Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

“SISTEM PERKEMIHAN”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

Eko Triantoro 22 21 0017

Tasya G. Damongayo 22 21 0064

Meyske T. Santiago 22 21 0041

Gita K. Potoe 22 21 0072

Andien N. Putri 22 21 0006

Fito E. Waworuntu 22 21 0024

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga makalah
kelompok kami yang berjudul “PERKEMIHAN” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampuh mata kuliah
“ DOKUMENTASI KEPERAWATAN”
Selain itu , Makalah ini bertujuan untuk mengetahui materi tentang
perkemihan.Kamimengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh, Berkaat tugas yang
diberikan ini dapat menambah wawasan dengan ilmu topik yang diberikan.
Kami jugaa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yaang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu,Kami mengharapkan adanya kritik serta saran
apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini,Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Manado , 12 Mei 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1.........................................................................................................................................Latar
Belakang...............................................................................................................................3

1.2.........................................................................................................................................Rumu
san Masalah..........................................................................................................................3

1.3.........................................................................................................................................Tujua
n 3

BAB II PEMBAHASAN DAN ASKEP............................................................................4

2.1. Pengertian Sistem Perkemihan......................................................................................4

2.2. Anatomi Sistem Perkemihan.........................................................................................4

2.3 Asuhan keperawatan ISK...............................................................................................10

BAB III PENUTUP............................................................................................................21

3.1. Kesimpulan....................................................................................................................21

3.2. Saran..............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis, yang
berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh,
keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma,
terutama elektrolit dan air dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh manusia, yang sangat
berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Sistem perkemihan berfungsi untuk
mengolah zat-zat yang tidak diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga
dengan keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari beberapa
penyakit yang menyangkut sistem perkemihan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan ?
b. Apa sajakah anatomi sistem perkemihan ?

1.3. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dari Sistem Perkemihan
b. Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu sistem kerjasama
tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis.
Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan
banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika
urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.

4
2.2. Anatomi Sistem Perkemihan
A. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
a) Fungsi ginjal :
 Memegang peranan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
 Mempertahankan suasana keseimbangan
cairan, osmotic, dan ion,
 Mempertahankan keseimbangan kadar
asam dan basa dari cairan tubuh,
 Fungsi hormonal dan metabolisme,
 Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir
dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
b) Struktur ginjal.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-
lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,
pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

5
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

1. Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu
menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut
dari darah yang melewatinya.
2. Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi
oleh kapiler glomerolus.
3. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
 Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan
mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
 Ansa Henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu
bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang
naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat
6
tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen
tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan
ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi
urin.
 Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
4. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap
duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke
dalam pelvis ginjal.

c) Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

B. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
 Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
 Lapisan tengah lapisan otot polos.
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
 Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih.

C. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).

7
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi).
letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
 Lapisan sebelah luar (peritoneum).
 Tunika muskularis (lapisan berotot).
 Tunika submukosa.
 Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

D. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
 Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria mengandung
jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
 Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
 Lapisan mukosa.

E. Air kemih (urine).


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
 Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan(intake) cairan dan
faktor lainnya.
 Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
 Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
8
 Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
 Berat jenis 1,015-1,020.
 Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
 Komposisi air kemih, terdiri dari:
 Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
 Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea amoniak ,Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
 Pagmen (bilirubin dan urobilin).
 Toksin
.

9
ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Definisi ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih
(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan
tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari
saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan,
statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,
1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak
antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi
pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika
gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,

10
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia.
C. Tujuan
Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan
Keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri.Penatalaksanaan), serta
Asuhan keperawatan (pengkajian,diagnose, perencanaan dan evaluasi)

A. KASUS TERKAIT
Bpk.A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak perempuannya
yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore
dikarenakan febris dan disuria. Bpk.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh
pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh
pembantunya. Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti
diremas – remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau
BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam
jumlahnya sedikit, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum. Bpk.A
mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria,
selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena
sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga
waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24
dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

11
B. DOKUMENTASI ASKEP
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. K
Agama : Islam
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. Keluhan Utama
Bpk.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan
sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat di UGD,
An.K dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri
abdomen
a) Kecelakaan : tidak terkaji
b) Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K pernah dirawat di
RS karena mengalami malaria
c) Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak
pernah dioperasi
2. Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan
3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin
Hepatitis B 3bulan yang lalu

12
4. Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang
tempat
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu Ny. T sudah
pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu minggu.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya seperti
bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K menjadi
pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K dirumah melakukan
aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya dibantu
oleh pembantunya.
b. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya, A.n K
biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Bpk. A mengatakan
An. K mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan perut bagian
bawah terasa nyeri dan sangat sakit, An.K hanya bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak
bisa tidur saat siang.
c. Kenyamanan dan nyeri
1) Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang
diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
2) Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang
nyerinya sesudah berkemih
3) Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4) Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5) Time

13
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK.Nutrisi sebelum klien mengalami
gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu makan 3 porsi sehari,
tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi
berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari
6) Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar
250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien
minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7) Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak
nafas dan tidak ada sputum.
8) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat
mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan
warna fases cokelat.
9) Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih
500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr
dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
10) Sensori, persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi
dan kognitif.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign:
N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 400c
b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di
kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan

14
bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan,
tumor, maupun bekas luka.
c. Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan
gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan
d. Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan
20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih
keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien
normal yaitu terdengar bunyi resonan.
e. Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada
pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising
usus, secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10 kali/menit
6. Psiko sosio budaya dan spiritual
a. Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK.
b. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien
sopan.
c. Budaya
Tidak terkaji
d. Spiritual
Tidak terkaji
7. Pemeriksaan penunjang
a. Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga
diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak
2x0,5 mg/kg/BB.

15
ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI

DS : Proses infeksi
Bapak klien mengatakan suhu
badan anaknya teraba panas.
DO :
N : 108x/menit

S : 40
RR : 28x/menit
Teraba panas
01/02/2012 DS : Agen cidera biologis
09.00 WIB 1. An.K mengatakan sulit dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat
mau buang air kecil, sehingga
An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya
lebih sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk banyak
minum.
2. Bp.A mengatakan anaknya
mengalami nyeri pada bagian
suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal
berkemih ada cairan eksudat

16
yang purulen dan terasa gatal.
Kira-kira skala nyerinya
mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat pucat
dan lemas.
2. Klien terlihat memegangi
perut bagian bawah.

DS : Infeksi saluran kemih


1. An.K mengatakan sulit dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat
mau buang air kecil, sehingga
An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya
lebih sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan dan
takut saat buang air kecil.

17
DS : Status kesehatan
1. An. K mengatakan sulit dan
sakit pada perut seperti diremas-
remas dan perih saat mau buang
air kecil sehingga An. K
menjadi takut jika mau BAK.
Oleh sebab itu, An. K
mengatakan takut untuk banyak
minum.
DO :
1. Wajah klien tampak terlihat
murung.
2. Sikap klien berubah menjadi
pendiam.

Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis iskemia, d/d mengeluh nyeri, tampak meringis.
2. Gangguan Eliminasi Urine b/d iritasi kandung kemih, d/d berkemih tidak tuntas, sering
buang air kecil.
3. Gangguan Rasa Nyaman b/d gejala penyakit d/d mengeluh tidak nyaman, mengeluh sulit
tidur, merasa gatal, tampak menangis.

18
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Luaran/Outcome Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Managemen Nyeri


cedera fisiologis iskemia,
keperawatan selama 2x24 Observasi:
d/d mengeluh nyeri,
tampak meringis. jam tingkat nyeri menurun  Identifikasi intensitas
dengan kriteria hasil: nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi skala
menurun nyeri
 Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Terapi music,
kompres
hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, kebisingan)
 Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

19
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2. Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan
Urine b/d iritasi kandung
keperawatan selama 2x24 Diri: BAK
kemih, d/d berkemih
tidak tuntas, sering buang jam eliminasi urine Observasi:
air kecil.
membaik dengan kriteria  Identifikasi
hasil: kebiasaan BAK
 Distensi kandung sesuai usia
kemih menurun  Monitor integritas
 Berkemih tidak kulit pasien
tuntas (hesitancy) Terapeutik:
menurun  Dukung penggunaan
toilet/pispot/urinal
secara konsisten
 Ganti pakaian pasien

20
setelah eliminasi,
jika perlu
 Bersihkan alat bantu
BAK setelah
dilakukan
 Latih BAK sesuai
jadwal, jika perlu
 Sediakan alat bantu
(mis. Urinal), jika
perlu
Edukasi:
 Anjurkan BAK
secara rutin
 Anjurkan ke kamar
mandi/toilet, jika
perlu

3. Gangguan Rasa Nyaman Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi


b/d gejala penyakit d/d Observasi:
keperawatan selama 2x24
mengeluh tidak nyaman,
 Identifikasi
mengeluh sulit tidur, jam status kenyamanan
merasa gatal, tampak penurunan tingkat
meningkat dengan kriteria
menangis.
energy,
hasil:
ketidakmampuan
 Keluhan sulit tidur
berkonsentrasi, atau
menurun
gejala lain yang
 Gatal menurun
mengganggu
 Menangis menurun
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik

21
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
 Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
 Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik:
 Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
tanpa gangguan
dengan pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi:
 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang

22
tersedia (mis. Musik,
napas dalam)
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Anatomi Sistem Perkemihan
 Ginjal (Ren)
 Ureter

23
 Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
 Uretra.

3.2 Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
tentang Anatomi Fisiologi dalam konteks pelayanan kebidanan khususnya konsep Anatomi
Fisiologi Sistem Perkemihan .

DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai