Anda di halaman 1dari 4

METRORAGIA

A. Pengertian
Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara dua
haid (Winkjosastro, 2008:223).
Metroragia adalah apabila menstruasi dengan interval tidak teratur, atau jika
terdapan insiden bercak darah atau perdarahan antar menstruasi (varney, 2006:346).
B. Sebab-sebab
1. Sebab Organik
a. Serviks uteri
Misalnya: Pholiphus Servisis, Erosio Phorsionis Uteri, Ulkas pada Portio Uteri,
Karsenoma Servitis Uteri.
b. Korpus uteri
Misalnya: Polip Endrometritium, abortus imminent, abortus sedang berlangsung,
abortus incomplitus, molahidatidosa. subinvolution uteri, karsinoma korpus
uteri, sarcoma uteri, neoma uteri.
c. Tuba Vallopi
Misalnya : KehamilanEktopik terganggu, radan Tuba, Tumor tuba.
d. Ovarium
Misalnya : Radang Ovarium
2. Sebab Fungsional:
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, bisa
terjadi pada umur antara menarche dan menophouse.
C. Patologi
Pada penelitian menunjukkan pula bahwa pada perdarahan disfungsional
dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu :
1. Endometrium Antropik.
2. Endometrium hyperplastik
3. Endometrium proliferatif
4. Endometrium sekretoris
D. Gambaran Klinik
1. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ovulatoar merupakan 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus
pendek/panjang
Diagnosis pada ovulatoar dapat ditegakkan dengan melakukan kerokan pada
endometrium pada masa mendekati haid. Sudah dipastikan perdarahan berasal
dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan
etiologinya adalah :
a. Korpus Luteum Peristen : dalam hal ini sering dijumpai perdarahan bersamaan
dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik
karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan
banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula
menyebab kan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular
shedding).diagnosis irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada
waktunya,yakni menurut Mc lenon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada
waktu ini dijumpai endometrium dalam fase sekresi disamping non sekresi.
b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia, atau polimenorea. Dasarnya adalah kurangnya produksi progesteron
disebabkan oleh gangguan LH realising factor. Diagnosis dibuat apabila hasil
biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yangg bersangkutan.
c. Apoleksia Uteri:Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembulu darah dalam uterus.
d. Kelainan Darah: seperti Anemia, Purpura trombositopenik, dan Gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
2. Perdarahan Anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan timbulnya endotrium dengan
menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang
kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sngkut pautnya dengan jumlah folikel yang pada
suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel folikel baru. Endometrium
dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mua-mula
proliferatif dapat menjadi endometrium bersifat biperplasia kistik. Jika gambaran itu
dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan
bahwa perdarahan bersifat anovulator.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam
kehidupan menstrual wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada masa
pubertas dan pada masa pramenopouse. Padamasa pubertas sesudah menarche,
perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambanya proses
maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realising factor dan
hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopouse
proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemunginan keganasan kecil sekali dan ada harapan ambat
laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjaadi ovulatoar, pada seorang
wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopouse dengan perdarahan tidak
teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun,
tumor-tumor ovarium, dan sebagainya. Akan tetapi, disamping itu terdapat banyak
wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adnya penyakit penyakit tersebut
ditas. Dalam hal ini stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam
maupun diluar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan
emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang
terlalu lama, dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulator. Biasanya
kelainan dalam perdarahan ini hanya untuk sementara waktu saja.
E. Diagonis
Penentuan diagnosis dapat ditegakkan dengan:
1. Anamnesa yang cermat
Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan,Apakah didahului oleh siklus
yang pendek / oligomenorhoe atau amenorhoe. Bagaimana sifat perdarahan, Banyak
atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak, lama perdarahan.
2. Pemeriksaan Umum :Perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah
kemungkinan penyakit metabolic, endokrin menahun.
3. Pemeriksaan Ginekologi: Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organic
yang menyebabkan perdarahan abnormal. (Polip, ulcus, tumor, kehamilan terganggu).
F. Penanganan
1. Bila perdarahan sangat banyak, harus tirah baring dan diberi transfusi darah
2. Obserfasi tanda-tanda vital dan cek HB.
3. Setelah pemeriksaan ginekologi menunjujan perdarahan berasal dari uterus dan
tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dipengaruhi
dengan hormon steroid, dapat diberikan :
a. Estrogen dalam dosis tinggi. Secara IM:Dipropionas estradional 2,5 mg, Benzoas
esradioal 1,5 mg, Valevas estradioal 20 mg.
b. Progesteron: Pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
bersifat anovatoir sehingga pemberian progesterone mengimbangi pengaruh
esterogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kapoas hidroksi progesterone
125 g ( 1 M ) atau dapat diberikan peros sehari Norethindone 15 mg atau Asetar
metroksi progesterone ( provera ) 10 mg. yang dapat diulang. Terapi depan
berguna bagi wanita dalam masa puberitas.
c. Perdarahan yang disebabkan oleh hiperplasi endometrium dapat diberkan
audrogen (tidak boleh terlalu lama )dan dapat diberikan propionas testosterone
50 mg IM dapat diulangi 6 jam kemudian.
d. Kecuali pada pubertas, terapi yang paling baik adalah dilatasi dengan
kerokan, karena dapat digunakan juga sebagai penegak diagnose.
e. Apabila ada penyakit metabolic, endokrin, penyakit darah dan Iain-lain yang
menjadi penyebab perdarahan tentunya penyakit yang harus ditangani.
f. Bila sesuatu dilakukan kerokan perdarahan difungsional timbul lagi
makadapat diberikan esterogen dan progesterone dalam kombinasi yaitu pil-
pil kontrasepsi. Tetapi ini dapat diberikan mulai hari ke- 5 perdarahan terus untuk
21 hari.
g. Pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus ( walaupun
sudah dilakukan kerokan beberapa kali dan punya anak cukup) histerektomi.

Daftar pustaka

Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Varney, Helen. 2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai