REFERENSI
Jakarta.
Wardoyo, Hasto, 2002. Infertilitas. Makalah Seminar Bayi Tabung. RSUP dr.
Sardjito, Yogyakarta.
Image, wikipedia.org
URAIAN MATERI
A. Pengertian Infertilitas
B. Jenis Infertil
Secara klinis infertil Primer terjdi pada pasangan suami istri yang sudah melakukan
hubungan seksual yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi selam 12 bulan.
Infertil sekunder terjadi bila pernah hamil tapi susah kembali mendapatkan anak.
Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah
hamil. (Siswandi, 2006).
Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi
baik alami, dengan alat atau melakukan kontrasepsi mantap pada pria dan wanita.
Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar
sampai dengan indung telur.
2. Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada
indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat
masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon
reproduksi seperti FSH dan LH.
Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pemeriksaan infertilitas dilakukan dengan kolaborasi dengan dokter yang kompeten
dengan masalah ini yaitu DSOG sub spesialis Pasangan infertil merupakan satu kesatuan
biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat
sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:
1. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak
selama 12 bulan.
2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum
mendapat anak dari perkawinan ini.
Langkah Pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya.
Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum
dan khusus.
Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan
seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang
dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan
tersebut.
Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid,
apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan
abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat
operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan).
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Ovulasi
4. Pemeriksaan endometrium.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan
memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi
(pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise
membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan
pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human
Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak
mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma
yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang
tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah
sperma keluar.
Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk
abnormal 25 %.
Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc,
steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan,
disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).
1. Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah
lendir yang cair.
3. Enzim proteolitik.
Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini
menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial
cukup ataupun sperma cukup baik.
Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test
kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila
terdapat infeksi.
Pemeriksaan Tuba
3. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.
4. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap
progesteron, produksi progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi
infeksi.
REFERENSI
Jakarta.
Novel S.Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus
Samadi Priyanto .H. 2010. Yes, I Know Everything Abaut KANKER SERVIK.
URAIAN MATERI
A. Kanker Serviks
Dalam serviks terdapat 2 jenis sel yaitu sel skuamos dan glandular atau sel
endoserviks. Pada kanker serviks, sel-sel bertindak secara tidak normal terus
membesar dan membentuk benjolan atau tumor. Biasanya sel-sel ganas tersebut
berasal dari squamo columnar juntion. Penyebab terbanyak dari kanker leher
rahim adalah 99 % dari HPV (human papilloma virus) yang disebarkan lewat
perilaku seks yang tidak sehat.
Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas,
bahkan bisa tanpa gejala.
Pada stadium lanjut sering memberikan gejala : perdarahan post coitus, keputihan
abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan
abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).
2. Faktor Resiko
Sampai saat ini penyebab pasti kanker leher rahim belum diketahui secara
pasti. Namun, faktor resiko bagi yang terkena kanker leher rahim yaitu : hubungan
seksual pada usia muda dan sering berganti-ganti pasangan; sering menderita
infeksi kelamin; melahirkan banyak anak; kebiasaan merokok.
Metoda skrining kanker serviks dilakukan dengan cara inspeksi visual asam cuka
(IVA) 3-5% yang menggunakan mata telanjang untuk mendeteksi lesi pra kanker serviks
dengan cara pengolesa asam cuka 3-5 % pada daerah serviks. Bila serviks berubah warna
menjadi putih setelah pengolesan, maka diindikasikan adanya lesi pra kanker. Lesi pra
kanker dapat langsung diobati dengan tindakan krioterapi ( ACCP, 2004; Depkes 2008;
Kemenkes, 2010, WHO, 2006).
Penggunaan metode IVA dianjurkan digunakan untuk fasilitas dan sumber daya
yang sederhana bila IVA adalah cara sederhana dalam mendeteksi kanker serviks secara
dini karena alat yang digunakan sederhana dan tidak perlu pergi ke laboratorium.
Pemeriksaan dengan tes IVA sering digunakan karena nilai akurasinya yang cukup tinggi.
Tes IVA memiliki sensitivitas sebesar 95%, spesifisitas sebesar 99,7%, dengan nilai
prediksi positif sebesar 88,5% dan nilai prediksi negatif 99,9%, maka tidak heran kalau
tes IVA masih sering dilakukan dalam mendeteksi kanker serviks pada wanita (Nugroho
and Setiawan, 2010).
Tabel 2.2
Perbandingan Metoda Skrining Kanker Serviks
PENGERTIAN IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar
66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive
predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-
masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara
langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu
sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel.
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada
larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen)
dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
TUJUAN IVA
JADWAL IVA
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun
dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
4. Spekulum vagina
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan
kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke
vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke
leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim
sudah dapat dilihat.
KATEGORI IVA
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-
berat atau kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
PENATALAKSANAAN IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang
telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau
tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya
jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2
ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40%
dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera
ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada
suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati
dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto.
H, 2010)
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa
dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,
penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
TEMPAT PELAYANAN
1. Perawat terlatih
2. Bidan
3. Dokter Umum
2. PAP SMEAR
1. Pengertian
Pap smear adalah suatu tes untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel
leher rahim (Fitria, 2007). Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas
dari sistem alat kandungan wanita (Lestadi, 2009).
a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
secret vagina di bagian dinding leteral sepertiga atas.
b. Mendiagnosis peradangan
Peradangan akut maupun kronis pada vagina dan servik dapat dideteksi dengan
pemeriksaan pap smear. Gambaran perubahan sel pada sediaan pap smear
tergantung pada oraganisme penyebabnya
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan
perubahan pada sel dapat diperkirakan organisme penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini
atau lanjut (karsinoma/invasif) dengan akurasi 96% terapi didiagnostik sitologi dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum
dilakukan tindakan sebelumya.
e. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin, hasil
terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim, memantau adanya kekambuhan pada kasus
kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim
yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.
Informed consent
Pap smear biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan panggul dan disertai
dengan pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh profesional perawatan
kesehatan. Pemeriksaan tidak menyakitkan dan Dilakukan sekitar satu menit
untuk melakukan Pap smear.
jelas.
Sampel lendir dan sel-sel akan diperoleh dari serviks (bagian rahim yang
membentang ke dalam vagina) dan endoserviks (pembukaan serviks)
menggunakan pengikis kayu atau sikat serviks kecil.
Sampel sel secara merata diaplikasikan pada kaca tipis (glass slide) dan disemprot
dengan fiksatif. Sampel ini dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan di bawah
mikroskop. Saat ini hampir semua provider menggunakan jenis Pap smear baru
yang disebut tes ThinPrep, sampel dibilas ke dalam botol dan dikirim ke
laboratorium untuk persiapan dan pemeriksaan slide.
Ahli sitologi (spesialis yang dilatih untuk melihat sel dan menafsirkan Pap smear)
menginterpretasikan hasilnya.
Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan
hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang
merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (periksa payudara sendiri – saat
menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah
secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi
benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20
tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan
payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan
melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat
dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk
payudara dengan cara berbaring.
o Tahap 2
o Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.
o Tahap 4
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang
luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke
puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan
dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola
mammae.
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan
teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.
Referensi
Ris_Kan_Payudara_01 (Converted).pdf. Kanser Payudara. Kesan Awal Dengan
Pemeriksaan Sendiri Payudara (PSP). Oktober, 2004
Brosur Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi Dini Kanker Payudara.
TUMOR, IMS dan RADANG PANGGUL
Panggul
REFERENSI
URAIAN MATERI
A. Tumor
Sumber: BundaNet
Sumber: Formaxmanroe.com
Selain itu, di antara tumor jinak dan tumor ganas, ada jenis tumor yang dinamakan tumor
prakanker. Tumor prakanker bukanlah kanker, tetapi dapat menjadi kanker bila tidak
diobati.
Infeksi virus atau bakteri, misalnya HPV, virus hepatitis, dan H. pylori
Paparan radiasi akibat tindakan medis, seperti foto Rontgen atau CT scan.
Merokok
Obesitas
Gejala Tumor
Gejala utama dari tumor adalah terbentuknya benjolan. Benjolan bisa terlihat dengan
mudah dari luar, namun bisa juga tidak terlihat jika tumbuh pada organ dalam. Biasanya
benjolan pada organ dalam baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Selain benjolan, gejala lain yang dapat muncul akibat tumor tergantung pada lokasi, jenis,
dan pengaruh tumor terhadap fungsi organ. Tumor yang tumbuh di organ dalam bisa
tanpa gejala, bisa juga menimbulkan gejala berupa:
Demam
Lemas
Nyeri dada
Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning, kemerahan, atau menjadi lebih
gelap
Diagnosis Tumor
Anamnesa Dalam mendiagnosis suatu benjolan, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan untuk menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau
ganas. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi penelusuran gejala melalui tanya-
jawab saat konsultasi,
USG, CT scan, MRI, atau PET scan, untuk mengetahui lokasi, ukuran, dan
penyebaran tumor.
Pengobatan Tumor
Pengobatan tumor ditentukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, serta jinak atau ganasnya
tumor.
Pada tumor jinak yang ukurannya kecil dan tidak menimbulkan gejala,
penanganan tidak perlu dilakukan. Dokter hanya akan menganjurkan pemeriksaan
berkala untuk memantau perkembangan tumor.
Pada tumor bersifat jinak, namun berukuran besar hingga menekan saraf,
pembuluh darah, atau mengganggu fungsi organ, maka dokter akan melakukan
tindakan untuk mengangkat tumor.
Mengangkat tumor, mulai dari dari penggunaan sinar laser hingga tindakan
operasi dengan sayatan pisau bedah.
Radioterapi. Terapi ini bertujuan untuk membunuh dan mencegah penyebaran sel
kanker, serta mengurangi ukuran tumor, menggunakan sinar khusus berenergi
tinggi.
Prognosis
Kesembuhan penderita tumor tergantung dari jinak atau ganasnya tumor.
Tumor jinak berpeluang lebih tinggi untuk sembuh setelah dilakukan penanganan.
Peluang kesembuhan tumor ganas tergantung pada tingkat keganasan atau stadium
kanker. Semakin tinggi stadium, terutama bila sudah menyebar ke organ lain
(stadium 4)metastase , semakin sulit untuk disembuhkan.
Komplikasi akibat tumor, dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri, lokasi tumor
maupun oleh pengobatan yang diberikan.
Pencegahan Tumor
Pencegahan tumor khususnya dilakukan untuk mencegah tumor yang bersifat ganas
(kanker), karena dapat menyebabkan kematian. Sejak tahun 2015, Kementerian
Kesehatan Indonesia terus mengajak masyarakat untuk mengurangi risiko timbulnya
kanker dengan gerakan ‘CERDIK”, yang merupakan singkatan dari:
Kelola stres.
Selain gerakan CERDIK, beberapa jenis kanker juga dapat dicegah dengan melakukan
imunisasi. Kanker yang dimaksud adalah kanker hati yang dapat dicegah dengan vaksin
hepatitis B, dan kanker serviks yang bisa dicegah dengan vaksin human papillomavirus
(HPV).
Sumber: tribunews.com
Perbedaan Miom dan Kista Ovarium Berdasarkan Penyebab
Penyebab pasti timbulnya miom masih menjadi tanda tanya. Namun ada beberapa faktor
yang bisa memicu pertumbuhannya, antara lain:
Genetik
Jika nenek, ibu, atau saudara kandung Anda pernah memiliki miom, Anda juga
berpotensi memiliki miom.
Hormon
Hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi di dalam ovarium bisa memicu
pertumbuhan miom.
kista ovarium bisa tumbuh secara alami di dalam tubuh wanita, terutama pada
wanita yang sedang berada di dalam masa subur atau sedang haid. Tetapi, kista
akan menimbulkan masalah jika ukurannya membesar, biasanya pada penyakit
tertentu, seperti endometriosis dan sindrom polisistik ovarium (PCOS).
Saluran reproduksi rentan terhadap infeksi, terlebih dengan gaya hidup dan
perilaku yang kurang mendukung pada kesehatan. Sudut pandang epidemiologi ternyata
PMS berkembang sangat cepat dan berhubungan dengan pertambahan penduduk, migrasi,
perubahan perilaku seksual yang semakin bebas dan tanpa batas dan perubahan gaya
hidup. Mata rantai penularan PMS tidak hanya melalui perilaku seksual dengan bergonta
ganti pasangan dan pengguna jasa Wanita Tunasusila (WTS), tapi lebih mengerikan
perkembangan perilaku seksual sekarang sudah sangat meresahkan yang dampaknya
menghancurkan tatanan keluarga dan reproduksi manusia tidak berfungsi. Bentuk
penyimpangan seks yang merupakan fenomena yang merebak di era modern yang disertai
dengan berkembanganya media pornografi yang sangat mudah diakses oleh siapapun.
Penyuka sesame jenis yang memiliki orientasi seks sejenis seperti Lesbian, Gay,
perilaku biseksual, trasgender, pedofilia, incest, Swinger (bertukar pasangan) sangat
memprihatinkan dan merupakan bentuk penyimpangan seksual yang lebih dari
perzinahan dan pencabulan. Dan penyakit perilaku seksual ini dilakukan oleh orang yang
kadang dekat dengan keluarga. Penyakit ini dapat menyusup ke dalam rumah tangga dan
berakibat penularan penyakit pada anggota keluarga serta berdampak pada kehancuran
keluarga.
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang disebabkan oleh
mikrorganisme yang terdiri dari bakteri, virus, parasite atau jamur yang ditularkan
melalui hubungan seksual. IMS merupakan salah satu penyebab infeksi saluran
reproduksi (Sarwono 2010). Penyakit ini berkembang biak melalui gaya hidup yang tidak
sehat dengan Perubahan Perilaku seksual. Prevalensi IMS/ ISR di Negara berkembang
jauh lebih tinggi daripada Negara maju (Sarwono, 2010).
Trendnya semakin meningkat sebagai dampak dari globalisasi pada semua sektor
termasuk pada prilaku gaya hidup, pola konsumsi masyarakat, penurunan aktifitas fisik
dan meningkatnya polusi (Dep Kes RI, 2005 ). Hal tersebut menyebabkan berubahnya
gaya hidup manusia, termasuk didalamnya pola makan, pola hubungan seksual, serta
maraknya bahan yang bersifat karsinogenik (Sukaca, 2009). Penyakit kanker dapat
menyerang semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali, tanpa mengenal status sosial, usia,
dan juga jenis kelamin. (Supriyanto, 2014).
Salah satu jenis kanker yang menimbulkan kekhawatiran dan ancaman kematian
cukup tinggi bagi kaum wanita adalah kanker leher rahim Menurut WHO, kanker
serviks merupakan kanker tersering kedua dan penyebab utama kematian setiap tahunnya
kurang lebih 250 jiwa khususnya di negara-negara berkembang (Aulia, 2012).
Infeksi Menular Seksual merupakan masalah kesehatan masyarakat. Menurut
Sarwono (2010), Berdasarkan penyebabnya, ISR dapat dibedakan menjadi:
1. IMS, yang disebabkan oleh Virus, bakteri atau parasite yang ditularkan
melalui aktivitas seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi. tempat yang
terinfeksi tidak semata mata di kelamin itu sendiri tapi dapat terjadi di
berbagai tempat di luar kelamin. Penyakit kelamin dikenal dengan veneral
diseases penyakit yang menurut versi Yunani merupakan penyakit Dewi
Cinta. Namun dalam perkembangannya Penyakit ini lebih bervariasi sehingga
berubah menjadi Sexually transmissed disease (STD) yang kemudian kita
kenal Penyakit Menular sexual (PMS). Penyakit ini terdiri dari sifilis, gonore,
ulkus mola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale, trikomoniasis,
herpes genital, kondiloma akuminata dan infeksi HIV.
2. Infeksi endogen yang merupakan akibat dari pertumbuhan organisme yang
secara normal terdapat dalam vagina (endogen) oleh flora normal komensal
yang tumbuh berlebihan pada kasus kandidosis vaginalis dan vaginosis
bacterial.
3. Infeksi Iatrogenik yang disebabkan oleh organime yang masuk ke saluran
reproduksi akibat prosedur medic atau intervensi selama kehamilan,
persalinan, pasca salin yang dapat juga melalui kontaminasi instrument.
Penanganan yang benar disertai pendidikan dan upaya preventif diperlukan
kesadaran dari personal akan bahaya yang mengancam jiwa akan mengurangi
perkembangbiakan penyakit ini.
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan
terinfeksi adalah seseorang yang punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat, pekerjaan
yang beresiko dan memiliki banyak partner sex. Secara umum Penyakit menular seksual
antara lain :
1. Herpes
2. Gonorea
3. Sifilis
4. Chlamidia
5. Condiloma akuminata
6. HIV
HERPES
Pengertian herpes adalah infeksi akut pada genetalia dengan gejala khas berupa vesikel.
Etiologi
Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin,
tanpa melalui hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau
sewaktu proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada
alat kelamin luar.
Epidemiologi
Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur 10x lebih tinggi daripada
wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok dengan
sosioekonomi rendah.
Patogenesis
Infeksi herpes genitalis dapat sebagai infeksi primer maupun sebagai infeksi rekuren.
Infeksi primer – Infeksi primer terjadi bila virus dari luar masuk ke dalam tubuh
penderita, DNA dari tubuh penderita melakukan penggabungan dan mengadakan
multiplikasi. Pada saat itu, tubuh hospes belum memiliki antibodi yang spesifik
hingga menimbulkan lesi lebih luas. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut
syaraf sensorik menuju ganglion sakralis (syaraf regional) dan berdiam disana.
Infeksi rekuren – Infeksi rekuren terjadi pada suatu waktu bila ada faktor tertentu
(trigger factor) sehingga virus mengalami reaktivitas dan multiplikasi kembali.
Timbul erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan
berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
5-7 hari, vesikel pecah dan keluar cairan jernih sehingga timbul keropeng.
Kadang dapat kambuh lagi.
Komplikasi
Gangguan mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani herpetika terjadi
bila mengenai region genetalia.
Abortus
Anomali kongenital
Infeksi pada neonatus (konjungtifitis/ keratis, ensefalitis, vesikulitis kutis, ikterus,
dan anomali konvulsi).
Penanganan
GONORHEA
Pengertian, adalah penyakit kelamin yang bisa terjadi pada pria maupun wanita.Disebut
juga penyakit kencing nanah atau GO.
Penyebab
Penularan melalui oral, anal dan vaginal seks. Hampir 90% penderita GO tidak
memperlihatkan keluhan dan gejala. Tanda pada penderita GO baik lelaki dan
perempuan, bisa tanpa keluhan dan gejala.
Lelaki
Perempuan
Bila gejala sudah meluas ke arah PID (Pelvic Inflamatory Disease) maka sering timbul :
Bila GO tidak diobati maka ± 1% dari lelaki dan wanita, akan terjadi DGI atau
Dessiminated Gonorrhoe Infection. Tanda dan gejalanya berupa demam, bercak di kulit,
persendian bengkak dan nyeri, peradangan pada dinding rongga jantung, peradangan
selaput pembungkus otak serta meningitis.
Komplikasi
1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran
kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,
2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir
rahim setelah melahirkan (post partum endometriosis), abortus, cistitis (peradangan
kandung kencing), peradangan disertai pus.
Pencegahan
Penanganan
1. Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal,
lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram
oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM
dosis tunggal.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan
pengobatan hingga tuntas.
SIFILIS
Pengertian
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat kronik dan
sistematik. Nama lain adalah Lues venereal atau raja singa.
Penyebab
1. Sifilis Kongenital, terbagi atas : a) Dini (sebelum 2 tahun); b) Lanjut (sesudah 2
tahun); Stigmata
Menurut caranya sifilis dibagi menjadi tiga stadium yaitu : Stadium I (SI); Stadium II
(SII); Stadium III (SIII)
Stadium dini menular ( dalam waktu 2 tahun sejak infeksi), terdiri dari SI, SII,
stadium rekuren dan stadium laten dini.
Stadium lanjut tak menular (setelah 2 tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium
laten lanjut dan SIII.
Komplikasi
Lesi (berupa ulkus, soliter, dasar bersih, batas halus, bentuk bulat/longitudinal).
Tanpa nyeri tekan.
Penanganan
3. Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap minggu dengan
4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100 mg oral hingga 20
hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
4. Sebelum pemberian terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis
kongenital, maka dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap
bulan sampai negatif. Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per
minggu hingga 4x pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari).
CHLAMYDIA
Pengertian
Adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Chlamydia trachomatis dan dapat diobati.
Penyebab
Penularan
Kuman ini menyerang sel pada selaput lendir : a) Uretra, vagina, serviks dan
endometrium. b) Saluran tuba fallopi. c) Anus dan rektum. d) Kelopak mata. e)
Tenggorokan (insiden jarang).
Chlamydia paling sering menyerang pada usia muda dan remaja. Penularannya dapat
melalui : hubungan seksual secara oral, anal maupun oral seks; hubungan seksual dengan
tangan, sehingga cairan mani terpercik ke mata; dari ibu ke bayi sewaktu proses
persalinan.
Sekitar 75 % perempuan dan 50% laki-laki yang tertular Chalmydia tidak menunjukkan
tanda dan gejala. Keluhan dan gejala biasanya timbul sekitar 3 minggu setelah tertular
kuman chlamydia.
2. Pada wanita : keluar cairan dari vagina; perasaan panas dan nyeri sewaktu buang air
kecil
3. Bila sudah menyebar ke tuba fallopi, akan timbul : nyeri perut bagian bawah; nyeri
sewaktu coitus; timbul perdarahan pervaginam diantara siklus haid; demam dan mual-
mual
4. Pada pria : keluar cairan kuning seperti pus dari penis; nyeri dan rasa terbakar sewaktu
kencing; nyeri dan bengkak pada testis
Komplikasi
1) Hindari seks bebas; 2) Monogami; 3) Gunakan kondom saat hubungan seks baik
dengan oral, anal maupun vaginal seks.
Penanganan
2. Asitromisin dengan pemberian dosis tunggal (kontraindikasi untuk ibu hamil, gunakan
eritromisin, amoksilin, azitromisin).
3. Lakukan follow-up pada penderita dengan : a) Apakah obat yang diberikan sudah
diminum sesuai anjuran. b) Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati. c) Jangan
melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai. d) Lakukan periksa ulang 3-4
bulan setelah selesai pengobatan.
Kondiloma Akuminata
Kutil kelamin/ kondiloma akuminata merupakan salah satu jenis penyakit seksual yang
menyerang kelamin. Biasanya ini menyerang pada seseorang yang terkena HIV/AIDS
yang sudah terkena infeksi Human Papillomavirus. Human Papillomavirus atau HPV
adalah penyebab utama terjadinya kanker serviks (Novita, 2011, Walboomers et al.,
1999). Penelitian menunjukkan bahwa infeksi HPV (Human Papillomavirus)
menyebabkan terjadinya CIN 1, CIN 2, CIN 3 (Hwang et al., 2010), dan kanker serviks
(Saydam, 2012). HPV merupakan virus yang menyebabkan keganasan pada kanker
serviks, bersifat onkogenik dan berpotensi menyebabkan kanker.
Pap smear
Kolposkopi
Tes HPV-DNA
Eksisi
Electrocautery
Krioterapi
Bedah laser
Bayi yang terlahir dari ibu dengan kutil kelamin berisiko mengalami infeksi kutil
di ternggorokan.
HIV/AIDS
PENDAHULUAN
Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat
bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami
peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa
terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya. HIV/ AIDS belum ada
vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada
kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan
kondom bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini
adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit
infeksi menular seksual.
REFERENSI
Adobe Reader-[HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].
BERITA IPTEK ONLINE: Mengamati Pengaruh HIV pada kesuburan pria. Hadhimulya
Asmara.10 Mei 2007.
URAIAN MATERI
Definisi
Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem
imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat
kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC
selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1
jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung
suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia
seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama
1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak
kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit
pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-
mual, maupun muntah-muntah.
Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi
sampai 10 tahun.
Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan
penderita masuk dalam fase AIDS.
AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang
tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS
diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan
paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat
badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang
tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama,
infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah
memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
Stadium Infeksi
Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.
Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.
Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.
Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang
menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).
WHO
Stadium I
Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan
(dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering
kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA
(infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi
bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III
Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya
lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1
bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1
tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat
aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV
Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik
yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan
demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Toksoplasmosis pada otak.
Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
Kriptokokosis di luar paru.
Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau
dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
Setiap infeksi jamur yang menyeluruh,
misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
Septikemia salmonela bukan tifoid.
TB di luar paru.
Limfoma.
Kaposi’s sarkoma.
Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.
Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.
Kelompok Resiko
Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah
pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual,
penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.
Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan
vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air
mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi
menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang
digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan
darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan
maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung
dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah
ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan,
tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.
Cara Pencegahan
Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan
setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko. Apabila sudah
terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA
dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk
negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang
dilakukan 2-3 kali.
1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar;
dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan
transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil
dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.
2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap
(whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf
dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel;
hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal
untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin
(2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak
terpikirkan implikasinya.
3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana;
cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih
aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing
yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya
mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.
4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif
dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus
terlatih.
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion
inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini
adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke
dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah
golongan Nukes dan Non-Nukes.
Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi
menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat
ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong
DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah
beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger)
kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam
penelitian tahap lanjut pada manusia.
Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat
pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam
percobaan.
Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali.
Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA
sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani
kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/
AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.
1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara penularan,
pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian
bantuan dan motivasi hidup.
3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan
baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.
4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan
matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat
batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.
5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat
nyamuk.
6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik
(ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta
memperlakukan anak secara normal.
Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan
tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan
depresi.
Tuberculosis (TB). TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV,
bahkan menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.
Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak.
Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada
sejumlah area tubuh.
Meningitis kriptokokus. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan tulang
belakang yang disebabkan oleh jamur.
Gangguan neurologis. Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita
AIDS dapat mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit
berjalan. Salah satu gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah
demensia.
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, namun ada
jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus
HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4.
Beberapa jenis obat ARV, antara lain:
Efavirenz
Etravirine
Nevirapine
Lamivudin
Zidovudin
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel
CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan
tiap 3-6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan,
dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.
Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV, agar
perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda pengobatan hanya akan membuat
virus terus merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV
terserang AIDS. Selain itu, penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk
dokter. Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan
memperburuk kondisi pasien.
Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu ingat, dan tetap ikuti
jadwal berikutnya. Namun bila dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan
dengan dokter. Dokter dapat mengganti resep atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat
itu.
Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Karena itu,
pasien perlu mengetahui efek samping yang timbul akibat konsumsi obat ini, di
antaranya:
Diare.
Mual dan muntah.
Mulut kering.
Kerapuhan tulang.
Penyakit jantung.
Pusing.
Sakit kepala.
Sulit tidur.
RADANG PANGGUL
Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan karena infeksi pada bagian organ
reproduksi pada wanita. Gejala yang muncul saat terkena penyakit ini antara lain rasa
sakit dan nyeri pada bagian perut bawah dan panggul, sering terasa keputihan yang tidak
nyaman, bau yang tidak sedap pada vagina, rasa sakit yang berlebihan saat melakukan
hubungan seksual, sering demam dan menggigil, dan yang terakhir merasa sakit saat
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah suatu infeksi yang
menjangkiti serviks (leher rahim), uterus (rahim), tuba falopi (saluran indung telur), dan
ovarium (indung telur). Kasus radang panggul sebagian besar ditemukan pada perempuan
berusia 15-24 tahun yang aktif secara seksual. Selain infertilitas, penyakit radang panggul
yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan
ektopik.
Hindarilah mencuci vagina bagian dalam dengan teknik vaginal douching karena
akan mengganggu keseimbangan bakteri baik (flora normal) dalam vagina.
Perilaku kehidupan seksual yang sehat, tidak berganti pasangan dan hubungan
seksual yang aman