit pinggang atau perut, serta pembengkakan di wajah dan kaki. Jika tidak
segera diobati, sindrom nefritik dapat menyebabkan gagal ginjal.

7. Gagal ginjal

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu menyaring darah dan membuang cairan serta
zat limbah tubuh. Kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal dapat disebabkan oleh
berbagai hal, mulai dari efek samping obat-obatan, cedera berat pada ginjal, dehidrasi, hingga
penyakit tertentu, seperti hipertensi dan diabetes menahun yang tidak ditangani dengan baik.
Ketika mengalami gagal ginjal, seseorang akan mengalami beberapa gejala seperti berkurangnya
jumlah urine, tidak buang air kecil sama sekali selama berhari-hari, pembengkakan di kaki, sesak
napas, lemas, hingga pucat.

Jika Anda mengalami masalah pada sistem urinaria, terlebih jika disertai keluhan seperti
demam, nyeri pinggang atau punggung yang sangat berat, nyeri saat berkemih, dan terdapat
darah atau nanah pada urine, segera konsultasikan ke dokter urologi untuk mendapatkan
penanganan yang tepat.

Diagnosis dan penanganan yang tepat akan mencegah kerusakan sistem urinaria, sehingga
kondisi tersebut dapat diobati dengan baik. Hal ini penting dilakukan guna mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut akibat kerusakan berat pada sistem urinaria berat.

19
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan


mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih,
dua otot sphincter, dan uretra.
Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan
dikeluarkan berupa urine (air kemih).
Sistem urinaria terdiri atas:
·       Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
·       Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
·       Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
·       Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

•  Bagian pembentuk urin, yaitu kedua ginjal.

•   Bagian penyalur: saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kandung kemih.

•    Anak ginjal tidak tergolong alat ekskresi.

3.2  Saran

Sebelum panitia masa orientasi mahasiswa baru memberikan tugas makalah sebaiknya
mahasiswa baru di beri penjelasan materi yang akan di berikan agar dapat mempermudah
mahasiswa baru dapat menyelseaikan tugas tersebut.

20
Daftar Pustaka

 Wonodirekso S dan Tambajong J (editor), (1990),Sistem urinaria dalam Buku Ajar Histologi


Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
 Young, B., Heath, J.W., (2000), Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A text and
colour atlas, 4th edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, pp. 286- 309.
 diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia,
USA, pp. 186-194.
 Penuntun Praktikum Histologi, Fakultas Kedokteran UI, hal 136-141.

 Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
 Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
 Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
 Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC

21

Anda mungkin juga menyukai