Anda di halaman 1dari 67

MODUL 6:

TOLONGLAH DOK…

Ny. Nedia 33 tahun telah menikah selama 7 tahun dan sampai saat ini masih belum pernah
mengalami kehamilan meski ia tidak pernah memakai alat kontrasepsi sebelumnya. Untuk itu ia dan
suaminya datang berkonsultasi kepada seorang dokter. Dokter menjelaskan tentang infertilitas dan
membagi menjadi infertilitas pada pria dan wanita. Dokter menanyakan mengenai menarche,
perdarahan abnormal, riwayat amenorea, dismenorea dan apakah terdapat gangguan seksual pada
salah satu pasangan. Untuk hal-hal seperti ini diperlukan penanganan yang komprehensif untuk
mengatasi masalah infertilitasnya.

Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang terhadap Ny Nedia dan suaminya, dokter lalu
membandingkan hasil yang didapat dengan nilai-nilai standar tiap pemeriksaan penunjang. Dokter
lalu menyarankan Ny Nedia dan suaminya ke dokter SpOG. Dokter SpOG melakukan pemeriksaan
Saline Infusion Sonohysterography dan mendapatkan hasil bahwa kedua tuba Ny. Nedia paten lalu
mempertimbangkan agar pasangan ini mengikuti prosedur Tekhnologi Reproduksi Berbantu untuk
mengatasi masalah yang mereka hadapi setelah sebelumnya memberikan konseling terhadap
pasangan suami istri ini.

Bagaimana Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Ny. Nedia dan Suaminya ?

STEP 1 : TERMINOLOGI
1. infertilitas : Ketidaksuburan atau infertilitas atau kemandulan adalah suatu kondisi di
mana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Menarche : adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang wanita
yang sedang menginjak dewasa. Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche
berbeda-beda, sebab hal itu tergantung kepada faktor genetik (keturunan), bentuk tubuh,
serta gizi seseorang
3. Amenorea : adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik
(oligomenorea) atau tidak terjadinya perdarahan haid, minimal tiga bulan berturut-turut.
Terjadinya amenorea dan Oligomenorea sering kali mempunyai penyebab yang sama.
4. Dismenorea : Nyeri haid atau dismenore adalah nyeri yang menyerang/terjadi di perut
menjelang atau selama haid. Dalam keadaan yang normal, nyeri haid hanya membuat
wanita merasa sakit dan tidak nyaman. Tetapi dalam keadaan yang parah, nyeri haid ini bisa
membuat wanita tidak dapat bekerja dan harus beristirahat, nyeri sering bersamaan dengan
rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan lekas marah. Ada 2 jenis nyeri haid atau
dismenore ini yaitu nyeri haid (dismenore) primer dan nyeri haid (dismenore) sekunder.
5. Saline Infusion Sonohysterography: adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada rongga rahim dan saluran telur. Pemeriksaan rahim menggunakan alat ultrasonografi
dan memasukkan cairan saline steril ke dalam rongga rahim.
6. Tuba : Tuba falopi adalah sepasang tabung yang mengantarkan telur dari ovarium
ke rahim.
7. Paten : adalah terbuka, terekspos atau tidak terhalang.
8. Tekhnologi Reproduksi Berbantu: adalah bentuk baru perawatan kesuburan yang
menggabungkan banyak metode pengambilan dan persiapan sperma. Setelah diproses
untuk memastikan potensi fertilitas yang optimal, sperma digunakan dalam berbagai
prosedur yang membantu proses pembuahan. Prosedur tersebut meliputi inseminasi buatan
(AI), fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi tabung dan injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI).

STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa Ny. Nedia masih belum pernah hamil meski tidak memakai alat
kontrasepsi?
2. Apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi?
3. Mengapa bisa terjadi infertilitas?
4. Bagaimana pembagian infertilitas pada pria dan wanita?
5. Mengapa bisa terjadi menarche, perdarahan abnormal, amenorea, dan
dismenorea?
6. Apa saja gangguan seksual yang bisa terjadi pada seseorang?
7. Bagaimana penanganan untuk masalah infertilitas?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untukinfertilitas dan nilai-nilai
standarnya?
9. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan Saline Infusion
Sonohysterography ?
10. Bagaimana cara pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography dan
interprestasi hasilnya?
11. Mengapa kedua tuba Ny. Nedia paten?
12. Bagaimana proses teknologi reproduksi berbantu?
13. Konseling apa yang diberikan kepada pasangan suami istri ini?

STEP 3 : BRAIN STORMING

1. Apakah hubungan antara belum hamilnya Ny. Infertilia dengan usia pasangan
tersebut (Suami: 35 tahun & Istri: 30 tahun)?

Usia pasangan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap infertilitas sekunder yang mereka
alami. Karena perempuan dengan usia 30 tahun masih dapat menghasilkan ovum yang baik
dan berovulasi dengan siklus yang teratur serta hamil dengan aman selama perempuan
tersebut berada dalam kondisi kesehatan yang baik pula. Laki-laki dengan usia 35 tahun juga
masih dapat menghasilkan sperma dengan kualitas yang baik. Berarti, usia pasangan tersebut
masih berada dalam batas aman usia untuk bereproduksi. Batas aman usia untuk bereproduksi
adalah ± 35 tahun untuk perempuan dan ± 40 tahun untuk laki-laki.

1. Mengapa Ny. Nedia masih belum pernah hamil meski tidak memakai
alat kontrasepsi?

Halo, Mens yang tidak teratur dapat disebabkan oleh aktivitas fisik terlalu berat, stress berlebihan,
gangguan hormonal, gangguan tiroid, gangguan rahim, obesitas, sindrom ovarium polikistik,dll.
Sedangkan penyebab ketidaksuburan pada wanita dapat disebabkan olehberbagai faktor misalnya
saja gangguan ovulasi, sumbatan saluran indung telur, endometriosis, gangguan lendir serviks, dan
lain-lain. Info mengenai infertilitas pada wanita dapat dibaca di sini Untuk mengetahui penyebab
haid Anda tidak teratur dan apakah terdapat kondisi medis yang menyebabkan Anda sulit hamil
memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis kandungan. Kemungkinan Anda dan
pasangan akan diminta melakukan serangkaian tes kesuburan untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan. Lakukan hubungan intim secara teratur. Anda dapat menggunakan kalkulator masa subur
di bawah ini untuk menghitung perkiraan masa subur Anda : Kalkulator Masa Subur Jika hal tersebut
dirasa menyulitkan mengingat mens Anda yang tidak teratur, Anda dapat menggunakan alat bantu
berupa ovu test yang dijual bebas di apotik. Terdapat dua jenis ovu test di pasaran yaitu yang
menggunakan urine dan yang menggunakan liur. Pastikan Anda membaca seluruh petunjuk
pemakaian pada kemasan sebelum menggunakannya. Terapkan pola hidup sehat bagi Anda dan
pasangan. Jauhi rokok (baik aktif maupun pasif), hindari konsumsi minuman beralkohol dan batasi
konsumsi kafein. Istirahat cukup dan usahakan lebih rileks. Konsumsi makanan bernutrisi. Anda
sebaiknya mengkonsumsi asam folat 400mcg/hari dalam bentuk makanan ataupun suplemen yang
dijual di apotik ketika sedang berusaha untuk hamil sebab menurut penelitian, konsumsi asam folat
dalam dosis yang dianjurkan (tidak berlebihan) sebelum dan ketika hamil dapat mencegah kecacatan
pada janin. Jika masih belum hamil setelah melakukan hal di atas atau bila Anda dan pasangan ingin
mengetahui kondisi kesuburan, sebaiknya diperiksakan ke dokter spesialis kandungan agar kondisi
tersebut dapat diketahui dan ditindak lanjuti. Berikut terdapat kumpulan artikel yang sekiranya
bermanfaat : Proses Pembuahan Menstruasi Mewaspadai Menstruasi Infertilitas pria dan Infertilitas
wanita Tes Kesuburan Cara Cepat Hamil Diskusi mengenai topik yang sama dengan pembahasan
lengkap dapat dibaca di sini

Mengapa susah hamil?

Bagi banyak orang, mempunyai anak adalah hal yang sangat penting karena berbagai alasan.
Ada yang sudah tidak sabar ingin punya momongan. Ada yang didesak oleh mertua atau
orang tua yang “kebelet” ingin menimang cucu. Ada juga yang sudah tidak sabar ingin
menjadi ibu. Ada demikian banyak alasan untuk ingin mendapatkan keturunan, tapi sayang
ada sejumlah sebab yang menghambat keinginan itu terwujud. Secara umum, masalah sulit
punya anak ini disebabkan oleh faktor pria, faktor wanita, atau faktor teknis.

Dari sisi pria, penyebab utama kenapa sulit punya keturunan adalah kualitas sperma yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada proses pembentukan spermatozoa, yang
dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup. Misalnya, sopir bus yang sering duduk di
kursi yang panas maka testis nya akan terkena suhu tinggi. Padahal testis (pabrik sperma)
hanya dapat memproduksi sperma dengan kualitas baik jika suhunya lebih rendah dari suhu
tubuh (sekitar 36-37 derajat Celcius).

Dari sisi wanita, penyebab umum dari masalah kesuburan adalah adanya gangguan
hormonal, yang akan menyebabkan masalah atau gangguan pada ovulasi. Akibatnya tingkat
kesuburan wanita menjadi rendah. Sebagai contoh, jika hormon tidak seimbang, maka dapat
berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Gangguan pada siklus haid cenderung
mempengaruhi kualitas sel telur yang dihasilkan. Jika sel telur berkualitas rendah, maka akan
sulit dibuahi oleh sperma, sehingga perempuan menjadi susah hamil. Wanita yang mengalami
hal ini disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk segera ditangani dan
mendapat terapi kesuburan.

Sejumlah gangguan lain yang mungkin menjadi penyebab susah hamil pada perempuan:
 Alergi pada sperma. Wanita yang mengalami kelainan hormonal antisperma tubuhnya akan
membentuk antibodi setiap kali dimasuki oleh sperma. Antibodi akan “menolak” dan
“mengusir” sperma yang masuk. Sehingga tidak mungkin terjadi pembuahan. Alergi ini harus
diatasi dengan paternal leukocyte immunization.
 Menopause dini, yaitu kurangnya atau berhentinya siklus menstruasi dan berkurangnya
folikel ovarium sebelum wanita berusia 40 tahun. Hal ini biasanya disebabkan oleh penyakit
yang menyerang kekebalan tubuh atau terapi radiasi.
 Sindrom Ovarium Polikistik atau Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), yaitu suatu kondisi
yang menyebabkan kelebihan produksi hormon androgen (hormon maskulin pada pria).
Karena hormon androgen berlebih, maka terjadi gangguan pada siklus haid dan proses
ovulasi. Akibatnya karakteristik pria jadi menonjol, misalnya suara menjadi lebih dalam dan
mengalami kebotakan. Wanita yang mengalami sindrom ini harus melakukan terapi diet
ketat jika memiliki riwayat obesitas. Jika tidak ada riwayat obesitas, harus konsultasi dengan
dokter kandungan untuk mendapat obat yang cocok.
 Kerusakan tuba falopi (saluran telur). Pada proses ovulasi, sel telur yang sudah matang
dilepaskan dari dalam rahim menuju saluran telur untuk dibuahi. Jika saluran ini rusak, maka
sel telur juga akan terpengaruh. Biasanya kerusakan disebabkan oleh penyakit menular
seksual, terutama klamidia. Bisa juga disebabkan oleh radang panggul.
 Pola hidup yang tidak sehat dan konsumsi obat-obatan tertentu. Jika ketidaksuburan
disebabkan oleh obat tertentu, maka menghentikan konsumsi obat tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Namun, pola hidup yang kurang sehat juga bisa berpengaruh,
misalnya konsumsi kafein, alkohol, kebiasaan merokok, makanan tidak sehat, obesitas
(kelebihan berat badan), terlalu kurus, PMS, kelebihan atau kekurangan olahraga.

