Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS 2
“ASUHAN KEPERAWATAN INVESTIGASI INFERTILITAS PRIA”

Fasilitator:
Nanik Handayani, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 26 / Kelas 4C
Anggota :
1. Rury Silfina SR 1130015088

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................................... 4
BAB2 TINJAUAN TEORI........................................................................................ 5
2.1 Definisi.............................................................................................................. 5
2.2 Klasifikasi......................................................................................................... 6
2.3 Anatomi Fisiologi............................................................................................. 6
2.4 Patofisiologi...................................................................................................... 7
2.5 Etiologi.............................................................................................................. 7
2.6 Manifestasi Klinik............................................................................................. 10
2.7 Pemeriksaan Fisik............................................................................................. 11
2.8 Pemriksaan Analisis Sperma............................................................................. 11
2.9 Penatalaksanaan................................................................................................ 13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................... 15
3.1 Pengkajian......................................................................................................... 15
3.2 Diagnosi Keperaatan......................................................................................... 16
3.3 Intervensi........................................................................................................... 17
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................... 20
4.1 Simpulan........................................................................................................... 20
4.2 Saran................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 21

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama
teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh
kehamilan. Pada prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat
dibagi berdasarkan masalah yang sering dijumpai pada lelaki. Pendekatan yang
digunakan untuk menilai faktor-faktor yang terkait dengan infertilitas tersebut
digunakan pendekatan organic, yang tentunya akan sangat berbeda antara lelaki
dan perempuan.
Sebanyak 60% - 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak
pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memilki anak pada
tahun ke-2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak
pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki anak. Walaupun
pasangan suami-istri dianggap infertile, bukan tidak mungkinn kindisi infertile
sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya
seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi infertilitas pria?
2. Bagaimana klasifikasi infertilitas pria?
3. Bagaimana anatomi fisilogi infertilitas pria?
4. Bagaimana patofisioloogi infertilitas pria?
5. Bagaimana etiologi infertilitas pria?
6. Bagaimana manifestasi klinik infertilitas pria?
7. Bagaimana pemeriksaan fisik infertilitas pria?

3
8. Bagaimana pemeriksaan analisis sperma infertilitas pria?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada infertilitas pria?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari masalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi infertilitas pria
2. Untuk mengetahui klasifikasi infertilitas pria
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi infertilitas pria
4. Untuk mengetahui patofisiologi infertilitas pria
5. Untuk mengetahui etiologi infertilitas pria
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik infertilitas pria
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik infertilitas pria
8. Untuk mengetahui pemeriksaan analisis sperma infertilitas pria
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada infertilitas pria

4
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Fertilitas barasal dari kata fertil yang berarti subur. Dalam hal ini fertilitas
pria diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menghamili wanita.Syarat suatu
sperma yang baik / normal adalah sesuai dengan parameter spermatozoa
normal. Bila bagian besar parameter tersebut (terutama jumlah dan motilitas
spermatozoa) tidak sesuai, maka spermatozoa tidak akan dapat membuahi sel
talur. Keadaan seperti ini disebut infertilitas.
Ketidaksuburan (dalam istilah medis disebut infertil) adalah suatu kondisi
dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah
melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1
tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas adalah
pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah
melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum
memilki anak.
Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin
satu tahun atau lebih (WHO 2 tahun) dan telah melakukan hubungan seksual
secara teratur dan adekuat tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh
kehamilan atau keturunan. Dari pengertian infertil ini terdapat tiga factor yang
harus memenuhi persyaratan yaitu lama berusaha, adanya hubungan seksual
secara teratur dan adekuat, tidak memakai kontrasepsi.

5
2.2 Klasifikasi
Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3
kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum ampu memiliki anak lagi setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat atau metode kontrasepsi dala bentuk apapun.

2.3 Anatomi Fisiologi


Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan
kelamin luar, terletak di bagian ginjal, membentuk kelenjar reproduksi berisi sel
benih, dan membentuk struktur sekelilingnya. Organ reproduksi (traktus
geitalis) berhubungan dengan traktus urinarius tetapi tidak bersambung.
Sebagian besar organ reproduksi pria terletak di luar pelvis. Organ reproduksi
laki-laki terdiri dari:
1. Kelenjar: Testis, vesika seminalis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretralis.
2. Duktus: Epididimis, duktus seminalis, uretra.
3. Bangun penyambung: Skrotum, fenikulus spermatikus, penis.

6
Fungsi Reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
spermatogenesis, kegiatan seksual, dan pengaturan fungsi reproduksi.
1. Spermatogenesis
2. Kegiatan seksual
3. Pengaturan fungsi reproduksi

2.4 Patofisiologi
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis.
Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas
dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak
pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran
sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan
sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu.

2.5 Etiologi
Faktor penyebab infertilitas dibedakan menjadi 2 yaitu, sebagai berikut:
1. Faktor Umum
a. Umur
Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat
kesuburan seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan.’
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia
25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana

7
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi
b. Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat
ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin
jilka ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koi tus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24
jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu’ tersebut kemungkinan
besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri
mengadakan hubungan seksua tapi tidak bertepatan dengan masa subur
istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan, dengan arti kata tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
c. Lama berusaha
Penyelidikan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama .
57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1 % dalam enam bulan pertama.
85,4% dalam 12 bulanpertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasi1kan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan.Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha
secara teratur
2. Faktor Khusus
Penyebab yang mendasari infertilitas pria dikelompokkan menjadi 3 faktor
yaitu level pre testikular, testikular, dan post testikular (Tanagho dan Jack
ed., 2008) :
a. Faktor pre testikular Yaitu kondisi-kondisi di luar testis dan
mempengaruhi proses spermatogenesis. Kelainan endokrin (hormonal).
Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya kelainan
endokrin antara lain:

8
1) Kelainan hipotalamus: defisiensi gonadotropin (Sindrom Kallmann),
defisiensi LH, defisiensi FSH, sindrom hipogonadotropik kongenital.
Adanya kelainan pada hipotalamus menyebabkan tidak adanya
sekresi hormonal yang berperan penting dalam spermatogenesis
sehingga menginduksi keadaan infertil.
2) Kelainan hipofisis: insufisiensi hipofisis (tumor, proses infiltrat,
operasi, radiasi), hiperprolaktinemia, hormon eksogen (kelebihan
estrogen-androgen, kelebihan glukokortikoid, hipertirod dan
hipotiroid) dan defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormone)
menyebabkan gangguan spermatogenesis.
b. Faktor testicular
1) Kelainan kromosom. Sebagai contoh pada penderita sindroma
Klinefelter, terjadi penambahan kromosom X, testis tidak berfungsi
dengan baik, sehingga spermatogenesis tidak terjadi.
2) Varikokel, yaitu terjadinya dilatasi dari pleksus pampiriformis vena
skrotum yang mengakibatkan terjadinya gangguan vaskularisasi
testis yang akan mengganggu proses spermatogenesis.
3) Gonadotoksin (radiasi, obat)
4) Adanya trauma, torsi, peradangan
5) Penyakit sistemik ( gagal ginjal, gagal hati, dan anemia sel sabit)
6) Tumor
7) Kriptorkismus. Hampir 9% infertilitas pria disebabkan karena
kriptorkismus (testis tidak turun pada skrotum).
8) Idiopatik. Hampir 25%-50% infertilitas pria tidak teridentifikasi
penyebabnya.
c. Faktor post testikular Merupakan kelainan pada jalur reproduksi
termasuk epididimis, vas deferens, dan duktus ejakulatorius.
1) Obstruksi traktus ejakulatorius: disebabkan karena adanya blokade
kongenital, ketiadaan vas deferens kongenital (CAVD), obstruksi
epididimis idiopatik, penyakit ginjal polikistik, blokade didapat

9
(vasektomi, infeksi), blokade fungsional (perlukaan saraf simpatis,
farmakologi)
2) Gangguan fungsi sperma atau motilitas: sindrom immotil silia, defek
maturasi, infertilitas imunologik, infeksi).Pada reaksi imunologi,
dapat ditemukan antibodi sperma pada semen pria fertil dan
infertil.Imunologi didiagnosis menyebabkan infertilitas pria saat
50% atau lebih spermatozoa yang motil yang dilapisi oleh antibodi
sperma.Antibodi sperma ditemukan pada 3-7% pria infertil dan
antibodi ini dapat merusak fungsi sperma dan menyebabkan
infertilitas pada beberapa pria (Al-Haija, 2011).
3) Gangguan koitus: impotensi, hipospadia, waktu dan frekuensi koitus.

2.6 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinik yang terjadi pada pria dengan infertilitas:
1. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3. Riwayat infeksi genitorurinaria
4. Hipertiroidisme dan hipotiroid
5. Tumor hipofisis atau prolactinoma
6. Disfungsi ereksi berat
7. Ejakulasi retrograt
8. Hypo/epispadia
9. Mikropenis
10. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
11. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
12. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
13. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
14. Abnormalitas cairan semen

10
2.7 Pemeriksaan Fisik
Abnormalitas fisik pada genital pria dapat segera mengungkapkan
kemungkinan penyebab penurunan jumlah atau motilitas sppera sebagai suatu
penyebab inertilitass. Abnormalitas isik dapat mencakup:
1. Kriptokidisme (testis tidak turun)
2. Testis hipoplastik (akibat gangguan genetic XXY)
3. Atrofi testis (akibat gondongan pada pascapubertas)
4. Varikokel (varises vena skrotum)
5. Riwayat herniorafi (dan menghasilkan jaringan parut)
6. Anomali structural lain

2.8 Pemeriksaan Analisis Sperma


Pemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal
kunjungan pasutri dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian
menunjukkan bahwa factor lelaki turut memberikan kontribusi sebesar 40%
terhadap kejadian infertilitas.
Beberapa syarat yang harus diperatikan agar menjamin hasil analisis
sperma yang baik adalah sebagai berikut:
1. Lakukan abstinensia (pantang senggama) selama 2-3 hari
2. Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara
sangggama terputus
3. Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi
4. Hindari penggunaan kondom untuk menanmpung sperma
5. Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tepat penampungan
sperma
6. Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan waktu
pengumpulan sperma, metode pengeluaran sperma yang dilakukan
(masturbasi atau sanggama terputus)
7. Kirimkan sampel secepat mungkin ke leaboratorium sperma

11
8. Hindari paparan temperature yang terlampau tinggi (>38oC) atau terlalu
rendah (<15oC) atau menempelkannya ke tubuh sehingga sesuai dengan
sushu tubuh

Kriteria yang digunakan untuk menilai normalitas analisis sperma adalah


criteria normal berdasarkan criteria WHO.

Kriteria Nilai Rujukan Normal


Volume 2 ml atau lebih
Waktu likuefaksi Dalam 60 menit
pH 7,2 atau lebih
Konsentrasi sperma 20 juta per milliliter atau lebih
Jumlah sperma total 40 juta per ejakulat atau lebih
Lurus cepat (gerakan yang 25% atau lebih
progesif dalam 60 menit setelah
ejakulasi (1))
Jumlah antara lurus lambat (2) dan 50% atau lebih
lurus cepat (1)
Morfologi normal 30% atau lebih
Vitalitas 75% atau lebih yang hidup
Lekosit Kurang dari 1 juta per milliliter
Keterangan : derajat 1 (gerak sperma cepat dengan arah yang lurus), derajat 2
(gerak sperma lambat atau berputar-putar)

Hasil dari analisis sperma tersebut menggunakan terminology khusus yang


diharapkan dapat menjelaskan kualitas sperma berdasarkan konsentrasi,
mortalitas dan morfologi sperma.

Terminologi Definisi
Normozoospermi Ejakulasi normal sesuai dengan nilai rujukan WHO
a
Oligozooapermia Konsentrasi sperma lebih rendah daripada nilai rujukan
WHO
Astenospermia Konsentrasi sel sperma dengan motilitas lebih rendah
daripada nilai rujukan WHO
Teratozospermia Konsentrasi sel sperma dengan morfologi lebih rendah
daripada nilai rujukan WHO
Azospermia Tidak didapatkan sel sperma di dalam ejakulat
Aspermia Tidak terdapat ejakulat
Kritospermia Jumlah sperma sangat sedikit yang dijumpai setelah

12
sentrifugasi
Dua atau tiga nilai analisis sperma diperlakukan untuk menegakkan
diagnosis adanya analisis sperma yang abnormal. Namun, cukup hanya
melakukan analisis sperma tunggal jika pada pemeriksaan telah dijumpai hasil
analisis sperma normal, karena pemeriksaan analisis sperma yang ada
merupakan metode pemeriksaan yang snagat sensitive. Untuk mengurangi nilai
positif palsu, maka pemeriksaan analisis sperma yang berulang hanya dilakukan
jika pemeriksaan analisis sperma yang pertama menunjukkan hasil yang
abnormal. Pemeriksaan analisis sperma kedua dilakukan dalam krun waktu 2-4
minggu.

2.9 Penatalaksanaan
Hal-hal yang paling penting dalam berhasilnya atau tidaknya pengobatan
infertilitas antara lain:
1. Ketepatan diagnosis penyebab infertilitas
2. Kondisi penyakit yang menjadi penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Keteppatan pasien dalam berobat
Tidak ada terapi untuk memperbaiki kualitas sperma akan tetapi terdapat
sejumlah cara untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan dengan
kualitas sperma yang ada. Berbagai upaya yang diberikan tergantung
penyebabnya, antara lain:
1. Terapi hormon
Hormon yang terkait langsung dengan kualitas kerja sistem reproduksi
pria adalah hormon testosterone. Hormon tersebut penting karenan
peranannya dalam perkembangan spermatozoa menjadi matang. Selain
dengan jalan memberikan tambahan hormon testosteron secara langsung
dari tubuh, obat-obatan yang mengandung GnRH, FSH, dan LH juga dapat
diberikan dengan tujuan yang sama

13
2. Inseminasi
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria
sampai pada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ
reproduksi wanita. Tujuan dari proses insiminasi adalah menghantarkan
spermatozoa lebih dekat pada tempat terjadinya pertemuan dengan sel telur
wanita yang telah matang.
3. ICSI ( Intra Cytoplasmic Sperm Injection)
Seorang ahli infertilitas menggunakan teknik ICSI dalam membantu
pembuahan satu sel telur oleh satu spermatogenesis. Keistimewaan dari
teknik ICSI adalah jumlah spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan
fertilitas sel telur di laboratorium hanya 1 spermatozoa. Oleh karena itu,
teknik tersebut sangat bermanfaat bagi pria yang hanya memilki sedikit
spermatozoa normal dan aktif.

14
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, pekerjaan, penghasilan.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c. Riwayat infeksi genitorurinaria
d. Hipertiroidisme dan hipotiroid
e. Tumor hipofisis atau prolactinoma
f. Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
g. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
h. Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
i. Riwayat vasektomi
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Disfungsi ereksi berat
b. Ejakulasi retrograt
c. Hypo/epispadia
d. Mikropenis
e. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
f. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
g. Saluran sperma yang tersumbat
h. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
i. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

15
j. Abnormalitas cairan semen
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
5. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital pria
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisa Semen
1) Parameter
2) Warna Putih keruh
3) Bau Bunga akasia
4) PH 7,2 - 7,8
5) Volume 2 - 5 ml
6) Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
7) Jumlah sperma 20 juta / ml
8) Sperma motil > 50%
9) Bentuk normal > 60%
10) Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
11) Persentase gerak sperma motil > 60%
12) Aglutasi Tidak ada
13) Sel – sel Sedikit,tidak ada
14) Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b. Pemeriksaan endokrin
c. USG
d. Biopsi testis
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona

3.2 Diagnosa Keperawatan


Masalah yang terjadi pada laki-laki dengan infertilitas:
1. Ansietas

16
2. Gangguan rasa nyaman
3. Resiko ketidakberdayaan

3.3 Intervensi

No Dx NOC NIC
1 Domain 9, NOC: NIC:
Koping/Toleransi Stres; 1. Pengendalian diri Penurunan
Kelas 2, Respons koping terhadap ansietas Kecemasan
Ansietas 2. Tingkat ansietas 1. Gunakan
(1973, 1982, 1998) 3. Koping pendekatan yang
Definisi: perasaan tidak Kriteria Hasil: menenangkan
nyaman atau 1. Klien mampu 2. Natakan dengan
kekhawatiran yang samar mengidentifikasi jelas harapan
disertai respon autonom; dan terhadap pelaku
perasaan takut yang mengungkapkan pasien
disebabkan oleh gejala cemas 3. Pahami
antisipasi terhadap 2. Mengidentifikasi, prespektif pasien
bahaya. mengungkapkan terhadap situasi
Batasan Karakteristik: dan menunjukkan stress
1. Penurunan tekhnik untuk 4. Identifikasi
produktivitas mengontrol tingkat
2. Gelisah, distres cemas kecemasan
3. Insomnia 3. Vital sign dalam 5. Bantu pasien
4. Ketakutan batas normal mengenai situasi
5. Anoreksia 4. Postur tubuh, yang
6. Gangguan perhatian ekspresi wajah, menimbukan
7. Menyadari gejala bahasa tubuh dan kecemasan
fisiologis tingkat aktivitas 6. Instruksikan
8. Ragu atau tidak menunjukkan pasien
percaya diri berkurangnya menggunakan
Faktor yang kecemasan teknik relaksasi
Berhubungan: 7. Berikan obat
1. Infeksi/kontaminan untuk
interpersonal mengurangi
2. Perubahan dalam kecemasan
status kesehatan
3. Stres
4. Penyalahgunaan zat
5. Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial
6. Ancaman pada status

17
peran
7. Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
2 Domain 12, NOC: NIC:
Kenyamanan; Kelas 1, 1. Ansietas Penurunan
Kenyamanan fisik 2. Status Kecemasan
Gangguan rasa nyaman Kenyamanan 1. Gunakan
(2008, 2010) 3. Kepuasan klien: pendekatan yang
Definisi: Merasa kurang Lingkungan fisik menenangkan
kesenangan, kelegaan, 4. Pengendalian 2. Nyatakan dengan
dan kesemurnaan dalam gejala jelas harapan
dimensi fisik. Kriteria Hasil: terhadap pelaku
Psikospiritual, lingkunga. 1. Mampu paisen
Batasan Karakteristik: mengontrol 3. Jelaskan semua
1. Ansietas kecemasan prosedur dan apa
2. Melaporkan perasaan 2. Kualitas tidur dan yang dirasakan
tidak nyaman istirahat adekuat selama
3. Melaporkan kurang 3. Respon terhadap proseudur
puas dengan keadaan pengobatan 4. Identifikasi
4. Melaporkan kurang 4. Kontrol gejala tingkat
senang dengan situasi 5. Status kecemasan
tersebut kenyamanan 5. Dorong pasien
5. Gelisah meningkat untuk
6. Ketidakmampuan mengungkapkan
untuk rileks perasaan,
7. Berkeluh kesah ketakutan,
Faktor yang persepsi
Berhubungan:
1. Gejala terkait
penyakit
2. Sumber yang tidak
adekuat
3. Kurang control
situasional
4. Efek samping terkait
terapi
3 Domain 9, NOC: NIC:
Koping/Toleransi stress; 1. Keyakinan Peningkatan Harga
Kelas 2, Respon koping kesehatan: Diri
Resiko Persepsi 1. Tunjukkan rasa
ketidakberdayan kemampuan ppercaya diri
(2000, 2010) 2. Keyakinan terhadap
Definisi: Berisiko kesehatan: kemampuan
mengalami kehilangan Persepsi kendali pasien untuk

18
kendali terhadap situasi 3. Partisipasi dala mengatasi situasi
atau kemampuan keputusan tentang 2. Dorong pasien
seseorang untuk member perawatan mengidentifikais
oengaruh secara kesehatan kekuatan dirinya
bermakna terhadap hasil 4. Otonomi personal 3. Dukung
yeng diharapkan 5. Perawatan yang peningkatan
Batasan Karakteristik: Diarahkan pada tanggung jawab
1. Ansietas Diri diri
2. Haega diri rendah Kriteria Hasil: 4. Buat statement
kronik 1. Menunjukkan positif terhadap
3. Kurang pengetahuan penilaian pribadi pasien
4. Kurang dukungan tentnag harga diri 5. Monitor
sosial 2. Mengungkappkan frekuensi
5. Harga diri rendah penerimaan diri komunikasi
situasional 3. Komunikasi verbal yang
6. Kekurangan secara terbuka negative
ekonomi 4. Melaporkan
7. Penyakit mengetahui
8. Pola koping tidak prosedur treatmen
efektif kesehatan
5. Mampu
mengontrol
kecemasan
6. Kesehatan
spriritual

19
BAB 4

KESIMPULAN

4.1 Simpulan
Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin
satu tahun atau lebih (WHO 2 tahun) dan telah melakukan hubungan seksual
secara teratur dan adekuat tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh
kehamilan atau keturunan. Infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai hal yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada sperma sehingga tidak dapat berfungsi
secara normal. Pencegahan yang dilakukan dapat dilakukan berbagai upaya
terapi hormon dan bantuan tekhnologi bantuan untuk meningkatkan kualitas
sperma pada pria.

4.2 Saran
Disarankan kepada perawat untuk dapat memahami dan mengaplikasikan
materi ini terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien.
Terutama dalam hal mendeteksi secara dini infertilitas pada pria. Berdasarkan
tanda dan gejala yang didapat, dengan demikian dapat memberikan jalan keluar
yang terbaik bagi pasien. Dengan sendirinya sebagai perawat kita sudah
mengurangi tingkat infertilitas khususnya pada pria.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan

Danny Halim, Harris Herlianto, Wiryawan Permadi, dkk. 2008. Hanya Hari
Memahami Infertilitas. Bandung: PT Refika Aditama

Heffiner, Linda J. 2006. The Reproductive System at a Glance Second Edition.


Jakarta: Erlangga

Prajitno Prabowo, Ali Bazaid, Mochamad Anwar. 2011. Ilmu Kandungan Edisi 3.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Syaifuddin, H. 2010. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
Elly Nurachmah, RIda, Anne, Allison. 2011. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi.
Jakarta: Salemba Medika
Huda Nurarif, Amin, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA
NIC-NOC Ed: 2 Jilid: 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Wilkinson, Judith M., dkk. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I,
Intervensi NIC, Hasil NOC Edisi 10. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai