Anda di halaman 1dari 30

Makalah

Penyakit Dapat di Cegah Dengan


Imunisasi Campak

ERNAWATI
190401004

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG TAHUN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyakit Dapat di Cegah
Dengan Imunisasi Campak” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebidanan Komunitas. Selain


itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang gangguan pernapasan kronis
yang merupan bukan termasuk penyakit menular bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Andi Sabriaksa, SKM., M. Kes


selaku dosen Mata Kuliah Kebidanan Kmonitas. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sengkang, 5 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulis...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. Pengertian Imunisasi..................................................................................................3
B. Pelaksanaan BIAS........................................................................................................3
C. Penyakit Campak (Morbili).........................................................................................4
D. Patogenesis.................................................................................................................5
E. Diagnosis.....................................................................................................................6
F. Komplikasi Campak.....................................................................................................7
G. Pengobatan.................................................................................................................8
H. KLB Campak................................................................................................................8
BAB III METODE PENULISAN..............................................................................................10
A. Pengumpulan Data dan Informasi............................................................................10
B. Pengolahan Data dan Informasi...............................................................................10
C. Analisis dan Sintesis..................................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................11
A. Konsep Dasar Penyakit.............................................................................................11
B. Faktor Resiko............................................................................................................14
C. Epidemiologi.............................................................................................................21
D. Pencegahan..............................................................................................................21
BAB III PENUTUP.................................................................................................................23
A. KESIMPULAN.............................................................................................................23
B. SARAN.......................................................................................................................23
iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................24

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan
oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit campak adalah
demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau
pilek dan/atau konjungtivis dan dapat beujung pada komplikasi berupa pneumonia,
diare, dan meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Ketika seseorang
terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular
jika mereka belum kebal terhadap campak. Kekebalan terbentuk jika telah
diimunisasi atau telah terinfeksi virus campak sebelumnya.
Imunisasi Adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. 30
Imunisasi merupakan proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang dilemahkan, dibunuh, atau
bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
Tujuan pemberian booster untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan
memperpanjang perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar. 30
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian
rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020.
Dalam upaya mencapai target eliminasi measles dan rubella pada tahun 2020,
pemerintah Indonesia mengadakan kampanye imunisasi measles rubella/ MR
sebagai imunisasi tambahan sebelum dimasukkan ke imunisasi dasar rutin.
Kampanye imunisasi measles rubella dilaksanakan serentak di sekolah dan di pos
pelayanan kesehatan dan ditujukan bagi anak usia 9 bulan sampai <15 tahun
dengan cakupan imunisasi 95%. Pelaksanaan kampanye imunisasi MR dimaksudkan
untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penularan penyakit campak
dan rubella yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Juga untuk
memutuskan transmisi virus campak dan rubella serta menurunkan angka kejadian

1
CRS.
Penyakit campak terutama menyerang anak-anak melalui saluran napas. Masa
inkubasi penyakit 10-14 hari, masa prodormal 2-3 hari dengan gejala batuk, pilek
demam dan konjungtivitis, diikuti ruam makulopapular yang khas pada kulit
bersamaan dengan munculnya respon imun.
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada
anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia > 20 tahun. Kasus campak pada
penderita malnutrisi dan defisiensi vitamin A serta defisiensi imunitas pada HIV,
kematian pada penyakit campak bukan karena penyakitnya, melainkan karena
komplikasinya.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti di rumuskan sebagai berikut.
1. Apakah pengertian Campak itu ?
2. Apakah pengertian imunisasi ?
3. Apakah tanda dan gejala Campak itu ?
4. Apakah faktor penyebab Campak ?
5. Bagaimana cara pengobatan Campak ?
C. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang hendak dicapai oleh
penulis sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengetahui tentang imunisasi campak
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui usia bayi yang tidak mengalami penyakit campak
dan usia bayi yang dapat di imunisasi campak

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Imunisasi

Imunisasi Adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.30 Imunisasi merupakan proses untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri
yang dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut
telah dimodifikasi.28

Tujuan imunisasi campak adalah melindungi anak dari penyakit campak


dengan meningkatkan derajat imunitas, imunisasi rutin untuk campak
diberikan pada saat umur 9-12 bulan, dan imunisasi lanjutan (booster)
diberikan pada anak usia sekolah yakni imunisasi campak satu kali pada anak
kelas 1 SD atau sederajat dilaksanakan pada saat BIAS. Tujuan pemberian
booster untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan memperpanjang
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar.30 Indonesia telah
berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian
rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020, yang merupakan
tindak lanjut dari rencana strategi WHO dalam Global Measles and Rubella
Strategic Plan 2012-2020. Strategi yang ditempuh adalah dengan pemberian
imunisasi Measles Rubella (MR) untuk anak usia 9 bulan sampai 15 tahun.

3
Kriteria untuk mencapai eliminasi campak dan penegndalian rubella tahun
2020 yaitu: cakupan imunisasi campak rutin dan dosis tambahan >95%.11

B. Pelaksanaan BIAS

Pelaksanaan BIAS merupakan keterpaduan lintas program dan lintas sektor


terkait sebagai salah satu upaya mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
penyakit PD3I. Pemberian imunisasi pada anak sekolah bertujuan sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif,
meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik dan menciptakan
lingkungan hidup yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
lebih berkualitas.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, BIAS adalah bentuk
operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada
bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1,2 dan 5
Sekolah Dasar (SD) atau sederajat diseluruh Indonesia. BIAS diselenggarakan
melalui wadah yang sudah ada yaitu tim pembina UKS, dimana imunisasi
merupakan salah satu komponen kegiatan UKS.30

Tabel 2.2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Kelas I SD Campak Agustus
DT November
Kelas II SD Td November
Kelas V SD Td November

C. Penyakit Campak (Morbili)

1. Pengertian
Campak (measless atau morbili) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

4
virus campak dan sangat menular. 1,2,4 Manusia merupakan satu-satunya hospes
alami virus ini. Virus campak termasuk famili paramyxovirus genus
morbillivirus yang berukuran diameter 140 milimikron virus morbili sangat
peka terhadap temperatur, tidak tahan panas dan akan mati pada pH kurang
4,5.4 Menurut WHO, penyakit campak merupakan penyakit menular dengan
gejala bercak kemerahan berbentuk makulopopular, selama 3 hari atau lebih
yang sebelumnya didahului panas badan 38oC atau lebih, juga disertai salah
satu gejala batuk, pilek atau mata merah. 6 Virus campak dikenal hanya
mempunyai satu antigen. Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab
parotitis endemika dan parainfluenza. Setelah timbulnya ruam kulit, virus ini
dapat ditemukan pada secret nasopharing, darah dan air kencing dalam waktu
sekitar 34 jam pada suhu kamar, penyakit ini mudah ditularkan melalui
saluran pernapasan pada saat penderita batuk, bersin atau sekresi dari
pernapasan.3 Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada
temperatur 0oC dan selama 15 minggu pada sediaan beku, diluar tubuh
manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar, virus ini akan kehilangan
infektifitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus campak mudah hancur oleh
sinar ultraviolet.21

Sebelum diperkenalkan vaksin campak pada tahun 1963 dan vaksinasi yang
luas, epidemi besar terjadi kira-kira setiap 2-3 tahun dan campak
menyebabkan sekitar 2,6 juta kematian setiap tahunnya. Penyakit ini tetap
menjadi salah satu penyebab utama kematian dikalangan anak muda diseluruh
dunia, meski tersedianya vaksin yang aman dan efektif. Secara global, sekitar
89.780 orang meninggal akibat campak pada tahun 2016, yang kebanyakan
adalah anak dibawah usia 5 tahun.20
Angka kesakitan diseluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000
penduduk. Di Indonesia angka kesakitan campak sebesar 5 per 100.000
penduduk, dengan kejadian KLB masih terus dilaporkan sebanyak 129 kali
frekwensi KLB dengan total kasus sebanyak 1.511 kasus.6 Sebelum penggunaan
vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia 5-10 tahun,
setelah masa imunisasi tahun 1977 campak sering menyerang anak usia remaja
5
dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau
mereka yang diimunisasi pada saat usia lebih dari 15 bulan.21

D. Patogenesis
Penyakit campak terutama menyerang anak-anak melalui saluran napas.
Masa inkubasi penyakit 10-14 hari, masa prodormal 2-3 hari dengan gejala
batuk, pilek demam dan konjungtivitis, diikuti ruam makulopapular yang khas
pada kulit bersamaan dengan munculnya respon imun.4 Bila sembuh dari
penyakit, maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang virus
campak dalam rentang waktu yang panjang. Virus campak menyebar lewat
udara kemudian masuk ketubuh melalui saluran napas dan menginfeksi
orang yang rentan terhadap penyakit. Virus berreplikasi pada saluran napas,
selanjutnya menyebar ke jaringan limpa disekitarnya. Bertambahnya virus
dalam kelenjar limpa mengakibatkan terjadinya viremia primer dan menyebar
ke berbagai jaringan dan organ limfoid termasuk kulit saluran cerna dan hati.2
Sel pertama yang diinfeksi dalam darah adalah monosit, sel-sel leukosit
selain monosit dapat juga diinfeksi yang juga dapat membantu untuk
menyebarkan infeksi. Organ limfoid (thymus, lien, kelenjar limfe) dan jaringan
limfoid (apendik dan tonsil) merupakan lokasi utama replikasi virus, ruam kulit
yang muncul diseluruh tubuh disebabkan oleh respon sel T terhadap virus
campak yang menginfeksi sel didalam pembuluh kapiler, karena gejala ini tidak
muncul pada anak-anak yang menderita immunodefisiensi sel T.2
Infeksi alami karena penyakit campak cenderung menimbulkan antibodi
lebih baik dibanding antibodi yang terbentuk karena vaksinasi campak. Setelah
terjadi infeksi virus, dalam tubuh segera terjadi respon seluler yang kemudian
diikuti oleh respon imunitas pada saat timbulnya ruam kulit. Bila pada seorang
anak tidak terdeteksi adanya titer antibodi campak, maka anak tersebut
termasuk kelompok rentan.25
Dinegara sedang berkembang hampir semua ibu telah terserang penyakit
campak pada masa kecilnya sehingga bayi memiliki maternal antibodi,
biasanya anak-anak akan terlindung dari penyakit campak untuk beberapa

6
bulan, kadar antibodi akan berangsur menurun sehingga perlindungan yang
didapat anak pada saat berumur 6-9 bulan pertama kelahiran, setelah 9 bulan
anak menjadi rentan terhadap penyakit campak. Suatu infeksi dengan
kadar virus yang tinggi kadang kala dapat melampaui tingkat perlindungan dari
maternal antibodi sehingga anak dapat terserang penyakit campak saat usia 3-
4 bulan.25

E. Diagnosis
a. Gejala klinis
Gejala penyakit campak terdiri atas 3 stadium, yaitu:
1) Stadium Prodormal
Pada stadium ini ditandai dengan panas tinggi, biasanya > 38 oC
selama 3 hari atau lebih, disertai gejala 3C (coryza/pilek, conjungtivitis,
dan cough). Pada pemeriksaan mulut dapat dijumpai koplik’s spot dan
kadang disertai diare. Pada stadium ini membedakan campak dengan
influenza (common cold) cukup sulit.1,2
2) Stadium erupsi
Timbul ruam makulopapular eritromateus, pada saat suhu tubuh
sedang tinggi, namun bercak tak langsung muncul diseluruh tubuh
melainkan bertahap dan merambat. Mulai pada daerah kepala,
belakang leher, kemudian ke badan dan anggota badan atas,
selanjutnya ke anggota badan bawah. Warnanya khas; merah dengan
ukuran yang tidak terlalu besar, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam
waktu satu minggu.22, 23

3) Staudium konvalesen
Pada stadium konvalensi, bercak kemerahan makulopapular
berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik.
Untuk kasus yang telah menunjukkan hiperpigmentasi perlu
dianamnesis dengan teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan
sakit) terdapat gejala- gejala tersebut diatas maka kasus tersebut
termasuk kasus campak klinis.23

7
b. Laboratorium
Untuk diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan serologi biakan darah.
Antibodi bisa terdeteksi bila sudah keluar ruam dan terdapat 4 kali
kenaikan titer yaitu saat rekonvalesen dibandingkan dengan titer pada
saat prodormal.5 Virus campak dapat ditemukan melalui biakan darah dan
hapusan tenggorok. Pemeriksaan serologi untuk membantu menegakkan
diagnosa campak yang dapat dilakukan, misalnya uji antibodi
immunofluoresen, uji netralisasi, uji fiksasi komplemen dan uji
hemaglutinasi inhibisi.4

F. Komplikasi Campak
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi
pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia > 20 tahun. Kasus campak
pada penderita malnutrisi dan defisiensi vitamin A serta defisiensi imunitas
pada HIV, kematian pada penyakit campak bukan karena penyakitnya,
melainkan karena komplikasinya.21

Komplikasi yang sering terjadi yaitu :


c. Diare, bronchopneumonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis,
measless ecephalitis hanya ditemukan 1 kasus dari 1000 penderita campak,
Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE), hanya ditemukan 1 dari
100.000 penderita campak dan ulcus mucosa mulut.

G. Pengobatan
Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang
diberikan hanya untuk mengurangi keluhan pasien (demam, batuk, diare dan
kejang).22 Obat simtomatik yang perlu diberikan antara lain:
d. Antipiretik, antitusif
e. Vitamin A
Vitamin A dosis tinggi diberikan sebanyak 2 kapsul (kapsul pertama
diberikan saat penderita ditemukan, kapsul kedua diberikan keesokan
harinya, dosis sesuai umur penderita).

8
Tabel 2.1. Ketentuan pemberian vitamin A

Umur Dosis segera Dosis hari ke-2


0-6 bulan *) 50.000 IU 50.000 IU
7-11 bulan 100.000 IU 100.000 IU
12-59 bulan 200.000 IU 200.000 IU

*) Bagi bayi yang tidak mendapat ASI


Bila ada komplikasi pada mata, diberikan vitamin A dosis ke 3, 2 minggu
kemudian sesuai dengan dosis diatas.
Penderita campak yang berumur < 6 bulan yang mendapatkan ASI tidak
perlu diberikan vitamin A, karena kebutuhan vitamin A sudah
terpenuhi melalui ASI, sehingga ibu nifas (1-42 hari setelah melahirkan)
perlu diberikan vitamin A dosis tinggi melalui program.
f. Antibiotik diberikan jika ada indikasi, biasanya diberikan pada kasus
campak dengan komplikasi.21, 24
Apabila keadaan penderita cukup berat,
segera dirujuk ke rumah sakit
H. KLB Campak
a. Klasifikasi
1. Pasti KLB campak: apabila minimal 2 spesimen positif IgM campak dari hasil
pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.24
2. Tersangka KLB campak: adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4
minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya
hubungan epidemiologi.24
KLB dinyatakan berhenti apabila tidak ditemukan kasus baru dalam
kurun waktu 2 kali masa inkubasi atau rata-rata 1 bulan setelah kasus
terakhir.25
b. Penanggulangan KLB Campak
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit campak dapat dilakukan
dengan cara menghindari kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan
tubuh dan vaksinasi campak.21 Dalam upaya penggulangan KLB campak
didasarkan pada hasil analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB
9
campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan
KLB tidak meluas, serta menurunkan jumlah kasus dan mencegah komplikasi.
Langkah penanggulangan meliputi tatalaksana kasus, imunisasi dan
penyuluhan.24

Respon imunisasi pada kasus KLB berdasarkan kajian hasil cakupan


imunisasi maupun faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kasus campak
dengan dua strategi:
1) Imunisasi selektif
Dilakukan pada daerah dengan risiko sedang yaitu bila cakupan
imunisasi >90%, dengan sasaran balita yang tidak mempunyai riwayat
imunisasi dan desa terjangkit serta sekitarnya.
2) Imunisasi massal Outbreak Response Immunization (ORI)
Dilakukan didaerah risiko tinggi, dengan cakupan imunisasi <80%,
mobilisasi penduduk tinggi, daerah rawan gizi, daerah pengungsian, daerah
padat dan kumuh.25

10
BAB III
METODE PENULISAN
A. Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan


penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data
melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media
elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data
yang dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka


yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis
mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data
tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga
diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.

B. Pengolahan Data dan Informasi

Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder.

C. Analisis dan Sintesis

Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu perkebunan kelapa sawit sebagai


komoditi strategis nasional dengan permasalahan lingkungan akibat dari
pengembangan perkebunan kelapa sawit. Sintesis yang dijelaskan yaitu alternatif
solusi untuk mengatasi permasalah yang dianalisis.

11
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Patofisiologi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,


familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH
asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel
nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga
kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua
sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan
infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang
tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang
makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan
pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)
mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berkembang biak
juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah
masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam
menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini
disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi
limfosit.
b. Gejala Klinis

12
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3
stadium, yaitu:
a.    stadium inkubasi, 10-12 hari, tanda gejala.
b.   Stadium prodormal, dengan gejala – gejala panas sampai dengan,
coryza,batuk,konjungtivitis,fotofobia, anoreksia, malaise, dan koplik spot pada
mukosa bukalis.
c.   Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapulous pada seluruh tubuh dan
panas tinggi.
Setelah masa inkubasi, mulai timbul gejala panas dan malaise. Dalam 24jam
coryza , konjungtivitis dan batuk. Gejala-gejala ini bertambah hebat secara bertahap
dan mencapai puncaknya saat timbul erupsi pada hari ke empat. Kira-kira sebelum
timbulnya rash, terlihat koplik spot dimukosa bukalist pada sisi yang berlawanan
dengan gigi molar. Panas dan koplik spot menghilang dalam 24 jam setelah timbul
rash. Coryza dan konjungtivitis menghilang pada ke tiga rash lamanya eksantema
menghilang jarang melebihi 5-6hari.
1)      Panas
Panas dapat meningkat pada hari ke-5/ke-6, yaitu pada saat timbulnya puncak
timbulnya erupsi. Kadang- kadang temperatur dapat bisafik dengan peningkatan
awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1
hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39-40,6 C saat erupsi
rash mencapai puncaknya.
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis
antara hari ke2 dan ke3, hingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai
komplikasi, 2 hari setelah timbulnya rash panas biasanya turun bila panas menetap
kemungkinan penderita mengalami komplikasi.
2)      Coryza
Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret yang
mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya. Serta
menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.
3)      Konjungtivitis
Pada periode awal stadium prodomal dapat ditemukan transverse marginal line
injection pada palpebra inferior. Konjungtivitis akan berkurang setelah demam
turun.
13
4)      Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas
batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk
bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.
5)      Koplik spot
Merupakan bercak-bercak kecil iregular sebesar ujung jarum atau pasir yang
berwarna merah terang dan bagian tengahnya bewarna putih kelabu. Gambaran ini
merupakan salah satu tanda patonomomik morbili. Koplik spot menghilang dalam
24 jam- hari kedua timbulnya rash.

6)      Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas, rash mulai timbul dari belakang telinga dari
batas rambut, kemudian penyebar didaerah pipi,leher seluruh wajah dan dada.
Biasanya dalam 24 jam sudah menyebar sampai kelengan atas dan selanjutnya
keseluruh tubuh mencapi kaki pada hari ke tiga pada saat rash sudah sampai kaki,
rash yang timbul duluan berangsur-angsur menghilang.
c. Penatalaksanaan

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam


tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin
diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan
lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetik :
a.         Pemberian vitamin A.
b.         Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik.
c.         Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi.
d.        Pemberian obat batuk dan sedativum

d. Penkes
a.    Imunisasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang
telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain
Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersebut

14
membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara
luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut
mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak
rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur
15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena
masih ada antibodi dari ibu.Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara
endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

b.    Imunisasi pasif (immunoglobulin)


Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin
plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk
pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum
imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari
setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
Indikasi :
1)   Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat
imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan
kontraindikasi.
2)   Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak
mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini,
maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari
paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12
bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin

B. Faktor Resiko
a. Faktor Anak
i. Status imunisasi campak (BIAS)
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit
dilakukan dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi

15
kesehatan.22,23 BIAS merupakan bentuk operasional dari imunisasi lanjutan
diberikan pada anak usia sekolah yakni imunisasi campak satu kali pada
anak kelas 1 SD untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan
memperpanjang perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi
dasar.30

ii. Riwayat kontak


Penyakit campak sangat mudah menular, 90% dari yang mengalami
kontak dengan penderita campak akan terinfeksi. 5 Hasil penelitian di China
tahun 2014 menunjukkan bahwa adanya kontak dengan kasus campak
dirumah sakit 1-2 minggu sebelum terinfeksi menjadi penyebab utama dari
KLB yang merupakan infeksi nosokomial.7 Selain itu laporan mingguan
mortalitas dan morbiditas California pada desember 2014 – februari 2015
melaporkan bahwa riwayat kontak dengan kasus campak yang berkunjung
ke taman disney menjadi penyabab KLB campak di California. 8 Penelitian
Putu dwi adi tahun 2012 menunjukkan bahwa riwayat kontak dengan
penderita campak mempuyai risiko menimbulkan kejadian campak 21,12
kali dibandingkan dengan tanpa riwayat kontak dengan penderita
campak.15
iii. Gizi
Anak dengan status gizi kurang umumnya akan mudah terserang
penyakit infeksi termasuk penyakit campak, ini disebabkan karena zat
antibody tidak sempurna. Komlikasi penyakit campak seringkali dikaitkan
dengan status gizi. Penderita dengan malnutrisi, infeksi sekunder lebih
sering terjadi. Casaeri menyatakan bahwa status gizi kurang mempunyai
risiko 2,3 kali untuk anak menderita campak dibanding anak dengan status
gizi sedang/baik.12

b. Faktor Ibu
i. Umur ibu
Umur berkaitan dengan perubahan perilaku yang merupakan salah
satu tugas perkembangan manusia yang didasarkan atas kematangan dan

16
belajar. Seiring dengan bertambahnya umur akan dicapai tingkat
kematangan yang tinggi sesuai dengan tugas perkembangan. Umur
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah
umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Individu dengan usia dewasa
cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
dengan individu dengan usia yang jauh lebih muda.33 Pembagian masa
pemkembangan menurut Hervey dan Elizabeth dalam Developmental
Psychology, masa awal dewasa adalah periode perkembangan yang
bermula pada usia 15 tahun atau awal usia 20 tahun dan yang berakhir
pada usia mendekati 30 tahun, sedangkan masa dewasa akhir, periode
perkembangan dimulai pada usia 30 tahun ditandaai dengan pembentukan
kematangan berfikir dan masa tersebut sudah terbentuk keluarga yang
mendiri, termasuk mengasuh dan merawat anak- anak dengan lebih baik.44
Umur berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang
dilatarbelakangi oleh faktor lain seperti pendidikan dan pengalaman.
Penelitian Salma, menunjukkan bahwa ibu yang berumur <20 tahun
mempuyai risiko 2,53 kali lebih besar untuk terjadinya campak pada
anaknya dibandingkan dengan umur ibu >20 tahun.32

ii. Pendidikan Ibu


Pendidikan yang semakin tinggi maka semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Tingkat
pendidikan juga mempermudah terjadinya perubahan perilaku. Seseorang
yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang rasional
dibandingkan yang berpendidikan rendah serta memiliki kecenderungan
lebih besar dalam melibatkan diri dalam program pelayanan kesehatan
sehingga memiliki pengertian yang lebih baik tentang penyakit. Tingkat
pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
hidup sehat dan akan memudahkan seseorang dalam menyerap dan
mengimplementasikan dalam perilaku.33 Penelitian di Pakistan
menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah berisiko
17
2,3 kali (95%CI : 1,2-7,6) anaknya menderita campak, dibandingkan dengan
yang berpendidikan tinggi.31

c. Faktor Lingkungan
i. Tingkat Penghasilan Keluarga
Penghasilan atau pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang
diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari
pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota
rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja (upah, dan gaji, keuntungan, bonus, dan lain-
lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil dan lain-lain) dan pendapatan
yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer).45

Tingkat penghasilan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk


memperoleh derajat lebih baik, misalnya pendidikan yang lebih baik,
kesehatan, rumah yang lebih baik dan sebagainya. Demikian pula
sebaliknya jika penghasilan rendah akan menghambat dalam memenuhi
semua kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan).
Secara umum cakupan imunisasi rendah terjadi pada masyarakat
miskin, terutama didaerah pinggiran atau perbatasan, hal ini dikarenakan
ketidakmampuan membayar biaya transportasi untuk membawa anaknya
ke klinik imunisasi.46 Studi lain menunjukkan bahawa ibu dengan status
sosial- ekonomi yang lebih baik, seperti memiliki pekerjaan dan
pendapatan yang stabil dapat meningkatkan cakupan imunisasi lengkap.47
Penelitian Eka mujiati menunjukkan bahwa penghasilan keluarga yang
kurang mempuyai risiko menimbulkan kejadian campak 3,0 kali
dibandingkan dengan keluarga dengan penghasilan yang cukup.48
ii. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dalam rumah menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan, satu orang minimal menempati luas rumah 8m2.49
Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit

18
dan melancarkan aktifitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat
meningkatkan faktor polusi dalam rumah. Luas kamar tidur minimal 8m2
dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang, setiap rumah harus
mempunyai bagian ruangan yang sesuai fungsinya, penentuan bentuk,
ukuran dan jumlah ruangan perlu memperhatikan standar minimal jumlah
ruangan. Sebuah rumah tinggal harus mempunyai ruangan yaitu kamar
tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi dan kakus.51 Over
crowded dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan fisik maupun
mental. Penyebaran penyakit pada rumah padat penghuni akan lebih cepat
dibandingkan dengan rumah yang tidak padat.
Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara
didalam rumah mengalami pencemaran, karena jumlah penghuni semakin
banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam rumah tersebut,
begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Pengaruh lingkungan fisik
mengarah kepada dua hal, pertama lingkungan sebagai sumber
kontaminasi mikroorganisme, yang menjurus kepada seringnya timbul
penyakit infeksi pada anak, termasuk diare, kedua adalah sebagai wahana
observasi, eksplorasi, interaksi dan bermain anak dalam proses
perkembangannya. Penelitian Nyoman giarsawan menunjukkan bahwa
rumah dengan kepadatan hunian yang tinggi mempuyai risiko
menimbulkan kejadian campak 41,25 kali dibandingkan dengan rumah
dengan rumah yang tidak padat.16
iii. Ventilasi
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara
kedalam atau dari ruangan, baik secara alami maupun secara mekanis.
Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mensuplai udara bersih, yaitu udara yang mengandung


kadar oksigen yang optimum bagi pernafasan.
2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap
ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara
pengenceran udara.
19
3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang
4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan
bangunan
5. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan
oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi, ataupun keadaan
eksternal.
6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai
rumah.49 Penelitian Abdul razak menunjukkan bahwa ventilasi rumah yang
kurang baik mempuyai risiko menimbulkan kejadian campak 11,0 kali
dibandingkan dengan rumah dengan ventilasi yang cukup.14
iv. Dukungan keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang
strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
melalui lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan secara tepat.35

Dukungan keluarga akan membuat individu tersebut merasa dihargai


dan anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan
bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu.37 Jenis-jenis
dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga dapat berupa dukungan
emosi, dukungan informasi, serta dukungan penghargaan. 36 Dari uraian
diatas dapat terlihat bahwa dukungan yang diberikan oleh masing-masing
kepala keluarga berbeda-beda, Friedman (1998) menyatakan bahwa
dukungan keluarga yang diberikan kepada anggota keluarganya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga,
maupun keadaan sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan dan
lain-lain).37
Dukungan keluarga yang diberikan sangat dipengaruhi oleh latar
20
belakang pendidikan dan anggota keluarga yang lainnya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang, maka akan semakin
efektif pula dukungan keluarga yang diberikan. 38 Penelitian Kusrini
menunjukkan bahwa keluarga yang tidak mendukung imunisasi campak
mempuyai risiko menimbulkan kejadian campak 8,7 kali dibandingkan
dengan keluarga yang mendukung imunisasi campak.39
v. Dukungan tokoh agama
Agama dan spiritualitas adalah merupakan komponen integral dari
sosio-demografi (budaya pedesaan) dan pengaruh kerentanan. 40 Tingginya
cakupan imunisasi sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial, tidak
terkecuali dukungan dari tokoh agama. Pengertian tokoh agama dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “orang-orang yang terkemuka”41
mengacu pada definisi tersebut dapat diartikan bahwa tokoh agama
adalah orang-orang yang terkemuka, terpandang serta mempunyai peran
besar terhadap pengembangan ajaran agama. Kedudukan tokoh agama
memegang peranan penting dalam masyarakat karena mereka dianggap
sebagai orang yang mempunyai tingkat yang lebih dalam pengetahuan
tentang agama dibandingkan dengan anggota masyarakat lain.
Para pemimpin agama sangat dihormati, umumnya memiliki pengaruh
sosial yang sangat besar terhadap masyarakat, sehingga nasihat dan
dukungan tokoh agama dapat meyakinkan anggota jamaatnya untuk
menerima atau menolak imunisasi.42 Pada masalah ini pentingnya
dukungan tokoh agama sangat diperlukan, terutama pada golongan
masyarakat yang beranggapan bahwa imunisasi itu tidak halal, dan
masyarakat yang menggunakan cara herbal dalam menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit tertentu, padahal imunisasi adalah usaha pemerintah
yang dicanangkan guna meningkatkan derajat kesehatan anak di Indonesia,
sesuai Fatwa MUI No.4 tahun 2016 tentang imunisasi.43
Dukungan sosial yang dapat diberikan oleh tokoh agama dapat berupa
dukungan informasi, bentuk dukungan ini berupa pemberian informasi
yang seluas-luasnya tentang imunisasi kepada masyarakat terdiri dari
21
pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Pemberian informasi yang secara terus menerus kepada
masyarakat secara perlahan akan memberikan dampak yang positif
terhadap pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya pemanfaatan
pelayanan imunisasi bagi anaknya. Dukungan emosional dapat diberikan
oleh tokoh agama, dengan memberikan perasaan nyaman dan meyakinkan
masyarakat bahwa imunisasi aman dan diperbolehkan. Bentuk dukungan
pada harga diri dapat diberikan oleh tokoh agama dengan cara
memberikan penghargaan positif, pemberian semangat dan persetujuan
atas tindakan imunisasi yang diberikan masyarakat kepada anaknya.
Dukungan dari kelompok sosial juga dapat diberikan oleh tokoh agama
melalui ceramah yang disampaikan pada kelompok pengajian, sehingga
individu merasa menjadi anggota dari kelompok tersebut yang memiliki
kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya. Dukungan instrumental
merupakan upaya tokoh agama untuk memberikan bantuan dalam bentuk
praktik seperti bantuan yang diberikan secara langsung dalam bentuk
nyata, bersifat fasilitas atau materi dan non materi misalnya menyediakan
fasilitas yang diperlukan, memberikan peluang terhadap perilaku
pemanfaatan pelayanan imunisasi.
vi. Pengetahuan guru UKS
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Dalam hal ini pengetahuan tercakup dalam
domain kognitif yang memiliki enam tingkatan, yaitu tahu (know),
memahami (comprehesnsion), aplikasi (aplication), analisa (analysis),
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).33

vii. Daerah Risiko KLB


Daerah risiko KLB yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB
campak, diantaranya:25
22
1. Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (<80%)
2. Lokasi yang padat dan kumuh, antara lain pengungsian
3. Daerah rawan gizi
4. Daerah sulit dijangkau dari pelayanan kesehatan Daerah
dimana budaya masyarakat tidak menerima imunisasi

C. Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara
berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000
dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di
negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika serikat,
terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus
campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada 1998. 1
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada
bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporn SKRT tahun 1985/1986. KLB
masih terus dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB di pulau Bangka pada tahun 1971
dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981
(CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998.
Pada tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat 104 kasus campak dengan
CFR 0%.

D. Pencegahan

1. Pencegahan Penularan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health Promotion, baik
pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan khusus terhadap penularan.
a. Health Promotion terhadap host.
b. Pencegahan virus campak menular melalui percikan air ludah penderita
campak
c. Mengisolasi setelah muncul rash pada 4 hari kontak agar mencegah penularan.
2. Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit campak dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:

23
a. Bila terjadi kontak dengan penderita campak dibawah 3 hari Langsung
memberikan imunisasi campak dapat memberikan kekebalan apabila
belum timbul gejala penyakit.
b. Bila terjadi kontak dengan penderita campak setelah 3-6 hari Memberikan
imuno globulin 0,25ml/kgBB.Pada individu immuno compromized yang
diberikan adalah imuno globulin 0,5ml/kgBB dengan dosis maksimal 15
ml atau IGIV 400mg/kgBB.8)

24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah Campak yaitu sebagai berikut.
1. Bayi yang diimunisasi campak pada usia 9-11 bulan tidak ada yang mengalami
penyakit campak.
2. Angka kesakitan diseluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000
penduduk. Di Indonesia angka kesakitan campak sebesar 5 per 100.000
penduduk.
3. Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi
virus. Campak merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan
komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungan sekitar kita, jika diri kita dan lingkungan kita bersih maka secara otomatis
mikroorganisme penyebab penyakit akan sukar menyerang.

25
DAFTAR ISI
https://www.alodokter.com/campak
https://www.halodoc.com/artikel/faktor-yang-tingkatkan-risiko-penularan-campak
https://pusdatin.kemkes.go.id
https://www.alodokter.com/campak/komplikasi
https://www.halodoc.com/kesehatan/campak
https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/campak/patofisiologi
https://repostory.ipd.ac.id.3.1.Pengumpulan/ipd/repostory/pdf.
https://makalahsekolah96.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-penyakit-campak.html

26

Anda mungkin juga menyukai