OLEH:
MUZIBURRAHMAN
NIM.011714253008
PROGRAM MAGISTER
SURABAYA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
(DBD)”. Kemudian tidak lupa kami ucapan terima kasih kepada teman-teman
yang telah mambantu dan berpartisipasi dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat dan
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dimana 10.200 kasus didiagnosis sebagai demam berdarah berat yang
menyebabkan 1181 kematian (WHO, 2017).
Di Indonesia pada tahun 2016 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak
204.171 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus DBD
tahun 2016 meningkat dibandingkan jumlah kasus tahun 2015 (129.650 kasus).
Jumlah kematian akibat DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015 (1.071
kematian). IR atau angka kesakitan DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun
2015, yaitu 50,75 menjadi 78,85 per 100.000 penduduk. Namun, Case Fatality
Rate (CFR) mengalami penurunan dari 0,83% pada tahun 2015 menjadi 0,78%
pada tahun 2016. Pada tahun 2016 terdapat 10 provinsi dengan angka kesakitan
kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kesakitan DBD
tertinggi yaitu Bali sebesar 515,90 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur
sebesar 305,95 per 100.000 penduduk, dan DKI Jakarta sebesar 198,71 per
100.000 penduduk, sedangkan Nusa Tenggara barat masuk dalam urutan ke 22
dari 24 provinsi dengan angka kesakitan 52,80 per 100.000 penduduk
(KEMENKES RI, 2016)
Angka kesakitan pada provinsi Bali dan Kalimantan Timur meningkat
hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan angka kesakitan tahun 2015,
dimana Bali sebesar 257,75 per 100.000 penduduk dan Kalimantan Timur sebesar
188,46 per 100.000 penduduk. Kenaikan drastis juga terjadi di DKI Jakarta yaitu
pada tahun 2015 angka kesakitan DBD hanya 48,55 per 100.000 penduduk
menjadi 198,71 per 100.000 pada tahun 2016 (KEMENKES RI, 2016), begitu
juga dengan NTB dengan kenaikan hampir 3 kali lipat dari tahun 2012 sebesar
21,67 per 100.000 penduduk dan angka CFR naik dari 0,31 pada tahun 2012
menjadi 0,93 pada tahun 2016. Kenaikan angka kesakitan dan kematian tersebut
perlu mendapat perhatian khusus (KEMENKES R1, 2012).
Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit
DBD yaitu angka bebas jentik (ABJ). Sampai dengan tahun 2016, ABJ secara
nasional belum mencapai target program yang sebesar ≥ 95%. Walaupun belum
memenuhi target program, ABJ tahun 2016, yaitu sebesar 67,6% meningkat
dibandingkan tahun 2015 sebesar 54,2%. Hal ini dapat disebabkan Puskesmas
sudah mulai menggalakkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
2
secara rutin sehingga kegiatan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sudah
mulai digalakkan kembali. Selain itu, pelaporan data ABJ sudah mulai mencakup
sebagian wilayah kabupaten/kota di Indonesia sehingga cakupan ABJ juga
semakin meningkat (KEMENKES RI, 2016).
Penyakit DBD masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena
fatalitasnya dalam menyebabkan kematian dan kerapnya Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang terjadi pada bulan tertentu. Beberapa upaya pengendalian penyakit
DBD secara umum terdiri dari : 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan
surveilans vektor; 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini; dan 3) Peningkatan
upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD (KEMENKES RI, 2012)
Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilakukan melalui pengasapan dengan
insektisida dalam 2 siklus. Pada siklus pertama semua nyamuk yang mengandung
virus dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Namun, akan muncul
nyamuk-nyamuk baru yang berasal dari jentik yang memang tidak dapat dibasmi
pada siklus pertama. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua.
Penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah penyemprotan yang
pertama agar nyamuk yang baru tersebut akan terbasmi sebelum sempat
menularkan kepada orang lain. Untuk mengetahui efektivitas PSN maka
dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB). Kegiatan PJB menghasilkan
indikator Angka Bebas Jentik (ABJ) yang menggambarkan kepadatan jentik
(KEMENKES RI, 2012).
1.2 Tujuan
3
BAB 2
MANAJEMEN PROGRAM P2P DBD
2.1 Input
Input yaitu komponen atau unsur-unsur program yang diperlukan, termasuk
material atau perlengkapan, peralatan, bahan, anggaran, keuangan dan sumber
daya manusia yang dipergunakan (man, money, material, machines, method,
Market). Untuk menghasilkan sebuah output produk yang baik, diperlukan input
yang baik pula. Berikut beberapa uraian komponen program yang diperlukan
antara lain:
2.1.2 Money
Money adalah uang/biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) yang merupakan besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sehingga tampak bahwa biaya kesehatan dari
sudut penyedia palayanan, adalah persoalan utama pemerintah.
Biaya dalam managemen program DBD dimasukkan ke dalam Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK), selain itu, juga bergantung pada dana BPJS
(Puskesmas wawo, 2017).
4
2.1.3 Material (bahan)
Mengacu pada bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Dapat
berupa Sumber Daya Alam, seperti tanah pertanian atau dalam konteks industri
seperti bahan mentah dan komponen lain yang langsung diolah dalam proses
manufaktur. Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Adapun yang termasuk material dalam managemen DBD yaitu logistik
seperti form DBD. Tidak ada Form Register DBD yang ada di Puskesmas Wawo
(Puskesmas wawo, 2017).
2.1.6 Market
Market dalam managemen program P2P DBD adalah sasaran program
dalam hal ini masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wawo yang terdiri
5
dari 9 Desa/ Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 17.556 jiwa (BPS
Bima, 2017).
2.2 Proses
2.2.1 Perencanaan
a. Identifikasi Masalah
1) Keadaan Geografi
Lokasi Puskesmas
Puskesmas Wawo merupakan satu-satunya Puskesmas yang
ada di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Puskesmas Wawo
terletak di Desa Maria yang merupakan pusat pemerintahan
Kecamatan Wawo. Desa Maria berada pada jarak 24 km dari
ibukota Kabupaten Bima dengan ketinggian 391 meter di atas
permukaan laut. Diantara 9 desa, Desa Riamau merupakan desa
dengan jarak terjauh (±17 km) dari ibukota kecamatan dengan
ketinggian 741 meter dpl (BPS Bima, 2017).
Luas Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Wawo terletak di Kecamatan
Wawo dengan luas wilayah 132.29 km2 terbagi dalam 9 desa,
dimana desa terluas adalah Desa Tarlawi (23.33 km2) dan terkecil
adalah Desa Kambilo (6.45 km2) (BPS Bima, 2017).
Batas Wilayah
Batas wilayah kerja Puskesmas Wawo adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kota Bima dan Kecematan Wera
Sebelah Selatan : Kecamatan langgudu
Sebelah Barat : Kecamatan Lambitu
Sebelah Timur : Kecamatan Sape
6
Gambar 2.1 Peta wilayah Kecamatan Wawo (BPS Bima, 2017).
2) Keadaan Demografi
Menurut data BPS Kabupaten Bima tahun 2017, jumlah
penduduk di Kecamatan Wawo pada tahun 2016 sebanyak 17.556
jiwa, 51 persen adalah penduduk perempuan. Perbandingan
penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari angka rasio
jenis kelamin yang menunjukkan angka lebih dari 100. Ini berarti
penduduk di Kecamatan Wawo lebih didominasi oleh perempuan.
Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per
kilometer persegi. Dikaitkan dengan luas wilayahnya, Kecamatan
Wawo mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 132,71
jiwa/km2. Sebagai ibukota kecamatan, desa Maria (189.39 jiwa/km2)
memiliki kepadatan keempat terbesar setelah Desa Kambilo (336.43
7
jiwa/km2), Maria Utara (209.23 jiwa/km2) dan Pesa (208.53
jiwa/km2). Sementara itu jumlah kelahiran pada tahun 2016
mencapai 180 jiwa, sedangkan jumlah kematiannya mencapai 88
jiwa, dimana 1 jiwa diantaranya adalah bayi. Dengan demikian
angka kematian bayi pada tahun 2015 di Kecamatan Wawo mencapai
0,56 persen (BPS Bima, 2017).
Jumlah rumah tangga pada tahun 2016 sebanyak 4.297
rumah tangga. Sehingga dari 17.556 jiwa penduduk yang ada, rata-
rata setiap rumah tangga terdapat 4 orang anggota rumah tangga.
Sumber air yang digunakan untuk memasak pada umumnya berasal
dari mata air, namun demikian ada juga yang berasal dari sumur
pompa, sumur perigi dan PAM. Jumlah pelanggan PAM sebanyak
968 kepala keluarga yang terbanyak berada di Desa Maria (BPS Bima,
2017).
8
3) Sarana Pendidikan
Jumlah sarana pendidikan berdasarkan tingkatan pendidikan dan
jumlah peserta didik yang berada di wilayah kerja Puskesmas Wawo
dapat dilihat pada tabel berikut :
9
DISTRIBUSI MENURUT PEKERJAAN DI KECAMATAN WAWO
7499
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000 882
1000 137 24 279 163 10
0
10
5 Maria 1 - - 3 -
6 Kambilo - - 1 2 -
7 Kombo - 1 - 3 -
Maria
8 - - - 3 2
Utara
9 Riamau - - 1 2 1
Jumlah 1 3 5 22 6
Sumber : BPS Kabupaten Bima 2017
6) Keadaan Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu variabel yang perlu mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat.
Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik,
lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat.
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
pasal 162 dan 163 mengamanatkan bahwa upaya kesehatan
lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologis maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada
pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain
mencakup lingkungan pemukiman. Untuk menjalankan amanat dari
pasal tersebut, maka untuk penyelenggaraan penyehatan lingkungan
difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah
rumah yang memenuhi kriteria minimal: akses air minum, akses
jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
dan Permenkes Nomor 1077/PER/V/MENKES/2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah).
Kesadaran penduduk di Kecamatan Wawo akan kesehatan
dan kebersihan cukup tinggi terlihat dari jumlah jamban yang ada di
Kecamatan Wawo. Tercatat ada 4.852 jamban sendiri dan 197
jamban bersama dan 10 jamban umum yang dapat dimanfaatkan
11
oleh penduduk di Kecamatan Wawo. Sumber air utama yang
digunakan oleh masyarakat kecamatan wawo antara lain Mata Air
(77,4%), PAM (22,28%) dan lain-lain (0,32%). Sumber penerangan
utamanya adalah PLN (94,44%), Listrik non PLN (5,51%), dan lain-
lain (0,05%). Jenis bangunan rumah di Kecamatan Wawo antara lain
Rumah Batu (30,97%), Rumah Kayu (68,90%), dan Rumah Bambu
(0,13%) (BPS Bima, 2017)
7) Keadaan Perilaku Masyarakat
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan perilaku
masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat,
disajikan dalam beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang
mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase
penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase anak
2-4 tahun yang pernah disusui, kebiasaan merokok, persentase
penduduk yang melakukan aktifitas fisik, dan kebiasaan
mengkonsumsi jenis makanan sehat.
Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah
tangga yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk
mencapai rumah tangga ber-PHBS terdapat 10 perilaku hidup bersih
dan sehat yang harus dipantau, yaitu 1) persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, 2) memberi ASI Eksklusif, 3) menimbang balita
setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan
bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas
jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan buah dan sayur setiap hari,
9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, 10) tidak merokok di dalam
rumah.
12
8) Keadaan Sumber Daya Manusia Di Puskesmas
Sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Wawo adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Wawo
No Jenis Tenaga Jumlah
Kesehatan PNS PTT Sukarela
1. Dokter Umum 2 - - 2
2. Dokter gigi 1 1 - 2
3. Perawat
a. Ners 1 1 1 3
b. S1 1 1 1 3
c. DIII 2 - 8 10
4. Bidan
a. DIII 3 5 6 14
b. DIV - - - -
5. Sanitarian
a. S1 - - - -
b. DIII 1 - - 1
6. Tenaga Gizi
a. S1 1 - - 1
b. DIII - - - -
7. Farmasi
a. Apoteker - - - -
b. S1 - - - -
c. DIII 0 0 1 -
8. Promosi Kesehatan 1 1 2 4
9. RekamMedik - - - -
11 SMA/SR 2 - - 2
13
9) Pengendalian penyakit menular DBD
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis,
terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host
alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang
termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari
4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4 (Kurane I, 2007),
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi,
khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus (WHO,2003)
yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia (Lestari K, 2007).
a) Angka penjaringan suspek
Angka penjaringan suspek adalah jumlah suspek yang
diperiksa darahnya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah
tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui
upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan
memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu
(triwulan/tahunan). Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan
dari buku daftar suspek DBD. Didapatkan angka penjaringan
suspek Puskesmas Wawo tahun 2017 dengan total terduga DBD
sebanyak 15 suspek.
b) Angka penemuan kasus (Angka kesakitan)
Merupakan persentase jumlah pasien baru positif DBD yang
ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru positif DBD
yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Angka kesakitan
penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat
(community bases data) yang dapat diperoleh melalui studi
morbiditas dan hasil pengumpulan data dari Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Pada tahun 2017 jumlah
pasien positif DBD dari Januari-Desember adalah 13 pasien.
14
c) Angka Kesembuhan
Angka kesembuhan mencapai 85% setelah dilakukan
pengobatan, namun perlu diperhatikan bahwa terdapat 2 orang
yang masih mengalami suspek DBD.
b. Prioritas Masalah
Berdasarkan Permasalahan yang ada pada tabel identifikasi
masalah diatas, kemudian dianalisa untuk menentukan prioritas masalah.
Berikut perioritas masalah yang akan disajikan pada tabel :
15
-Penemuan 30 30 13 43%
kasus
-Kesembuhan 13 13 11 85%
- Dokter 2 1 Tdk 0
terlatih
- Petugas 1 1 1 100%
DBD
- Laboran 1 1 Tdk 0
terlatih
- Sanitarian 1 1 Tdk 0
terlatih
- Tenaga 1 1 Tdk 0
Gizi terlatih
- Tenaga 1 1 Tdk 0
Promosi terlatih
Kesehatan
4 Fasilitas 1 set 1 set - 0 4
Laboratotium
16
c. Alternatif Solusi
Penyusunan perencanaan dalam program penanggulangan masalah
kesehatan di Puskesmas Wawo berdasarkan penentuan prioritas masalah
adalah pengendalian penyakit DBD, PHBS, SDM, dan Fasilitas
Laboratorium. Adapun identifikasi masalah dalam program pengendalian
DBD di Puskesmas Wawo dapat dilihat pada Tabel berikut :
17
menjalankan pembinan
PHBS rumah sehat dan
rumah tangga
ber PHBS
3. Mengajak
masyarakat
untuk menjaga
kebersihan
lingkungannya
3. Sumber Daya Kebutuhan 1. Mengusulkan Kader
Manusia sumber Daya pelatihan posyandu,
yang terlatih manusia yang tenaga tenaga
belum kesehatan yang kesehatan
memadai berperan dalam
program DBD
2. Melaksanakan
pelatihan kader
DBD untuk
membantu
penjaringan dan
pendampingan
kasus DBD
4. Fasilitas Fasilitas 1. Mengusulkan Tenaga
Laboratorium Pelayanan fasilitas Laboran
kesehatan yang laboratorium
belum yang lengkap
memadai untuk
pemeriksaan
spesimen
darah.
18
d. Penetapan Tujuan
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa di Puskesmas Wawo
masih terdapat kasus DBD yaitu sebanyak 13 pasien positif DBD dan 15
pasien suspek DBD di tahun 2017. Oleh karena itu tujuan yang ingin
dicapai dalam kegiatan pengendalian DBD ini yaitu untuk menurunkan
angka kejadian dari kasus DBD yaitu menjadi <5 kasus.
e. Penyusunan rencana operasional Kegiatan
1. Stategi
a) Promosi
Sosialisasi dan Advokasi Kepada Pihak Pengmbil keputusan
Pemberdayaan masyarakat/meningkatkan PSM dalam menjaga
kebersihan lingkungan
Meningkatkan kemitraan
Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan
Meningkatkan profesionalisme pengelola program
Peningkatan komunikasi, informasi, edukasi kepada
masyarakat
Kerjasama Lintas sektor.
b) Preventif
Kegiatan surveilance, monitoring dan evaluasi program DBD
secara terpadu dan berkelanjutan
Kerja bakti pembersihan lingkungan
c) Kuratif
Penemuan dan tatalaksana kasus yg cepat, tepat dan efektif
2. Sasaran, Waktu, Tempat Pelayanan, Dan Tenaga Pelaksana.
a) Sasaran
Sasaran adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Wawo Kecamatan Wawo
Camat Wawo, Kepala Desa dan semua Tokoh Masyarakat yang
ada di Kecamatan Wawo
19
b) Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di 9 Desa di Kecamatan Wawo selama
tahun 2018.
c) Tenaga
Tenaga pelaksana program pemberantasan penyakit DBD ini terdiri
atas tenaga paramedis, non paramedis, kader kesehatan dengan
tugas sebagai berikut:
Tenaga Kesehatan
Tenaga paramedis untuk penatalaksanaan kasus yang
ditemukan
Tenaga non paramedis
Untuk membantu proses pencatatan dan pelaporan, menyiapkan
sarana pelayanan,dll.
Kader yang bertugas:
- Pendataan sasaran
- Penyuluhan
- Menyiapkan tempat pelayanan
3. Jadwal Kegiatan Pokok Program
Untuk mencapai keberhasilan program pemberantasan penyakit
DBD dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Tabel 2.8 Jadwal kegiatan pokok program
Minggu
No Kegiatan
I II III IV
1 Penyusunan rencana kerja √
2 Mobilisasi sumber dana √
4 Kunjungan rumah dan pendataan sasaran √ √ √ √
5 Penemuan dan pelaporan penderita √ √ √ √
6 Penyuluhan √ √ √ √
7 Penggerakan masyarakat untuk Kerja Bakti
Pembersihan Lingkungan √ √ √
8 Tahap Sosialisasi dan Advokasi √
9 Monitoring dan Evaluasi √
20
f. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan setiap
bulan dan dievaluasi setiap bulan capaian dari kegiatan program dengan
melibatkan semua tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas melalui
forum Minilokakarya, serta setiap tiga bulan sekali pada forum evaluasi
Tingkat Kecamatan yang melibatkan Camat, Kepala Desa, Lintas Sektor
dan Tokoh Masyarakat yang ada. Selain itu sistem monitoring dan
evaluasi juga dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan melaui
kegiatan monitoring dan evaluasi perbulan pada setiap kegiatan
Minilokakarya tingkat Puskesmas dan Tingkat Kecamatan.
g. Anggaran Kegiatan
Sumber dana yang digunakan meliputi :
Dana dari APBN berupa Dana Bantuan Operasional Kegiatan
yang ada di Puskesmas
Dana dari Desa untuk pelaksanaan kegiatan yang ada di masing-
masing Desa.
21
Bakti Pembersihan
Lingkungan)
5 Tahap Sosialisasi Transport peserta pertemuan
dan Advokasi tingkat puskesmas 30 x Rp.
50.000 Rp. 1.500.000
Biaya makan minum
pertemuan 30 x Rp. 15.000 Rp. 450.000
Trasport peserta pertemuan
tingkat kecamatan 60 x Rp.
50.000 Rp. 3.000.000
Biaya Makan minum peserta
pertemuan 60 x Rp. 15.000 Rp. 900.000
TOTAL BIAYA Rp. 17.450.000
2.2.2 Pengorganisasian
Sumber daya manusia yang berada pada managemen pogram
pengendalian DBD di Puskesmas Wawo adalah
a. Dokter
Dokter berperan terhadap diagnosis klinis pasien DBD, dokter
memberi rujukan ke petugas DBD untuk dilakukan pemeriksaan
darah.
b. Petugas DBD
Peran petugas DBD antara lain :
1. Menyusun rencana kegiatan P2P DBD berdasarkan data program
puskesmas dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
sebagai pedoman kerja.
2. Penemuan dini penderita suspeck DBD serta melakukan rujukan
untuk penanganan lebih lanjut, pemantauan jentik berkala /
abatesasi selektif (PJB/AS), pembinaan peran serta masyarakat
dalam kegiatan PSN ( pemberantasan sarang nyamuk ),
penyluhan DBD dan koordinasi lintas program terkait sesuai
22
dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
3. Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan.
4. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
c. Tenaga Farmasi (Apoteker)
Bertugas melayani kebutuhan obat-obatan dan memasok persediaan
obat-obat di puskesmas termasuk obat DBD
d. Laboran
Berperan dalam melaksanakan pemeriksaan darah
e. Tenaga Promosi Kesehatan
Berperan dalam memberikan penyuluhan DBD di masyarakat,
memberikan pemahaman kepada masyarakat agar masyarakat dapat
secara sadar memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan.
f. Tenaga Sanitarian
Berperan dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
masalah kesehatan lingkungan yang meliputi : Penyehatan air,
Penyehatan makanan dan minuman, Pengawasan pembuangan
kotoran manusia, Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah,
Penyehatan pemukiman, Pengawasan sanitasi tempat umum,
Pengamanan pestisida, Klinik sanitasi
g. Tenaga gizi
Berperan dalam melakukan konseling gizi bagi pasien DBD yang
mengalami penurunan berat badan.
Struktur organisasi P2P Puskesmas Wawo (terlampir)
2.2.3 Pelaksanaan
a) Melakukan penyuluhan terkait penyakit DBD
Sasaran : Semua masyarakat
Tujuan : untuk memberikan edukasi dan informasi kepada
masyarakat tentang DBD dan cara penanggulangannya
Anggaran : BOK
23
Pelaksanaan :
1) Melakukan persuratan ke Desa tempat penyuluhan
2) Menyiapkan media penyuluhan
3) Menyediakan Satuan acara Penyuluhan
4) Melakukan penyuluhan terkait penyakit DBD
5) Mengunjungi rumah warga
b) Pelatihan kader jumantik
Sasaran : 6 orang per desa
Tujuan : untuk melatih para kader dalam memantau jentik
nyamuk, sebagai agen perubahan di masyarakat sehingga
dapat menekan angka kejadian DBD.
Anggaran : BOK
Pelaksanaan:
1) Melakukan persuratan ke Desa tempat pelatihan
2) Menyiapkan media pelatihan
3) Menyediakan satuan acara pelatihan
4) Melakukan Pelatihan kader jumantik
c) Abatesasi
Sasaran : bak penampungan air warga
Tujuan : untuk mengurangi perkembangbiakan jentik
Anggaran : BOK
Pelaksanaan :
1) Melakukan kunjungan rumah warga
2) Membagikan Abate kepada warga masyarakat
d) PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Sasaran : tempat penampungan air
Tujuan : untuk mengurangi atau memberantas tempat perindukan
nyamuk
Anggaran : BOK
Pelaksanaan :
1) Melakukan pemeriksaan sarang nyamuk di tempat penampungan air
warga
24
2) Melakukan pembersihan sarang nyamuk
3) Melakukan pembersihan sampah kaleng yang berpotensi sebagai
sarang nyamuk
e) Penyuluhan terkait rumah sehat dan rumah tangga ber PHBS
Sasaran : Masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas
Tujuan : Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berperilaku
PHBS dan penyediaan rumah sehat
Anggaran : Rp.100.000,-/ kunjungan/desa
Pelaksanaan
1) Menetapkanstandar rumah sehat
2) Mengidentifikasi masyarakat yang belummemenuhi standar rumah
sehat
3) Menyediakan media penyuluhan
4) Memberikan penyuluhan terkait rumah sehat
5) Memberikan penyuluhan terkait PHBS
f) Melaksanakan pembinan rumah sehat dan rumah tangga ber PHBS
Sasaran : Masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas
Tujuan : Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berperilaku
PHBS dan penyediaan rumah sehat
Anggaran : Rp.100.000,-/ kunjungan/desa
Pelaksanaan
1) Mengidentifikasi keluarga binaan rumah sehat dan PHBS
2) Melakukan kunjungan dan memotivasi masyarakat dalam melakukan
PHBS
g) Mengusulkan pelatihan tenaga kesehatan yang berperan dalam program
DBD
Sasaran : Tenaga Kesehatan
Tujuan : Meningkatkan skill petugas
Anggaran : Dinas Kesehatan
Pelaksanaan
1) Meminta komitmen dari tenaga kesehatan sebelum di usulkan untuk
dilatih
25
2) Mengusulkan tenaga kesehatan yang akan dilatih oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten
h) Melaksanakan pelatihan kader DBD untuk membantu penjaringan dan
pendampingan kasus DBD
Sasaran : Kader Posyandu
Tujuan : Meningkatkan sumberdaya manusia yang akan membantu
dalam penemuan kasus dan pendampinganpasien DBD
Anggaran : BOK
Pelaksanaan
1) Melakukan kerjasama lintas sektoral yaitu kerjasama dengan Kepala
Kecamatan dan kepala Desa serta NGO/ organisasi kemasyarakatan.
2) Melakukanseleksi kader yang akan dilatih
3) Meminta kesediaan kader untuk menjadi kader DBD
4) Mengundang fasilitator dan narasumber pelatihan
5) Mengundang kader untuk mengikuti pelatihan
6) Melakukan pelatihan dengan pemberian materi dan praktik lapangan
7) Memberikan SK sebagai kader DBD yang digunakan dalam
melakukan penyuluhan dan pendampingan pasien DBD
i) Mengusulkan fasilitas laboratorium yang lengkap untuk pemeriksaan
spesimen
Sasaran : Dinas Kesehatan
Tujuan : Meningkatkan fasilitas pelayanan dan siagnosis cepat dan
tepat
Anggaran : Dinas Kesehatan
Pelaksanaan
1) Mengidentifikasi fasilitas penunjang yang belum tersedia
2) Mengusulkan fasilitas yang belum tersedia
26
permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mengawasi pelaksanaan program
pengendalian DBD agar tetap berjalan sesuai dengan perencanaan.
2.3 Output
Permasalahan dalam program pengendalian DBD sangat kompleks sehingga
memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Berdasarkan tujuan yang telah
dirumuskan diatas maka output yang diharapkan yaitu kasus DBD di kecamatan
Wawo kurang dari <5 kasus pertahun atau bebas dari penyakit DBD (berhasil
dieliminasi).
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Input dalam proses manajemen pengendalian DBD adalah segala sesuatu
yang harus ada dan tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya kegiatan
pengendalian DBD yang terdiri dari ketersediaan tenaga, pembiayaan, sarana dan
prasarana yang mendukung, penerapan metode yang sesuai dan masyarakat
sebagai sasaran program.
Proses manajemen pengendalian Program DBD terdisi atas kegiatan
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi.
Berdasarkan tahapan ini diperoleh pemasalahan DBD yang ada yang ada di
Puskesmas Koting disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat
yang belum memperhatikan aspek kebersihan lingkungan. Masalah ini dianalisis
dan menghasilkan beberapa alternatif pemecahan masalah berupa pelaksanaan
kegiatan Promosi DBD, Kerja bakti, peningkatan KIE dan kunjungan rumah serta
pengobatan yang tepat. Kerjasama lintas sektor dalam membuat kebijakan yang
mendukung program pemberantasan DBD juga sangat diperlukan.
Output yang diharapkan adalah penurunan kasus DBD dibandingkan dengan
Tahun sebelumnya
3.2 Saran
Permasalahan dalam program pengendalian DBD sangat dibutuhkan
kerjasama dari berbagai pihak terutama dalam hal merubah perilaku dan menjaga
kebersihan lingkungan.
Diharapkan juga bagi pihak Puskesmas Wawo untuk selalu meningkatkan
dan memperbaiki pelaporan kasus, baik kasus DBD maupun kasus-kasus penyakit
lainnya, sehingga proses pendataan penyakit bisa sistematis dan terkontrol.
28
DAFTAR PUSTAKA
Bhatt S, Gething PW, Brady OJ, Messina JP, Farlow AW, Moyes CL et.al. 2013
The global distribution and burden of dengue. Nature;496:504-507.
Brady OJ, Gething PW, Bhatt S, Messina JP, Brownstein JS, Hoen AG et al.
2012. Refining the global spatial limits of dengue virus transmission by
evidence-based consensus. PLoS Negl Trop Dis. 2012;6:e1760.
doi:10.1371/journal.pntd.0001760
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Wawo dalam angka 2017. Bima : BPS
Kab Bima.
KEMENKES RI. 2012. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
KEMENKES RI. 2016. Data dan Informasi, Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
29
BAGAN ORGANISASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
PENANGGUNGJAWAB
MASTURUDIN, SKM
KOORDINATORP2P
HERLINA, SKM
PEMBINA
DESA SE WIL. PUSKESMAS
Kepala UPT Puskesmas Wawo
Masruddin, SKM
PenataMuda Tk. 1 III/d
Nip. 19720307 199403 1 004
30