PANCASILA
PANCASILA
SEBAGAI DASAR
NEGARA
1
RUANG LINGKUP :
2
PANCASILA SEBAGAI CITA HUKUM
1
Menurut Rudolf Stamler (beraliran Neo-Kantian)
menyatakan bahwa cita hukum merupakan konstruksi
berpikir yang akan mengarahkan hukum yang akan dibuat
(hukum positif) agar cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai
oleh masyarakat dapat diatur dan dicapai.
Oleh karena itu cita hukum berfungsi sebagai bintang
pemandu (leitstern) bagi tercapainya cita-cita dan tujuan
masyarakat dan sekaligus sebagai alat untuk menguji
terhadap hukum positif yang dibuat dan berlaku di dalam
masyarakat bersesuaian atau bersimpangan dengan nilai-
3
nilai dasar yang ada dalam cita hukum.
Lanjutan Pancasila Sebagai Cita Hukum
4
Lanjutan Pancasila Sebagai Cita Hukum
Hans Kelsen dan Hans Nawiesky sebagai ahli filsafat yang beraliran hukum
alam (hukum kodrat) menyatakan bahwa pada dasarnya terbentuknya suatu
negara berasal dari individu-individu yang
menggabungkan diri dalam suatu masyarakat.
Selanjutnya dalam masyarakat tersebut disepakati mengenai berbagai aturan-
aturan yang menjadi pedoman hidup bersama, tatacara
menyelenggarakan kepentingan untuk mencapai tujuan bersama, mengatur
tentang pembentukan kelembagaan yang diperlukan, menentukan tentang
penunjukan pemimpin masyarakat yang akan menjalankan
penyelenggaraan hidup bersama, dan menetapkan suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan.
5
Lanjutan Pancasila Sebagai Cita Hukum
DIMENSI FLESIELITAS
TIDAK KAKU BISA
DISESUAIKAN DENGAN
DINAMIKAN MASYARAKAT
DAN LINGKUNGAN
KEDUDUKAN PANCASILA
2
Pancasila sebagai Dasar Negara, seperti tersurat dalam Pembukaan
UUD NRI 1945 pada hakekatnya merupakan nilai nilai instrinsik
Pancasila, yakni sebagai sumber dari segala sumber hukum yang
mengembangkan nilai keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
serta persatuan dan kesatuan bangsa untuk menjaga tetap tegak
utuhnya NKRI dari Sabang sampai Merauke, dari Kepulauan Miangas
sampai Pulau Rote-Ndau yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pada TAP MPRS nomor XVIII/MPRS/1966 mengamanatkan
Pancasila sebagai Ideologi nasional, dasar negara dan falsafah bangsa.
Dengan terbitnya undang-undang nomor 12 tahun 2011 pasal 7 ayat 1
huruf b, yang memuat hirarki peraturan perundang-undangan yang
berlaku, mencantumkan bahwa TAP MPR merupakan hukum positif
yang berlaku.
8
Lanjutan Kedudukan Pancasila
(1) Materi hukum masih ada sekitar 300 undang-undang peninggalan jaman
kolonial Belanda yang masih berlaku dan menunggu terbitnya undang-
undang yang diterbitkan untukmengimplementasikannilai-nilai
Pancasila.
(2) Aparatur Penegak hukum yaitu Hakim, Jaksa dan POLRI masih banyak
yang memprihatinkan kualitas moral dan etika nya bila menggunakan acuan
kritik nilai-nilai Pancasila. Masih memerlukan dukungan masyarakatdan
pengawasan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pengabdian
aparatur penegak hukum yang dilandasi "semangat" untuk beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
9
Lanjutan Kedudukan Pancasila
10
Lanjutan Kedudukan Pancasila
Dalam penjelasan UUD NRI 1945 yang asli, tercantum, "yang penting
semangat Penyelenggara Negara dalam mengelola Negara" , untuk
menuju Masyarakat adil dan Makmur yang dapat mewujudkan
Kepentingan Kesejahteraan dan Masyarakat secara harmonis dengan
Kepentingan Keamanan dan Ketertibaban Masyarakat. Mencermati uraian
diatas, bila kenyataan yang berkembang saat ini , maka perilaku Korupsi
yang sangat terstruktur dan massive para Oknum pejabat Publik
dikalangan Eksekutif, Legislatif perlu mendapatkan perhatian yang serius
oleh kader pemimpin nasional dan seluruh masyarakat.
Presiden SBY telah meratifikasi Konvesi Perserikatan Bangsa Bangsa Anti
Korupsi, 2003.Telah terbit Undang Undang nomor 7 tahun 2008 tentang
Pengesahan Konvesi PBB Anti Korupsi, 2003.
11
Lanjutan Kedudukan Pancasila
12
Lanjutan Kedudukan Pancasila
15
Lanjutan kedudukan hukum Pancasila
16
PENUTUP
Terima Kasih
Quality Education is the Best Investment