Anda di halaman 1dari 22

Makalah Sistem Perkemihan

Mata Kuliah Fisiologi


Dosen : Nur Alam S.ST.,M.Tr.Keb.

Di Susun Oleh :
Dela Ayu Pratiningsih ( 1052201008 )
Sarah Safina Irawati ( 1052201004 )
Kelompok 1
S1 Kebidanan dan Profesi Bidan
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Esa
atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah
Fisiologi yang berjudul “ Sistem Perkemihan “ dengan tepat waktu. Penulisan
makalah ini merupakan tugas Kelompok matakuliah Fisiologi di prodi S1 Kebidanan
dan Profesi Bidan Universitas Muhammad Husni Thamrin.
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan baik secara teknis
maupun materi. Oleh karena itu, kami memohon saran dan kritik yang bersifat
membangun dari dosen, rekan – rekan, dan pembaca untuk menyempurnakan
penyusunan makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang sudah
mendukung dan membantu saya dalam menyusun makalah ini, khususnya kepada
dosen yang sudah memberikan tugas sebagai penambah wawasan saya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang saya susun ini dapat
bermanfaat dalam pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
bagi para pembaca mengenai Sistem Perkemihan.

Tangerang, 26 Oktober 2020


Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................................................3

BAB I................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................................4

I.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4

I.2 Rumus Masalah...................................................................................................4


I.3 Tujuan..................................................................................................................4
I.4 Manfaat...............................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.................................................................................................................................6

II.1 Pengertian Sistem Perkemihan...........................................................................6


II.2 Anatomi Sistem Perkemihan...............................................................................7
II.3 Fisiologi Sistem Perkemihan..............................................................................12
II.4 Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)...............................................................14
II.5 Urine (Air Kemih)...............................................................................................16
II.6 Kelainan Dari Sistemperkemihan.....................................................................18
II.7 Hubungan Sistem Perkemihan Dengan Reproduksi Wanita.............................19
BAB III............................................................................................................................................21

PENUTUP.......................................................................................................................................21

III.1 Kesimpulan........................................................................................................21
III.2 Saran..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan
homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama
untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel
lainnya. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dengan
mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh
manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Sistem
perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak diperlukan dalam tubuh dan
memiliki beberapa proses. Sehingga dengan keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh
maka tubuh akan terhindar dari beberapa penyakit yang menyangkut sistem
perkemihan.

I.2 Rumus Masalah


Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini, sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan ?
b. Apa sajakah anatomi sistem perkemihan ?
c. Bagaimana proses fisiologi sistem perkemihan ?

I.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini, sebagai berikut :
a. Untuk memahami pengertian dari Sistem Perkemihan
b. Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan
c. Untuk memahami proses fisiologi sistem perkemihan.
I.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini, sebagai berikut :
a. Pembaca menjadi tahu apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan.
b. Pembaca menjadi tahu organ apa saja yang berperan dalam sistem
perkemihan.
c. Pembaca menjadi tahu kelainan pada sistem perkemihan.
d. Pembaca menjadi tahu hubungan antara organ reproduksi dengan sistem
perkemihan.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan sistem dimana terjadinya Proses Penyaringan
Darah Sehingga Darah Bebas Dari Zat-Zat Yang Yang Tidak Dipergunakan Oleh
Tubuh Dan Menyerap Zat-Zat Yang Masih Dipergunakan Oleh Tubuh. Zat-Zat Yang
Tidak Dipergunakan Lagi Oleh Tubuh Larut Dalam Air Dan Dikeluarkan Berupa
Urin (Air Kemih).
Sistem Perkemihan Atau Biasa Juga Disebut Urinary System Adalah Suatu
Sistem Kerjasama Tubuh Yang Memiliki Tujuan Utama Mempertahankan
Keseimbangan Internal Atau Homeostatis. Fungsi Lainnya Adalah Untuk Membuang
Produk-Produk Yang Tidak Dibutuhkan Oleh Tubuh Dan Banyak Fungsi Lainnya
Yang Akan Dijelaskan Kemudian.
Susunan Sistem Perkemihan Terdiri Dari:
A) Dua Ginjal (Ren) Yang Menghasilkan Urin,
B) Dua Ureter Yang Membawa Urin Dari Ginjal Ke Vesika Urinaria
(Kandung Kemih),
C) Satu Vesika Urinaria (Vu), Tempat Urin Dikumpulkan, Dan
D) Satu Urethra, Urin Dikeluarkan Dari Vesika Urinaria.
Ii.2 Anatomi Sistem
Perkemihan
a. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding
posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai
vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
a. Fungsi ginjal :
 Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
 Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan ion.
 Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
 Menyaring darah dan mekanisme pembentukan urine.
 Mengeluarkan zat sia metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
b. Strukur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput
tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar,
yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri
dari :
 glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk
bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu
menuju arteriol efferent,
berfungsi sebagai tempat filtrasi
sebagian air dan zat yang
terlarut dari darah yang
melewatinya.
 Kapsula Bowman
Bagian dari tubulusa yang melingkupi glomelurus untuk mengumpulkan cairan
yang difiltrasi oleh kapiler glomelurus.

 Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:


Tubulus Proksimal
Tubulus kontortus proximal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan – bahan
dari cairan tubuh dan mensekresikan bahan – bahan kedalam cairan tubuli.
Tubulus Distal
Tubulus kontortus distal berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
Tempat terjadinya reabsorbsi dengan hasil urine sekunder.
Duktus Pengumpul (Duktus Kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang
berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan
cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.

c. Persarafan Ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
b. Ureter
Terdiri Dari 2 Saluran Pipa Masing-Masing
Bersambung Dari Ginjal Ke Vesika Urinaria.
Panjangnya ± 25-30 Cm, Dengan Penampang 0,5 Cm.
Ureter Sebagian Terletak Pada Rongga Abdomen Dan
Sebagian Lagi Terletak Pada Rongga Pelvis.
Lapisan Dinding Ureter Terdiri Dari :
 Dinding luar jaringan ikat
(jaringan fibrosa)
 Lapisan tengah lapisan otot polos.
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
 Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan
peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung
kemih.

c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung
kemih terdiri dari:
 Lapisan sebelah luar (peritoneum).
 Tunika muskularis (lapisan berotot).
 Tunika submukosa.
 Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal
pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars
membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
 Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
 Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
 Lapisan mukosa.

e. Air kemih (urine)


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
 Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan(intake)
cairan dan faktor lainnya.
 Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
 Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
 Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
 Berat jenis 1,015-1,020.
Komposisi air kemih, terdiri dari:
 Air kemih terdiri dari kira-kira 95%
air.
 Zat-zat sisa nitrogen dari hasil
metabolisme protein, asam urea amoniak ,Elektrolit
 Pagmen (bilirubin dan urobilin), Toksin

II.3 Fisiologi Sistem Perkemihan


Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanan ( biasanya pada volume urine kira – kira 300 ml ), maka
reseptor pada dinding vesica urinaria akan memulai kontraksi musculus detrussor.
Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa,
waktu berkemih dapat ditunda sampai dia menemukan waktu dan tempat yang cocok.
Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan
memberikan rasa sakit.
Dengan demikian, mulainya kontarksi musculus detrussor maka terjadi
relaksasi musculus pubboccygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan uretra
yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :
 Membukanya meatus intemus
 Erubahan sudut ureterovesical
 Bagian atas urethra akan terisi urine
 Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
 Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
 Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal meningkat
 Pembukaan sphincter extemus
 Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus puboccygeus yang bekerja
dibawah pengendalian secara volunter :
 Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir
 Vesica urinaria tertarik ke atas
 Urethra memanjang
 Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
Apabila musculus puboccygeus mengadakan relaksasi lalu maka silus kejadian
seperti yang baru saja diberikan diatas akan mulai lagi secara otomatis.
Fungsi sistem homeostatis urinaria:
 Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaknya air yang
hilang dalam urine, melepas eritropoetin dan melepaskan rennin.
 Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium
klorida, ion lain yang hilang dalam urine dan mengontrol kadar ion kalsium.
 Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urine.
 Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urine,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
 Membantu dalam mendeteksi racun – racun.
 Mekanisme pembentukan urine.
Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomelurus setiap menit terbentuk
120 – 125 ml filtrat ( cairan yang telah melewati celah filtrasi ). Setiap harinya dapat
terbentuk 150 – 180 L filtrat. Namun, dari jumlah ini hanya sekitar 1% ( 1,5 L ) yang
akhirnya keluar sebagai kemih dan sebagian diserap kembali. Transpor urin dari
ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih
Tahap – tahap Pembentukan Urine :
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar
dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung
oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat
dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
b. Proses reabsorps
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan
diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan )
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea
sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul urine yang
dibawa kepelvis lalu dibawa ke pelvis renalis, lalu dibawa ke ureter. Dari ureter, urine
dialirkan menuju vesica urinaria ( kandung kemih ) yang merupakan tempat
penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.
Urine yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang
sama dengan cairan keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti
pada komposisi urine tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai
kandung kemih.

