Anda di halaman 1dari 55

INFERTILITAS

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan KB

Topik/ Sub topik : Infertilitas

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat :

- Menjelaskan tentang definisi infertilitas

- Menjelaskan perbedaan dengan Infertilitas primer

- Menjelaskan penanganan Infertilitas

- Menyampaikan pendididkan Kesehatan

- Menjelaskan pemeriksaan lanjut dan kolaborasi

REFERENSI

Ernawati, Kesehatan Reproduksi berbasis Keluarga, 2019, Manggu , Bandung

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.

Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan.

Jakarta.

Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga

Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.


portalkalbe/files/cdk/files/13obatovulasiO81/13obatovulasiO81. Setiabudy,

R. Tinjauan Farmakologik Beberapa Obat Yang Menginduksi Ovulasi. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Medical Faculty Of Hasanudin University, 2005. Hubungan Endometriosis

Dengan Infertilitas, Makasar.

Wardoyo, Hasto, 2002. Infertilitas. Makalah Seminar Bayi Tabung. RSUP dr.

Sardjito, Yogyakarta.

Image, wikipedia.org

URAIAN MATERI

A. Pengertian Infertilitas

Heffner (2008) dalam Erna (2019), Infertilitas didefinisikan sebagai hilangnya


kemampuan pasangan untuk hamil dan melahirkan seorang anak. Infertilitas (pasangan
mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah
melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki
anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama
satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.

B. Jenis Infertil

Secara klinis infertil Primer terjdi pada pasangan suami istri yang sudah melakukan
hubungan seksual yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi selam 12 bulan.
Infertil sekunder terjadi bila pernah hamil tapi susah kembali mendapatkan anak.
Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah
hamil. (Siswandi, 2006).

C. Faktor Penyebab Infertilitas

Banyak faktor berperan pada infertilitas. Penyakit wanita setengahnya sedangkan


penyakit pria 1/3 nya berperan dalam infertilitas. Sekitar 10 % pasangan mengalami
infertilitas. Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa
menghamili.
Infertilitas Disengaja

Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi
baik alami, dengan alat atau melakukan kontrasepsi mantap pada pria dan wanita.

Infertilitas Tidak Disengaja

 Pihak Suami, disebabkan oleh:

1. Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal:


aspermia, hypospermia, necrospermia.

2. Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus


deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria
sekitar 35-40 %.

 Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar
sampai dengan indung telur.

1. Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal.

2. Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada
indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat
masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon
reproduksi seperti FSH dan LH.

3. Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan


tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus,
kelainan rahim.

4. Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun


penyumbatan pada saluran tuba.

5. Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang


tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan
endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat
menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum.  Infertilitas
yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab
yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

D. Pemeriksaan Infertilitas, Kolaborasi dan Penkes

Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pemeriksaan infertilitas dilakukan dengan kolaborasi dengan dokter yang kompeten
dengan masalah ini yaitu DSOG sub spesialis Pasangan infertil merupakan satu kesatuan
biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat
sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:

1. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak
selama 12 bulan.

2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.

3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum
mendapat anak dari perkawinan ini.

4. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.

Langkah Pemeriksaan

Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya.
Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan Umum

 Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum
dan khusus.

Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan
seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang
dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan
tersebut.

Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid,
apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan  rasa nyeri, adakah keputihan
abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat
operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).

Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan


seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.

 Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.

 Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan


roentgen ataupun USG.

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Ovulasi

Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya :

1. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi


dipengaruhi oleh hormon progesteron.

2. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-


sel superfisial.

3. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan lendir


serviks menjadi kental.

4. Pemeriksaan endometrium.

5. Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.

Gangguan ovulasi disebabkan :

1. Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen.

2. Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.

3. Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.

Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan
memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi
(pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise
membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan
pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human
Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak
mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.

Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma
yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang
tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah
sperma keluar.

 Ejakulat normal :  volume  2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk
abnormal 25 %.

 Spermatozoa pria fertil  : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc,
steril : 20 juta per cc atau kurang.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan,
disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).

Pemeriksaan Lendir Serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah:

1. Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah
lendir yang cair.

2. pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis

3. Enzim proteolitik.

4. Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :

 Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini
menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial
cukup ataupun sperma cukup baik.

 Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test
kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila
terdapat infeksi.

Pemeriksaan Tuba

Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan:

1. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan


CO2 ke dalam cavum uteri.

2. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri,


bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.

3. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.

4. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.

Pemeriksaan Endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap
progesteron, produksi progesterone kurang.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi
infeksi.

Nasehat Untuk Pasangan Infertil

Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :

 Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan


memperhatikan masa subur.

 Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.

 Menghitung minggu masa subur.

 Membiasakan pola hidup sehat.


IVA TEST dan PAP SMEAR

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan KB

Topik/ Sub topik : IVA TEST dan PAPSMEAR

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat :

- Menjelaskan tentang Indikasi

- Menjelaskan prosedur tindakan

REFERENSI

Ernawati, Kesehatan Reproduksi berbasis Keluarga, 2019, Manggu , Bandung

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.

Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan.

Jakarta.

Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga

Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.

Ramli, Mukhlis, dkk (2005), Deteksi Dini Kanker, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

Sahli, Fauzie, Karsinoma Serviks Uteri Deteksi Dini dan Penanggulangannya,

Sub Bagian Onkologi Ginekologi Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Dr Pirngadi, Medan.


Triningsih, Ediati (2007), Makalah Cervik Uteri, Refresing Pap Smear Bagi

Bidan, Yayasan Kanker Indonesia Cabang D.I. Yogyakarta.

Yatim, Faisal (2005). Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/ Leher

Rahim Dan Indung Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta.

Novel S.Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus

(HPV). Jakarta : Javamedia Network

Samadi Priyanto .H. 2010. Yes, I Know Everything Abaut KANKER SERVIK.

Yogyakarta : Tiga Kelana

Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (Leher

Rahim). Yogyakarta: Genius Printika

Wijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik.

Yogyakarta : Sinar Kejora

URAIAN MATERI

Kanker Leher Rahim merupakan jenis kanker yang paling banyak


ditemukan pada wanita di Indonesia (diantara jenis kanker lainnya) dan banyak
menyebabkan kematian karena terlambat dideteksi dan diobati. Frekuensi relatif
di Indonesia adalah 27 % berdasarkan data patologik atau 16 % berdasarkan data
rumah sakit. Insiden puncak pada usia 40–50 tahun. Pengendalian penyakit kanker
serviks di Indonesia berada di bawah Kementrian Kesehatan RI yaitu Direktorat
Pengenalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) sub Direktorat Penyakit Kanker
berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1575 tahun 2005 tentang organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan.

A. Kanker Serviks

Dalam serviks terdapat 2 jenis sel yaitu sel skuamos dan glandular atau sel
endoserviks. Pada kanker serviks, sel-sel bertindak secara tidak normal terus
membesar dan membentuk benjolan atau tumor. Biasanya sel-sel ganas tersebut
berasal dari squamo columnar juntion. Penyebab terbanyak dari kanker leher
rahim adalah 99 % dari HPV (human papilloma virus) yang disebarkan lewat
perilaku seks yang tidak sehat.

1. Gejala Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas,
bahkan bisa tanpa gejala.
Pada stadium lanjut sering memberikan gejala : perdarahan post coitus, keputihan
abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan
abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).

2. Faktor Resiko

Sampai saat ini penyebab pasti kanker leher rahim belum diketahui secara
pasti. Namun, faktor resiko bagi yang terkena kanker leher rahim yaitu : hubungan
seksual pada usia muda dan sering berganti-ganti pasangan; sering menderita
infeksi kelamin; melahirkan banyak anak; kebiasaan merokok.

3. Pencegahan kanker serviks

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks diperlukan


upaya pencegahan-pencegahan sebagai berikut :

a. Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kontak


dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada proses
karsinogen.

b. Pencegahan sekunder, termasuk skrining dan deteksi dini untuk menemukan


kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan
seperti IVA tes dan papsmear

Skrining/ penapisan kanker serviks dilakukan pada wanita yang beresiko


terkena kanker serviks yaitu rentang usia 25 tahun sampai 65 tahun. WHO
(2006) merekomendasikan target populasi dan frekuaensi skrining antara lain :
program skrining dimulai pada usia 25-30 tahun, jika skrining dapat dilakukan
sekali seumur hidup pada perempuan usia 35-45 tahun, bagi usia 50 tahun ke
atas interval skrining 5 tahun sekali, pada usia 25-49 tahun interval tiga tahun
sekali, skrining tidak perlu bagi perempuan usia 65 tahun ke atas.

c. Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik


dan kematian awal.

B. Prosedur Skrining Kanker Serviks

1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Metoda skrining kanker serviks dilakukan dengan cara inspeksi visual asam cuka
(IVA) 3-5% yang menggunakan mata telanjang untuk mendeteksi lesi pra kanker serviks
dengan cara pengolesa asam cuka 3-5 % pada daerah serviks. Bila serviks berubah warna
menjadi putih setelah pengolesan, maka diindikasikan adanya lesi pra kanker. Lesi pra
kanker dapat langsung diobati dengan tindakan krioterapi ( ACCP, 2004; Depkes 2008;
Kemenkes, 2010, WHO, 2006).
Penggunaan metode IVA dianjurkan digunakan untuk fasilitas dan sumber daya
yang sederhana bila IVA adalah cara sederhana dalam mendeteksi kanker serviks secara
dini karena alat yang digunakan sederhana dan tidak perlu pergi ke laboratorium.
Pemeriksaan dengan tes IVA sering digunakan karena nilai akurasinya yang cukup tinggi.
Tes IVA memiliki sensitivitas sebesar 95%, spesifisitas sebesar 99,7%, dengan nilai
prediksi positif sebesar 88,5% dan nilai prediksi negatif 99,9%, maka tidak heran kalau
tes IVA masih sering dilakukan dalam mendeteksi kanker serviks pada wanita (Nugroho
and Setiawan, 2010).

Gb. Atlas IVA Test


Sumber: dedelfemale89.blogspot

Serangkaian penelitian di Indonesia menunjukkan hasil penggunaan tes IVA


merupakan cara yang efektif dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks ( Dumesty,
2010, Erna , 2017)). Penelitian di Semarang terhadap 120 sampel menyebutkan bahwa
pemeriksaan dengan metode IVA mempunyai sensivitas yang cukup tinggi dalam
mendeteksi lesi pra kanker. Penelitian di RSCM pada tahun 2006-2007 pada 1250 orang
menghasilkan bahwa triase dengan tes Pap, tes HPV dan servikografi dapat meningkatkan
efektifitas pemeriksaan dan efektifitas biaya tes IVA dalam mendeteksi lesi pra kanker
seviks.

Tabel 2.2
Perbandingan Metoda Skrining Kanker Serviks

No Jenis Tes Aman Praktis Terjangkau EfektifMudah Tersedia


1 IVA Ya Ya Ya Ya Ya
2 Pap Smear Ya Tidak Tidak Ya Tidak
3 HPV/DNA Ya Tidak Tidak Ya Tidak
4 Cervicography Ya Tidak Tidak Ya Tidak
Sumber: (Kemenkes dalam Erna, 2017)
Beberapa pemeriksaan berikut, dapat membantu menentukan stadium kanker yaitu:
klinik, histologik, sitoskopi, radiologik, rontgen dada, urografi intravena, sigmoidoskopi,
endoskopi, skening tulang dan hati, serta barium enema (Sukaca, 2009).

PENGERTIAN IVA

 IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)

 IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).

 Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar
66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive
predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-
masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).

 Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear


karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.

 Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara
langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu
sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel.

 Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada
larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen)
dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).

TUJUAN IVA

 Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan


dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang
terjadi pada leher rahim.
KEUNTUNGAN IVA

 Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa


lainnya adalah :

1. Mudah, praktis, mampu laksana

2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan

3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana

4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

 Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA

1. Kinerja tes sama dengan tes lain

2. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai


penatalaksanaannya

JADWAL IVA

 Program Skrining Oleh WHO :

1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun

2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun

3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)

4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun.

5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.

6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun
dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

SYARAT MENGIKUTI TEST IVA

1. Sudah pernah melakukan hubungan seksual

2. Tidak sedang datang bulan/haid

3. Tidak sedang hamil

4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual


PELAKSANAAN SKRINING IVA

 Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:

1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.

2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi


litotomi.

3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks

4. Spekulum vagina

5. Asam asetat (3-5%)

6. Swab-lidi berkapas

7. Sarung tangan

CARA KERJA IVA

1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai


prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.

2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan
kaki melebar).

3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.

4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke
vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.

5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.

6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke
leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim
sudah dapat dilihat.

7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif


terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat
penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi
berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti
hasilnya negative.

KATEGORI IVA

 Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat


dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:

1. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.

2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).

3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-
berat atau kanker serviks in situ).

4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

PENATALAKSANAAN IVA

 Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang
telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau
tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya
jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.

 Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2
ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40%
dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera
ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.

 Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada
suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati
dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto.
H, 2010)
 Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa
dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,
penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.

TEMPAT PELAYANAN

 IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA
diantaranya oleh :

1. Perawat terlatih

2. Bidan

3. Dokter Umum

4. Dokter Spesialis Obgyn.

2. PAP SMEAR
1. Pengertian
Pap smear adalah suatu tes untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel
leher rahim (Fitria, 2007). Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas
dari sistem alat kandungan wanita (Lestadi, 2009).

2. Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009 adalah:


a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker
serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang
belum menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
3. Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu:

a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
secret vagina di bagian dinding leteral sepertiga atas.
b. Mendiagnosis peradangan
Peradangan akut maupun kronis pada vagina dan servik dapat dideteksi dengan
pemeriksaan pap smear. Gambaran perubahan sel pada sediaan pap smear
tergantung pada oraganisme penyebabnya
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan
perubahan pada sel dapat diperkirakan organisme penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini
atau lanjut (karsinoma/invasif) dengan akurasi 96% terapi didiagnostik sitologi dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum
dilakukan tindakan sebelumya.
e. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin, hasil
terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim, memantau adanya kekambuhan pada kasus
kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim
yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria (2007)


a. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55
tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Hal ini
disebabkan oleh proses kemunduran pada seluruh organ tubuh sehingga pada usia lebih
lama kemungkinan jatuh sakit (Fitria, 2007).
b. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel
mulut rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear secara rutin
(Fitria, 2007).
c. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau
jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap
timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika
jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada
mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria,
2007).
d. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami
perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda
sel-sel rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak
rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala
macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada
rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati,
sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker
(Fitria, 2007).
5. Wanita yang dianjurkan tes pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear
biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak
menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita
sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah
atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan
seksual atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap
smear.
g. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks.
6. Tempat pemeriksaan pap smear menurut Sukaca 2009 dapat
dilakukan di:
a. Rumah sakit pemerintah.
b. Rumah sakit swasta.
c. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau.
d. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear.
Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan biobsy terarah dan patologi. Pap
smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun masih
ada tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bisa
memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita
yang datang terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.
7. Syarat Pengambilan Bahan
Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis
lesi prakanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan
interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat (Romauli dan
Vindari , 2011) yaitu:
a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
b. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa
haid, yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa
pramenstruasi.
c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan
dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear
harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai
selesai pengobatan.
e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina
(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui
vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24
jam, sebaiknya 48 jam.
f. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan
saja.
8. Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011)
Dilakukan diatas hanya 5% perempuan di Indonesia yang
bersedia melakukan pemeriksaan pap smear banyak kendala. hal
tersebut terjadi antara lain:
a. Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.
b. Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.
c. Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
d. Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan serta tenaga
ahli sitologi.
9. Syarat Pendeteksian Pap Smear
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan
pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum
menstruasi sebelumnya.
b. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas
mengenai aktivitas seksualnya.
c. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum
pengambialn bahan pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan
dalam 24 jam sebelumnya.
e. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang
pemeriksaan pap smear.
10. Langkah-langkah Pengambilan pap smear (Romauli dan Vindari,
2011) yaitu:
a. Persiapan pasien
1) Melakukan informent concent.
2) Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi
dan lampu sorot.
3) Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
4) Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi
dengan posisi litotomi.
b. Pesiapan alat
1) Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti
hanscun, speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah
dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek glass, botol
khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon
tang, kasa steril pada tempatnya, formuler permintaan
pemeriksaan sitologi pap smear, lampu sorot, waskom berisi
larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi,
sampiran.
2). Menyusun perlengkapa/bahan secara ergonomis.
c. Pelaksanaan
1) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk
kering dan bersih.
2) Mengunakan hanscun steril.
3) Melakukan vulva higyene.
4) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda
infeksi.
5) Memasang speculum dalam vagina.
6) Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung
spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh
permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan
mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar
melingkar 3600.
7) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass
secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
8) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
a) Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu
secret masih segar dimasukkan kedalam alkohol 95%.
Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat
diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan
keringterfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam
keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.
b) Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil,
sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau
hair spray pada object glass yang mengandung asupan
secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object
glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian
keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara
terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap
dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa
bersamaan dengan formulir permintaan.
9) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril
dengan menggunakan tampon tang.
10) Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
11) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung
tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%).
13) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah.
14) Temui klien kembali.
15) Mencatat hasil tindakan dalam status.
10 Pengelompokan pap smear
Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009)
yaitu:
a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1
tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik,
terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula
dengan kariotik ringan.Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi.
Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang
bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah
pengobatan.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,
periksa ulang dilakukan setelah pengobatan.
d. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan
ganas.
e. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi (Sukaca, 2009) antara lain:
a. Cara pengambilan cairan yang tepat
Pengambilan cairan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
yaitu bisa terjadi kegagalan skrining (15%), interpretasi (23%), dan
angka positif palsu (3-15%).
b. Petugas kesehatan
Kadang kala petugas kesehatan dapat salah tafsir dalam
menginterprestasikan data. Kesalahan tersebut diantaranya:
1) Kadang kala petugas kesehatan tidak mampu memberikan
pelayanan dan memberikan jawaban yang baik.
2) Petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan tes abnormal
pap smear.
3) Petugas tidak dapat mengindikasikan sel abnormal.
c. Laboratorium
Di dalam laboratorium juga dapat terjadi kesalahan, kasalahan
yang lazim dilakukan dalam laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Laboratorium gagal dalam mendeteksi sel abnormal.
2) Kegagalan dalam melaporkan kualitas cairan yang tidak
memuaskan.
3) Laboratoriun tidak mau melakukan pengulangan.
4) Cairan fiksasi tidak menggunakan alcohol 95%.
5) Cairan terlalu kering dan tipis.
d. Petugas Laboratorium
Terkadang petugas laboratorium juga melakukan suatu kesalahan
antara lain:
1) Cara petugas laboratoriunm tidak sesuai dengan prosedur.
2) Reagen yang dipakai sudah kadaluarsa.
3) Petugas tidak cakap dalam membacakan hasil pemeriksaan.
4) Ketrampilan dan ketelitian petugas diragukan
e. Waktu pengambilan yang tepat
Waktu pemeriksaan pap smear yang tepat adalah saat anda telah
menikah. Begitu halnya pada wanita yang memiliki tingkat
seksualitas yang tinggi. Tes ini dianjurkan agar wanita dapat
terbebas dari penyakit kanker leher rahim yang ganasTes pap smear yang disebut
juga dengan tes pap pertama kali ditemukan oleh Dr. George Papanicolou dimana
dilakukan dengan pengambilan sel di serviks dan diperiksa dengan mikroskop
untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel tersebut (Kartikawati,
2013). Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan papsmear. Adapun sasaran wanita yang dianjurkan untuk
melakukan pap smear yaitu:
 Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
 Setiap tahun untuk wanita yang menggunakan kontrasepsi pil (Prayitno,
2014).
 Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda baik yang sudah menikah
maupun yang belum menikah tetapi aktivitas seksualnya sangat tinggi.
 Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang sering berganti-ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.
 Setiap tahun bagi wanita umur 40-60 tahun dan juga wanita dibawah 20 tahun
yang seksual aktif.
 Apabila sudah 2x tes pap smear negatif (-) dengan interval 3 tahun dan catatan
bahwa wanita risiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
 Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal.
 Sesering mungkin setelah dilakukan penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks.
 Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap
smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah
menjalani histerektomi bukan karena kanker (Sukaca, 2009, Kartikawati,
2013).

Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

 Informed consent
 Pap smear biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan panggul dan disertai
dengan pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh profesional perawatan
kesehatan. Pemeriksaan tidak menyakitkan dan Dilakukan sekitar satu menit
untuk melakukan Pap smear.

 Beberapa ketidaknyamanan selama pemeriksaan dapat terjadi. Re;aksasi membuat


klien lebih nyaman.

 Yakinkan ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya. Posisikan klien litotomi


di meja pemeriksaan Pap smear. Speculum dimasukkan ke introitus vagina untuk
membuka vagina sehingga dinding vagina dan leher rahim dapat terlihat dengan

jelas.

 Sampel lendir dan sel-sel akan diperoleh dari serviks (bagian rahim yang
membentang ke dalam vagina) dan endoserviks (pembukaan serviks)
menggunakan pengikis kayu atau sikat serviks kecil.


 Sampel sel secara merata diaplikasikan pada kaca tipis (glass slide) dan disemprot
dengan fiksatif. Sampel ini dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan di bawah
mikroskop. Saat ini hampir semua provider menggunakan jenis Pap smear baru
yang disebut tes ThinPrep, sampel dibilas ke dalam botol dan dikirim ke
laboratorium untuk persiapan dan pemeriksaan slide.

 Ahli sitologi (spesialis yang dilatih untuk melihat sel dan menafsirkan Pap smear)
menginterpretasikan hasilnya.

Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan
hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang
merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (periksa payudara sendiri – saat
menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah
secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi
benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20
tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan
payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan
melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat
dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk
payudara dengan cara berbaring.

1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.


Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau
tidak). Cara melakukan :
o Tahap 1

Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu,


serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin,
posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.

o Tahap 2

Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud


untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia
dibawahnya.

o Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.

o Tahap 4

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan


menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.


o Tahap 1. Persiapan

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan


membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi
yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian
yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah
kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan
.Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau
penebalan. Periksa payudara Anda dengan menggunakan Vertical Strip
dan Circular.

o Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang


selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah
antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan
tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan
tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-
lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap
tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan
terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan.
Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh
bagian yang ditunjuk.
o Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.

Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang
luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke
puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan
dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola
mammae.

o Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.


Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk
melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

o Tahap 5. Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan
teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

Referensi
Ris_Kan_Payudara_01 (Converted).pdf. Kanser Payudara. Kesan Awal Dengan
Pemeriksaan Sendiri Payudara (PSP). Oktober, 2004
Brosur Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi Dini Kanker Payudara.
TUMOR, IMS dan RADANG PANGGUL

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan KB

Topik/ Sub topik : Tumor, Infeksi Menular Seksual dan Radang

Panggul

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat :

- Menjelaskan tentang Tumor pada Organ Reproduksi

- Menjelaskan Infeksi Menular Seksual dan Radang Panggul

REFERENSI

Ernawati, Kesehatan Reproduksi berbasis Keluarga, 2019, Manggu , Bandung


Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.
Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan.
Jakarta.
Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga
Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.
Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.
Adobe Reader- [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].
Adobe Reader- [SSH-6135-IND.pdf]. Chlamydia Dan Gonorea.
Harahap, M, 1984. Penyakit Menular Seksual. Gramedia, Jakarta.
Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan.
Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.
Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Yatim, Faisal (2005). Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/ Leher
Rahim Dan Indung Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta.
Szychotm, et al. (2014). Wilms’ tumor: biology, diagnosis and treatment.
Translational pediatrics, 3 (1), pp. 12-24.
Plaks, et al. (2013). Circulating Tumor Cell. Science, 341 (6151), Doi:
10.1126/science.1235226
NIH (2018). National Cancer Institute. Cancer Prevention Overview.
NIH. (2018). National Cancer Institute. Symptoms of Cancer.
Canadian Cancer Society. Types of Tumours.
Kementerian Kesehatan RI (2015). Pusat Data dan Informasi. Situasi
Penyakit Kanker.
NIH (2018). Medline Plus. Tumor
Mayo Clinic (2018). Diseases And Conditions. Cancer
WebMD (2017). Benign Tumors
Gotter, et al. Healthline (2016). Benign Tumors.
The American College of Obstetricians and Gynecologists ACOG. Uterine
Fibroids.
Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Uterine Fibroids.
Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Ovarian cysts.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Ovarian Cyst.
Higuera, V. & Wilson, D. Healthline (2017). Ovarian Cysts.
Macon, B. & Yu, W. Healthline (2015). Fibroids.
Stöppler, M. & Shiel, W. MedicineNet (2015). Uterine Fibroids (Benign
Tumors Of The Uterus).
Das, et al. (2016). Pelvic Inflammatory Disease: Improving Awareness,
Prevention, and Treatment. Infection and Drug Resistance, 9, pp.191-197.
Soper, D E. (2010). Pelvic inflammatory Disease. Obstetrics & Gynecology,
116(2), pp.419-428.
ACOG (2015). Pelvic Inflammatory Disease (PID).
NHS (2015). Health A-Z. Pelvic Inflammatory Disease.
Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Pelvic Inflammatory Disease
(PID).
Johnson, T. WebMD (2017). How Do I Know If I Have Pelvic Inflammmatory
Disease.
Newson, L. Patient (2014). Pelvic Inflammatory Disease.
Romito, K. WebMD (2015). Pelvic Inflammatory Disease.

URAIAN MATERI

A. Tumor

Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel yang memperbanyak


diri secara berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati
masih terus bertahan hidup, sementara pembentukan sel baru terus
terjadi.
Tumor dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, dan ada yang bersifat jinak
maupun ganas. Yang dimaksud dengan tumor jinak adalah tumor yang
tidak menyerang sel normal di sekitarnya dan tidak menyebar ke bagian tubuh
lain. Sedangkan tumor ganas bersifat sebaliknya, dan disebut dengan kanker.

Sumber: BundaNet

Sumber: Formaxmanroe.com
Selain itu, di antara tumor jinak dan tumor ganas, ada jenis tumor yang dinamakan tumor
prakanker. Tumor prakanker bukanlah kanker, tetapi dapat menjadi kanker bila tidak
diobati.

Penyebab dan Faktor Risiko Tumor


Tumor terbentuk akibat ketidakseimbangan antara jumlah sel baru yang tumbuh dengan
jumlah sel lama yang mati. Kondisi ini bisa terjadi bila sel baru terbentuk secara
berlebihan, atau sel lama yang seharusnya mati tetap hidup.
Penyebab ketidakseimbangan tersebut dapat berbeda-beda pada setiap jenis tumor, namun
umumnya penyebab belum diketahui secara pasti. Meski begitu, beberapa hal di bawah
diduga berkaitan dengan tumbuhnya tumor:

 Pola makan yang buruk, misalnya terlalu banyak mengonsumsi makanan


berlemak.
 Paparan sinar matahari

 Infeksi virus atau bakteri, misalnya HPV, virus hepatitis, dan H. pylori

 Konsumsi alkohol yang berlebihan

 Paparan radiasi akibat tindakan medis, seperti foto Rontgen atau CT scan.

 Konsumsi obat-obatan imunosupresif, misalnya setelah tindakan transplantasi


organ.

  Merokok

 Obesitas

 Paparan bahan kimia, misalnya arsen atau asbes.

Gejala Tumor
Gejala utama dari tumor adalah terbentuknya benjolan. Benjolan bisa terlihat dengan
mudah dari luar, namun bisa juga tidak terlihat jika tumbuh pada organ dalam. Biasanya
benjolan pada organ dalam baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Selain benjolan, gejala lain yang dapat muncul akibat tumor tergantung pada lokasi, jenis,
dan pengaruh tumor terhadap fungsi organ. Tumor yang tumbuh di organ dalam bisa
tanpa gejala, bisa juga menimbulkan gejala berupa:

 Demam
 Lemas

 Tidak nafsu makan

 Berkeringat di malam hari

 Nyeri dada

 Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning, kemerahan, atau menjadi lebih
gelap

 Perdarahan atau memar yang tidak jelas sebabnya


 Penurunan berat badan.

Diagnosis  Tumor
 Anamnesa Dalam mendiagnosis suatu benjolan, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan untuk menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau
ganas. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi penelusuran gejala melalui tanya-
jawab saat konsultasi,

 pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari:


 Tes urine atau tes darah, untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak normal.
Contohnya adalah pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah dan jenis
sel darah yang mengalami gangguan pada penderita leukemia.

 USG, CT scan, MRI, atau PET scan, untuk mengetahui lokasi, ukuran, dan
penyebaran tumor.

 Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan tumor untuk diperiksa di


laboratorium. Dari pemeriksaan ini, dapat diketahui jenis tumor dan apakah
tumor bersifat ganas atau jinak.

Pengobatan Tumor
Pengobatan tumor ditentukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, serta jinak atau ganasnya
tumor.
 Pada tumor jinak yang ukurannya kecil dan tidak menimbulkan gejala,
penanganan tidak perlu dilakukan. Dokter hanya akan menganjurkan pemeriksaan
berkala untuk memantau perkembangan tumor.
 Pada tumor bersifat jinak, namun berukuran besar hingga menekan saraf,
pembuluh darah, atau mengganggu fungsi organ, maka dokter akan melakukan
tindakan untuk mengangkat tumor.
 Mengangkat tumor, mulai dari dari penggunaan sinar laser hingga tindakan
operasi dengan sayatan pisau bedah.

 Kemoterapi. Terapi ini bertujuan untuk membunuh sel kanker, menggunakan


obat-obatan.

 Radioterapi. Terapi ini bertujuan untuk membunuh dan mencegah penyebaran sel
kanker, serta mengurangi ukuran tumor, menggunakan sinar khusus berenergi
tinggi.

 Terapi hormon. Pertumbuhan beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara


atau kanker prostat, dapat dipengaruhi oleh suatu hormon. Menghambat produksi
hormon tersebut dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.

 Imunoterapi atau terapi biologi. Terapi ini menggunakan obat-obatan yang


memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel kanker.

Prognosis
Kesembuhan penderita tumor tergantung dari jinak atau ganasnya tumor.
 Tumor jinak berpeluang lebih tinggi untuk sembuh setelah dilakukan penanganan.
 Peluang kesembuhan tumor ganas tergantung pada tingkat keganasan atau stadium
kanker. Semakin tinggi stadium, terutama bila sudah menyebar ke organ lain
(stadium 4)metastase , semakin sulit untuk disembuhkan.
 Komplikasi akibat tumor, dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri, lokasi tumor
maupun oleh pengobatan yang diberikan.

Pencegahan Tumor
Pencegahan tumor khususnya dilakukan untuk mencegah tumor yang bersifat ganas
(kanker), karena dapat menyebabkan kematian. Sejak tahun 2015, Kementerian
Kesehatan Indonesia terus mengajak masyarakat untuk mengurangi risiko timbulnya
kanker dengan gerakan ‘CERDIK”, yang merupakan singkatan dari:

 Cek kesehatan secara berkala


 Enyahkan asap rokok

 Rajin aktivitas fisik

 Diet sehat dengan kalori seimbang

 Istirahat yang cukup

 Kelola stres.

Selain gerakan CERDIK, beberapa jenis kanker juga dapat dicegah dengan melakukan
imunisasi. Kanker yang dimaksud adalah kanker hati yang dapat dicegah dengan vaksin
hepatitis B, dan kanker serviks yang bisa dicegah dengan vaksin human papillomavirus
(HPV).

Miom dan Kista


Perbedaan miom dan kista ovarium paling mudah dikenali dari bentuk dan letaknya.
Miom adalah pertumbuhan sel yang bersifat jinak dari otot dinding rahim. Sementara itu,
kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang berkembang di ovarium atau indung
telur. Kista ovarium bisa tumbuh di indung telur bagian kiri, kanan, atau di kedua indung
telur.

Sumber: tribunews.com
Perbedaan Miom dan Kista Ovarium Berdasarkan Penyebab
Penyebab pasti timbulnya miom masih menjadi tanda tanya. Namun ada beberapa faktor
yang bisa memicu pertumbuhannya, antara lain:

 Genetik
Jika nenek, ibu, atau saudara kandung Anda pernah memiliki miom, Anda juga
berpotensi memiliki miom.
 Hormon
Hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi di dalam ovarium bisa memicu
pertumbuhan miom.

 Usia mentruasi pertama terlalu dini


Penelitian menunjukkan wanita yang mengalami menstruasi pertama di bawah
usia 10 tahun memiliki risiko terkena miom lebih tinggi.

 kista ovarium bisa tumbuh secara alami di dalam tubuh wanita, terutama pada
wanita yang sedang berada di dalam masa subur atau sedang haid. Tetapi, kista
akan menimbulkan masalah jika ukurannya membesar, biasanya pada penyakit
tertentu, seperti endometriosis dan sindrom polisistik ovarium (PCOS).

Perbedaan Miom dan Kista Ovarium Berdasarkan Gejala


 Pertumbuhan miom dan kista sering tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan
gejala, terlebih jika ukurannya masih kecil atau jumlahnya sedikit.
 Miom dan kista ovarium ini biasanya terdeteksidengan pemeriksaan USG rahim.
 Miom bisa ditandai dengan perdarahan dari vagina, perut kram, nyeri panggul
saat menstruasi, serta sering buang air kecil.
 Kista yang membesar dan menyebabkan perut membesar, kembung, mual,
muntah, sakit saat berhubungan seksual, nyeri payudara, sakit di punggung
belakang atau paha. Jika kondisinya semakin parah, dapat disertai dengan demam,
lemas, serta nyeri panggul yang sangat mengganggu.

Pengobatan Miom dan Kista Ovarium


 Pada kondisi ringan dengan gejala yang tidak terlalu berat, dokter akan
menyarankan pemeriksaan berkala untuk memantau perkembangan kista atau
miom.
 Pengobatan jika gejala yang mengganggu, miom dan kista ovarium bisa
menyebabkan komplikasi seperti anemia, torsi ovarium, atau pecahnya kista.
 Pengobatan miom atau kista bisa dengan pemberian hormon, misalnya pil KB
atau hormon gonadotropin.
 Jika ukuran miom besar atau jumlahnya banyak, maka akan diperlukan tindakan
operasi pengangkatan miom. Jika ukuran kista besar atau dicurigai terdapat
kanker, akan diperlukan tindakan operasi.

B. Infeksi Menular Seksual

Saluran reproduksi rentan terhadap infeksi, terlebih dengan gaya hidup dan
perilaku yang kurang mendukung pada kesehatan. Sudut pandang epidemiologi ternyata
PMS berkembang sangat cepat dan berhubungan dengan pertambahan penduduk, migrasi,
perubahan perilaku seksual yang semakin bebas dan tanpa batas dan perubahan gaya
hidup. Mata rantai penularan PMS tidak hanya melalui perilaku seksual dengan bergonta
ganti pasangan dan pengguna jasa Wanita Tunasusila (WTS), tapi lebih mengerikan
perkembangan perilaku seksual sekarang sudah sangat meresahkan yang dampaknya
menghancurkan tatanan keluarga dan reproduksi manusia tidak berfungsi. Bentuk
penyimpangan seks yang merupakan fenomena yang merebak di era modern yang disertai
dengan berkembanganya media pornografi yang sangat mudah diakses oleh siapapun.
Penyuka sesame jenis yang memiliki orientasi seks sejenis seperti Lesbian, Gay,
perilaku biseksual, trasgender, pedofilia, incest, Swinger (bertukar pasangan) sangat
memprihatinkan dan merupakan bentuk penyimpangan seksual yang lebih dari
perzinahan dan pencabulan. Dan penyakit perilaku seksual ini dilakukan oleh orang yang
kadang dekat dengan keluarga. Penyakit ini dapat menyusup ke dalam rumah tangga dan
berakibat penularan penyakit pada anggota keluarga serta berdampak pada kehancuran
keluarga.
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang disebabkan oleh
mikrorganisme yang terdiri dari bakteri, virus, parasite atau jamur yang ditularkan
melalui hubungan seksual. IMS merupakan salah satu penyebab infeksi saluran
reproduksi (Sarwono 2010). Penyakit ini berkembang biak melalui gaya hidup yang tidak
sehat dengan Perubahan Perilaku seksual. Prevalensi IMS/ ISR di Negara berkembang
jauh lebih tinggi daripada Negara maju (Sarwono, 2010).
Trendnya semakin meningkat sebagai dampak dari globalisasi pada semua sektor
termasuk pada prilaku gaya hidup, pola konsumsi masyarakat, penurunan aktifitas fisik
dan meningkatnya polusi (Dep Kes RI, 2005 ). Hal tersebut menyebabkan berubahnya
gaya hidup manusia, termasuk didalamnya pola makan, pola hubungan seksual, serta
maraknya bahan yang bersifat karsinogenik (Sukaca, 2009). Penyakit kanker dapat
menyerang semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali, tanpa mengenal status sosial, usia,
dan juga jenis kelamin. (Supriyanto, 2014).
Salah satu jenis kanker yang menimbulkan kekhawatiran dan ancaman kematian
cukup tinggi bagi kaum wanita adalah kanker leher rahim Menurut WHO, kanker
serviks merupakan kanker tersering kedua dan penyebab utama kematian setiap tahunnya
kurang lebih 250 jiwa khususnya di negara-negara berkembang (Aulia, 2012).
Infeksi Menular Seksual merupakan masalah kesehatan masyarakat. Menurut
Sarwono (2010), Berdasarkan penyebabnya, ISR dapat dibedakan menjadi:

1. IMS, yang disebabkan oleh Virus, bakteri atau parasite yang ditularkan
melalui aktivitas seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi. tempat yang
terinfeksi tidak semata mata di kelamin itu sendiri tapi dapat terjadi di
berbagai tempat di luar kelamin. Penyakit kelamin dikenal dengan veneral
diseases penyakit yang menurut versi Yunani merupakan penyakit Dewi
Cinta. Namun dalam perkembangannya Penyakit ini lebih bervariasi sehingga
berubah menjadi Sexually transmissed disease (STD) yang kemudian kita
kenal Penyakit Menular sexual (PMS). Penyakit ini terdiri dari sifilis, gonore,
ulkus mola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale, trikomoniasis,
herpes genital, kondiloma akuminata dan infeksi HIV.
2. Infeksi endogen yang merupakan akibat dari pertumbuhan organisme yang
secara normal terdapat dalam vagina (endogen) oleh flora normal komensal
yang tumbuh berlebihan pada kasus kandidosis vaginalis dan vaginosis
bacterial.
3. Infeksi Iatrogenik yang disebabkan oleh organime yang masuk ke saluran
reproduksi akibat prosedur medic atau intervensi selama kehamilan,
persalinan, pasca salin yang dapat juga melalui kontaminasi instrument.
Penanganan yang benar disertai pendidikan dan upaya preventif diperlukan
kesadaran dari personal akan bahaya yang mengancam jiwa akan mengurangi
perkembangbiakan penyakit ini.

Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan
terinfeksi adalah seseorang yang punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat, pekerjaan
yang beresiko dan memiliki banyak partner sex. Secara umum Penyakit menular seksual
antara lain :

1. Herpes
2. Gonorea
3. Sifilis
4. Chlamidia
5. Condiloma akuminata
6. HIV

HERPES

Pengertian herpes adalah infeksi akut pada genetalia dengan gejala khas berupa vesikel.

Etiologi

Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin,
tanpa melalui hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau
sewaktu proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada
alat kelamin luar.

Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II

HSV tipe I HSV tipe II


Kulit dan mukosa di luar Kulit dan mukosa daerah genetalia
Predileksi
dan perianal
Kultur pada chorioallatoic Membentuk bercak kecil Membentuk pock besar dan tebal
membran (CAM) dari telur
ayam
Serologi Antibodi terhadap HSV Antibodi terhadap HSV tipe II
tipe I
Sifat lain Tidak bersifat onkogeni Bersifat onkogeni

Epidemiologi

Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur 10x lebih tinggi daripada
wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok dengan
sosioekonomi rendah.
Patogenesis

Infeksi herpes genitalis dapat sebagai infeksi primer maupun sebagai infeksi rekuren.

 Infeksi primer – Infeksi primer terjadi bila virus dari luar masuk ke dalam tubuh
penderita, DNA dari tubuh penderita melakukan penggabungan dan mengadakan
multiplikasi. Pada saat itu, tubuh hospes belum memiliki antibodi yang spesifik
hingga menimbulkan lesi lebih luas. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut
syaraf sensorik menuju ganglion sakralis (syaraf regional) dan berdiam disana.
 Infeksi rekuren – Infeksi rekuren terjadi pada suatu waktu bila ada faktor tertentu
(trigger factor) sehingga virus mengalami reaktivitas dan multiplikasi kembali.

Gambaran Klinis (Tanda dan Gejala)

 Timbul erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
 Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan
berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
 5-7 hari, vesikel pecah dan keluar cairan jernih sehingga timbul keropeng.
 Kadang dapat kambuh lagi.

Komplikasi

 Gangguan mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani herpetika terjadi
bila mengenai region genetalia.
 Abortus
 Anomali kongenital
 Infeksi pada neonatus (konjungtifitis/ keratis, ensefalitis, vesikulitis kutis, ikterus,
dan anomali konvulsi).

Penanganan

 Lakukan pemeriksaan serologi (STS).


 Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3 x 500 mg.
 Bersihkan lesi dengan larutan antiseptic dan kompres dengan air hangat.
 Keringkan dan oleskan acyclovir 5% topikal setelah nyeri berkurang.
 Berikan acyclovir tablet 200 mg tiap 4 jam.
 Rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis,
reaksi neurologik lokal, ketuban pecah dini maupun partus prematurus.
 Berikan pengobatan pada pasangan berupa acyclovir oral selama 7 hari.
 Bila terpaksa partus pervaginam, hindari transmisi ke bayi atau penolong.

GONORHEA
Pengertian, adalah penyakit kelamin yang bisa terjadi pada pria maupun wanita.Disebut
juga penyakit kencing nanah atau GO.

Penyebab

Penyebabnya adalah kuman Neisseria Gonorrhoea, disebut juga gonokokus, berbentuk


diplokokus.

Kuman ini menyerang selaput lendir dari :

 Vagina, saluran kencing dan daerah rahim/ leher rahim.


 Saluran tuba fallopi.
 Anus dan rektum.
 Kelopak mata.
 Tenggorokan.

Tanda dan Gejala

Penularan melalui oral, anal dan vaginal seks. Hampir 90% penderita GO tidak
memperlihatkan keluhan dan gejala. Tanda pada penderita GO baik lelaki dan
perempuan, bisa tanpa keluhan dan gejala.

Lelaki

 Keluar cairan putih kekuning-kuningan melalui penis.


 Terasa panas dan nyeri pada waktu kencing.
 Sering buang  air kecil.
 Terjadi pembengkakan pada pelir (testis).

Perempuan

 Pengeluaran cairan vagina tidak seperti biasa.


 Panas dan nyeri saat kencing.
 Keluhan dan gejala terkadang belum tampak meskipun sudah menular ke saluran
tuba fallopi.

Bila gejala sudah meluas ke arah PID (Pelvic Inflamatory Disease) maka sering timbul :

 Nyeri perut bagian bawah.


 Nyeri pinggang bagian bawah.
 Nyeri sewaktu hubungan seksual.
 Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid.
 Mual-mual.
 Terdapat infeksi rektum atau anus.

Bila GO tidak diobati maka ± 1% dari lelaki dan wanita, akan terjadi DGI atau
Dessiminated Gonorrhoe Infection. Tanda dan gejalanya  berupa demam, bercak di kulit,
persendian bengkak dan nyeri, peradangan pada dinding rongga jantung, peradangan
selaput pembungkus otak serta meningitis.
Komplikasi

Komplikasi dapat timbul pada bayi, lelaki maupun perempuan dewasa.

1.   Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran
kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,

2.   Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir
rahim setelah melahirkan (post partum endometriosis), abortus, cistitis (peradangan
kandung kencing), peradangan disertai pus.

Pencegahan

 Menghindari seks bebas (free sex).


 Monogami.
 Penggunaan kondom saat vaginal, oral maupun anal seks.

Penanganan

1. Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal,
lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram
oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM
dosis tunggal.

2. Masa nifas, berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal. b)


Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.

3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)


Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam klamtanat
50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.

4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual.

5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.

6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan
pengobatan hingga tuntas.

SIFILIS

Pengertian

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat kronik dan
sistematik. Nama lain adalah Lues venereal atau raja singa.

Penyebab

Penyebabnya adalah Treponema Pallidum, termasuk ordo Spirochaecrales, familia


Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk spiral teratur, panjang 6-15 µm, lebar
0,15 µm, terdiri atas 8-24 lekukan. Pembiakan secara pembelahan melintang, pada
stadium aktif terjadi setiap 30 jam.
Klasifikasi

Sifilis terbagi menjadi sifilis congenital dan sifilis akuista.

1.   Sifilis Kongenital, terbagi atas : a) Dini (sebelum 2 tahun); b) Lanjut (sesudah 2
tahun); Stigmata

2.   Sifilis Akuista, terbagi : a) Klinik; b) Epidemiologik

Menurut caranya sifilis dibagi menjadi tiga stadium yaitu : Stadium I (SI); Stadium II
(SII); Stadium III (SIII)

Secara epidemiologik, WHO membagi menjadi :

 Stadium dini menular ( dalam waktu 2 tahun sejak infeksi), terdiri dari SI, SII,
stadium rekuren dan stadium laten dini.
 Stadium lanjut tak menular (setelah 2 tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium
laten lanjut dan SIII.

Komplikasi

 Pada kehamilan: a) Kurang dari 16 minggu : kematian janin (sifilis fetalis). b)


Stadium lanjut : prematur, gangguan pertumbuhan  intra uterin, cacat berat
(pnemonia, sirosis hepatika, splenomegali, pankreas kongenital, kelainan kulit dan
osteokondritis).

Tanda dan gejala

 Lesi (berupa ulkus, soliter, dasar bersih, batas halus, bentuk bulat/longitudinal).
 Tanpa nyeri tekan.

Penanganan

1. Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada persalinan.

2. Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada penggunaan instrumen.

3. Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap minggu dengan
4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100 mg oral hingga 20
hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.

4. Sebelum pemberian terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis
kongenital, maka dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap
bulan sampai negatif. Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per
minggu hingga 4x pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari).

5. Lakukan konseling preventif, pengobatan tuntas dan asuhan mandiri.

6. Memastikan pengobatan lengkap dan kontrol terjadwal.

7. Pantau lesi kronik atau gejala neurologik yang menyertai.

CHLAMYDIA
Pengertian

Adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Chlamydia trachomatis dan dapat diobati.

Penyebab

Kuman Chlamydia trachomatis.

Penularan

Kuman ini menyerang sel pada selaput lendir : a) Uretra, vagina, serviks dan
endometrium. b) Saluran tuba fallopi. c) Anus dan rektum. d) Kelopak mata. e)
Tenggorokan (insiden jarang).

Chlamydia paling sering menyerang pada usia muda dan remaja. Penularannya dapat
melalui : hubungan seksual secara oral, anal maupun oral seks; hubungan seksual dengan
tangan, sehingga cairan mani terpercik ke mata; dari ibu ke bayi sewaktu proses
persalinan.

Tanda dan gejala

Sekitar 75 % perempuan dan 50% laki-laki yang tertular Chalmydia tidak menunjukkan
tanda dan gejala. Keluhan dan gejala biasanya timbul sekitar 3 minggu setelah tertular
kuman chlamydia.

Adapun tanda dan gejalanya adalah :

1. Menderita proktitis (radang rektum), urethritis (radang saluran kencing) dan


konjungtivitis (radang selaput putih mata).

2. Pada wanita : keluar cairan dari vagina; perasaan panas dan nyeri sewaktu buang air
kecil

3. Bila sudah menyebar ke tuba fallopi, akan timbul : nyeri perut bagian bawah; nyeri
sewaktu coitus; timbul perdarahan pervaginam diantara siklus haid; demam dan mual-
mual

4. Pada pria : keluar cairan kuning seperti pus dari penis; nyeri dan rasa terbakar sewaktu
kencing; nyeri dan bengkak pada testis

Komplikasi

Perempuan Laki-laki Bayi baru lahir


1. PID 1. Kebutaan
1. Prostitis
2. Infertil 2. Pneumoni (radang
2. Timbul jaringan parut
paru)
3. Radang kandung pada urethra
kencing (cyctitis) 3. Kematian
3. Infertil
4. Radang serviks
4. Epididimis
(servisitis)
Pencegahan

1) Hindari seks bebas; 2) Monogami; 3) Gunakan kondom saat hubungan seks baik
dengan oral, anal maupun vaginal seks.

Penanganan

1. Doksisiklin per oral 2x sehari selama 7 hari.

2. Asitromisin dengan pemberian dosis tunggal (kontraindikasi untuk ibu hamil, gunakan
eritromisin, amoksilin, azitromisin).

3. Lakukan follow-up pada penderita dengan : a) Apakah obat yang diberikan sudah
diminum sesuai anjuran. b) Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati. c) Jangan
melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai. d) Lakukan periksa ulang 3-4
bulan setelah selesai pengobatan.

Kondiloma Akuminata

Gb. Kutil Kelamin


Sumber: Kaskus.co.id

Kutil kelamin/ kondiloma akuminata merupakan salah satu jenis penyakit seksual yang
menyerang kelamin. Biasanya ini menyerang pada seseorang yang terkena HIV/AIDS
yang sudah terkena infeksi Human Papillomavirus. Human Papillomavirus atau HPV
adalah penyebab utama terjadinya kanker serviks (Novita, 2011, Walboomers et al.,
1999). Penelitian menunjukkan bahwa infeksi HPV (Human Papillomavirus)
menyebabkan terjadinya CIN 1, CIN 2, CIN 3 (Hwang et al., 2010), dan kanker serviks
(Saydam, 2012). HPV merupakan virus yang menyebabkan keganasan pada kanker
serviks, bersifat onkogenik dan berpotensi menyebabkan kanker.

Tanda dan gejalanya antara lain :


 Daging kecil membengkak berwarna merah, kecil dan terletak pada bagian genital
 Rasa tidak nyaman seperti gatal dan panas pada are genital
 Mengeluarkan darah saat melakukan hubungan seksual.

Penyebab Kutil Kelamin


Kutil kelamin disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Penyebaran kutil kelamin
terjadi melalui hubungan seksual, baik melalui vagina, maupun secara oral atau anal. Di
samping itu, virus juga bisa menular ketika tangan penderita kutil kelamin menyentuh
kelamin sendiri, lalu menyentuh kelamin pasangannya.
Penyebaran kutil kelamin juga dapat terjadi, akibat berbagi penggunaan alat bantu seks
(sex toys). Pada kasus yang jarang terjadi, kutil kelamin dapat menular ke bayi, dari ibu
yang terinfeksi virus. Perlu diketahui, kutil kelamin tidak menular melalui ciuman, atau
media tertentu seperti alat makan, handuk, dan toilet duduk.
Diagnosis Kutil Kelamin
Dokter dapat mendiagnosis pasien dengan melihat atau mendengar mengenai gejala yang
dialami pasien. Apabila kutil kelamin tidak terlihat, maka dokter dapat meminta pasien
menjalani tes seperti:

 Pap smear
 Kolposkopi

 Tes HPV-DNA

Pengobatan Kutil Kelamin


Kutil kelamin tidak perlu diobati jika tidak menimbulkan gejala yang mengganggu. Bila
kutil kelamin menyebabkan gejala dokter dapat mengobatinya dengan obat-obatan yang
mengandung asam trikloroasetat. Dokter juga dapat mengobati pasien dengan prosedur
bedah seperti:

 Eksisi
 Electrocautery

 Krioterapi

 Bedah laser

Komplikasi Kutil Kelamin


Ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh kutil kelamin, antara lain:

 Memicu terjadinya kanker di daerah kemaluan, mulut dan tenggorokan.


 Gangguan saat kehamilan.

 Bayi yang terlahir dari ibu dengan kutil kelamin berisiko mengalami infeksi kutil
di ternggorokan.

Pencegahan Kutil Kelamin


Kutil kelamin dapat dicegah dengan sejumlah cara, seperti:

 Tidak melakukan seks bebas.


 Gunakan kondom setiap berhubungan seks.

 Tidak berbagi alat bantu seks.

 Mendapat imunisasi HPV.

HIV/AIDS

PENDAHULUAN
Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat
bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami
peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa
terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya. HIV/ AIDS belum ada
vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada
kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan
kondom bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini
adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit
infeksi menular seksual.

REFERENSI

Adobe reader-[challenges-opportunitis_id.pdf]. Laporan Eksekutif Menkes RI Tentang


Penanggulangan HIV/ AIDS Respon Menangkal Bencana Nasional Pada Sidang Kabinet
Maret 2002. Jakarta.

Adobe reader-[who_ilo_guidelines_indonesian.pdf]. Pedoman Bersama ILO/ WHO


tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/ AIDS.September 2005.

Adobe Reader-[HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].

Adobe Reader-[ASHMO3HIVposFactsheetInd.pdf]. Informasi Pasien.

Adobe Reader-[CoveringthoseaffectedbyHIVAIDS.pdf]. Liputan Tentang Mereka Yang


Mengidap HIV/AIDS.

BERITA IPTEK ONLINE: Mengamati Pengaruh HIV pada kesuburan pria. Hadhimulya
Asmara.10 Mei 2007.

Farida Aprilianingrum, SKM.Pemberdayaan Pekerja Sex Sunan Kuning : Learning


Resources Center : Pusat Media Belajar Kesehatan.

URAIAN MATERI
Definisi

AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan


sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang
oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan
sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari  Human Immunodeficiency Virus.

Epidemiologi

Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem
imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat
kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC
selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1
jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung
suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia
seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.

Gejala Infeksi HIV/ AIDS

 Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama
1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak
kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan  tidak gatal. Sakit kepala, sakit
pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-
mual, maupun muntah-muntah.
 Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi
sampai 10 tahun.
 Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan
penderita masuk dalam fase AIDS.
 AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang
tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS
diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan
paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,  penurunan berat
badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang
tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, 
infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah
memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

Stadium Infeksi

AIDS Council of NSW

Stadium 1 Infeksi primer:

Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.

Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:

Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.

Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:

Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.

Stadium 4 Kelainan berat:

Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang
menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).

WHO

Stadium I

Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.

Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan
(dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering
kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA
(infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi
bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.

Stadium III

Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya
lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1
bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1
tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat
aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.

Stadium IV

 Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik
yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan
demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
 Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
 Toksoplasmosis pada otak.
 Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
 Kriptokokosis di luar paru.
 Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
 Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau
dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
 PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
 Setiap infeksi jamur yang menyeluruh,
misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
 Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
 Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
 Septikemia salmonela bukan tifoid.
 TB di luar paru.
 Limfoma.
 Kaposi’s sarkoma.
 Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.

Kelompok Resiko

Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah
pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual,
penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.

Dampak HIV/ AIDS


Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya
kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi
dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya
ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.

Cara Penularan

HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan
vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air
mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi
menularkan HIV.

Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang
digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan
darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan
maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung
dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah
ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.

Penularan HIV/ AIDS :

 Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks


dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung
(kondom).
 Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah
yang sudah tercemar virus HIV.
 Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum
tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
 Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan,
tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

Cara Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku


beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun
pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual
(monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral
dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara
menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan
seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual  aman). Sedangkan pencegahan
pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk
menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu
terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut
ataupun mata.

Pemeriksaan HIV/ AIDS

Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan
setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko.  Apabila sudah
terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA
dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk
negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang
dilakukan 2-3 kali.

Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :

1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar;
dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan
transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil
dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.

2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap
(whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf
dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel;
hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal
untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin
(2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak
terpikirkan implikasinya.

3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana;
cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih
aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing
yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya
mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.

4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif
dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus
terlatih.

5. Antigen Virus – Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah;


mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan :
kurang sensitif untuk tes darah.

6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) – Kelemahan : perlu pelayanan konseling


yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.

Pengobatan HIV/ AIDS

Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.

Jenis obat-obat antiretroviral :

 Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion
inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini
adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
 Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke
dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah
golongan Nukes dan Non-Nukes.
 Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi
menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat
ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
 Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong
DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah
beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
 Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger)
kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam
penelitian tahap lanjut pada manusia.
 Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat
pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam
percobaan.

Perawatan dan Dukungan

Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali.
Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA
sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani
kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/
AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.

Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS

1) Makan makanan bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas.


3) Istirahat cukup. 4) Sayangilah diri sendiri. 5) Temuilah teman/ saudara sesering
mungkin. 6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan. 7) Berusaha untuk menghindari
infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.

Perawatan di rumah (home care)

1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara penularan,
pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian
bantuan dan motivasi hidup.

2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi


dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan,
menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan
masalah.

3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan
baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.

4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan
matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat
batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.

5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat
nyamuk.

6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik
(ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta
memperlakukan anak secara normal.

7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.

Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan
tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan
depresi.

8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan,


membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).
Komplikasi HIV dan AIDS
Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan
terserang berbagai penyakit, antara lain:

 Tuberculosis (TB). TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV,
bahkan menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.
 Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak.

 Cytomegalovirus. Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu


kelompok virus herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
pencernaan, dan paru-paru.

 Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada
sejumlah area tubuh.

 Infeksi ini disebabkan oleh parasit yang hidup di sistem pencernaan.

 Meningitis kriptokokus. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan tulang
belakang yang disebabkan oleh jamur.

 Wasting syndrome. Wasting syndrome merupakan kondisi ketika penderita AIDS


kehilangan 10% berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis.

 HIV-associated nephropathy (HIVAN). HIVAN adalah peradangan pada saringan di


ginjal. Kondisi ini menyebabkan gangguan untuk membuang limbah sisa metabolisme
dari tubuh.

 Gangguan neurologis. Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita
AIDS dapat mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit
berjalan. Salah satu gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah
demensia.

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, namun ada
jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus
HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4.
Beberapa jenis obat ARV, antara lain:

 Efavirenz
 Etravirine

 Nevirapine

 Lamivudin

 Zidovudin
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel
CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan
tiap 3-6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan,
dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.
Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV, agar
perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda pengobatan hanya akan membuat
virus terus merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV
terserang AIDS. Selain itu, penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk
dokter. Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan
memperburuk kondisi pasien.
Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu ingat, dan tetap ikuti
jadwal berikutnya. Namun bila dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan
dengan dokter. Dokter dapat mengganti resep atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat
itu.
Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Karena itu,
pasien perlu mengetahui efek samping yang timbul akibat konsumsi obat ini, di
antaranya:

 Diare.
 Mual dan muntah.

 Mulut kering.

 Kerapuhan tulang.

 Kadar gula darah tinggi.

 Kadar kolesterol abnormal.

 Kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis).

 Penyakit jantung.

 Pusing.

 Sakit kepala.

 Sulit tidur.

 Tubuh terasa lelah.

RADANG PANGGUL
Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan karena infeksi pada bagian organ

reproduksi pada wanita. Gejala yang muncul saat terkena penyakit ini antara lain rasa

sakit dan nyeri pada bagian perut bawah dan panggul, sering terasa keputihan yang tidak

nyaman, bau yang tidak sedap pada vagina, rasa sakit yang berlebihan saat melakukan

hubungan seksual, sering demam dan menggigil, dan yang terakhir merasa sakit saat

buang air kecil.

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah suatu infeksi yang

menjangkiti serviks (leher rahim), uterus (rahim), tuba falopi (saluran indung telur), dan

ovarium (indung telur). Kasus radang panggul sebagian besar ditemukan pada perempuan

berusia 15-24 tahun yang aktif secara seksual. Selain infertilitas, penyakit radang panggul

yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan

ektopik.

Penyebab Radang Panggul


 Infeksi menular seksual karena Bakteri pada infeksi menular seksual, seperti
chlamydia dan gonore.Bakteri ini dapat menyebar dari vagina hingga ke organ
reproduksi bagian atas.
 Beberapa bakteri yang biasanya hidup pada vagina akan melewati vagina dan
menginfeksi organ tubuh lainnya.
 Keguguran, tindakan aborsi,
 sering berganti pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa kondom,
 memiliki riwayat radang panggul dan infeksi menular seksual sebelumnya
 penggunaan alat kontrasepsi IUD (spiral).
Gejala Radang Panggul
 Organ reproduksi yang terinfeksi radang panggul tidak selalu menunjukkan
gejala, sehingga pada sebagian besar kasusnya sulit untuk dikenali.
 Gejala yang dialami dapat berupa rasa nyeri pada daerah panggul, nyeri pada
perut bagian bawah,
 nyeri ketika buang air kecil, atau
 nyeri saat berhubungan seksual.
 demam, mual, dan muntah-muntah.
 Keputihan yang berubah warna menjadi kuning atau hijau juga bisa menjadi
pertanda telah terjadi infeksi pada organ reproduksi.
 Waspadai juga periode menstruasi yang lebih lama serta
 pendarahan yang terjadi di antara menstruasi atau setelah berhubungan seksual.
Diagnosis Radang Panggul
a. Anamnesa berupa gejala yang dialami, informasi tentang riwayat kesehatannya, serta
aktivitas seksualnya.
b. Pemeriksaan penunjang yaitu dengan pemeriksaan pengambilan sampel dari cairan
vagina (swab vagina) atau dari leher rahim untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri,
serta jenis bakteri yang menginfeksi.
c. tes darah, tes urine, tes kehamilan, dan USG.
d. laparoskopi atau pembedahan kecil pada bagian perut untuk memasukkan kamera
mikro guna melihat kondisi organ dalam pasien dan mengambil sampel jaringan bila
diperlukan

Pengobatan Radang Panggul


 Pengobatan radang panggul atau pelvic inflammatory disease dapat dilakukan
dengan cara pemberian antibiotic: pada penderita yang masih berada pada tahapan
awal penyakit. Biasanya penderita akan diberikan antibiotik metronidazole,
ofloxacin, doxycycline, atau ceftriaxone untuk mengobati infeksi bakteri,
setidaknya selama 14 hari.
 Pemberian antibiotik dapat disertai dengan pemberian obat pereda sakit, seperti
ibuprofen dan paracetamol jika penderita merasakan sakit di daerah perut atau
panggul.
 Bagi penderita yang sedang hamil, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
sebelum mengonsumsi antibiotik.
 Pasien dapat didiagnosis radang panggul setelah hasil tes terhadap bakteri
penyebab seperti chlamydia atau gonore dinyatakan positif. Walau pada sebagian
besar kasus, hasil yang keluar adalah negatif, bukan berarti pasien tersebut tidak
menderita radang panggul.
 Jika terdapat indikasi radang panggul, bagi yang telah aktif secara seksual maka
pasangan akan diperiksa juga untuk mendeteksi terjadinya penularan.
 Dalam kasus tertentu, abses dapat terjadi di rahim atau tuba falopi, di mana
terdapat nanah atau cairan yang berkumpul. Jika hasil diagnosis ditemukan adanya
abses, pasien akan langsung dirawat di rumah sakit.
 Pengobatan dengan antibiotic harus sampai tuntas sesuai dengan periode
konsumsi yang dianjurkan oleh dokter agar infeksi bakteri benar-benar hilang.
 Bagi penderita radang panggul yang memakai alat kontrasepsi IUD, dokter
kemungkinan akan menganjurkan pencabutan alat kontrasepsi tersebut bila gejala
tidak kunjung membaik setelah beberapa hari.
 tidak berhubungan seksual selama proses pengobatan berlangsung.
 Prosedur operasi dilakukan jika abses telah muncul pada organ yang terinfeksi dan
terdapat jaringan parut yang menyebabkan nyeri. Tindakan operasi dapat
dilakukan dengan membuka perut (laparotomi) atau dengan bedah minimal invasif
(laparoskopi), untuk mengangkat atau mengalirkan abses dan memotong jaringan
parut.

Komplikasi Radang Panggul


Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita
tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan.
 Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah nyeri panggul yang berkepanjangan
(kronik), munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada penderita,
kemandulan (infertilitas), dan terjadinya kehamilan ektopik.
 Radang panggul yang berulang membuat kondisi organ reproduksi tersebut rentan
terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus menyelesaikan
masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadinya infertilitas.
Infeksi berulang khususnya pada tuba falopi dapat mengakibatkan terjadinya
kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan menyempitnya tuba falopi
hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di dalam tuba falopi.
Jika kehamilan ektopik terus berlanjut, dapat terjadi robekan tuba dan perdarahan
di dalam yang mengancam nyawa penderitanya, sehingga tindakan operasi harus
segera dilakukan.
 Komplikasi kehamilan seperti keguguran, lahir prematur, dan kematian janin juga
dapat terjadi jika pengobatan tidak dilakukan hingga tuntas.
 Nyeri panggul yang berkepanjangan dapat menyebabkan depresi dan insomnia
pada penderitanya, sehingga berpengaruh pada aktivitas sehari-hari.
 Reiter Syndrome penyakit yang menyebabkan radang sendi dan peradangan pada
mata sebagai respons sistem imun tubuh yang berlebihan terhadap radang
panggul.

Pencegahan Radang Panggul


 Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin jika memiliki risiko tertular infeksi
menular seksual.
 Berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis kontrasepsi yang tepat.

 Hindarilah mencuci vagina bagian dalam dengan teknik vaginal douching karena
akan mengganggu keseimbangan bakteri baik (flora normal) dalam vagina.

 Pemeriksaan dan pengobatan bersama pasangan guna mencegah penyebaran


infeksi menular seksual dan kemungkinan radang panggul berulang.

 Perilaku kehidupan seksual yang sehat, tidak berganti pasangan dan hubungan
seksual yang aman

Anda mungkin juga menyukai