“Infertilitas”
DOSEN PENGAMPU
Ni Komang Erny Astiti, M.Keb
OLEH
KELOMPOK 5
1) Dinda Pramesti Kartika Wulandari (P07124220032)
2) I Gusti Agung Mas Dhiana Dewi (P07124220033)
3) Ni Ketut Ayu Sujani (P07124220034)
4) I Gusti Ayu Dita Adinda Putri (P07124220035)
5) Ni Putu Yuni Fajariyanti (P07124220036)
6) Ni Kadek Wilandari Andika Putri (P07124220037)
7) Made Mirah Surya Dewi (P07124220038)
3.1
Infertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi
belum memiliki anak.
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama
satu tahun tetapi belum hamil.
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
2.2 Pemeriksaan Infertilitas
a. Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya
dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah
1) Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan
anak selama 12 bulan.
2) Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
3) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
4) Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap
penyakit.
b. Langkah Pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari
penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Umum
a) Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
- Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu
mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
- Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak
bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,
infeksi genitalia).
Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami
penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis
epidemika) sewaktu kecil.
b) Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
c) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara
rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula
darah.
d) Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan
roentgen ataupun USG.
2) Pemeriksaan Khusus
a) Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya :
- Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi
dipengaruhi oleh hormon progesteron.
- Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan
sitologi pada sel-sel superfisial.
- Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan
perubahan lendir serviks menjadi kental.
- Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
Gangguan ovulasi disebabkan :
- Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
- Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
- Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise
ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron,
substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk
merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat
diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan
hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal
Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak
mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
b) Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar
dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari.
Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
- Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per
cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan,
bentuk abnormal 25 %.
- Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis,
keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).
c) Pemeriksaan Lendir Serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah :
a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui
spermatozoa adalah lendir yang cair.
b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
c) Enzim proteolitik.
d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
- Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi.
Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks
normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
- Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner
Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.Terapi yang
diberikan adalah pemberian hormon estrogen ataupun antibiotika bila
terdapat infeksi.
e) Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
- Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
- Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum
uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
- Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
- Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.
f) Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka :
endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesteron
kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika
bila terjadi infeksi.
Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok yaitu air mani,
masalah vagina, masalah serviks, masalah uterus, masalah tuba, masalah ovarium, dan
masalah peritoneum. Masalah air mani meliputi karakteristiknya yang terdiri dari
koagulasinya dan likuefasi, viskositas, rupa dan bau, volume, pH dan adanya fruktosa
dalam air mani. Pemeriksaan mikroskopis spermatozoa dan uji ketidakcocokan imunologi
dimasukkan juga kedalam masalah air mani.
a. Masalah vagina kemungkinan adanya sumbatan atau peradangan yang
mengirangi kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar
serviks.
b. Masalah serviks meliputi keadaan anatomi serviks, bentuk kanalis servikalis
sendiri dan keadaan lendir serviks. Uji pascasenggama merupakan test yang erat
berhubungan dengan faktor serviks dan imunologi.
c. Masalah uterus meliputi kontraksi uterus, adanya distorsi kavum uteri karena
sinekia,mioma atau polip, peradangan endometrium. Masalah uterus ini
menggangu dalam hal implantasi, pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta
oksigenasi janin.
d. Pemeriksaan untuk masalah uterus ini meliputi biopsi
endometrium,histerosalpingografi dan histeroskopi. Masalah tuba merupakan
yang paling sering ditemukan (25-50%). Penilaian patensi tuba merupakan salah
satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolhan infertilitas.
e. Masalah ovarium meliputi ada tidaknya ovulasi, dan fungsi korpus luteum.
Fungsi hormonal berhubungan dengan masalah ovarium, ini yang dapat dinilai
beberapa pemeriksaan antara lain perubahan lendir serviks, suhu basal badan,
pemeriksaan hormonal dan biopsi endometrium.
f. Masalah imunologi biasanya dibahas bersama-sama masalah lainnya yaitu
masalah serviks dan masalah air mani karena memang kedua faktor ini erat
hubungannya dengan mekanisme imunologi.
I. PENGKAJIAN DATA
DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
DATA OBYEKTIF
TTV :
V. PENGEMBANGAN RENCANA
Tujuan :
- Jangka pendek : setelah diberi asuhan diharapkan pasien mengerti dan paham serta
dapat mengulang kembali penjelasan dari petugas.
- Jangka panjang : setalah diberi asuhan selama diharapkan pasien segera hamil dan
mempunyai anak.
- Pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas dan
dapatmengulang kembali.
Masalah : cemas
Tujuan :
Intervensi.
VII. EVALUASI
Tanggal : 9 November 2010 jam : 9.20 WITA
Diagnosa : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer
S : pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas.
O:
- pasien dapat mengulang kembali penjelasan petugas.
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV :
Tensi : 110/70 mmHg Suhu : 36.3 ˚C
Nadi : 78 x/menit RR : 20 x/menit
Masalah : cemas
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau
seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Penyebab infertilitas dapat berbeda
baik laki-laki maupun perempuan. Pada wanita, infertilitas dapat disebabkan akibat
masalah pada vagina. Serviks ataupun uterus. Sedangkan pada laki-laki, infertilitas
dapat timbul akibat faktor pekerjaan, konsentrasi sperma yang rendah ataupun masalah
kelainan genetik maupun kekurangan hormon. Akan lebih baik jika pasangan dapat
mendeteksi dini gejala infertilitas sehingga dapat melakukan tindakan yang lebih tepat.
Begitu juga dengan proses pencegahan maupun penanganan sebaiknya dikonsultasikan
sehingga diagnosa maupun pengobatan dapat berjalan secara optimal.
4.2 Saran
Bagi masyarakat : Akan lebih baik jika pasangan suami istri sebelum menikah
memeriksakan keadaan reproduksinya. Lalu, perbanyaklah mengkonsumsi makanan
yang dapat menyuburkan alat-alat reprodud dan juga melakukan olahraga yang teratur
serta waspada terhadap gejala infertilitas.
Bagi mahasiswa : Schaiknya mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi
kebidanan agar dapun lebih memahami informasi dan lebih sagap dalam
menyelenggarakan upaya promotif don preventif mengenai infertilitas, mengingat
banyak faktor dari infertilitas yang dapat dicegah
DAFTAR PUSTAKA
Purwoastuti E, Walyani ES. Panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015. 230 p.
Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013.
Fauziyah Y. Infertilitas dan gangguan alat reproduksi wanita. 1 ed. Yogyakarta: Nuha Medika;
2012. 154 p.
Sibagariang EE. Gizi dalam kesehatan reproduksi. 1 ed. Jakarta: Trans Info Media; 2010. 189
p.
Karsiyah. Analisis faktor yang berhubungan dengan infertilitas (di wilayah Kecamatan Way
Seputih, Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014). Jurnal Kebidanan. 2015;12(2).
Trisnawati Y. Analisis kesehatan reproduksi wanita ditinjau dari riwayat kesehatan reproduksi
terhadap infertilitas di R$ Margono Soekardjo tahun 2015. Jurnal Kebidanan.
2015;7(2): 115-222. Epub desember 2015.