II.4 Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)


Distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang stress reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah kurang lebih 250 cc sudah
cukup untuk merangsang erkemih ( proses miksi ). Akibatnya, akan terjadi reflek
kontraksi dinding kandung kemih dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser
internus, diikuti oleh relaksasi spinter ekstermus dan akhirnya terjadi pengosongan
kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter interus dihantarkan dan melalui serabut – serabut parasimpatis. Kontraksi
sfingter ekstermus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan
miksi. Kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani
kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinesia urine ( urine keluar terus – menerus tanpa disadari ) dan retensi urine
( kencing tertahan ). Persyarafan dan peredaraan darah vesica urinaria, diatur oleh
torako lumbar dan cranial dari sitem persyarafan otonom. Toraka lumbar berfungsi
untuk lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandng kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah arteri vesicalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri
umbilikalis. Jadi, reflek mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri
dari :
 Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
 Periode tekanan menetap
 Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
 Perangsangan atau penghambatan berkemih oleh otak.

Pusat – pusat ini antara lain:


 Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak
di ponds, dan beberapa pusat yang terletak korteks serebral yang terutama
bekerja menghambat tetapi dapat menjadi perangsang.
 Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi
pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali
akhir dari berkenmih sebagai berikut:

a. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks


berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
b. Pusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika refleks
berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada
sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik
untuk berkemih.
c. Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih
sacral untuk membantu untuk mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu
bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa
berkemih dapat terjadi.

Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut: Pertama,


seseorang secara sadar
mengkontraksikan otot – otot
abdomennya,  yang
meningkatkan tekanan dalam
kandung kemih dan
mengakibatkan urin ekstra
memasuki leher kandung kemih
dan uretra posterior di bawah
tekanan, sehingga meregangkan
dindingnya.

II.5 Urine (Air Kemih)


Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan
oleh pusat persarafan yang lebih tinggi dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang
menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. Rata-rata dalam satu hari 1-2
liter, tetapi berbeda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening
oranye, pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus
dengan pH rata-rata 6.
Sifat – sifat berkemih, antara lain :
 Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake)
cairan serta faktor lainnya.
 Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
 Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
 Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
 Baerat jenis 1.015 – 1.020.
 Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis.

Komposisi air kemih urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam
kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang
akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen
yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam
urin orang yang sehat.

Komposisi air kemih :


a. Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
b. Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3,
bikarbonat, fosfat dan sulfat
d. Pigmen (bilirubin, urobilin)
e. Toksin
f. Hormon

II.6 Kelainan Dari Sistemperkemihan

 Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi
di bagian mana pun dari sistem urinaria, mulai dari
ginjal hingga saluran kemih. Wanita berisiko lebih
besar terkena ISK dibandingkan pria. Hal ini
dikarenakan jarak antara lubang saluran kemih dan
anus pada wanita lebih dekat.
 Batu saluran kemih
Batu saluran kemih (urolithiasis)
adalah kondisi ketika terbentuk batu
di sistem urinaria, seperti batu ginjal,
batu ureter, atau batu kandung kemih.
Ukuran batu umumnya bervariasi.
Semakin besar ukuran batu yang
terbentuk, semakin besar pula risiko
batu tersebut menyumbat aliran urine
dan menimbulkan penyakit.

 Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf pada kandung dan
saluran kemih mengalami gangguan, sehingga tidak dapat mengendalikan proses
buang air kecil. Penyakit ini bisa membuat Anda tiba-tiba mengompol, terlebih saat
batuk atau bersin. Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, namun tidak
menutup kemungkinan orang yang lebih muda juga mengalaminya.

II.7 Hubungan Sistem Perkemihan Dengan Reproduksi Wanita


 Sistem Reproduksi dengan Sistem Urinaria
Keduanya sangat berhubungan khususnya secara anatomi, pada laki-laki
uretra bergabung dengan tempat penyaluran keluar sperma, pada wanita uretra
berdekatan dengan vagina dan terletak pada vesti bulum di vulva, selain itu vesica
urinaria berada di depan uterus.
Jika terjadi infeksi pada saluran kencing maka akan mudah pula terjadi infeksi
pada sistem reproduksi atau sebaliknya.
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate, GFR) maternal dan aliran
plasma ginjal (renal plasma flow, RPF) mulai meningkat pada awal kehamilan. Pada
pertengahan kehamilan, GFR maternal meningkat sebesar 50%; dan tetap meningkat
selama kehamilan. Sebaliknya RPF maternal mulai menurun pada trisemester ketiga.
Ini menyebabkan fraksi filtrasi ginjal meningkat selama sepertiga akhir kehamilan.
Akibat peningkatan GRF, kreatinin dan ureum serum pada kehamilan lebih rendah
dibandingkan pada keadaan tidak hamil. Bersihan kreatinin meningkat.
Peningkatan natrium yang terfiltrasi sebesar 60-70% juga menyertai
peningkatan GFR. Progesteron menyebabkan terjadinya buangan natrium dengan cara
mempengaruhi resorpsi natrium pada tubulus proksimal ginjal. Sebagai responnya,
aldosteron meningkat sekitar 2-3 kali kadar normal.
Kapasitas reabsorpsi tubulus ginjal yang relatif tetap disertai dengan
peningkatan GFR menyebabkan penurunan reabsorpsi glukosa dari tubulus proksimal
pada ginjal wanita hamil. Dengan demikian glukosa dapat terdeteksi dalam urin pada
15% wanita hamil yang normal. Namun setiap wanita hamil dengan glikosuria harus
diperiksa apakah mengalami diabetes atau tidak.
Volume cairan urin yang terdapat di dalam pelvis ginjal dan ureter dapat
meningkat dua kali lipat pada separuh akhir kehamilan. Sistem pengumpul ginjal
berdilatasi selama kehamilan akibat obstruksi mekanis oleh uterus yang hamil disertai
dengan efek relaksasi dari progesteron terhadap otot polos. Dilatasi ini menurunkan
kecepatan aliran urin di sepanjang sistem renal dan meningkatkan risiko terjadinya
infeksi ginjal akut pada ibu.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
Anatomi Sistem Perkemihan
 Ginjal (Ren)
 Ureter
 Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
 Uretra.
Proses penyaringan darah menjadi urine melalui 3 tahap, yaitu filtrasi
( penyaringan ), reabsorsi ( penyerapan ), dan augmentasi ( pengendapan ). Pada bayi,
berkemih secara involunter dan segera.

III.2 Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang Anatomi Fisiologi dalam konteks pelayanan kebidanan
khususnya konsep Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/22793928/MAKALAH_KELOMPOK_ANATOMI
_FISIOLOGI_SISTEM_PERKEMIHAN
https://www.alodokter.com/mengenal-fungsi-sistem-urinaria-dan-
penyakityang-bisa-menyerangnya
http://ayubenjamin1202.blogspot.com/2013/03/hubungan-sistem-reproduksi-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai