Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

GINJAL

Disusun oleh :

AFIFAH DAMAYANTI (14.401.19.003)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya, adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas antropologi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit ginjal bagi para pembaca dan juga
bagi penulis, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswoto yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni, saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Krikilan, 26 Maret 2020 

Penulis
DAFTAR ISI

MAKALAH GINJAL
BAB I..............................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................................4
1.3 Manfaat........................................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................................6
2.1 Penyakit Ginjal..........................................................................................................................................6
2.1.1 Fungsi Ginjal....................................................................................................................................................8
2.1.2 Penyebab Penyakit Ginjal................................................................................................................................9
2.1.3 Tanda Gejala Penyakit Ginjal........................................................................................................................17
2.1.4 Pemeriksaan Laborat......................................................................................................................................17
BAB III.......................................................................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ penting dan merupakan organ ekskresi utama pada
tubuh manusia.Ginjal juga merupakan organ pembentuk urin dimana dalam prosesnya terjadi
penyaringan dan penyerapan zat – zat yang berfungsi bagi tubuh. Orang yang mengalami gagal
ginjal merupakan orang yang mengalami kegagalan dalam proses penyaringan zat– zat yang ada
pada tubuh sehingga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik.Penyakit gagal ginjal ini dapat
menyerang baik pada laki – laki maupun perempuan diberbagai usia. Orang yang menderita
penyakit gagal ginjal dapat mengurangi produktivitas kerjanya bahkan mungkin mengancam
kelangsungan hidupnya, pada orang yang menderita penyakit gagal ginjal karena ginjal tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mensirkulasi darah sehingga dalam tubuh ginjal
tidak dapat menyaring darah dan terapi hemodialisis tersebut digunakan sebagai alternatif untuk
menyalurkan darah.Terapihemodialisis memberikan penderita penyakit gagal ginjal keuntungan
yang besar namun, pada penelitian ahli juga menyatakan bahwa bagi penderita gagal ginjal yang
sedang menjalani terapi hemodialisis memunculkan berbagai gangguan baik fisik maupun
psikologis

Penderita gagal ginjal dan juga sekitar penderita karena harus menjalani terapi yang
diketahui terapi tersebut bukan bersifat menyembuhkan dan dapat menimbulkan penolakan –
penolakan dari penderita gagal ginjal itu sendiri.Oleh sebab itu untuk mengurangi munculnya
tekanan dibutuhkan rasa percaya bahwa dukungan sosial akan membantu penderita dan
keluarganya untuk beradaptasi terhadap penyakitnya juga mengurangi tekanan yang dialami
(Siklos, 2006).

1.2 Tujuan

a. Mengetahui Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Hypertensi


b. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Ginjal
c. Menjelaskan tentang Penyakit Ginjal
d. Menjelaskan Hubungan Hypertensi dan Penyakit Ginjal
e. Untuk mengetahui perbedaan kebutuhan dukungan sosial antara pasien
penderita gagal ginjal laki – laki dan perempuan
f. Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial yang paling dibutuhkan oleh
pasien gagal ginjal laki – laki dan perempuan
1.3 Manfaat

Bagi pasien penderita gagal ginjal diharapkan mampu membantu pasien gagal ginjal untuk
beradaptasi dengan kondisinya, bagi keluarga pasien penderita gagal ginjal, diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pasien penderita gagal
ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Ginjal

Ginjal merupakan adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.

Anatomi Ginjal

Gambar 2.1 System Urogenital Tubuh


Gambar 2.2 Anatomi Ginjal

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua
iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominsalis, kuadratus lumborum,dan psoas
mayor. Ginjal sebelah kanan lebih rendah dibandingkan dengan gijal kiri karena tertekan
kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan kutub atas ginjal
kiri terletak setinggi iga kesebelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

Ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal dan
berbentuk seperti kacang. Terletak pada bagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih
rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan. Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu
korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut
disebut piramid renal, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papilla renal. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, disebut kolum renal (Bertini).

Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal.
Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor, yang langsung menutupi papilla renal dari piramid. Kaliks
minor ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari papila. Dari kaliks minor, urin masuk
ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam
kandung kemih.

Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah,
yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler berawal
dengan kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa Henle
dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus koligens
(saluran penampung atau pengumpul). Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per
menit; dari jumlah ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-kaliks
sebagai urin.
A. Fungsi Ginjal
Ginjal setiap harinya menyaring sekitar 200 liter darah. Selain menyaring darah,
konverter vitamin D dalam tubuh, dan mengatur keseimbangan asam-basa tubuh, ginjal juga
memiliki beberapa fungsi lain, yaitu:

a. Menyaring dan Membuang Limbah

Ginjal memiliki peran penting dalam pembuangan racun, kadar garam yang berlebihan, dan
urea (limbah mengandung nitrogen hasil dari metabolisme protein). Dengan terbentuknya urea
tersebut, maka darah akan mengalirkan urea tersebut menujua ginjal untuk dibuang. Tanpa
organ ini, limbah dan racun akan menumpuk dalam darah.

b. Mengendalikan Keseimbangan Air

Salah satu fungsi ginjal adalah mengendalikan dan memantau keseimbangan air dalam
tubuh. Melalui organ ini, seluruh jaringan tubuh dipastikan menerima air agar dapat bekerja
dengan baik. Ginjal akan bereaksi terhadap perubahan kadar air dalam tubuh. Ginjal akan
menahan air, bukan membuangnya ketika tubuh sedang mengalami dehidrasi.

c. Mengatur Sel Darah Merah

Oksigen merupakan unsur penting dalam peredaran darah. Ketika tubuh tak mendapatkan
cukup oksigen, maka ginjal akan mengeluarkan hormon eritropoietin. Hormon eritropoietin
berfungsi untuk merangsang produksi sel darah merah lebih banyak yang berguna untuk
membawa oksigen. Jika sel darah merah atau kadar oksigen sudah normal, hormon tersebut
akan berhenti diproduksi oleh ginjal.

d. Mengatur Tekanan Darah dan Kadar Garam

Mengatur tekanan darah dan kadar garam dalam darah juga merupakan fungsi ginjal. Ginjal
akan memproduksi enzim renin sebagai prosesnya. Ketika menyaring darah, aliran dan tekanan
darah yang stabil dibutuhkan oleh ginjal.

A. Penyebab Penyakit Ginjal


Sebenarnya kebanyakan penyakit ginjal menyebabkan Hypertensi karena pada dasarnya
Ginjal akan mensekresi renin yang nantinya renin ini yang menyebabkan Vasokontriksi pada
pembuluh darah sehingga menyebabkan Hypertensi,

a. Gagal Ginjal Kronis


1. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan yang tidak akan bisa kembali sembuh / baik,
satu hal yang bisa dilakukan saraf diketahui menderita gagal ginjal kronik adalah
memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal. Hal ini bisa
dilakukan dengan memperhambat laju penurunan fungsi ginjal, mencegah kerusakan ginjal
lebih lanjut dan pengelolaan berbagai masalah yang bisa dirasakan penderita gagal ginjal
kronik. Dalam penanganannya, sesuai dengan kondisi yang diderita, dokter akan berusaha
mengontrol tekanan darah sebagai penyebab atau akibat dari penyakit gagal ginjal kronik juga
akan diatur konsumsi garam Natrium, Fosfor, Protein serta mengatur kadar lemak darah agar
tidak menimbulkan akibat yang lebih serius (komplikasi). Penderita harus berkonsultasi dengan
ahli gizi dannberusaha mematuhi. (Eric Tapan, 2000)

2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal tidak selalu sama diberbagai negara dan juga polanya berubah
sesuai dengan kondisi tiap negara. Glomerulonefrtis merupakan etiologi yang utama diseluruh
dunia , tetapi di Indonesia dan beberapa negara berkembang tidak selalu glomerulonefritis
menjadi penyebab terbesar (Tambayong,2000).

3. Patofisiologi

Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit
primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi
sekunder yang sangat berperan pada kerus akan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal
kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran
histologi ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer
apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian
seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal
terminal (Noer, 2006).

4. Manifestasi Klinis
1. Klien tampak lemah
2. Sesak dan batuk
3. Nafas klien terdapat bunyi ronchi basah basal
4. Konjungtiva anemis
5. Respirasi cepat
6. Takhikardi
7. Edema
8. Hipertensi
9. Anoreksia, nausea, vomitus dan ulserasi lambung
10. Asidosis metabolik
11. Proteinuria dan hiperkalemia
12. Letargi, apatis, penuruna konsentrasi
13. Turgor kulit jelek, gatak gatal pada kulit
5. Diagnosa

Diagnosa gagal ginjal kronik ditegakan dengan pemeriksaan fisik,laboratorium dan


pemeriksaan radiology (Tambayong,2000)
a. Anamnese adanya keluhan nyata mengenai pembekakan tubuh yanglama, nafsu makan
berkurang, aktifitas fisik berkurang, mual dan muntah.
b.Pemeriksaan fisik menunjukan keadaan umum lemah, pucat, lesu, edema
c.Pemeriksaan laboratorium pada GGT (Gaggal Ginjal Terminal) menunjukan anemia
normositik, kelainan elektrolit dan biokimia serta kelainan faal ginjal
d.Pemeriksaan radiology menunjukan ginjal mengecil.

HYPERTENSI
1. Definisi

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya..

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume
aliran darah.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh


meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya
berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung.
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah
suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.

1. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi hipertensi:


a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan
sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional
Amerika Serikat (Sani, 2008).

Kategori Tekanan Kategori Tekanan Tekanan dan/ Tekanan


Darah menurut Darah menurut Darah Sistol atau Darah
JNC 7 JNC 6 (mmHg) Diastol
(mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Tabel 1.1 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,


Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya
dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi
kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra
hipertensi (Sani, 2008).

a. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)


WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal,
normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani,
2008).

Kategori Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1
(Hipertensi
140-159 90-99
Ringan)
140-149 90-94
Sub-group:
perbatasan
Tingkat 2
(Hipertensi 160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3
(Hipertensi ≥ 180 ≥ 110
Berat)
Hipertensi sistol ≥ 140 < 90
terisolasi
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: 140-149 <90
perbatasan

Tabel 1.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


(Sumber: Sani, 2008)

1. Etiologi

Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.


a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Ada
10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
b.    Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi jenis ini
hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :
1.   Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang
memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar
identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti
gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2.   Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang
bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan
darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat
mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.

 3.   Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat
pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang
dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4.   Kolesterol

Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah


Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini
dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

 5.   Obesitas/Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30


persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah
tinggi.

6.   Stres

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.

7.   Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah


menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

8.   Kafein

Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman


cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9.   Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

  Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan


tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan
darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita
tekanan darah tinggi.

1. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

A. Tanda Gejala Penyakit Ginjal


Gejala Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika kerusakan
ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal antara lain: Mual Muntah
Kehilangan selera makan Kelelahan dan kelemahan Masalah tidur Perubahan seberapa banyak
Anda buang air kecil Ketajaman mental menurun Kedutan dan kram otot Pembengkakan kaki
dan pergelangan kaki Gatal terus-menerus Nyeri dada, jika cairan menumpuk di sekitar
selubung jantung Napas tersengal, jika cairan menumpuk di paru-paru Tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang sulit dikendalikan Tanda dan gejala penyakit ginjal sering tidak spesifik, yang
berarti mereka juga dapat disebabkan oleh penyakit lain. Karena ginjal Anda sangat mudah
beradaptasi dan mampu mengimbangi kehilangan fungsi, tanda dan gejala mungkin tidak
muncul sampai terjadi kerusakan permanen.

A. Pemeriksaan Laborat

Pemeriksaan fungsi ginjal ada yang rutin dilakukan dan ada juga yang sifatnya tambahan.
Jenis-jenis pemeriksaan fungsi ginjal yang rutin dilakukan adalah:

 Tes urine, untuk mengetahui adanya protein dan darah dalam urine yang menandakan
penurunan fungsi ginjal.
 Ureum atau blood urea nitrogen  (BUN), yaitu tes untuk menentukan kadar urea nitrogen
dalam darah yang merupakan zat sisa dari metabolisme protein dan seharusnya dibuang
melalui ginjal.
 Kreatinin darah, yaitu tes untuk menentukan kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin
merupakan zat sisa hasil pemecahan otot yang akan dibuang melalui ginjal. Kadar
kreatinin yang tinggi dalam darah dapat menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal.
 Glomerulo filtration rate (GFR), yaitu tes untuk melihat kemampuan ginjal dalam
menyaring zat sisa metabolisme dari dalam tubuh.

Sedangkan pemeriksaan fungsi ginjal tambahan, di antaranya adalah:

 Tes kandungan albumin dalam darah.


 Tes rasio albumin-kreatinin.
 Tes kandungan elektrolit dalam darah dan urine.
 Bersihan kreatinin (CCT) dan protein dalam urine 24 jam.
 Biopsi ginjal.
 Sistoskopi dan ureteroskopi.

Indikasi Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Pemeriksaan fungsi ginjal umumnya disarankan pada pasien yang diduga menderita gagal ginjal
akut maupun gagal ginjal kronis. Gejala-gejala yang dapat menandai adanya kerusakan ginjal
adalah:

 Nyeri pada saat buang air kecil.


 Mengalami kesulitan pada saat awal buang air kecil.
 Hematuria.
 Meningkatnya frekuensi buang air kecil atau berkurangnya produksi urine.
 Urine berbusa.
 Pembengkakan pada tangan dan kaki akibat penumpukan cairan (edema).
 Tekanan darah tinggi.
 Aritmia.
 Sesak napas.
 Penurunan kesadaran.

Seseorang juga dapat diminta untuk menjalani pemeriksaan fungsi ginjal jika memiliki kondisi-
kondisi seperti:

 Diabetes.
 Penyakit jantung.
 Hipertensi.
 Batu ginjal.
 Lupus.
 Infeksi.

.
Peringatan Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Tidak ada peringatan khusus bagi pasien yang akan menjalani pemeriksaan fungsi ginjal, baik
pemeriksaan melalui sampel darah atau urine. Akan tetapi, pasien yang sedang mengonsumsi
obat pengencer darah atau memiliki kelainan pembekuan darah harus memberitahukan kepada
dokter tentang kondisi tersebut.

Persiapan Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Pasien akan diminta untuk menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu agar hasil pemeriksaan
fungsi ginjal tidak terpengaruh. Khusus pasien yang akan menjalani pemeriksaan urine selama
24 jam, akan diminta untuk menghindari aktivitas fisik berat pada hari pengumpulan urine. Ini
disebabkan karena aktivitas fisik berat dapat memengaruhi konsentrasi kreatinin yang terdapat
pada urine.
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan fungsi ginjal juga akan diminta mengisi data diri serta
riwayat medis untuk kelengkapan pemeriksaan. Selain kadar kreatinin darah, data diri seperti
usia, ras, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan penting untuk menghitung laju filtrasi
glomerulus (GFR).

Prosedur Pengambilan Sampel Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan melalui pengambilan sampel darah dan sampel urine.
Sampel darah diambil menggunakan jarum khusus untuk dianalisis di laboratorium. Pertama-
tama, dokter akan mengikat lengan bagian atas pasien dengan tali khusus, sehingga pembuluh
darah venanya terlihat dengan jelas. Setelah itu, dokter akan membersihkan kulit di derah vena
dengan menggunakan alkohol. Dokter kemudian akan menusukkan jarum khusus ke dalam
pembuluh vena, dan memasang tabung sampel darah pada jarum. Darah akan mengalir dari
pembuluh vena ke dalam tabung tersebut. Jika dirasa sudah cukup, jarum akan dicabut dan titik
bekas tusukan jarum pada kulit akan ditutup dengan plester khusus.
Sedangkan untuk sampel urine, diambil ketika pasien buang air kecil dan disimpan dalam
wadah khusus. Pada saat buang air kecil, biarkan sejumlah urine pada awal buang air kecil
terbuang tanpa ditampung. Setelah itu, tampung urine secukupnya ke dalam wadah sampel dan
tutup rapat. Jika sudah selesai, urine dapat langsung dibawa ke laboratorium untuk diperiksa
atau disimpan di lemari es terlebih dahulu.
Pasien dapat diminta untuk mengumpulkan sampel urine selama 24 jam. Jika diminta
mengambil sampel urine selama 24 jam, pasien harus menampung urine tiap kali buang air kecil
ke dalam wadah sampel. Selama proses pengambilan sampel, wadah penampungan juga harus
disimpan di dalam lemari es sebelum dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Setelah Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Sampel yang sudah diambil dari pasien kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Pada jadwal pertemuan selanjutnya, ketika hasil pemeriksaan laboratorium sudah ada, dokter
akan membacakan hasil pemeriksaan tersebut.
Dalam tes urine, hasil dapat menandakan adanya kelainan atau penyakit ginjal dari kandungan
zat abnormal dalam urine, seperti gula (glukosa), protein, dan sel darah merah. Pada ginjal yang
sehat, jumlah zat-zat tersebut sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Meski demikian,
adanya zat-zat tersebut tidak selalu menandakan bahwa seseorang menderita penyakit ginjal.
Hasil tes urine hanya menjadi pertanda adanya kondisi yang tidak biasa atau tidak normal pada
ginjal seseorang.
Pada penderita gangguan ginjal, konsentrasi ureum dalam darah juga meningkat. Namun,
konsentrasi ureum yang tinggi dalam darah juga dapat ditemukan pada seseorang yang
menderita dehidrasi, sedang mengonsumsi obat tertentu, atau sedang rutin mengonsumsi
makanan berprotein tinggi. Oleh karena itu, sebelum menjalani pemeriksaan ureum, pasien
harus memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan dan aktivitas yang dijalaninya secara
lengkap.
Hasil tes albumin menunjukkan kandungan albumin di dalam darah. Albumin merupakan
protein yang seharusnya diserap kembali oleh ginjal, tidak seluruhnya dibuang melalui urine.
Bila fungsi penyerapan kembali ginjal menurun, kandungan albumin dalam darah juga akan
menurun. Sebaliknya, kreatinin merupakan zat yang seharusnya dibuang melalui urine, sehingga
bila terdapat penurunan fungsi ginjal, kadar kreatinin dalam darah akan meningkat. Kandungan
albumin dan kreatinin dapat diketahui secara kuantitatif, dan dapat dihitung rasionya untuk
mengetahui kondisi ginjal. Rasio yang tinggi menandakan awal mula bocornya albumin melalui
urine.
Dari berbagai hasil tes yang dilakukan serta mempertimbangkan faktor riwayat medis dan data
diri pasien, kondisi ginjal dapat disimpulkan melalui indikator GFR (glomerulo filtration rate).
GFR pada ginjal normal umumnya di atas nilai 60. GFR yang berada di antara nilai 15-60
menunjukkan adanya penyakit ginjal atau gagal ginjal. Sedangkan GFR yang berada di bawah
15 menunjukkan gagal ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi pengganti ginjal.
Setelah hasil pemeriksaan fungsi ginjal diketahui, dokter akan melakukan diagnosis penyakit
yang sedang dialami oleh pasien. Jika diperlukan, dokter ginjal dapat meminta pasien untuk
menjalani tes tambahan agar hasil diagnosis lebih akurat. Pasien yang diduga menderita
hipertensi berdasarkan hasil tes, akan diberikan obat-obatan sesuai dengan kondisi yang
diderita. Pasien hipertensi juga dapat dianjurkan untuk mengubah pola hidup dan pola makan.
Jika diduga menderita diabetes, pasien dapat dirujuk ke dokter endokrinologi untuk diberikan
pengobatan lebih lanjut.

Risiko Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Pengambilan sampel urine pada pemeriksaan fungsi ginjal umumnya aman dan tidak
menimbulkan efek samping. Sedangkan pada pengambilan darah, risiko efek samping ada,
namun jarang terjadi. Di antaranya adalah:

 Perdarahan.
 Infeksi di lokasi pengambilan sampel.
 Ruam.
 Nyeri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian
dari sistemurin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas.
Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungan menghadap ke medial. Kedua ginjal
terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal
kiri untuk member tempat untuk hati.

3.2 Saran

Adapun saran dari saya sekiranya makalah tentang Penyakit Ginjal ini bias berguna bagi kita
semua. Baik saya menyadari bahwa makalah ini tidak begitu sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

 Guyton and hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke -11. Jakarta:
EGC
 Berkowitz, Aaron. 2013. Patofisiologi klinik. Pamulang-Tangerang Selatan 5418
 Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Jakarta
 Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. 2005. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Vol.2. Jakarta: EGC
 https://www.alodokter.com/informasi-tentang-pemeriksaan-fungsi-ginjal-yang-perlu-
anda-tahu

Anda mungkin juga menyukai