Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

“Infertilitas”

DOSEN PENGAMPU
Ni Komang Erny Astiti, M.Keb
OLEH
KELOMPOK 5
1) Dinda Pramesti Kartika Wulandari (P07124220032)
2) I Gusti Agung Mas Dhiana Dewi (P07124220033)
3) Ni Ketut Ayu Sujani (P07124220034)
4) I Gusti Ayu Dita Adinda Putri (P07124220035)
5) Ni Putu Yuni Fajariyanti (P07124220036)
6) Ni Kadek Wilandari Andika Putri (P07124220037)
7) Made Mirah Surya Dewi (P07124220038)

KEMENTERIAN KEMENKES REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... ii

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

1.3.Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................

2.1 Definisi Infertilitas .........................................................................................................

2.2 Pemeriksaan Infertilitas ...................................................................................................

2.3 Masalah yang Timbul Pada Infertilitas ...........................................................................

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Infertilitas ...........................................................................

2.5 Manajemen Kebidanan Pada Infertilitas .........................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................

4.1 Simpulan ........................................................................................................................

4.2 Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih lambat
dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya, kemungkinan disebabkan masih langkanya
dokter yang berminat pada ilmu ini. Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan
seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
menghamilinya, maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab
infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan suami. Salah satu bukti
bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah aadanya faktor
imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Faktor imunologi ini
erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir serviks dan reaksi imunologi
isteri terhadap semen/sperma suami.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah terkait infertilitas dalam asuhan kebidanan
patologi, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas?
2. Bagaimana pemeriksaan infertilitas?
3. Masalah apa saja yang timbul pada infertilitas?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi infertilitas?
5. Bagaimana manajemen kebidanan pada infertilitas?

1.3 Tujuan Penulisan


Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai terkait infertilitas dalam asuhan kebidanan
patologi, antara lain :
1. Untuk mengetahui definisi infertilitas.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan infertilitas.
3. Untuk mengetahui masalah yang timbul pada infertilitas.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi infertilitas.
5. Untuk mengetahui manajemen kebidanan pada infertilitas.
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi
belum memiliki anak.
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama
satu tahun tetapi belum hamil.
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
2.2 Pemeriksaan Infertilitas
a. Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya
dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah
1) Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan
anak selama 12 bulan.
2) Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
3) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
4) Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap
penyakit.
b. Langkah Pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari
penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Umum
a) Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
- Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu
mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
- Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak
bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,
infeksi genitalia).
Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami
penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis
epidemika) sewaktu kecil.
b) Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
c) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara
rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula
darah.
d) Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan
roentgen ataupun USG.
2) Pemeriksaan Khusus
a) Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya :
- Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi
dipengaruhi oleh hormon progesteron.
- Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan
sitologi pada sel-sel superfisial.
- Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan
perubahan lendir serviks menjadi kental.
- Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
Gangguan ovulasi disebabkan :
- Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
- Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
- Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise
ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron,
substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk
merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat
diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan
hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal
Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak
mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
b) Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar
dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari.
Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
- Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per
cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan,
bentuk abnormal 25 %.
- Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis,
keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).
c) Pemeriksaan Lendir Serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah :
a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui
spermatozoa adalah lendir yang cair.
b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
c) Enzim proteolitik.
d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
- Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi.
Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks
normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
- Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner
Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.Terapi yang
diberikan adalah pemberian hormon estrogen ataupun antibiotika bila
terdapat infeksi.
e) Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
- Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
- Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum
uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
- Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
- Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.
f) Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka :
endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesteron
kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika
bila terjadi infeksi.

2.3 Masalah yang Timbul Pada Infertilitas

Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok yaitu air mani,
masalah vagina, masalah serviks, masalah uterus, masalah tuba, masalah ovarium, dan
masalah peritoneum. Masalah air mani meliputi karakteristiknya yang terdiri dari
koagulasinya dan likuefasi, viskositas, rupa dan bau, volume, pH dan adanya fruktosa
dalam air mani. Pemeriksaan mikroskopis spermatozoa dan uji ketidakcocokan imunologi
dimasukkan juga kedalam masalah air mani.
a. Masalah vagina kemungkinan adanya sumbatan atau peradangan yang
mengirangi kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar
serviks.
b. Masalah serviks meliputi keadaan anatomi serviks, bentuk kanalis servikalis
sendiri dan keadaan lendir serviks. Uji pascasenggama merupakan test yang erat
berhubungan dengan faktor serviks dan imunologi.
c. Masalah uterus meliputi kontraksi uterus, adanya distorsi kavum uteri karena
sinekia,mioma atau polip, peradangan endometrium. Masalah uterus ini
menggangu dalam hal implantasi, pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta
oksigenasi janin.
d. Pemeriksaan untuk masalah uterus ini meliputi biopsi
endometrium,histerosalpingografi dan histeroskopi. Masalah tuba merupakan
yang paling sering ditemukan (25-50%). Penilaian patensi tuba merupakan salah
satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolhan infertilitas.
e. Masalah ovarium meliputi ada tidaknya ovulasi, dan fungsi korpus luteum.
Fungsi hormonal berhubungan dengan masalah ovarium, ini yang dapat dinilai
beberapa pemeriksaan antara lain perubahan lendir serviks, suhu basal badan,
pemeriksaan hormonal dan biopsi endometrium.
f. Masalah imunologi biasanya dibahas bersama-sama masalah lainnya yaitu
masalah serviks dan masalah air mani karena memang kedua faktor ini erat
hubungannya dengan mekanisme imunologi.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Infertilitas


a. Faktor usia
Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkin wanita
tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia
wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik
akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut.
Penyebab
1) Pada wanita
Gangguan organ reproduksi :
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan
sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks
yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma
tidak dapat masuk ke rahim
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang
d) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
e) Gangguan ovulasi. Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon
FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-
obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise.
Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami
hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
f) Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah
abortus
g) Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
h) Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi,
zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2) Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu :
a) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c) Abnormalitas ereksi
d) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi
kimiawi
e) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker
g) Abrasi genetik
b. Infertilitas Disengaja
Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat
kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap.
c. Infertilitas Tidak Disengaja
1) Pihak Suami, disebabkan oleh:
a) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia,
hypospermia, necrospermia.
b) Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus
deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria
sekitar 35-40 %.
2) Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar
sampai dengan indung telur.
a) Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal.
b) Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada
indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat
masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi
seperti FSH dan LH.
c) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba,
endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan
rahim.
d) Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun
penyumbatan pada saluran tuba.
e) Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak
normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis
adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada
tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri
sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