Jika dari pria dan wanita tidak ada masalah, maka kemungkinan besar masalah
ketidaksuburan disebabkan oleh faktor teknis. Misalnya usia yang tidak lagi muda (wanita
di atas 40 tahun cenderung menghasilkan sel telur yang kurang sehat). Stress (karena
pekerjaan atau keadaan rumah tangga yang kurang harmonis) juga dapat berpengaruh
terhadap emosi dan hormon, sehingga perempuan menjadi sulit hamil.

Biasanya, jika setelah 1 tahun menikah pasangan suami istri belum juga dikaruniai anak,
dokter akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan. Jika sudah diketahui maalahnya, maka
tindakan pengobatan bisa fokus diarahkan ke penyebab ketidaksuburan laki-laki dan
perempuan.

Jika itu yang terjadi, jangan segan untuk segera minta dokter kandungan untuk merujuk ke
Bagian Endokrinologi Reproduksi. Di sana calon mama dan papa akan menjalani beberapa
tes. Jika hasil tes istri dan suami normal, maka isu ketidaksuburan tak perlu jadi topik
pembicaraan.

Suami atau Istri Bisa Sama-sama Tidak Subur


Ketika masalah datang, sebagai manusia kita sering mencoba mencari kambing hitam. Begitu
juga saat menunggu kehamilan. Anda mulai berpikir apakah sulitnya mendapatkan keturunan
karena kesalahan Anda atau pasangan? Memang perempuan cenderung menyalahkan diri
sendiri jika disinggung masalah penyebab ketidaksuburan laki-laki dan perempuan. Tapi
faktanya, sekitar 35-40% dari kasus infertilitas ditemukan pada pria, dan 35-40% ditemukan
pada perempuan. Sisanya masuk ke area abu-abu alias disebabkan oleh faktor ganda. Satu-
satunya cara untuk tahu penyebab pastinya adalah dengan berkunjung ke Bagian
Endokrinologi Reproduksi agar Anda bersama suami bisa menjalani tes.
Selain itu ternyata ada tanda-tanda peringatan yang bisa membantu menerka perihal
penyebab ketidaksuburan laki-laki dan perempuan sebelum berkunjung ke dokter.

PENYEBAB UMUM KETIDAKSUBURAN (INFERTILITAS) PRIA

Apabila sumber masalah terletak pada si pria, pemicu paling umum terjadi adalah masalah
sperma (sperm disorder), seperti jumlah sperma yang rendah (kurang dari 20 juta sel sperma
dalam 1 ml cairan sperma/semen), motilitas (kelincahan dan daya gerak) sperma rendah, atau
berkurangnya produksi sperma. Sebagian besar dari masalah ini bisa dipicu oleh beberapa
faktor berikut:

Umur
Jumlah sperma pasangan mungkin tidak berkurang, tapi spermanya mulai kehilanggan
motilitas di sekitar umur 40. Kurangnya kelincahan sperma akan berimbas pada
kemampuannya masuk ke saluran indung telur untuk melakukan pembuahan nantinya.

Masalah sistem imun


Kondisi daya tahan tubuh yang rendah bisa berpengaruh pada motilitas dan kemampuan
sperma untuk masuk ke dalam indung telur. Dengan kata lain, sistem imun yang buruk
berdampak buruk pada fertilitas pria.

Masalah berat badan


Bobot tubuh pria yang terlalu berat akan berpengaruh pada kualitas dan jumlah sperma.
Semakin gemuk seorang pria, maka semakin sedikit pula volume sperma yang mereka
keluarkan saat ejakulasi. Pria dengan berat badan normal mengeluarkan sperma dengan
volume rata-rata 3,3 ml saat ejakulasi, sedangkan pria obesitas rata-rata hanya mengeluarkan
2,8 ml. Plus, kelebihan bobot juga akan mempengaruhi kegesitan sperma masuk dan
membuahi telur. Studi tahun 2009 oleh WHO menemukan fungsi testis dan jumlah sperma
subur pada pria obesitas lebih rendah ketimbang pria dengan berat badan ideal. Jadi sangatlah
penting untuk menjaga berat badan ideal pasangan Anda.

STD (Sexually Transmitted Diseases)


Penyakit kelamin yang tidak diobati bisa berdampak buruk pada masalah transpotasi sperma
ke saluran indung telur, tapi kondisi ini bisa diperbaiki jika ada pengobatan yang tepat dan
tuntas.

PENYEBAB UMUM KETIDAKSUBURAN (INFERTILITAS) PEREMPUAN

Umur
Meski faktor ini tidak langsung menjadi kendala Anda dalam memiliki buah hati, jumlah sel
telur akan secara signifikan menurun sekitar umur 30 dan inilah yang menjadi masalahnya.
Sebab semakin sedikit saluran telur yang tersedia, semakin sedikit pula kesempatan untuk
dibuahi dan diproses menjadi embrio.

Usia dianggap sebagai faktor yang wajar jika dikaitkan dengan penyebab ketidaksuburan
pada perempuan. Di atas usia 40 tahun perempuan memiliki jumlah sel telur yang lebih
rendah dan cenderung kurang sehat. Risiko keguguran pun menjadi lebih tinggi pada
kehamilan perempuan yang usianya lebih tua. Catatan: Kalau Anda berusia di atas 35 tahun
dan uapaya selama 6 bulan belum menghasilkan kehamilan, maka kunjungilah dokter.
Mengapa? Karena masa produktif mulai menurun pada fase usia ini. Dengan mengetahui
masalah-masalah yang terjadi pada tubuh lebih awal maka Anda bisa mampu menghemat
waktu.

Pelvic Inflammatory Disease (Penyakit Radang Panggul)


PID merupakan infeksi yang menyebabkan 20% dari penderitanya tidak subur, tapi masalah
ini bisa diselesaikan dengan perawatan yang tepat.

Adhesi Pelvis
Adhesi pelvis merupakan jaringan parut yang terbentuk usai operasi panggul atau usus buntu.
Kondisi ini dapat mengganggu kesuburan perempuan, yaitu ketika adhesi pelvis atau jaringan
parut mengubah struktur saluran falopi. Akibatnya, sulit untuk sel telur melakukan perjalanan
dari indung telur melalui saluran falopi menuju rahim. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan
jalan operasi, atau jika tidak terlalu serius, pemijatan pada bagian abdominal juga bisa
membantu.

Ovarian Cyst (Kista pada Indung Telur)


Kantung berisi cairan ini kadang bisa tumbuh di indung telur sehingga mencegah telur
berkembang dan dilepaskan. Terkadang mereka juga bisa hilang dengan sendirinya, tapi jika
tidak tindakan operasi bisa dilakukan untuk meniadakannya.

Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)


PCOS atau kalau di Indonesia dikenal dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan
kondisi yang menyebabkan perempuan kelebihan produksi hormon androgen. Inilah salah
satu penyebab utama infertilitas pada perempuan. Sekitar 1 dari 10 perempuan menderita
PCOS, dan ini merupakan penyebab ketidaksuburan pada perempuan yang paling umum.

Ketidakseimbangan hormon akibat PCOS picu masalah ovulasi (proses pelepasan sel telur
oleh indung telur) dan terganggunya siklus. Kondisi ini sering dikaitkan dengan obesitas dan
resistensi insulin. Ciri-ciri dari PCOS meliputi siklus menstrusasi yang tidak teratur,
kelebihan rambut di sekitar wajah, jerawat, dan obesitas. Simtom penghambat kesuburan ini
bisa ditekan dengan melakukan olahraga secara teratur, penurunan bobot tubuh, dan
pengobatan.

Menstruasi yang tidak rutin


Ovulasi yang tidak berkala berkontribusi sekitar 30% sebagai penyebab ketidaksuburan
pada perempuan.. Beberapa pasien sukses kembali ke siklus menstruasi normal dengan
menjalani pola makan sehat dan olahraga yang teratur, sedangkan yang lain harus meminum
obat untuk membantu kondisi ini. (AA)

2. Apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi?

Kontrasepsi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mewakili semua tindakan atau usaha
untuk mencegah dan menunda terjadinya kehamilan. Di negara-negara dengan tingkat
kelahiran yang tinggi kontrasepsi diartikan sebagai sebuah tindakan untuk mengendalikan
kelahiran.

Saat ini ada banyak metode dan jenis kontrasepsi, ada yang diperuntukkan bagi pria dan ada
juga khusus untuk wanita. Beberapa metode kontrasepsi tersebut bersifat permanen dan
beberapa jenis yang lain sifatnya hanya sementara.
Secara umum metode kontrasepsi terbagi atas dua jenis yaitu barrier (pembatas/penghalang)
dan hormon. Terdapat juga beberapa jenis alat kontrasepsi yang lain yaitu sterilisasi, KB
alami dan abstinence.

Berikut ini adalah deskripsi singkat dari masing-masing jenis alat kontrasepsi.

1. Metode Kontrasepsi Abstinence (Berpantang Seks)

 Abstinence artinya menahan diri secara sukarela dari aktifitas seks.


 Metode ini 100% efektif dalam pencegahan kehamilan dan penularan penyakit seksual.

2. Jenis Kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) Alami

 Metode ini disebut juga dengan istilah sistem kalender.


 KB Alami tidak bergantung pada alat atau pengobatan tertentu untuk mencegah kehamilan.
 KB Alami menggunakan fungsi tubuh secara alami dan siklus menstruasi untuk menghitung
tanggal ovulasi. Hal yang paling umum dari KB Alami adalah pencatatan suhuh tubuh dan
perubahan lendir serviks.
 Menggunakan metode Abstinence (tidak berhubungan seks) sekitar 7 sampai 10 hari yaitu
saat periode ovulasi terjadi. Selama periode tersebut, jika ingin melakukan seks, pasangan
biasa menggunakan metode Barrier (penghalang) atau Withdraw (menarik penis keluar saat
ejakulasi).

3. Metode Barrier (Alat Kontrasepsi Menggunakan alat)

Metode kontrasepsi ini menggunakan alat bantu untuk menciptakan hambatan agar sperma
tidak membuahi sel telur. Jenis hambatan bisa berbentuk fisik ataupun kimia yang dirancang
untuk menghentikan sperma memasuki rahim wanita.

Metode barrier terdiri atas beberapa jenis alat kontrasepsi yang berbentuk alat, yaitu:

A. Kondom (Pria)

 Kondom berbentuk tabung dan terbuat dari bahan yang sangat tipis (lateks) yang
membungkus penis saat ereksi ketika berhubungan seks dengan pasangan.
 Kondom adalah jenis kontrasepsi yang paling umum digunakan.

B. Female Condom

 Kondom perempuan adalah jenis kontrasepsi dengan fungsi mirip kondom pada pria,
berbentuk kantong sekitar 7 inchi dan memiliki dua cincin yang fleksibel di masing-masing
ujungnya.
 Kondom perempuan di pasang ke vagina sebelum hubungan seks dilakukan.
 Kondom perempuan akan menutup/melindungi daerah leher rahim, saluran vagina dan
daerah-daerah lainnya disekitar vagina.

C. Spermisida

 Spermisida adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan kimia yang
dirancang untuk membunuh sperma.
 Bentuk spermisida bermacam-macam, ada yang berbentuk busa, jeli, tablet berbusa dan
supositoria vagina.

D. Diafragma

 Diafragma adalah kubah karet lunak membentang di atas sebuah cincin fleksibel, kubah diisi
dengan krim atau jeli spermisida.
 Diafragma dimasukkan ke dalam vagina dan ditempatkan di atas leher rahim tidak lebih dari
3 jam sebelum berhubungan seksual.

E. Cap serviks

 Tutup serviks adalah secangkir kecil yang terbuat dari karet lateks atau plastik.
 Tutup serviks diisi dengan krim atau jeli spermisida dan dimasukkan ke dalam vagina dan
ditempatkan di atas leher rahim.

F. Kontrasepsi Sponge

 Spons adalah jenis kontrasepsi berbentuk piring yang terbuat dari busa poliuretan.

4. Metode Hormonal

Metode hormonal terdiri atas beberapa jenis kontrasepsi yang berbentuk pil, patch, cincin,
implan ataupun obat-obatan yang dapat memproduksi hormon estrogen dan atau progesteron.
Metode hormonal bekerja dengan cara sebagai berikut:

1. Mencegah indung telur melepaskan telur setiap bulannya,


2. Mempertebal lendir di leher rahim sehingga menyulitkan sperma untuk mencapai atau
menembus sel telur,
3. Penipisan lapisan rahim yang mengurangi kemungkinan telur dibuahi.

Alat kontrasepsi jenis hormonal tidak dapat melindungi dari terjadinya penularan penyakit
seksual. Berikut ini beberapa jenis alat kontrasepsi dengan metode hormonal, yaitu:

A. Pil KB

 Pil KB adalah jenis kontrasepsi yang diminum setiap hari seperti yang ditentukan oleh
petugas KB

B. Depo Provera

 Depo provera adalah suntikan yang diberikan oleh petugas KB untuk mencegah
kehamilan selama tiga bulan berjalan.

C. Lunelle

 Lunelle adalah kontrasepsi jenis suntikan yang diberikan petugas KB untuk mencegah
kehamilan selama satu bulan.

D. Nuva Ring / Cincin


 Nuva ring merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang berbentuk cincin fleksibel
yang dimasukkan ke dalam vagina selama tiga minggu, dilepas selama satu minggu,
kemudian diganti dengan yang baru.
 Nuva ring akan memproduksi hormon estrogen dan progesteron ke dalam tubuh.

E. Ortho Evra patch

 Sebuah patch akan di tempelkan langsung pada kulit untuk membangun hormon pada sisi
yang bersentuhan dengan kulit.
 Setiap minggu selama tiga minggu pertama patch di tempatkan di pinggul, bokong dan
daerah lengan atas.
 Minggu ke empat lepaskan patch untuk memungkinkan periode menstruasi terjadi.

F. Intrauterine Device (IUD)

 IUD adalah jenis kontrasepsi berbentuk perangkat plastik kecil berisi tembaga atau hormon
dan dimasukkan ke dalam rahim oleh seorang ahli medis.
 IUD tidak menghentikan sperma memasuki rahim tapi mengubah lendir serviks sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya fertilisasi.

5. Metode Withdraw dan Sterilisasi

Metode kontrasepsi withdraw/penarikan dan sterilisasi dapat mencegah kehamilan tapi tidak
mencegah penularan penyakit seksual.

A. Withdraw

 Termasuk jenis kontrasepsi alami dimana penis ditarik dari vagina sesaat sebelum ejakulasi
terjadi

B. Sterilisasi

 Sterilisasi adalah kontrasepsi yang dilakukan dengan menutup saluran tuba yang membawa
sel telur dari ovarium ke rahim. Prosedurnya disebut ligasi tuba.
 Sterilisasi pada pria dilakukan dengan menutup tabung yang membawa sperma,
prosedurnya disebut vasektomi.

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

A. kontrasepsi sederhana tanpa menggunakan alat

1. Senggama Terputus

Merupakan cara kontrasepsi yg paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa,


tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan laki laki dikeluarkan dari liang vagina &
sperma dikeluarkan diluar. Cara ini tidak dianjurkan dikarenakan sering gagal, sebab
suami belum tentu tahu kapan spermanya ke luar.

2. Pantang Berkala (Sistem Kalender)


Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Cara ini dapat dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada waktu istri dalam
masa subur. Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender pula digunakan untuk
sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang dianjurkan lantaran sukar
dilaksanakan & membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang pula istri
kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya dalam setiap bulan.

B. KONTRASEPSI SEDERHANA DENGAN ALAT

1. Kondom

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Kondom ialah salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yg telah populer di masyarakat.
Kondom merupakan sebuah kantung karet tipis, umumnya terbuat dari lateks, tidak berpori,
digunakan buat menutupi penis yg berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang
vagina. Kondom telah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah
penularan penyakit seksual, termasuk juga HIV/AIDS.

Manfaat penggunaan kontrasepsi kondom :

 Efektif apabila digunakan dengan benar


 Tidak mengganggu dalam proses produksi ASI
 Tidak mengganggu pada kesehatan klien
 Tidak memiliki pengaruh sistemik
 Murah & dapat dibeli secara umum
 Tidak butuh resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode kontrasepsi sementara apabila metode kontrasepsi yang lain harus ditunda

2. Diafragma

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Diafragma merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet) yg di


insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual & menutup serviks.

Jenis kontrasepsi diafragma :

 Flat spring (flat metal band)


 Coil spring (coiled wire)
 Arching spring)
 Banner 250×250

Cara kerja kontrasepsi diafragma :


Menahan sperma supaya tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus & tuba falopi) & sebagai alat tempat spermisida.

Manfaat kontrasepsi diafragma :


 Efektif apabila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual dikarenakan telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mengganggu kesehatan sistemik

3. Spermisida

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Spermisida merupakan bahan kimia (umumnya non oksinol-9) dipakai untuk menon-aktifkan
atau membunuh sperma.

Jenis kontrasepsi spermasida :

 Aerosol
 Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm
 Krim

Cara kerja kontrasepsi spermisida :

Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma &


menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Manfaat kontrasepsi spermisida :

 Efektif seketika (busa & krim)


 Tidak mengganggu produksi ASI
 Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak memiliki pengaruh sistemik
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
 Tidak butuh resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

4. Kb Suntik

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Kontrasepsi suntikan merupakan cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal.

Kb Suntik 1 bulan(kombinasi)

ialah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat & 5 mg esestradiol sipionat yg diberikan


injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). & 50 mg roretindron enantat & 5mg Estradional
Valerat yg diberikan injeksi I.m sebulan sekali

Keuntungan menggunakan KB Suntik


 Praktis, efektif & aman dengan tingkat kesuksesan lebih dari 99%.
 Tidak membatasi usia
 Obat KB suntik yg 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak mempengaruhi ASI & tepat
untuk ibu menyusui

Kerugian menggunakan KB Suntik

 Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa bercak di antara


masa haid,
 sakit kepala & nyeri payudara
 Tidak melindungi dari IMS & HIV AIDS

Indikasi :

 Perempuan umur 35 th yg merokok aktif


 Ibu hamil atau diduga hamil
 Pendarahan vaginal tidak dengan karena
 Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi & kencing manis
 Sedang menyusui kurang dari 6 pekan
 Penderita kanker payudara

Kb Suntikan 3 bulan.

Depo Depo-provera merupakan 6-alfa-metroksiprogesteron yg digunakan buat tujuan


kontrasepsi parenteral, memiliki efek progesterone yg kuat & amat efektif. Obat ini termasuk
juga obat depot. Noristerat termasuk juga dalam golongan kontrasepsi ini. Prosedur kerja
kontrasepsi ini sebagaimana kontrasepsi hormonal yang lain. Depo-provera amat sangat
cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.

Keuntungan kb suntik 3 bulan

 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri


 Tidak di butuhkan pemeriksaan dalamJangka panjang
 Efek samping sangat kecil
 Klien tidak butuh menyimpan obat suntik

Kerugian kb suntik 3 bulan

 Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yg banyak atau
sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
 Tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu
 Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
 Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan
 Terjadi perubahan pada lipid serum pada pemakaian jangka panjang
 Pada pemakaian jangka panjang akan menurunkan densitas tulang
 Pada pemakaian jangka panjang dapat memunculkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, & jerawat.

5. KB PIL
Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Pil merupakan obat pencegah kehamilan yg diminum. Pil sudah diperkenalkan sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi perempuan yg tidak hamil & berharap cara pencegah kehamilan
sementara yg paling efektif apabila diminum secara rutin. Minum pil bisa dimulai segera
setelah terjadinya keguguran, sesudah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu
yg tidak menyusui bayinya. Seandainya seorang ibu mau menyusui, maka hendaknya
penggunaan pil ditunda hingga 6 bulan setelah kelahiran anak (atau sewaktu masih menyusui)
& disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yg lain..

Jenis-jenis kontrasepsi Pil

a. Pil gabungan atau kombinasi

pil mengandung dua hormon sintetis, yakni hormon estrogen & progestin. Pil gabungan
mengambil manfaat dari cara kerja ke-2 hormon yg mencegah kehamilan, & hampir 100%
efektif jika diminum dengan cara rutin.

Jenis – jenis pil kombinasi :

 Monofasik : pil yg tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif


estrogen/progesterone dalam dosis yg sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
 Bifasik : pil yg sedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam dua dosis yg berbeda ialah estrogen & progesteron,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
 Trifasik : pil yg sedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam tiga dosis yg berbeda ialah mengandung berbagai dosis
progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif
bervariasi. Tujuan dari variasi ini ialah mempertahankan besar nya dosis pada pasien
serendah mungkin selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam pencegahan
kehamilan yg setara

b. Pil khusus – Progestin (pil mini)

Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis & mempunyai sifat pencegah
kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher
rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Tidak Cuma itu, juga mengubah
lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) maka menghambat perletakan telur yg sudah
dibuahi.

Kontra indikasi Penggunaan Pil

Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada perempuan yg menderita hepatitis, radang
pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, rintangan jantung,
varises, perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok
(struma), penderita sesak napas, eksim, & migraine (sakit kepala yg berat pada sebelah
kepala).

Efek Samping Penggunaan Pil


Penggunaan pil dapat memunculkan efek samping berupa perdarahan diluar haid, rasa mual,
bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina
(candidiasis), nyeri kepala, & penambahan berat badan.

6. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum perempuan merupakan alat
kontrasepsi yg paling baik. Alat ini amat sangat efektif & tidak butuh diingat setiap hari
seperti halnya pil. Bagi ibu yg menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran
maupun kadar air susu ibu (ASI). Tetapi, ada perempuan yg nyatanya belum dapat
menggunakan alat kontrasepsi ini. Dikarenakan itu, setiap calon pemakai AKDR butuh
mendapatkan informasi yg lengkap menyangkut seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Jenis-jenis AKDR :

 Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini memiliki efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yg cukup baik.
 Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan tujuan untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini memiliki ukuran diameter batang vertikal 32 mm & ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yg memiliki luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
 Multi Load

AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri & kanan
berbentuk sayap yg fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2
untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yakni standar, small (kecil), &
mini.

 Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Buat meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yg berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Jenis A
berukuran 25 mm (benang biru), jenis B 27,5 mm 9 (benang hitam), type C berukuran
30 mm (benang kuning), & 30 mm (tebal, benang putih) untuk jenis D. Lippes Loop
memiliki angka kegagalan yg rendah. Keuntungan lain dari penggunaan spiral jenis
ini yakni apabila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
dikarenakan terbuat dari bahan plastik.

7. KONTRASEPSI IMPLANT

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya


Dinamakan alat kontrasepsi bawah kulit, lantaran dipasang dibawah kulit pada lengan atas,
alat kontrasepsi ini disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam .Wujudnya semacam
tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga & ukurannya sebesar batang korek
api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung tipe susuk yg
akan digunakan. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut dapat
mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Menjadi, konsep kerjanya menghalangi
terjadinya ovulasi & menghalangi migrasi sperma. Penggunaan susuk dapat diganti setiap 5
tahun, 3 tahun, & ada pula yg diganti setiap tahun.

8. Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Perempuan)

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Tubektomi ialah setiap tindakan pada ke-2 saluran telur perempuan yg mengakibatkan
perempuan tersebut tidak dapat memperoleh keturunan lagi. Sterilisasi dapat dilakukan pula
pada pria, yaitu vasektomi. Dengan begitu, bila salah satu pasangan sudah mengalami
sterilisasi, sehingga tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yg konvensional. Cara
kontrasepsi ini baik sekali, sebab kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Hal yg
paling utama dalam pelaksanaan sterilisasi ialah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia,
sterilisasi tidak boleh dilakukan pada perempuan yg belum/tidak menikah, pasangan yg tidak
harmonis atau hubungan perkawinan yg sewaktu-waktu terancam perceraian, & pasangan yg
masih ragu menerima sterilisasi. Yg mesti dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
untuk sterilisasi ialah jumlah anak & usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah
anak yg hidup harus 3 atau lebih.

9. Kontrasepsi Vasektomi

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

merupakan prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma terhambat & proses fertilisasi
tidak terjadi.

Indikasi kontrasepsi vasektomi

Vasektomi yaitu upaya untuk menghenttikan fertilis di mana fungsi reproduksi merupakan
ancaman atau gangguan pada kesehatan laki laki & pasangannya pun melemahkan ketahanan
& kualitas keluarga.

Keadaan yg memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi

 Infeksi kulit pada daerah operasi


 Infeksi sistemik yg amat mengganggu kondisi kesehatan klien
 Hidrokel atau varikokel
 Hernia inguinalis
 Filarisasi(elephantiasis)
 Undesensus testikularis
 Massa intraskotalis
 Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoaglansia
Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur

Usia ibu kurang dari 20 tahun :

 Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.


 Penggunaan kondom kurang menguntungkan, dikarenakan pasangan muda frekuensi
bersenggama tinggi maka dapat memiliki kegagalan tinggi.
 Bagi yg belum memiliki anak, AKDR kurang dianjurkan.
 Usia di bawah 20 tahun sebaiknya tidak memiliki anak dulu.

Usia ibu antara 20–30 tahun

 Merupakan usia yg paling baik untuk mengandung & melahirkan.


 Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan
utama. Pilihan ke-2 ialah norplant atau pil.

Usia ibu di atas 30 tahun

 Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa


merupakan pilihan ke-2.
 Dalam keadaan darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) bisa
digunakan & relatif lebih baik di bandingkan dengan spiral, kondom, ataupun pil
dalam arti mencegah

3. Mengapa bisa terjadi infertilitas?

Menurut dunia medis definisi infertilitas adalah: “Istilah yang digunakan untuk menyebut pasangan
yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun.

Infertilitas itu sendiri ada 2 jenis yaitu:

 Infertil primer yaitu masalah ketidaksuburan yang terjadi pada wanita yang memang belum
pernah hamil
 Infertil sekunder yaitu masalah ketidaksuburan yang juga terjadi pada wanita namun sudah
pernah hamil dan melahirkan sebelumnya namun sulit mendapatkan keturunan setelahnya.

Ada sedikit pandangan yang harus dirubah mengenai infertilitas ditengah-tengah masyarakat
Indonesia saat ini, khususnya bagi sebagian orang tua yang masih menyalahkan pihak
perempuan (wanita) penyebab ketidakmampuan pasangan memiliki keturunan. Infertilitas
tidak hanya terjadi pada wanita saja tetapi juga pria. Dengan terganggunya sistem reproduksi
pria juga akan menghambat (menunda) proses sebuah kehamilan wanita (pasangannya).

Berdasarkan sebuah penelitian, masalah infertilitas yang terjadi adalah 40% akibat pria, 50%
akibat wanita serta 10% akibat keduanya. Oleh karena itu kita akan membahas mengenai
faktor penyebab sehingga terjadinya Infertilitas pada pria dan wanita secara singkat
(sederhana).

Faktor Penyebab Infertilitas (kemandulan) pada Pria


1. Sperma buruk

Kualitas sperma menentukan akan terjadinya kehamilan. Hal ini menyangkut bentuk sperma
dan gerakannya yang tidak sempurna (normal), maka tidak akan mampu mencapai sel telur.
Berikutnya adalah konsentrasi sperma yang rendah, secara medis ukuran normal (sehat)
adalah 20 juta atau lebih sperma/ml semen. Hal ini bisa terjadi akibat memakai celana ketat,
alkohol, merokok, kelelahan atau terlalu sering berejakulasi.

2. Kelainan genetik

Sindroma klinefelter atau kelainan genetik menyebabkan seorang pria mempunyai satu
kromoson Y dan dua kromoson X. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan testis sehingga pria
tersebut sedikit saja atau bahkan tidak memproduksi sperma sama sekali.

3. Gangguan hormonal

Hormon testosteron yang terganggu bisa menghambat produksi sperma. Untuk merangsang
agar testis memproduksi sperma, diperlukan hormon dari kelenjar pituitari. Bila hormon
tersebut terganggu, jumlah menurun atau bahkan tidak ada, maka testis tidak akan bekerja
sempurna.

4. Impotensi, yaitu bila aliran darah ke penis tidak normal maka penis tidak bisa berdiri dan
berejakulasi.
5. Varikokel, yaitu pelebaran pembuluh darah vena didaerah buah zakar.
6. Saluran sperma yang tersumbat, yaitu hal ini bisa saja merupakan bawaan lahir, atau
adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
7. Pengaruh radiasi dan obat

Radiasi serta obat-obatan tertentu bisa mempengaruhi kualitas sperma, fungsi testis dan
hormon reproduksi dan menyebabkan masalah kesuburan.

Faktor Penyebab Infertilitas (kemandulan) Pada Wanita

1. Endometriosis

Adalah ketidaknormalan pertumbuhan jaringan implan diluar rahim atau uterus, padahal
normalnya hanya tumbuh didalam rahim.

2. Faktor hormonal

Terjadinya kelainan hormon reproduksi, seperti lutein dan perangsang folikel dapat
menghalangi terjadinya pelepasan sel telur. Kelenjar hipotalamus-pituitari yang abnormal
karena faktor genetik, tumor atau kanker juga dapat menghambat ovulasi. Kelainan kelenjar
tiroid, kelebihan dan kekurangan hormon tiroid juga menyebabkan kacaunya siklus
menstruasi.

3. Menopause dini

Menopause dini atau prematur yang terjadi bila wanita berhenti menstruasi kemudian folikel
ovariumnya telah menyusut sebelum berusia 40 tahun.
a. Pada wanita

Kehamilan diawali dari pelepasan sel telur sehat dari indung telur yang bergerak menuju
tabung saluran indung telur (tuba fallopi). Di sana sel telur akan dibuahi oleh sperma, saat
pasangan melakukan hubungan seksual. Sel telur yang sudah dibuahi tersebut kemudian
bergerak dan tumbuh di dalam rahim.

Faktor Risiko Infertilitas

Kemungkinan ketidaksuburan wanita dapat dipengaruhi faktor-faktor risiko sebagai berikut :

 Usia

Ketidaksuburan wanita dapat dikaitkan dengan usia. Penurunan kesuburan wanita menurun
secara signifikan pada usia 30-an akhir. Sekitar 95 persen wanita yang berusia 35 tahun akan
hamil setelah 3 tahun melakukan hubungan seks tanpa kontrasepsi, sedangkan hanya 75
persen wanita usia 38 tahun yang hamil pada jangka waktu yang sama.

 Merokok

Kebiasaan ini dapat menyebabkan gangguan pada serviks dan tabung saluran indung telur,
sekaligus meningkatkan risiko keguguran dan kehamilan ektopik. Rokok juga dianggap
membuat indung telur Anda mengalami penuaan lebih cepat dan akan menghabiskan sel telur
Anda sebelum waktunya, sehingga menurunkan kemungkinan hamil.

 Berat badan

Proses ovulasi dengan normal dapat terhambat ketika seorang wanita memiliki berat badan
berlebih atau kurang secara signifikan. Upaya mencapai berat badan sehat berdasarkan
kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan dapat meningkatkan frekuensi ovulasi
serta kemungkinan hamil.

 Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan ovulasi
atau endometriosis.

Gangguan Ketidaksuburan Wanita

Sayangnya, terdapat berbagai faktor dari tubuh wanita yang dapat menghambat proses
terjadinya kehamilan. Ketidaksuburan tersebut dapat disebabkan beberapa hal: .

 Gangguan Ovulasi

Gangguan ovulasi, yaitu pelepasan sel telur secara berkala, merupakan gangguan paling
umum yang menyebabkan wanita tidak dapat hamil.

Sebagian kondisi membuat wanita tidak lagi melepaskan sel telur, sebagian lagi
menyebabkan sel telur hanya dilepaskan dalam jarak waktu yang lebih lama dari yang
seharusnya.
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi lantaran beberapa kondisi, seperti:

 Gangguan tiroid, termasuk hipertiroid dan hipotiroid dapat menghambat ovulasi.


 Sindrom ovari polisistik (polycystic ovarian syndrome/PCOS). Kondisi ini membuat indung
telur kesulitan memproduksi sel telur.
 Kegagalan ovarium prematur, yaitu ketika indung telur seorang wanita berhenti berproduksi
sebelum usia 40 tahun.

 Kerusakan pada tabung saluran indung telur

Ketika tabung saluran indung telur atau tuba falopi rusak atau tersumbat, maka hal itu akan
menyulitkan sperma membuahi sel telur atau menghalangi gerak sel telur yang sudah dibuahi
ke dalam rahim. Kerusakan itu dapat dipicu oleh beberapa faktor.

Faktor pertama adalah penyakit radang panggul, yaitu infeksi dari rahim dan tabung saluran
indung telur oleh klamidia, gonore atau infeksi menular seksual lainnya.

Yang kedua, pernah menjalani operasi pada panggul atau rongga pinggul, termasuk operasi
untuk kehamilan ektopik, yaitu sel telur yang dibuahi tertanam dan mulai berkembang di
saluran indung telur, bukan rahim.

Dan faktor ketiga adalah karena tuberkulosis pada panggul. Merupakan salah satu penyebab
utama gangguan kesuburan pada saluran indung telur.

 Jaringan parut pascaoperasi

Kerusakan fisik yang terjadi pada ovarium dapat mengakibatkan gagal ovulasi. Misalnya,
operasi invasif dan berulang untuk kistra ovarium dapat menyebabkan kerusakan atau
jaringan parut, sehingga ovulasi tidak terjadi. Selain itu, infeksi juga dapat berdampak seperti
ini.

 Gangguan lendir serviks

Saat seorang wanita tengah berovulasi, secara alami lendir serviks menjadi lebih tipis untuk
memudahkan sperma bergerak lebih mudah dan menghampiri sel telur. Ketidaknormalan
pada lendir tersebut dapat mempersulit proses ini dan menghambat terjadinya kehamilan.

 Submucosal fibroid

Submucosal fibroid adalah tumor jinak dan tidak bersifat kanker yang tumbuh di dalam atau
sekitar rahim. Submucosal fibroid berkembang dalam lapisan otot dinding rahim dan dapat
berkembang ke rongga rahim.

Kondisi ini mampu mengurangi kesuburan meski tidak diketahui apa yang memicu hal
tersebut. Kemungkinan fibroid mencegah embrio tertanam di dalam rahim.

 Endometriosis

Endometriosis terjadi ketika jaringan yang biasanya tumbuh di rahim, kemudian tertanam dan
tumbuh di bagian tubuh lain. Pertumbuhan jaringan tambahan dan operasi pengangkatannya
dapat menyebabkan jaringan parut. Jaringan parut kemudian dapat menghalangi tabung
saluran indung telur dan menghambat terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma.

Kondisi ini juga bisa berdampak pada kesuburan secara tidak langsung, namun endometriosis
kemungkinan dapat memengaruhi lapisan rahim dan mengganggu penanaman sel telur yang
dibuahi.

 Efek samping obat-obatan

Sebagian obat-obatan dapat memengaruhi kesuburan Anda. Berikut ini adalah beberapa jenis
obat tersebut :

 Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS), termasuk obat golongan aspirin dan ibuprofen.
Penggunaan dosis tinggi atau jangka waktu yang panjang dapat mempersulit proses
kehamilan.
 Neuroleptik atau obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati kondisi Obat tersebut
terkadang membuat penggunanya tidak mendapat haid secara regular atau bahkan mandul.
 Spironolakton yaitu jenis obat-obatan yang dimanfaatkan guna mengatasi retensi cairan
(edema). Perlu waktu sekitar dua bulan sejak berhenti konsumsi obat ini untuk
mengembalikan kesuburan ke tingkat yang normal.
 Obat untuk kemoterapi sebagai terapi pengobatan kanker, terkadang menimbulkan
gangguan pada indung telur sehingga tidak mampu berfungsi sebagaimana seharusnya.
Kerusakan tersebut juga mungkin bersifat permanen.
 Obat-obatan terlarang seperti ganja dan kokain mampu memengaruhi kesuburan. Obat ini
akan mempersulit siklus ovulasi yaitu pelepasan sel telur tiap bulan.

Selain kondisi-kondisi yang disebutkan sebelumnya mengenai penyebab infertilitas, masih


ada beberapa faktor yang mungkin memengaruhi kesuburan wanita.

 Kelainan bawaan. Misalnya septate uterus, yang dapat menyebabkan keguguran berulang
atau tidak dapat hamil. Septate uterus adalah kondisi ketika adanya malformasi pada rongga
rahim.
 Infertilitas tanpa sebab tertentu. Dalam beberapa kasus, ketidaksuburan tidak dapat
ditemukan penyebabnya. Kemungkin yang terjadi adalah hal itu dipicu oleh kombinasi dari
beberapa faktor kecil dari kedua pasangan. Meski sulit menerima hal tersebut, tidak jarang
masalah ini teratasi sendiri seiring dengan waktu.

b. Pada Pria

Sekitar 30 persen kasus infertilitas yang terjadi melibatkan gangguan pada sisi pria. Ada dua
kemungkinan, yaitu infertilitas pria jadi masalah utama pasangannya untuk hamil. Kemungkinan
kedua adalah infertilitas sebagai kombinasi penghambat kehamilan, sebab dari sisi wanita juga
memiliki masalah kesuburan.

Pemeriksaan kesuburan bagi pria sama pentingnya dengan pemeriksaan kesuburan wanita.
Meski sebagian besar pria merasa enggan untuk memeriksakan diri, terutama karena malu,
namun nyatanya penting untuk dilakukan secepatnya untuk memastikan letak permasalahan.
Untuk pemeriksaan ini, pria yang merasa memiliki masalah dengan kesuburan dapat
berkonsultasi kepada dokter spesialis urologi. Dokter akan melakukan identifikasi masalah
sekaligus tindakan yang dapat membantu untuk mengatasi kondisi tersebut.

Kemungkinan Penyebab Infertilitas Pria

Masalah yang memicu ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh beragam hal, antara lain
gangguan hormonal, fisik, serta psikologis.

Gangguan hormonal

Kondisi ini ditandai dengan tingkat hormon yang terlalu tinggi atau rendah sehingga
memengaruhi kesuburan, antara lain:

 Hipotiroid. Kadar hormon tiroid yang rendah dapat menurunkan kualitas air mani, fungsi
testis, dan mengganggu libido.
 Hiperprolaktinemia. kondisi hormon prolaktin yang tinggi. Ditemukan 10-40 persen pada
pria yang tidak subur. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengurangi produksi sperma dan
hasrat seksual, sekaligus menyebabkan impotensi.
 Hipogonadotropik hipopituitarisme. Rendahnya produksi hormon follicle stimulating
hormone (FHS) dan lutenizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari. Hal itu menyebabkan
terganggunya perkembangan sperma, menurunnya tingkat sel dalam testis, dan sebagainya.
 Hiperplasia adrenal kongenital.Terjadi ketika kelenjar pituitari tertekan oleh kenaikan
tingkat hormon androgen adrenal sehingga menyebabkan rendahnya produksi sperma,
kurang aktifnya gerak sperma, serta banyaknya sel sperma yang tidak benar-benar
berkembang dengan baik.
 Panhipopituitarisme. Kegagalan kelenjar pituitari sehingga menekan hormon pertumbuhan,
hormon stimulasi tiroid, dan tingkat LH dan FSH. Gejala-gejalanya antara lain testis yang
berukuran normal atau kecil, impotensi dan hasrat seks yang menurun.

Gangguan fisik

Ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh beragam masalah fisik, mulai dari gangguan
proses produksi sperma atau terhambatnya perjalanan sperma dari testis menuju ujung penis.
Dapat ditandai dengan rendahnya jumlah sperma atau bentuk dan ukuran sperma yang tidak
normal. Berikut ini beberapa masalah fisik yang umumnya menyebabkan infertilitas para
pria:

 Varikokel. Terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam skrotum dan mencegah darah
mengalir dengan baik. Kondisi ini terdapat pada sekitar 15-40 persen dari para pria yang
sedang melakukan evaluasi infertilitas.
 Kelainan saluran sperma. Tabung yang membawa sperma atau saluran sperma dapat
mengalami kerusakan lantaran cedera atau penyakit. Sebagian pria mengalami sumbatan
pada testis yang menyimpan sperma atau hambatan pada satu atau kedua saluran yang
membawa sperma dari testis.
 Torsio testis. Disebabkan oleh kelainan jaringan yang membuat testis memutar di dalam
skrotum secara ekstrim, biasanya dapat terlihat dari timbulnya pembengkakan.
 Infeksi dan penyakit.Beberapa jenis infeksi dan penyakit dapat mengganggu produksi atau
kondisi sperma. Bahkan kemungkinan menghambat jalannya sperma. Di antaranya penyakit
gondong, tuberkulosis, tipus, dan penyakit menular seksual seperti gonore dan sifilis.
 Penyakit genetik. Meski tidak banyak ditemukan, penyakit seperti cystic fibrosis atau
gangguan kromosom lain dapat menyebabkan infertilitas.
 Ejakulasi retrograde. Kelainan ini menyebabkan air mani memasuki kandung kemih,
bukannya keluar dari penis saat ejakulasi. Kemungkinan disebabkan oleh komplikasi dari
operasi prostat, kandung kemih, atau uretra. Selain itu bisa akibat efek samping obat
tertentu atau penyakit diabetes.

Gangguan kombinasi fisik dan psikologis

Sebagian masalah seksual pada pria terkait dengan kondisi psikologis. Meski sebenarnya
gangguan psikologi dan gangguan fisik sulit dipisahkan. Berikut ini beberapa di antaranya.

 Impotensi: Bisa disebabkan oleh satu atau kombinasi beberapa faktor. Dulu kondisi ini
dianggap sebagai masalah psikologis. Namun penelitian terbaru menyebut ini sebagai
masalah fisik yang kemudian diperburuk dengan masalah psikologis seperti tegang, rasa
bersalah, dan rendahnya rasa percaya diri.
 Ejakulasi dini. Ketika seorang pria tidak dapat mengendalikan respons ejakulasi setelah
penetrasi minimal 30 detik. Kondisi ini menjadi masalah kesuburan ketika ejakulasi terjadi
sebelum penis benar-benar berada di dalam vagina.
 Inkompetensi ejakulasi. Kondisi psikologis ini membuat seorang pria tidak mampu ejakulasi
selama hubungan seksual, namun dapat melakukannya saat masturbasi.

Kemungkinan Penyebab-Penyebab Lain

Selain beberapa penyebab ketidaksuburan yang dapat dialami pria, ada beberapa
kemungkinan lain, yaitu:

 Kanker dan tumor.Keduanya dapat memengaruhi organ reproduksi secara langsung atau
melalui gangguan terhadap kelenjar yang melepaskan hormon reproduksi, seperti kelenjar
pituitari.
 Pengobatan tertentu.Misalnya penggunaan steroid dalam jangka panjang, obat antijamur
tertentu, terapi pengganti testosteron, obat-obat kanker, atau kemoterapi, dan beberapa
obat lain yang dapat mengganggu produksi sperma dan mengurangi kesuburan laki-laki.
 Tindakan operasi sebelumnya. Beberapa operasi dapat menyebabkan komplikasi yang
menghambat keluarnya sperma pada saat ejakulasi, antara lain vasektomi, perbaikan hernia
inguinalis, operasi penanganan skrotum, operasi prostat, serta operasi besar seperti kanker
pada testis dan dubur.

Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Risiko Infertilitas

Selain penyebab di atas, berbagai faktor gaya hidup dan kesehatan secara keseluruhan juga
dapat berkontribusi terhadap kondisi kesuburan, terutama jumlah dan kesehatan sperma.
Faktor-faktor tersebut antara lain:

 Pertambahan usia.
 Kebiasaan merokok.
 Konsumsi minuman keras berlebihan.
 Penggunaan obat-obat terlarang.
 Olahraga dengan intensitas yang sangat berlebihan.
 Kondisi kurang gizi misalnya anemia, defisiensi vitamin C atau seng (zinc) pada tubuh.
 Pakaian dalam yang terlalu ketat.
 Paparan zat-zat berbahaya, seperti pestisida, merkuri, logam berat, benzena, dan borium.
 Kondisi stres yang berlebihan.

4. Bagaimana pembagian infertilitas pada pria dan wanita?

ingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu


1. Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang
mampu menghamilinya.
2. Infertilitas
a. Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa
mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada suami
atau istri.
b. Pembagian infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah pasangan usia subur yang telah melakukan hubungan suami istri teratur 2-
3 kali semingggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi belum terjadi kehamilan
juga.

2) Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya anak dan sudah tidak
menggunakan alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2 – 3 kali tetapi belum
hamil juga.
Infertilitas menurut WHO :
a. Infertilitas primer adalah pasangan suami istri yang belum pernah hamil meskipun senggama
dilakukan tanpa perlindungan apapun untuk waktu sekurang-kurangnya 1 tahun.
b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri yang pernah hamil tetapi kemudian tidak
mampu hamil lagi dalam waktu 12 bulan meskipun senggama tanpa perlindungan apapun.
c. Subvertilitas atau subvekunditas adalah kesukaran untuk menjadi hamil yang mungkin
disebabkan oleh vekunditas yang menurun pasangan suami istri.
d. Sterilitas adalah ketidakmampuan yang lengkap dan permanen untuk menjadi hamil atau
menghamili meskipun telah diberi terapi.
e. Tanpa anak atau chillessness adalah pasangan suami istri yang tidak pernah menghasilkan anak
yang mungkin disebabkan oleh vekunditas, kontrasepsi, dan abortus.

5. Mengapa bisa terjadi perdarahan abnormal, amenorea, dan


dismenorea?
a. perdarahan abnormal

Perdarahan menstruasi abnormal berat atau berkepanjangan juga disebut perdarahan uterus
abnormal. Kita kadang-kadang menggunakan istilah umum ini untuk menggambarkan
perdarahan yang tidak mengikuti pola normal, seperti bercak antara haid. Hal ini kadang-
kadang digunakan untuk disebut sebagai menoragia, tetapi istilah ini tidak lagi digunakan
secara medis.
Rata-rata, seorang wanita yang khas mengeluarkan sekitar 40 ml darah selama periode
menstruasi, yang berlangsung sekitar empat sampai tujuh hari. Namun, bagi beberapa wanita,
perdarahan mungkin terlalu berat atau berlangsung selama lebih lama dari biasanya.

Seorang wanita mungkin memiliki pendarahan ‘kronis’ atau berat berkepanjangan (selama lebih dari
enam bulan) atau mungkin ‘akut’ (mendadak dan berat). Dalam kebanyakan kasus, penyebab
terganggu perdarahan menstruasi tidak diketahui. Temui dokter Anda tentang perdarahan haid yang
tidak normal.

Penyebab perdarahan uterus abnormal


Sementara dalam banyak kasus, tidak mungkin untuk menentukan penyebab pasti, ada
sejumlah alasan seorang wanita mungkin mengalami perdarahan uterus abnormal. Beberapa
penyebab yang diketahui dari perdarahan uterus abnormal meliputi:

 aborsi – termasuk baik spontan (keguguran) atau induksi


 kehamilan ektopik – penyerahan telur dibuahi di tuba fallopi ramping bukan dinding
rahim
 Gangguan hormonal – kondisi seperti hypothyroidism (rendahnya tingkat tiroksin),
sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan hiperprolaktinemia dapat mengganggu siklus
menstruasi
 disfungsi ovulasi – ini adalah ketika indung telur tidak melepaskan telur setiap bulan.
Umumnya, hal ini terjadi di ujung tahun reproduksi wanita, baik selama masa
pubertas atau menopause
 endometriosis – sel lapisan rahim (endometrial sel) dapat melakukan perjalanan ke,
menemempel dan tumbuh di tempat lain dalam tubuh, paling sering dalam rongga
peritoneal, (termasuk di luar rahim atau pada permukaan ovarium
 infeksi – termasuk klamidia atau penyakit radang panggul (PID)
 obat – mungkin termasuk antikoagulan, yang menghambat kemampuan pembekuan
darah, phenothiazides, yang tranquilisers antipsikotik, dan antidepresan trisiklik, yang
mempengaruhi penyerapan serotonin
 alat kontrasepsi (IUD) – merupakan alat kontrasepsi yang bertindak sebagai benda
asing dalam rahim dan mengakibatkan haid lebih berat
 kontrasepsi hormonal – mungkin termasuk kombinasi pil kontrasepsi oral, suntikan
progesteron sintetik long-acting, batang mengandung slow release progesteron
(ditanamkan di lengan atas), atau perangkat sistem intrauterine (alat kontrasepsi
releasing progesteron dimasukkan ke dalam rahim) . Progesteron-satunya perawatan
sering menyebabkan bercak
 terapi hormon pengganti – digunakan sebagai pengobatan untuk gejala menopause
 fibroid – tumor jinak yang berkembang di dalam rahim
 polip – kecil, tinjolan seperti tangkai yang tumbuh keluar dari rahim (endometrium).
Polip dapat berhubungan dengan fibroid
 gangguan perdarahan – mungkin termasuk leukemia dan penyakit Von Willebrand
 kanker – kanker rahim yang paling berkembang di lapisan rahim, meskipun beberapa
kanker tumbuh di lapisan otot rahim. Mereka adalah yang paling umum setelah
menopause.

Penelitian perdarahan uterus abnormal


Dalam kebanyakan kasus, penyebab perdarahan uterus abnormal tidak diketahui, meskipun
penelitian perdarahan uterus abnormal sedang berlangsung.

Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal meruapakan perdarahan yang
terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal. AUB ada dua macam, yaitu AUB
organik dan AUB nonorganik.

Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi
kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks atau
uterus (leiomioma) atau kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson, 2009)

Batasan Perdarahan Uterus Abnormal

Batasan Pola Anbormalitas Perdarahan


Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari
Oligomenorea
dan disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari
Polimenorea
dan disebabkan oleh defek fase luteal.
Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal (
Menoragia 21 – 35 hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7
hari.
Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik
Menometroragia dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau
dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).
Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus
Metroragia atau ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR,
perdarahan antara haid endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia
endometrium, dan keganasan.
Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi
Bercak intermenstrual yang umumnya disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen.
Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause
Perdarahan pasca
yang sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid
menopause
selama 12 bulan.
Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah
Perdarahan uterus
yang sangat banyak dan menyebabkan gangguan
abnormal akut
hemostasisis (hipotensi , takikardia atau renjatan).
Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir
Perdarahan uterus yang tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan,
disfungsi penyebab iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata
dan atau gangguan kondisi sistemik.

Faktor-faktor Etiologik Perdarahan Uterus Abnormal Organik

1. Komplikasi kehamilan
1. Perdarahan implantasi
2. Abortus
3. Kehamilan ektopik
4. Kehamilan mola, penyakit trofoblastik
5. Komplikasi plasenta

Misalnya pada solutio placenta ataupun plasenta previa.

1. Vasa previa

Kelainan talipusat akibat dari insersi velamentosa.

1. Hasil konsepsi yang tertahan


2. Subinvolusi uterus setelah kehamilan
3. Infeksi dan Inflamasi
1. Vulvitis
2. Vaginitis
3. Servitis
4. Endometritis
5. Salpingo-oophoritis
6. Hiperplasia dan Neoplasia

Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim (endometrium)
tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan proses yang jinak (benign), tetapi pada
beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi kanker rahim.

Neoplasia adalah pertumbuhan baru neoplasma.

1. Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma botryoides.


2. Serviks: polip, papiloma, karsinoma.
3. Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit trofoblastik.
4. Miometrium: leiomoima, leiomiosarkoma, miosis stroma endolimfatik
(hemangioperisitoma).
5. Ovarium : tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan estrogen; tumor-tumor
lain atau kista dapat merangsang hormone stromaovarium.
6. Tuba falopii: karsinoma.
7. Trauma
1. Perdarahan post operatif
2. Laserasi Obstetrik
3. Benda asing dalam vagina
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
5. Endometriosis

Endometriosis adalah terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium pada tempat-


tempat diluar rongga rahim. Bisa terjadi pada ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum
douglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba Fallopii, rektosigmiod, buli-buli
dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal seperti serviks, vagina, vulva, tempat-tempat
sayatan, pada pusat, paru-paru dan kelenjar-kelenjar limfe.

1. Adenomiosis
Adenomiosis adalah terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium didalam
miometrium uterus.

1. Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa


2. Kelainan hematologik atau sistemik
1. Trombositopenia
2. Penyakit Von Willebrand

Merupakan penyakit kelainan koagulasi herediter yang ditandai oleh cacat hemostasis
rangkap dua : defisiensi factor VIII dan masa perdarahan memanjang, yang terakhir
menggambarkan suatu abnormalitas dalam fase vascular atau fase trombosit hemostasis.
Biasanya terjadi menoragia atau perdarahan postpartum.

1. Terapi antikoagulan
2. Koagulasi intravascular diseminata
3. Hipertensi
4. Hipotiroidi (lebih banyak terjadi pada hipotiroidi daripada hipertiroidi)
5. Leukemia
6. Penyakit hepar

Kelainan menstruasi baik dalam hal jumlah maupun lamanya disebut sebagai pendarahan uterus
abnormal (PUA). Sebenarnya manifestasi klinisnya bisa berupa pendarahan dalam jumlah yang
banyak atau sedikit, serta periode haid yang memanjang ataupun tidak beraturan.

"Normalnya jumlah darah haid yang keluar kurang dari 80 cc atau terjadi selama 4-6 hari," tutur dr
Botefilia Budiman, SpOG (K) dalam simposium Penatalaksanaan Terkini Perdarahan Uterus Abnormal
dan Infertilitas yang digelar HIFERI (Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan fertilitas Indonesia)
Jaya di RSUP Persahabatan, Jalan Persahabatan Raya No 1, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu
(21/8/2016).

Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendaraha, berdasarkan International Federation of


Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat semilan kategori utama yang disusun berdasarkan
akronim PALM-COEIN. PALM merupakan kelompok kelainan struktur (bentuk anatomi yang
berubah) sebagai penyebab PUA. Ini bisa dinilai dari teknik pencitraan maupun dari pemeriksaan
hispatologi.

Sementara COEIN adalah kelainan non struktur (bentuk anatomi tidak berubah) yang menjadi
penyebab PUA. Karena itu teknik pencitraan maupun pemeriksaan hispatologi tidak bisa menilainya.

Baca juga: Menstruasi Berkepanjangan yang Bikin Khawatir

"PALM bisa jadi dari Polip, Adenomiosis, Leiomioma, Malignancy dan hyperplasia yaitu kelainan
struktur yang bisa dilihat dengan bantuan USG, CT scan dan MRI," sambung dr Botefilia.

Sedangkan COEIN singkatan dari Coagulopathy (gangguan pembekuan darah), Ovulatory dysfunction
(gangguan ovulasi), Endometrial (gangguan hemostasis lokal endometrium), latrogenic, dan Not
classified (belum ditentukan).

Terkait dengan risiko, dr Botefilia mengatakan bahwa pendarahan abnormal dapat menyebabkan
kondisi tubuh tidak optimal. "Fungsi darah kan mengantar oksigen ke seluruh tubuh. Nah, kalau
anemia tentunya organ-organ tubuhnya yang rusak, selnya tidak mendapat suplai oksigen yang
cukup," ucap dr Botefilia.

Risiko lainnya, sambungnya, adalah keganasan atau kanker. Baik PALM maupun COEIN dapat
menyebabkan gangguan infertilitas.
b. Amenorea
DEFINISI
Amenore adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika menstruasi tidak pernah terjadi maka disebut
amenore primer, jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih
maka disebut amenore sekunder.

Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui
dan setelah menopause.

PENYEBAB
Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,
ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi lainnya.

Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang terletak diatas kelenjar hipofisa)
mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk melepaskan hormon-hormon yang merangsang
dilepaskannya sel telur oleh ovarium. Pada penyekit tertentu, pembentukan hormon hipofisa yang
abnormal bisa menyebabkan terhambatnya pelepasan sel telur dan terganggunya serangkaian
proses hormonal yang terlibat dalam terjadinya menstruasi.

Penyebab amenore primer:

1. Tertundanya menarke (menstruasi pertama)


2. Kelainan bawaan pada sistem kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat
pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit/himen
imperforata)
3. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa,
bulimia, dan lain lain)
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel hanya
mengandung 1 kromosom X)
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan (sianotik)
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-Willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. Hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder:

1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hormon
kortisol oleh kelenjar adrenal)
11. Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid)
12. Prosedur dilatasi dan kuretase
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom Asherman
(pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan).

Amenore adalah kondisi di mana wanita yang seharusnya mendapat menstruasi tidak mendapatkan
menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon. Hormon reproduksi
wanita diproduksi oleh indung telur (ovarium). Ovarium menanggapi sinyal hormonal dari kelenjar
pituitari yang terletak di dasar otak, yang juga dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di
hipotalamus otak. Gangguan yang mempengaruhi setiap komponen siklus hormonal ini dapat
menyebabkan amenore.

Namun, penyebab umum dari amenore pada wanita muda kadang diabaikan atau
disalahpahami pihak lain sebagai kehamilan yang tidak terdiagnosis. Amenore pada
kehamilan merupakan kondisi fisiologis tubuh yang normal. Kadang-kadang, masalah
mendasar yang sama dapat menyebabkan amenore primer maupun sekunder misalnya,
masalah hipotalamus, anoreksia atau olahraga ekstrim dapat memainkan peran utama dalam
menyebabkan amenore tergantung pada usia orang tersebut dan riwayat apakah orang
tersebut sudah pernah mens sebelumnya.

Amenore primer
Amenore primer biasanya merupakan hasil dari suatu kondisi genetik atau anatomi pada
wanita muda yang tidak pernah mendapatkan periode menstruasi sama sekali (sudah berusia
16 tahun) dan tidak hamil. Banyak kondisi genetik yang ditandai dengan amenore meliputi
organ internal reproduksi wanita gagal untuk terbentuk secara normal selama perkembangan
janin atau gagal berfungsi dengan baik. Penyakit kelenjar hipofisis (pituitari) dan
hipotaalamus (wilayah otak yang penting untuk kontrol produksi hormon) juga dapat
menyebabkan amenore primer karena daerah ini memainkan peran penting dalam regulasi
hormon indung telur.

Disgenesis gonad, suatu kondisi di mana folikel ovarium dan oosit (sel telur) habis sebelum
waktunya, menyebabkan kegagalan indung telur secara dini. Ini adalah salah satu kasus yang
paling sering dari amenore primer pada wanita muda.
Penyebab genetik lain adalah sindrom Turner, di mana seorang wanita hanya memiliki satu
kromosom X (seharusnya memiliki 2 kromosom X). Pada sindrom Turner, ovarium diganti
dengan jaringan parut yang memproduksi estrogen minimal, dan mengakibatkan
amenore.Ppematangan estrogen yang disebabkan dari perempuan alat kelamin dan seks
karakteristik eksternal juga gagal terjadi pada sindrom Turner.

Kondisi lain yang mungkin penyebab amenore primer meliputi ketidakpekaan androgen (di
mana individu memiliki kromosom XY yang secara genetik laki-laki tetapi tidak
menunjukkan karakteristik fisik laki-laki karena kurangnya respon terhadap testosteron),
hiperplasia adrenal kongenital, dan ovarium polikistik syndrome (PCOS).

Amenore sekunder
Amenore sekunder adalah kondisi amenore di mana penderita sebelumnya pernah menstruasi
secara normal, kemudian kini terhenti siklusnya. Kehamilan adalah penyebab yang jelas dari
amenore ini dan merupakan alasan paling umum untuk amenore sekunder. Penyebab
selanjutnya bervariasi dan dapat mencakup kondisi yang mempengaruhi indung telur, rahim,
hipotalamus, atau kelenjar pituitari.

Amenore karena masalah di hipotalamus menyebabkan gangguan pada hormon regulator


yang nantinya mempengaruhi kelenjar pituitari, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke
indung telur untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sehingga seorang wanita
mendapatkan menstruasi. Sejumlah kondisi dapat mempengaruhi hipotalamus:

 penurunan berat badan yang ekstrim,


 stres emosional atau fisik,
 latihan yang ketat, dan
 penyakit parah.

Jenis lain dari kondisi medis dapat menyebabkan amenore sekunder:

 tumor atau penyakit lain di kelenjar pituitari menyebabkan peningkatan kadar hormon
prolaktin (yang terlibat dalam produksi ASI) juga menyebabkan amenore karena kadar
prolaktin yang tinggi;
 hipotiroidisme (kadar hormon tiroid yang rendah);
 peningkatan kadar androgen (hormon laki-laki), baik dari luar atau dari gangguan yang
menyebabkan tubuh menghasilkan hormon androgen yang terlalu tinggi;
 kegagalan ovarium (kegagalan ovarium prematur atau menopause dini);
 sindrom ovarium polikistik (PCOS); dan
 sindrom Asherman, penyakit rahim yang dihasilkan dari jaringan parut pada lapisan rahim.
Jaringan parut tersebut sebagai hasil dari tindakan medis (seperti dilatasi dan kuretase) dari
rongga rahim untuk mengatasi peradarahan atau infeksi di rahim..

Amenore post-pill
Wanita yang telah berhenti minum pil kontrasepsi oral mengalami menstruasi dalam waktu
tiga bulan setelah menghentikan penggunaan pil. Sebelumnya, diyakini bahwa pil KB
meningkatkan risiko amenore setelah penggunaan pil, tetapi hal ini tidak terbukti. Wanita
yang tidak mendapatkan haid setelah tiga bulan sejak konsumsi pil kontrasepsi oral
dihentikan harus dievaluasi untuk penyebab amenore sekunder

c. dismenorea
Secara fisiologi, menstruasi disebabkan oleh pengaruh hormon GnRH (Gonadotrpin
Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan memicu hipofisis anterior
mengeluarkan hormon FSH. FSH memicu pematangan folikel di ovarium, sehingga terjadi
sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan ploriferasi sel
endrometrium (penebalan dari endrometrium). Estrogen yang tinggi mempertanda ke
hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luitenizing Hormon). LH akan mengakibatkan
ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesiskan progresteron. Progesteron sendiri
akan menyebabkan perubahan sexkeretorix pada endometrium sehingga terjadi fase sekresi
atau faseluteal.

Pada kebanyakan wanita, ketika masa-masa mentruasi akan merasakan rasa nyeri di sekitar
vagina dan perut bagian bawah. Nyeri tersebut dikenal dengan sebutan dysmenorrhea
(disminore). Dysmenorrhea merupakan nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau kegiatan sehari-
hari dalam beberapa jam atau beberapa hari.

Rasa nyeri pada saat menstruasi adalah hal yang wajar dan lazim. Namun, jika rasa nyeri
tersebut cukup mengganggu serta berlebihan, maka hal ini merupakan suatu masalah.
Terutama apabila rasa nyeri itu sampai membatasi/menghambat aktivitas sehari-hari.

Dysmenorrhea dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan adanya atau tidaknya
kelainan ginekologis dan berdasarkan intensitas nyerinya.

1. Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis.

a. Dysmenorrhea primer yaitu dysmenorrhea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan
ginekologis. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah
terjadi.

Dysmenorrhea primer timbul sejak menarche (pertama kali menstruasi), biasanya di tahun
pertama atau kedua menstruasi. Dysmenorrhea ini terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan
kemudia akan hilang pada usia akhir 20an atau di awal 30an. Rasa nyeri biasanya terjadi
beberapa jam sebelum dan sesudah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72
jam. Rasa nyeri di deskripsikan sebagai mirip kejang, spasmodik, berlokasi di perut bagian
bawah (area suprapubik), dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Tidak itu saja,
terkadang juga disertai rasa mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri pinggang bawah, rasa
lelah dan sebagainya.

b. Dysmenorrhea sekunder yaitu rasa nyeri yang berkaitan dengan kelainan ginekologis,
baik secara anatomi maupun proses patologis dan pelvis. Dysmenorrhea sekunder biasa
terjadi beberapa saat setelah menarche. Dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Rasa nyeri
dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari
setelah menstruasi. Pada dysmenorrhea sekunder ditemui kelainan ginekologis seperti
endometritis, adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-lain.

2. Berdasarkan intensitas nyeri.


a. Dysmenorrhea ringan, yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung
beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa
pemakaian obat-obatan.

b. Dysmenorrhea sedang, yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk


menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu men inggalkan aktivitas sehari-hari.

c. Dysmenorrhea berat, yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama


dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.

PENYEBAB DYSMENORRHEA

Penyebab Dismenorea primer belum diketahui secara jelas, rahim (uterus) pada wanita yang
menglami dismenorea tetap normal. Adanya penumpukan bahan kimia dalam tubuh yang disebut
prostaglandin di lapisan rahim. Dalam jumlah normal, Prostaglandin berfungsi membantu rahim
berkontraksi dan mengeluarkan lapisan rahim selama periode. Pada wanita yang mengalami nyeri
haid atau dismenorea tampaknya ada penumpukan prostaglandin dalam jumlah yang terlalu banyak,
atau rahim mungkin ekstra sensitif terhadap prostaglandin. Hal ini dapat menyebabkan rahim
berkontraksi lebih keras. Hal ini akan mengurangi suplai darah ke rahim dan menyebabkan rasa
sakit.

Sementara itu yang menjadi penyebab dismenorea sekunder adalah adanya gangguan yang terjadi
pada uterus sepeti adanya endometriosis, fibroid, atau infeksi rahim.

a. Dysmenorrhea primer

Penyebab dari nyeri haid ini belum di temukan secara pasti meski telah banyak penelitian
dilakukan untuk mencari penyebabnya. Etiologi dari dysmenorrhea primer tersebut adalah:

– Faktor psikologis

Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang
rendah, sehingga dekat sedikit rasa nyari dapat merasakan kesakitan.

– Faktor endokrin

Pada umumnya hal ini dihubungankan dengan kontraksi usus yang tidak baik. Hal ini sangat
erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan
nyeri.

b. Dysmenorrhea sekunder

Dalam dysmenorrhea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:

– Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang


menyebabkan pendarahan, tumor atau fibroid.

– Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir
rahim.
– Endometriosis, penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan
endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian
dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai
persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas
dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

6. Apa saja gangguan seksual yang bisa terjadi pada seseorang?


PEMBAHASAN

Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-faktor yang
kompleks. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang
lain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks
primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif.
Rafelia secara harfiah ‘para’ artinya penyimpangan ‘filia’ artinya objek atau situasi yang disukai.
Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang menimbulkan fantasi seksual
yang difokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja, penderita atau penghinaan diri sendiri
atau partnernya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan. Parafilia dapat di artikan
juga yang menunjukkan pada objek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak
kecil) maupun aktivitas ang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital).
Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat banyak penderita
parafilia yang menikah. Parafilia di golongkan kriteria tingkat ringan yaitu bila penderita hanya
mengalami dorongan parafilia yang kuat tetapi tidak melakukannya. Di anggap sedang bila
melakukan kadang- kadang dan di anggap berat bila berulang-ulang dilakukan. Parafilia lebih banyak
diderita pria daripada wanita dengan perbandingan 20:1.

Jenis-jenis dan gangguan parafilia :


a. Pedofilia
Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi hasratnya dengan cara
menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah umur. Hal ini dilakukan oleh orang dewasa (16 tahun
keatas) terhadap anak-anak secara seksual belum matang (biasanya dibawah 13 tahun). Hampir
semua yang mengalami gangguan ini adalah pria. Untuk menarik perhatian anak, penderita
bertingkah laku baik misalnya sangat dermawan ada juga yang berperilaku kasar dan mengancam.
Umumnya penderita pedopilia adalah orang yang takut gagal dalam berhubungan secara normal
terutama menyangkut hubungan seks dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya ia
mengalihkan pada anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirnya. Disamping itu
ketika anak-anak, perilaku meniru dari model atau contoh yang buruk. Ada tiga macam penggangu
dalam berfantasi :
1. mengganggu situasional (situasional molester) yaitu mempunyai perkembangan dan perhatian
seksual yang normal, tetapi keadaan tertentu seperti stress timbul keinginan seksual terhadap anak
dan setelah melakukan merasa tertekan.
2. pengganggu yang menjadi pilihan (preference molester) merupakan kepribadian dan gaya
hidupnya.
3. pemerkosa anak merupakan perbuatan dari dorongan seksual yang bersifat musuh.

b. Exibionisme
Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasan seksual atau untuk membangkitkan
fantasi-fantasi dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang yang tidak dikenal. Gangguan ini
tidak berbahaya bagi si korban. Penderita gangguan ini adalah pria dan korbannya adalah wanita
(anak-anak maupun dewasa).
Para ahli mengatakan gangguan ini biasanya mengalami gangguan buruk pada pasangan seks nya.
Mereka tak percaya diri dalam hal seksual, dan biasanya tidak matang dalam hal nya sebagai seorang
pria, penyebabnya pengalaman pada masa perkembangan anak-anak, pada masa anak dia
menunjukkan alat kelaminnya dan korban merasa excited ( terkejut, takut, malu dan jijik) maka si
penderita merasa itu adalah sebuah pujian dan kejantanan baginya.
Menurut teori psikoanalisa, gangguan ini merupakan cara untuk menolak ketakutan kastrasi yang
berasal dari tahap odipal, pada tahap ini penderita mengalami fiksasi.

c. Voyeurisme
Berasal dari bahasa prancis yaitu kata ‘voir’ artinya melihat, yaitu untuk mendapatkan kepuasan
dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang melakukan katifitas seksual, yang
tidak menyadari seseorang sedang di intip ( bahasa harian peeping tom ). Pada gangguan ini
penderita memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang untuk melihat orang yang tidak
menyadari keberadaannya (mengintip). Gangguan ini memiliki dua ciri yaitu:
1. mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai
2. korban tidak mengetahui
Menurut psikodinamika modern gangguan ini didorong oleh ketakutan terhadap kemampuan dalam
berhubungan dengan wanita dan merupakan usaha untuk mengkonpensasi rasa malu. Adler
menginterpretasikan gangguan ini sebagai fungsi rasa malu individu dalam meyelesaikan masalah
seksualitasnya. Teori belajar sosial mengatakan bahwa gangguan ini berkembang akibat kurangnya
seks individu.
Bagi orang dewasa normal hubungan seks mencakup segala aktivitas yang dapat menyebabkan
gairah seks (misalnya melihat organ seks pasangan) sampai aktivitas senggama itu sendiri,
sedangkan pada penderita ini hanya memusatkan pada “melihat” sebagai satu-satunya cara untuk
memperoleh kepuasan seksual. Umumnya penderita berasal dari keluarga yang puritan (tabu)
terhadap seks.

