Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SISTEM URINARIA

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izinnya kami dapat menyelesaikan
mata kuliah anatomi fisiologi yang berjudul “SISTEM URINARIA”.

Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas yang merupakan salah satu standar atau kriteria penilaian
dari mata kuliah anatomi fisiologi yang diberikan secara berkelompok.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dr. Lina meylina selaku dosen pembimbing
mata kuliah anatomi fisiologi di Stikes Kharisma Persada. Yang telah banyak membimbing dan
mengajarkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh karena keterbatasan sumber
refrensi yang kami miliki sehingga kiranya dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan baik itu dalam penyusunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik dari ibu dosen pembimbing atau pihak-pihak lain dan
sesame teman mahasiswa untuk dapat menambahkan sesuatu yang kiranya dianggap masih
kurang atau memperbaiki sesuatu yang dianggap salah dalam tulisan ini.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk lebih memperluas
wawasan kita.

Tanggerang Selatan, Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..3

1.1 Latar Belakang…………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….4

2.1 Pengertian Sistem Urinaria……………………………………………………4

2.2 Proses di Tubulus Kontortus Distal…………………………………………..5

2.3 Proses di Ductus Konektivus…………………………………………………6

2.4 Proses Berkemih……………………………………………………………...7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….9

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..

3.2 Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...10

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis, yang
berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu tubuh,
keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa organisme hidup
harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan
untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal.
Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting.

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi
garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hiduop sel juga
bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan
oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya.

Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang
menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis
dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan
mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.

Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung jawab untuk
menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium, membantu mengatur
tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah.

Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan ureter, yang bergerak
urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang menyimpan urin, dan saluran kencing, urin
keluar melalui tubuh.

Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah bahwa ekskresi; melalui air
seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan bahan kimia dari aliran darah. . Aspek
penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk membedakan antara senyawa dalam
darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa dalam darah yang
beracun dan harus dihilangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud sistem urinaria?
2. Bagaimana proses ditubulus kontortus distal?
3. Bagaimana proses diductus kolektivus?
4. Bagaimana proses berkemih?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan diatas maka yang menjadi permasalahan akan dibahas dimakalah ini.

4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sistem perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Urin dibentuk dinefron,
Nefron adalah unit terkecil dari ginjal yang berfungsi menyaring darah dan mengambil
kembali zat-zat yang bermanfaat ke dalam darah. Nefron terdiri dari 3 bagian yaitu tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan ductus kolektivus(ductus koligens). Setelah
zat-zat yang bermanfaat diserap maka tersisa zat yang tidak berguna , zat ini jika dibiarkan
akan membahayakan tubuh karena termasuk zat beracun. Oleh karna itu zat yang dikeluarkan
nefron dalam bentuk larutan disebut urin. Proses pembentukan urin terdiri dari 3 tahap
(filtrasi,reabsorpsi,augmentasi).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari :

a) Ginjal (renal) yang menghasilkan urin


b) Ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesica urinaria (kandung kemih)
c) Vesica urinaria tempat urin dikumpulkan
d) Urertra yang menyalurkan urin dari vesica urinaria

5
2.2 Proses di tubulus kontortus distal
Dari lengkung henle asenden urin sekunder akan masuk ke tubulus distal untuk masuk tahap
augmentasi (pengumpulan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh).
Zat sisa yang dikeluarkan mengandung ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3 dan
keratin. Pengeluaran ion H+ membantu menjaga pH yang tetap dalam darah.
Selama melewati tubulus distal, urin banyak kehilangan air sehingga konsentrasi urin makin
pekat.

2.3 Proses di ductus kolektivus


Tubulus kolektivus disebut juga ductus kolektivus (collecting duct) atau ductus bellini,
adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menerima filtrat dari tubulus kontortus
distal, berfungsi sebagai saluran pengumpul yang akan menerima cairan dan zat terlarut dari
tubulus kontortus distal, ketika mendekati pelvis renalis akan menyatu dan mengalirkan urin
ke kalix minor ginjal. Jadi fungsinya adalah untuk menampung urin dari nefron untuk
disalurkan ke pelvis renalis menuju kandung kemih melalui ureter.
Tubulus kolektivus terhubung dengan tubulus nefron (tubulus renalis) di lapisan luar dari
ginjal yang disebut korteks. Setiap tubulus kolektivus memiliki panjang sekitar 20-22
millimeter dan diameter sekitar 20-50 mikron. Dinding tubulus tersusun dari sel-sel seperti
rambut (flagella) yang membantu mengalirkan urin dari tabung.
Hasil akhir dari tahap augmentasi adalah urine yang sesungguhnya, urine sesungguhnya
mengandung urea, asam urine, ammonia, sisa-sia pembongkaran protein, dan zat yang
berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-obatan, hormone, serta garam mineral.

6
2.4 Proses berkemih

Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana
kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah
proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan
(dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi
otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan
kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine ( Virgiawan, 2008 ).

Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg dikendalikan oleh
suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi merupakan penyebab dasar
berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk
proses mikturisi sebagai berikut :

Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat sebagian, kecuali bila
mikturisi diinginkan

Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex mikturisi,
dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan kontraksi tonik
hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya

Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral untuk
membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama menghambat sfingter eksterna
sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.

MEKANISME

Pengeluaran urin secara volunteer biasanya dimulai dengan cara berikut : Mula-mula, orang
tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan tekanan
di dalam kandung kemih dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher kandung kemih
dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.
Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan reflex mikturisi dan secara bersamaan
menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan, dan
menyisakan tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.

7
Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :

Pertambahan vol urine → tek intra vesicalis ↑ → keregangan dinding vesicalis (m.detrusor)
→ sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) → untuk diteruskan
kembali ke saraf saraf spinal → timbul refleks spinal → melalui n. Pelvicus → timbul
perasaan tegang pada vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin
berkemih ( Virgiawan, 2008 ).

8
BAB III PENUTUP
31. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas sistem urinaria merupakan sistem yang paling penting untuk
membuang sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawa nitrogen
seperti urea. Sistem urinaria terdiri atas kedua ginjal (Ren, Kidney), Ureter, Kandung
Kemih(Vesica urinaria/urinary bladder) dan Uretra.
Dalam pemenuhan kebutuhan eleminasi urine terjadi proses berkemih. Sedangkah berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria(kandung kemih).

3.2 Saran
1. Dalam memenuhi kebutuhan, kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine.
2. Menjaga kebersihan tempat keluarnya urine.

9
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Syafuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2 – Jakarta : EGC.

Syafuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3 – Jakarta : EGC.

Gibson, John MD. 1995. Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisin 2 – Jakarta : EGC.

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/,
diakses tanggal 29/06/2013.

http://pisaudokter.blogspot.com/2011/02/anatomi-sistem-urinaria.html, diakses tanggal


29/06/2013.

10

Anda mungkin juga menyukai