2.5 Manajemen Kebidanan Pada Infertilitas


a. Nasehat Untuk Pasangan Infertil
Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya:
1) Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan
memperhatikan masa subur.
2) Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
3) Menghitung minggu masa subur.
4) Membiasakan pola hidup sehat
b. Pengobatan
1) Terapi oklusi
Di sini suami menggunakan kondom selama 6-9 bulan bila isteri mempunyai
bukti faktor imunologis sebagai penyebab infertilitasnya. Ada yang
menganjurkan 6-12 bulan. Tujuannya adalah untuk mengurangi titer antibodi
antispermatozoa dengan mencegah pengulangan stimulasi antigenik. Uji
imunologi harus diulang setiap 3 bulan sehingga menjadi negatif atau titernya
menjadi 1:4 atau kurang. Terapi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan
pada isteri yang mempunyai antibodi antisperma dalam serumnya. Terapi ini
lebih rasional bila diberikan pada pasien dengan adanya faktor imunologik lokal
(lendir serviks). Franklin dan Dukes melaporkan bahwa kondom efektif untuk
beberapa pasien. Tetapi menurut Aiman tidak ada bukti yang menyakinkan
untuk pemakaian kondom ini.
2) Inseminasi intrauterin
Inseminasi intrauterin terutama diberikan bila terbukti adanya antibodi
antisperma lokal pada lendir serviks yang menyebabkan kegagalan penetrasi
lendir serviks oleh sperma. Memang indikasi inseminasi ini masih kontroversi
karena beragamnya hasil yang dilaporkan. Angka keberhasilan dengan metode
ini berkisar antara 20-30%. Francavilla dkk dalam penelitiannya tidak berhasil
melakukan inseminasi intrauterin ini dimana spermatozoa yang digunakan
semuanya berikatan dengan antibodi. Sedangkan Rojas dalam penelitiannya
terhadap 41 orang yang dilakukan inseminasi dengan menggunakan sperma
yang dicuci hanya mendapatkan insidens antibodi antisperma (+) pada 2 pasien
(4,8%).
3) Terapi imunosupresif/kortikosteroid
Terapi kortikosteroid dapat diharapkan menurunkan produksi ASA. Suami
diberikan 20 mg prednisolon selama 10 hari pertama sesuai siklus isteri dan 5
mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3 siklus. Ada juga peneliti yang
menggunakan metilprednisolon.
Lahteenmaki membandingkan efektivitas pemberian prednisolon oral dengan
inseminasi intrauteri pada 46 pasangan dengan antibodi antisperma (+) pada
suami. Suami diberi prednisolon 20 mg/hari selama 10 hari ditambah 5 mg/hari
pada hari ke 11-12 selama 3 siklus. Namun pada penelitian ini ia berkesimpulan
bahwa inseminasi lebih baik dibandingkan terapi steroid pada suami.
Penelitian lain yaitu membandingkan 30 pasangan dengan antibodi antisperma
suami positif yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama diberikan
steroid oral selama 4 bulan dan dilakukan inseminasi, sedangkan kelompok
kedua diberikansteroid selama 4 bulan dan diberikan jadwal hubungan suami
isteri. Steroid yang diberikan yaitu prednisolon selama 4 bulan dan diberikan
jadwal hubungan suami isteri. Steroid yang diberikan yaitu prednisolon selama
10 hari pertama siklus istri dan 10 mg pada hari ke11 dan 12. Didapatkan tingkat
kehamilan pada kelompok pertama sebesar 39,4 % dan kelompok kedua 4,8%.
Memang disini masih belum jelas apakah faktor steroid berperan dalam
tingginya tingkat kehamilan karena masih ada faktor lain yaitu keadaan
superovulasi, bypass terhadap lendir serviks atau perbaikan lingkungan uterus.
Beberapa efek samping pemakaian imunosupresif ini antara lain nekrosis
aseptik sendi paha, kambuhnya ulkus duodenal.
4) Pencucian spermatozoa
Metode ini merupakan salah satu metode menghilangkan antibodi antisperma
yang terikat pada sperma. Disini sperma dari suami dicuci beberapa kali dengan
buffer fisiologik yang ditambah serum/albumin manusia 5-10%. Spermatozoa
yang telah dicuci diinseminasi kekanalis servikalis atau kavum uteri isteri.
Kualitas sperma yang baik penting sekali dalam metode ini.
5) Penggunaan heparin dan aspirin
Pada keadaan infertilitas yang disebabkan adanya faktor autoimum dimana
didapatkan antibodi antifosfolipid beberapa peneliti menggunakan heparin dan
aspirin sebagai obat yang digunakan. tingkat kehamilan sebesar 49% pada
kelompok terapi dan hanya 16% pada kelompok non terapi. penggunaan heparin
dasn aspirin dosis rendah lebih bik dibandingkan hanya menggunakan aspirin
saja. angka kehamilan 44% pada kelompok aspirin dan 80% pada kelompok
aspirin ditambah heparin. menggunakan aspirin 100 mg perhari mulai 1 bulan
sebelum konsepsi sampai selama kehamilan dapat meningkatkan angka
keberhasilan kehamilan dari 6,1% sampai 90,5%.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY AYU USIA 27 TAHUN
DENGAN INFERTILITAS PRIMER
TANGGAL : 9 November 2019 OLEH : Bidan Silvianis Lubis
JAM : 10 30 WITA TEMPAT : Klinik

I. PENGKAJIAN DATA

DATA SUBYEKTIF

1. IDENTITAS

Nama istri : Ayu Sri Julia Nama suami : Benny Sitorus

Umur : 27 tahun Umur : 31 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : DIII Pendidikan : SMA

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Batak/Indonesia

Pekerjaan : wiraswasta Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat : jl.mistar Alamat : jl.mistar

2. Keluhan Utama / Alasan Kunjungan


Pasien mengatakan datang ke BPS untuk periksa karena belum memiliki anak setelah
menikah 1 1 / 2 tahun yang lalu dan ingin memiliki anak, padahal hubungan seks dilakukan
secara teratur dantidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
3. Status Perkawinan
Perkawinan ke : 1
Umur kawin
Iastri :25 tahun
Suami :29 tahu
Lama kawin : 1 1 / 2 tahun
4. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche :12 tahun
Siklus :tidak teratur
Banyaknya : 3x ganti douch / hari
Warnanya : merah
Keluhan : sebelum menikah ibu mengatakan haid teratur, tetapi setelah menikah
hanyamendapat satu kali haid kemudian tidak mendapat haid selama 5 bulan,setelah
itu ibu mengatakan baru mendapat haid kembali tetapi tidak teratur.
Haid terakhir : 10 september 2013
- Lamanya : 6 hari
- Banyaknya : 3 douch/hari
- Warnanya : merah
- Keluhan : tidak ada
b. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Perka Keham Persalinan Anak Nifas
winan ilan
Ke- K U Je Peno Tem Peny B Jenis Hid Us Peny A
e k nis long pat ulit B Kela up/ ia ulit SI
L min Mat an
i ak
sk
rg
B E LU M PE R NAH HAM I L

5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Istri.
Hipertensi : tidak ada riwayat
DM : tidak ada riwayat
Jantung : tidak ada riwayat
Suami.
Hipertensi : tidak ada riwayat
DM : tidak ada riwayat
Jantung : tidak ada Riwayat
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular ataupun penyakit seperti
DM,hipertensidan tidak riwayat infertil.
7. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola nutrisi
makan 3 kali/hari, lauk ( tahu, tempe, ikan), sayur, minum air putih 5-6 gelas/hari
b. Pola eliminasi
BAB : normal
BAK : normal.
c. Pola aktifitas berdagang dan melakukan pekerjaan rumah
d. Pola personal hygiene
mandi : 2x / hari
penggunaan cairan pembersih vagina : ya
e. Pola istirahat
Siang : 1- 2 jam
Malam : ± 7 jam/harif.
f. Pola seksual
3-4 kali/minggu.
g. Merokok
istri : tidak
suami : yah
h. Mengkonsumsi minuman alcohol
istri : tidak
suami : tidak
8. Data Psikososial
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya sekarang karena setelah sampai
saat ini belum mempunyai anak. Hubungan dengan suami dan anggota keluarga yang lain
baik.
9. Data Sosial Budaya
Pasien mengatakan sudah pernah melakukan pengobatan secara slternatih selama 1 tahun
tapi tidak berhasil.

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Conposmentis
c. TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- Suhu : 36,4 ˚C
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 21 x/menit
d. TB/BB : 160 cm / 69 kg
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kepala
kulit kepala :bersih,
warna rambut :hitam
rontok / tidak : tidak rontok
b. Muka : tidak pucat, terlihat cemas
c. Mata
conjungtiva :merah muda,
sklera : putih
d. Hidung
Kebersihan : bersih
Polip : tidak ada
e. Telinga : tidak ada kelainan
f. Mulut
carries gigi : tidak ada
lidah : bersih
g. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid : tidak
h. Abdomen
Bentuk : simetris,
Pembesaran abdomen : tidak ada
bekas luka opersi : tidak ada
Massa abnormal : tidak adai.
Genetalia : tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran cairan pervaginam, tidak ada
condiloma
Anus : tidak ada varises, tidak ada haemoroid
Ekstremitas : simetris, tidak ada kelainan, reflek patella (+/+)
3. Pemeriksaan Dalam
- Tidak ada kelainan vagina
- Tidak ada kelainan servik
- Bentuk uterus retro fleksi
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA DASAR
a. Diagnosa : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer
Data subyektif : Pasien mengatakan belum memiliki anak sejak setelah menikah 2
tahun yang lalu
Data obyektif
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis

TTV :

