Anda di halaman 1dari 14

10

Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan heterogen ditandai adanya beberapa fase. Kesetimbangan


ini berupa kesetimbangan fisika seperti kesetimbangan cairan dan uapnya, atau
kesetimbangan kimia seperti disosiasi kalsium karbonat.
Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan 3 cara:
a. Dengan mempelajari tetapan kesetimbangan, cara ini dipakai untuk
kesetimbangan kimia yang berisi gas.
b. Dengan hokum distibusi Nernst, untuk kesetimbangan suatu zat dalam
dua pelarut yang tidak bercampur.
c. Dengan hukum fase, untuk kesetimbangan yang umum.

1. TETAPAN KESETIMBANGAN UNTUK REAKSI HETEROGEN


Misalnya:
CuO (s) + H2 (g) →

Cu (s) + H2O (g)
aCu .aH 2 O
Ka = aCuO .aH 2

aktivitas untuk zat padat atau zat cair murni = 1, jadi:


aCu = aCuO = 1.
aH2 O
Ka = aH 2

234 Kimia Fisika


Bila gas dianggap ideal, a = P
PH 2 O
Kp = PH 2

Kp disebut tetapan kesetimbangan terembun.


Contoh-contoh
a. Disosiasi kupri oksida
Pada temperature tinggi:
4CuO (s) →

2 CuS O (s) + O2 (g)

Di sini yang terbentuk gas hanya O2.


Kp = PO2

Jadi tekanan O2 tetap, pada temperature tetap dan ini disebut pula tekanan
disosiasi CuO.

Tabel 10.1 Tekanan disosiasi CuO

t0C K p = PO 2 (mm Hg)


900 12,5
940 29,2
980 65,0
1020 137,7
1060 278,0
1080 388,0

b. kesetimbangan Karbon disulfide


C(s) + S2 (g) →

CS2 (g)

pijar

235 Kimia Fisika


PCS2
Kp = P𝑆2

Reaksi ini diselidiki dengan melewatkan uap belerang bersama-sama gas N2 melalui
C pada temperature tertentu dalam oven listrik. Hasil reaksi didinginkan tiba-tiba
dan dianalisis sisa belerang serta CS2 yang terjadi:

Tabel 10.2. Kp pada 10090C untuk rekasi pembentukan CS2

VCS 2 (cc) VS 2 (cc) Kp


458 82 5,45
607 109 5,57
738 130 5,68
814 142 5,73
1164 204 5,62
2057 371 5,54

Besar dari Kp, diperhitungkan dengan cara sebagai berikut:

Bila temperatur T dan tekanan total P, sedang uap S2 dan CS2 dianggap
ideal:

P V = n R T.
nRT
V=
P
nS 2 R T nCS 2 R T
VS 2 = VCS 2 =
P P

Volume total gas = VS 2 + VCS 2 + VN 2 = V.


Tekanan masing-masing gas:
VS 2
PS 2 = NS 2 . P total = ( ) . P total
V

236 Kimia Fisika


VcS 2
Pcs2= NCS2.P total= ( ) . P total
V

Pc
S (VcS 2 /𝑣) .P VcS
Kp= ( P 2 )=( (VS 2 ). P
)=
S2 VS 2

c. Disosiasi ammonium karbamat


Zat ini mudah berdisosiasi, bahkan pada temperatur biasa:

2
Kp = (PNH 3 ) . (PCO 2 ).

Kesetimbangan ini dipelajari secara statis, dengan memasukkan ammonium


karbamat padat dengan sejumlah ammonia dan karbon dioksida dalam bejana
gelas kosong, yang dihubungkan dengan manometer. Alat ini dimasukkan dalam
termostat air, campuran dibiarkan mencapai kesetimbangan dan tekanan total
dibaca dalam manometer.
Misalkan, mula-mula telah dimasukkan gas NH3 dengan tekanan P1. Bila
tekanan total P, maka kenaikan tekanan akibat disosiasi (P− P1).

Mula-mula − P1 0
2 1
Kesetimbangan − (P − Pi ) + Pi (P − Pi )
3 3

2P + Pi
3
2P+Pi 2 (P−Pi )
Kp =( ) 3
3

237 Kimia Fisika


2
= (2P+Pi ) (P−Pi )
27

Bila Pi = 0, maka:
(2P)2 (P) 4 P3
Kp = =
27 27

Tabel 10.3. Disosiasi amonium karbamat pada 300C

Pi P PNH 3 PCO 2 Kp
0 125 83,3 41,7 2,89 X 105
13,6 124,9 87,8 37,1 2,86
27,3 125,4 92,7 32,7 2,81
52,5 129,5 103,8 25,7 2,77
141,1 174,2 163,2 11,0 2,93
168,6 194,2 185,7 8,5 2,93

Kesetimbangan heterogen lain, misalnya:


− Disosiasi termal logam-logam karbonat
− Disosiasi termal logam-logam halida
− Disosiasi termal logam-logam sulfida
− Oksidasi C menjadi CO atau CO2.
− Reduksi logam oksida dengan CO.
Pengaruh Tekanan
Dalam meninjau pengaruh tekanan terhadap kesetimbangan heterogen,
fase terembun yang berupa zat padat atau zat cair, tidak diperhitungkan.
Misalnya untuk kesetimbangan:
2 BaO2 (s) →

2 BaO (s) + O2 (g)

Tekanan diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Hal ini juga berlaku
untuk kesetimbangan-kesetimbangan lain. Hanya harus diingatm hal ini hanya
berlaku bila fase padat atau fase cairnya cukup.
238 Kimia Fisika
Pengaruh Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap Kp untuk kesetimbangan heterogen, sama
dengan kesetimbangan homogen.
d ln Kp ∆H
= RT2
d T
Kp2 ∆H (T2 −T1 )
ln K =
p1 R T1 T2

d. Kesetimbangan hidrat-hidrat
Dalam keadaan tertentu hidrat-hidrat berdisosiasi menjadi hidrat-hidrat
yang lebih rendah atau zat anhidrous.
Uap air yag terjadi di atas zat padat, mempunyai tekanan tetap pada
temperatur tertentu.
Misal:
Na2 HPO4 . 12H2O (2) →

Na2 HPO4 . 7H2O (s) + 5H2O (g)

Na2 HPO4 . 7 H2O (2) →



Na2 HPO4 . 2H2O (s) + 5H2O (g)

Na2 HPO4 . 2H2O (2) →



Na2 HPO4 H2O (s) + 2H2O (g)

Sesuai dengan kesetimbangan heterogen:


Kp = Px x = jumlah mole uap air
P = tekanan uap air
Selama terdapat kesetimbangan hidrat pada temperatur yang tetap, tekanan uap
air juga tetap.
Hubungan antara tekanan uap air dan jumlah molekul air, dapat digambarkan
dalam suatu grafik. Dalam grafik terlihat, bahwa selama terjadi disosiasi, tekanan
uap air tetap.

239 Kimia Fisika


Tabel 10.4 Tekanan uap air pada 250C (mm Hg)

Hidrat P
MgSO4 .7H2O − MgSO4 . 6H2O 11,5
6H2O − 5H2O 9,8
5H2O − 4H2O 8,8
4H2O − H2O 4,1
H2O − MgSO4 1,0
CuSO4 .5H2O − CuSO4 . 3H2O 7,8
3H2O − H2O 5,60
H2O − CuSO4 0,8
Na2HPO4 . 12H2O − Na2HPO4.7H2O 19,13
7H2O − 2H2O 14,51
2H2O − Na2−HPO4 9,8

Gb. 10.1 Tekanan Uap Air Hidrat Na2 HPO4 pada 250C.

240 Kimia Fisika


Besarnya Kp tergantung pula dari temperatur, hubungan Kp dengan temperatur
dinyatakan oleh rumus:
d ln Kp ∆H0
=
d T RT2

Kp = Px
d ln Px ∆H0
=
d T RT2

∆H0
Bila ∆H0 tetap, maka d ln Px = RT2 dT

P ∆H0 T −T1
ln P2 = ( T2 )
1 xR 1 T2

2. HUKUM DISTRIBUSI

Merkuri bromide dapat larut dalam air dan dalam benzena. Bila larutan
merkuri bromida dalam air dikocok dengan benzena yang tidak bercamour dengan
air, maka HgBr2 akan terbagi dalam air dan benzena. Setelah tercapai
kesetimbangan, perbandingan konsentrasi HgBr2 dalam air dan benzena pada
temperatur tetap, juga tetap.

Gb. 10.2. Distribusi HgBr2 dalam Air dan Benzena.

241 Kimia Fisika


Kenyataan ini merupakan akibat langsung hukum termodinamika bagi
kesetimbangan. Bila pelarut yang satu disebut A dan yang lain B, maka tenaga
bebas zat terlarut dalam pelarut A dan B:

GA = GA0 + RT ln aA.
GB = G0B + RT ln aB.
Dalam keadaan setimbang:
GA = GB
GA0 + RT ln aA = G0B + RT ln aB
a
RT ln aA = G0B + RT ln aB
B

a G0B −G0A
ln aA = = K.
B RT
aA
= K.
aB

Bila larutan encer atau zat terlarut bersifat ideal a dapat diganti C, hingga:
CA
= K → K = Koefisien distribusi.
CB

Harga K berubah sedikit, dengan naiknya konsentrasi. Harga K juga


berubah dengan temperatur. Harga K tergantung jenis pelarutnya dan zat terlarut.
Contoh lain:
Distribusi – I2 dalam air − CS2/CHCl3/etilen glikol
−Br2 dalam air − CS2/CHBr3.
−H2O2 dalam air − pelarut organik.
−phenol dalam air − amil alkohol.

242 Kimia Fisika


Tabel 10.5. Koefisien distribusi pada 250C (C dalam mole/l)

H3BO3 dalam H2O/amil


I2 dalam H2O/CCl4 HgBrS dalam H2O/C6H6
alkohol
K=
CH2O CCCl4 CH2O CH2O CC6H6 K CH2O CA K
CCCl4
0,000322 0,02745 0,0117 0,00320 0,00353 0,90 0,02602 0,00805 3,24
0,000503 0,0429 0,0117 0,00394 0,00463 0,90 0,05104 0,01545 3,31
0,000763 0,0654 0,0117 0,00634 0,00715 0,89 0,01808 0,0540 3,35

243 Kimia Fisika


Menurut Walter Nernst, hukum di atas hanya berlaku bila zat terlarut tidak
mengalami perubahan pada kedua pelarut. Bila zat terlarut mengalami disosiasi
atau asosiasi, hukum di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.

Gb. 10.3 Dalam Pelarut II A Berasosiasi.


Asam benzoate mengalami disosiasi dalam air dan asosiasi dalam CHCl 3. Besarnya
koefisien distribusi dapat dicari sebagai berikut:
Dalam air:

C6H5COOH ←
C6H5COO- + H+

Cw (1 – α) Cw α Cw α
(Cw α)2 Cw α2
Ki = (C =
w (1−α) 1−α

α = derajat disosiasi
Cw = konsentrasi total asam dalam air.
Dalam kloroform:

(C6H5COOH)2 ←
2 C6H5COOH

Cc− m m
m2
Ki = C
c −m

Cc = konsentrasi total mole/l dalam molekul tunggal


m = konsentrasi dalam CHCl3 mole/l dalam molekul tunggal

244 Kimia Fisika


Distribusi:

C6H5COOH (dalam CHCl3) ←
C6H5COOH (dalam H2O)

m Cw (1 – α)
Cw (1−α)
K= m
Cw (1−α)
m= K

Cw (1−α) 2
m2 [ ]
K
Kl = C = C (1−α)
c −m [Cc − w K ]

𝐾1
𝐾 } dapat diketahui, namun demikian untuk setiap Cw harga α dapat dicari dari:
𝑎
(Cw α)2
Ki = (C Ki = 6,6, . 10.5
w (1−α)

Harga K1 tetap, dengan mengambil dua harga untuk Cc, Cw dan a, maka K dapat
ditentukan. Selanjutnya dapat dicari harga m. variasi K terhadap T juga diberikan
oleh persamaan:
d ln Kp ∆H
=
dT RT2

∆H = panas yang diperlukan untuk 1 mol zat tersebut dari pelarut satu ke
pelarut lain.
Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan
penentuan tetapan kesetimbangan. Ekstraksi mempunyai arti penting dalam
laboratorium dan teknik. Dalam laboratorium ekstraksi dipakai untuk mengambil
zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang tidak
bercampur eter, CHCl3. CCl4, dan benzena.
Dalam industri ekstraksi dipakai untuk mengalami zat-zat yang tidak disukai
dalam hasil, seperti dalam minyak tanah, minyak goreng dan sebagainya.

245 Kimia Fisika


Bila zat terlarut yang terbagi dalam kedua pelarut tidak mengalami asosiasi,
disosiasi atau reaksi dengan zat pelarut, maka dapat dihitung berapa berat zat
terlarut yang dapat diekstraksi dalam suatu ekstraksi.

Gb. 10.4. Ekstraksi Zat Terlarut dengan Pelarut Lain.

Zat yang tinggal pada sekali ekstraksi = w1,


Yang diekstraksi = w –w1.
w1
V1 w−w1 w1
K= w−w1 →K( )=
V2 V1
V2

w1 V2
Kw – Kw1 = V1

w1 V2
Kw1 +w1 = Kw
V1

w1 V2
w1 + (K + )= Kw
V1

KV1 +V2
w1 ( )= Kw
V1

Kw . V1 KV1
w1 = = w . KV
KV1+V2 1 +V2

246 Kimia Fisika


Dengan cara sama dapat diperoleh:
KV1 KV1
w2 = w1 KV = w [ KV ]2
1 +V2 1 +V2

Setelah n ekstraksi, zat yang tinggal:


KV1
wn = w [ KV ]2
1 +V2

Dari ini dapat diketahui, berapa kali harus diadakan ektraksi, agar zat yang
tinggal sekecil-kecilnya. Dari ini juga dapat diketahui, bahwa ektraksi paling baik
dilakukan beberapa kali dengan pelarut sedikit daripada sekaligus dengan pelarut
banyak.
KV1
wn = w [ KV ]n (n kali ekstraksi)
1 +V2

KV1
wn = w [ KV ] (1 kali ektraksi)
1 +V2

247 Kimia Fisika

Anda mungkin juga menyukai