- Tensi : 110/70 mmHg


- Suhu : 36,8˚C
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi : tidak ada kelainan
- Pemeriksaan dalam : uterus retrofleksi
c. Masalah
Dasar : cemas
Data subyektif : pasien mengatakan sangat cemas sengan keadaannya
Data obyektif
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
TTV :
- Tensi : 110/70 mmHg
- Suhu : 36,5 ˚C
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Inspeksi : muka terlihat cemas
d. Kebutuhan
 Dukungan spiritual,emosional,dan sosial
 Penkes tentang gizi
 Konseling tentang teknik berhubungan
 Cara mengatasi cemas
III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Gangguan psikologi (Stress/depressi)

Perceraian pada pasangan suami istri

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter Sp.OG

V. PENGEMBANGAN RENCANA

Diagnosa : Ny Ayu usia 27 tahun dengan infertilitas primer

Tujuan :

- Jangka pendek : setelah diberi asuhan diharapkan pasien mengerti dan paham serta
dapat mengulang kembali penjelasan dari petugas.
- Jangka panjang : setalah diberi asuhan selama diharapkan pasien segera hamil dan
mempunyai anak.
- Pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas dan
dapatmengulang kembali.

Itervensi dan rasional

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien


R : agar pasien mengerti keadaannya saat ini
2. Anjurkan pasien berolah raga teratur
R :meningkatkan kesehatan/vitalitas pasien
3. Jelaskan pada pasien tentang kebutuhan nutrisi untuk menambah kesuburan
R : agar pasien tahu bahwa nitrisi juga berpengaruh terhadar kesuburan
4. Jelaskan pada pasien tentang teknik-teknik berhubungan yang sesuai dengan keadaan
pasien
R : supaya pasien dapat memilih teknik berhubungan yang sesuai dengan keadaannya
sekarang sahingga cepat terjadi kehamilan
5. Berikan reinforcement kepada pasutri supaya mereka mempunyai harapan yang realistis
pada setiap sesi pengobatan
R : agar pasien tetap yakin dan berusaha
6. Anjurkan pasien untuk kontrol lagi bila ada masalah
R : untuk membantu pasien bila keluhan belum teratasi
7. Kolaborasi dengan dokter spesialis
R : sebagai tugas independent bidan

Masalah : cemas

Tujuan :

- Jangka pendek : setelah diberi asuhan selanma 5 menit diharapkan pasien


mengerti serta paham dengan pejelasan dari petugas.
- Jangka panjang : setelah diberi asuhan selama 5 menit diharapkan pasien dapat
mengatasi cemasnya.

Intervensi.

1. Yakinkan pasien bahwa semua masalah pasti ada penyelesaiannya


R : agar pesien merasa lebih tenang
2. Beri dukungan kepada pasien dalam menghadapi masalah ini
R : supaya pasien merasa tidak dikucilkan karena tidak memiliki anak
3. Anjurkan pasien untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
R : jika dekat dengan Tuhan dan atas ijin Tuhan akan mengabulkan permintaan
4. Ajarkan ibu untuk berlapang dada dan membina hubungan yang baik dengan keluarga.
R : kontrol emosi dari tanggapan terhadap diri ibu dan menghindari konflik di keluarga
VI. IMPLEMENTASI

Diagnose / masalah Tanggal Jam Implementasi


Diagnosa : 9 November 10.30 WITA 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
Ny Ayu usia 27 2019 pada pasien agar pasien baha
tahun dengan bentuk uterusnya retrofleksi
infertilitas primer. sehingga sperma yang masuk sulit
bertemu dengan sel telur dan tidak
terjadi kehamilan.
2. Menjelaskan kepada pasien
pentingnya olah raga dalam
memperoleh vitalitas.
3. Menjelaskan paada pasien
makanan – makanan apa saja yang
dapat meningkatkan kesuburan
yaitu makanan yang banyak
mengandung protein sperti daging
serta mengandung vitamin E
contohnya kecambah.
4. Menjelaskan Teknik
berhubungan yang benar sesuai
dengan masalah yang dihadapi
pasien saat ini yaitu saat
berhubunan bokong istri harus
diganjal bantal agar sperma yang
masuk bisa sampai kemulut
Rahim. Atau dengan posisi doggy
style ( dari arah belakang)
sehingga sperma tidak akan keluar
lagi. Setelah itu jangan langsung
tidur/berdiri, namun tetap berada
dalam posisi sujud sekitar 20 – 30
menit.
5. Berikan reinforcement kepada
pasutri supaya mereka mempunyai
harapan yang realistis pada setiap
sesi pengobatan.
6. Menganjurkan pasien dating lagi
bila masih ada keluhan.
7. Melakukan Kolaborasi dengan
dokter spesialis.
Masalah : Cemas 9 November 10.40 WITA 1. Meyakinkan pasisen bahwa
2019 semua masalah pasti ada solusinya
yang penting kita berusaha dan
berdoa.
2. Memberi dukungan kepada
pasien. Jika tetap berusaha dan
berdoa.
3. Menganjurkan untuk lebih
lapang dada dalam menerima
tanggapan dari keluarga dan tetap
membina hubungan yang baik
dengan suami ataupun keluarga
lainnya.

VII. EVALUASI
Tanggal : 9 November 2010 jam : 9.20 WITA
Diagnosa : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer
S : pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas.
O:
- pasien dapat mengulang kembali penjelasan petugas.
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV :
Tensi : 110/70 mmHg Suhu : 36.3 ˚C
Nadi : 78 x/menit RR : 20 x/menit

A : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer

P : kolaborasi dengan dokter spesialis

Masalah : cemas

S : pesien mengatakan sudah tidak merasa cemas dengan keadaannya.

O : muka pasien tampak lebih tenang

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau
seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Penyebab infertilitas dapat berbeda
baik laki-laki maupun perempuan. Pada wanita, infertilitas dapat disebabkan akibat
masalah pada vagina. Serviks ataupun uterus. Sedangkan pada laki-laki, infertilitas
dapat timbul akibat faktor pekerjaan, konsentrasi sperma yang rendah ataupun masalah
kelainan genetik maupun kekurangan hormon. Akan lebih baik jika pasangan dapat
mendeteksi dini gejala infertilitas sehingga dapat melakukan tindakan yang lebih tepat.
Begitu juga dengan proses pencegahan maupun penanganan sebaiknya dikonsultasikan
sehingga diagnosa maupun pengobatan dapat berjalan secara optimal.
4.2 Saran
Bagi masyarakat : Akan lebih baik jika pasangan suami istri sebelum menikah
memeriksakan keadaan reproduksinya. Lalu, perbanyaklah mengkonsumsi makanan
yang dapat menyuburkan alat-alat reprodud dan juga melakukan olahraga yang teratur
serta waspada terhadap gejala infertilitas.
Bagi mahasiswa : Schaiknya mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi
kebidanan agar dapun lebih memahami informasi dan lebih sagap dalam
menyelenggarakan upaya promotif don preventif mengenai infertilitas, mengingat
banyak faktor dari infertilitas yang dapat dicegah

DAFTAR PUSTAKA

Saraswati A. Infertility. 2015;4(5):5-9. Epub februari 2015.

Purwoastuti E, Walyani ES. Panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015. 230 p.

Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013.
Fauziyah Y. Infertilitas dan gangguan alat reproduksi wanita. 1 ed. Yogyakarta: Nuha Medika;
2012. 154 p.

Sibagariang EE. Gizi dalam kesehatan reproduksi. 1 ed. Jakarta: Trans Info Media; 2010. 189
p.

Karsiyah. Analisis faktor yang berhubungan dengan infertilitas (di wilayah Kecamatan Way
Seputih, Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014). Jurnal Kebidanan. 2015;12(2).

Oktarina A. Faktor-faktor yang memengaruhi infertilitas pada wanita di Klinik Fertilitas


Endokrinologi Reproduksi. 2014;46(4). Epub oktober 2014.

Rukiyah, Ai Yeyeh., 2012. Asuhan Kebidanan IV Patologi Bagian 2, Jakarta, TIM.

Trisnawati Y. Analisis kesehatan reproduksi wanita ditinjau dari riwayat kesehatan reproduksi
terhadap infertilitas di R$ Margono Soekardjo tahun 2015. Jurnal Kebidanan.
2015;7(2): 115-222. Epub desember 2015.

Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2009. 982 p.

Anda mungkin juga menyukai