d. Sadomasokis
Istilah sadisme berasal dari marquis de sade seorang penulis pada abad ke delapan belas, ia
menggambarkan seorang tokoh yang memperoleh kepuasan seks dengan menyiksa pasangannya
secara kejam, sadisme seksual adalah kepuasan seksual didapat dari aktifitas atau dorongan
menyakiti pasangan. Siksaan bisa secara fisik (menendang, memperkosa, dan memukul) maupun
psikis (menghina, memaki-maki), penderitaan korban inilah yang bisa membuatnya merasa
bergairah dan puas.
Orang ini menjadi gembira melihat atau berimajinasi tentang kesakitan oranglain, penyebabnya
pada kehidupan, mula-mula hukuman dan disiplin banyak berperan. Psikoanalisa memandang
gangguan ini sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam mencari kepuasan seksual pada
masa anak-anak.

e. Masokhisme
Istilah Masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher Masoch yang seorang tokoh
novelnya yang mencapai kepuasan seksual bila diperlakukan secara sadis, gangguan ini meilki ciri
mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari perangsangan dengan cara
diperlakukan secara kejam baik secara fisik maupun psikis. Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri
atau dilakukan oleh pasangannya. Penyembuhan ini dengan cara terapi individual dan kelompok
berdasarkan psrinsip behavior conditioning.

f. Fetisisme
Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda sebagai cara untuk menimbulkan
gairah atau kepuasan seksual, benda yang umum digunakan adalah benda aksesoris milik wanita
misalnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dll. Fetis mengandung tingkahlaku seperti
kompulsif. Pengalaman pada kehidupan mula-mula menghasilkan hubungan antara gelora seksual
dan objek Fetis.

g. Transvestisme
Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang perilakunya seperti wanita, gambaran utamanya
adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian seperti lawan
jenisnya, ketika seang berpakaian seperti wanita, penderita melakukan masturbasi lalu sambil
membayangkan seoran laki-laki tertarik pada dirinya sebagai seorang wanita. Gangguan ini memilki
sifat kompulsif, menggunakan banyak energi emosional.
Permulaan gangguan ini pada masa anak atau adolesensi pada umumnya tidak mencari bantuan, lain
seperti depresi perlakuannya adalah metode behavior seperti conditioning aversif, sensitisasi
tertutup. Karena close dresing selalu mempunyai tujuan mengurangi kecemasan, maka terapis
mendorong klien mendapat insight kedalam stress-stress yang menjadi penyebab tingkahlaku
tersebut melalui sikap terapi tradisional.

h. Zofilia
Gangguan ini juga disebut dengan Bestiality, ciri utamanya adalah penderita mendapatkan gairah
atau kepuasan seksual dengan cara melakukan kegiatan seksual dengan binatang. Konteks seksual
bisa dengan melakukan senggama dengan binatang (lewat anus atau vagina binatang, atau
“menyuruh” binatang memanipulasi alat genitalnya).

i. Froterisme
Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh, meremas-ramas dan menggesek-
gesekkan organ seks kepada orang tak dikenal, penderita umumnya senang berada ditempat yang
penuh sesak dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah, bisanya yang menjadi korban adalah
wanita yang sangat menarik dengan pakaian yang sangat ketat. Ketika sedang melakukan aksinya
penderita berfantasi sedang melakukan hubungan yang menyenangkan dengan si korban. Korban
biasanya tidak protes karena ia tidak mengira akan terjadi tindakan seksual seperti itu ditempat
umum. Hal ini didapat dari pengalaman lampau yang selalu mendapat penguat. Perlakuannya
pamadaman dan condotioning tertutup.

j. Homoseksual
Dalam DSM – III R, Homoseksual yaitu penderita memilih pasangan seksual yang sama jenis dengan
dirinya yaitu pria dengan pria dan wanita dengan wanita (lesbian).

DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)


a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan
hubungan seks. Hilangnya gairah seks bisa bersifat global maupun situasional. Yang global, penderita
bisa tidak mempunyai gairah sama sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun, contohnya wanita
trauma pasca korban pemerkosaan. Sedangkan yang situasional yaitu terjadi pada laki-laki
berdasarkan situasi psikologisnya aman. Untuk mendiagnosa perlu diperhatikan faktor usia, ketidak
puasan seks, lingkungan yang menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks dan frekuensi
hubungan seks.
b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat
untuk aktivitas seksual. Ciri utamanya adalah kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan
arousal atau excitement dalam berhubungan seks. Pada wanita gangguan ini disebut frigiditas yang
ditandai tidak tercapainya lubrikasi (pelumasan) dan membuka vagina.
c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mencapai fungsi orgasme, gangguan ini bisa terjadi pada pria
maupun wanita.
d. Ejakulasi dini (premature ejaculation)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mampu mengontrol atau mengendalikan ejakulasi selama
aktifitas seks berlangsung.
e. Dispareunia (Dyspareunia)
Ciri utama adalah penderita mengalami kesakitan selama berhubungan seksual. Gangguan ini terjadi
pada wanita, gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor organis misalnya adanya infeksi pada vagina
dan cervic.

f. Vaginismus
Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat sehingga
mengganggu senggama.

A. PENGERTIAN (MENURUT PPDGJ III)


Disfungsi seksual meliputi berbagai gangguan dimana individu tidak mampu
berperan serta dalam hubungan seksual seperti yang diharapkannya. Gangguan
tersebut dapat berupa kekurangan minat (interest), kenikmatan (enjoyment),
gagal dalam respons fisiologis yang dibutuhkan untuk interaksi seksual yang efektif
(misalnya ereksi), atau tidak mampu mengendalikan atau mengalami orgasme.
Respon seksual adalah suatu proses psiko-somatik dan kedua proses (psikologis dan
somatik) biasanya terlibat sebagai penyebab disfungsi seksual.

B. FAKTOR PENYEBAB
a) Biologi Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes
militus (kencing manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan
sumsum tulang, akibat operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada
wanita, menurunnya hormon (pada pria maupun wanita), akibat pembedahan
indung telur, penggunaan narkoba, obat penenang, alkohol, dan rokok.
b) Psikososial penyakit mental yang menyebabkan disfungsi seksual adalah psikosis,
schizophrenia,neurosis cemas, histerik, obsesif-kompulsif, depresif, fobia,gangguan
kepribadian atau psiko-seksual, serta retardasi mental dan gangguan intelegensia

C. MACAM-MACAM DISFUNGSI SEKSUAL


a) Gangguan Nafsu Seksual
Gangguan Nypho Maniac atau lebih dikenal dengan sebutan hiperseks adalah bukan
suatu penyakit. Tetapi lebih cenderung gangguan jiwa. Jenis gangguan ini secara
phatologis belum ditemukan penyebabnya yang jelas. Maka pengidap kelainan
Nypho Maniac tidak dapat disembuhkan dengan pijat atau refleksi secara cepat.
Tetapi pijat dilakukan hanya sebatas sebagai meredakan ketegangan jaringan saraf
dan sel darah. Sehingga seseorang akan dapat mengontrol emosinya dengan baik.
Gangguan psikis ini bisa terjadi pada pria maupun wanita.
Apabila mengalami Nypho Maniac seseorang akan merasa dirinya ingin selalu
melakukan hubungan badan yang berlebihan. Dan ingin berganti-ganti pasangan
atau tidak pernah puas. Yang pasti bagi pengidap kelainan ini, dirinya diperbudak
oleh nafsu seksualitasnya. Kalau keinginan tersebut tidak tersalurkan biasanya
badan mengalami kaku, baik otot-otot, urat, tulang, dan organ tubuh lainnya.
Sehingga penderita merasa kecanduan. Gangguan ini secara phatologie disebut
Hysteris Seksual (Nypho Maniac).

Dari tindakan pijat yang dilakukan diharapkan dapat menstimulasi organ serta
jaringan tubuh lainnya. Dan terjadi efek keseimbangan yang positif. Pijatan
dilakukan seluruh tubuh; secara rutin agar penggumpalan sisa-sisa pembakaran
(mioglosis) larut dalam aliran darah, membantu pembentukan sel-sel baru dan
mengobati atau meringankan berbagai gangguan rangsang (penyakit) dengan
membangun antibodi di dalam tubuh. Yaitu sebagai penyamping antigen/benda
aing yang masuk ke dalam tubuh.

Kalau suatu protein tertentu masuk dalam aliran darah, maka zat asing ini
mengakibatkan terbentuknya protein spesifik yang disebut tantibodiest. Kelak jika
protein yang sama masuk lagi ke dalam tubuh lalu terjadi reaksi antara antibodi
dan antigen, akibatnya histamin yang ada diantara sel, dalam keadaan inaktif
dibebaskan di bawah pengaruh seratonin. Hormon saraf yang terdapat di dalam sel
kadar buslamin dalam darah naik mendadak.

b) Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif


Gangguan seksual dimana minat terhadap kegiatan atau fantasi seksual yang sangat
kurang yang mestinya tidak diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan
orang yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki gangguan nafsu seksual
hipoaktif hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki minat terhadap
semua jenis aktivitas seksual.

• Ciri ciri Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif menurut DSM-IV-TR meliputi :


 Tidak adanya minat terhadap fantasi seksual dan kurangnya keinginan untuk
melakukan aktifitas seksual yang persisten atau berulangkali terjadi
 Stres (distress) yang signifikan atau kesulitan hubungan dengan antar pasangan
karena kekurangan ini
 Kurangnya nafsu ini bukan lebih menjadi bagian penentu bagi gangguan lain
(misalnya gangguan suasana perasaan, kecemasan, psikosomatis) dan bukan
disebabkan karena efek efek fisiologis obat atau penyalahgunaan obat.

• Penyebab secara umum :


 Ortodoksitas agama
 Takut kehilangan kendali saat melakukan hubungan seksual
 Takut hamil
 Depresi
 Efek samping konsumsi obat penenang
 Kurangnya rasa tertarik yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya
kebersihan pasangan
 Komunikasi dengan pasangan yang tidak baik
 Memiliki riwayat trauma seksual seperti perkosaan / pelecahan seksual dimasak
kanak-kanak
 Takut terkena penyakit seksual menular
 Stres yang tinggi
 Kadar testosteron yang rendah pada laki-laki

c) Gangguan Keengganan Seksual/Gangguan Gairah Seksual


Menghindari hampir semua kontak genital. Ketidak inginan yang ekstrim baik
secara menetap maupun berulang terhadap kontak seksual dengan pasangan.
Gangguan yang menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
Keengganan dapat mengambil beberapa bentuk yang berbeda, itu mungkin terkait
dengan aspek-aspek tertentu dari hubungan seksual, seperti melihat alat kelamin
pasangan atau bau sekresi nya tubuh, tetapi dapat meliputi mencium, memeluk,
dan hastakarya sebagai serta hubungan itu sendiri. Dalam beberapa kasus orang
dengan gangguan keengganan seksual menghindari segala bentuk hubungan seksual
yang lain, bagaimanapun, tidak kecewa dengan mencium dan membelai, dan
mampu melanjutkan normal sampai terjadi kontak kelamin.

• Penyebab
Ada beberapa penyebab gangguan keengganan seksual.
 Penyebab paling umum adalah masalah interpersonal dan pengalaman traumatis.
Masalah interpersonal umumnya menyebabkan gangguan penolakan situasi spesifik
seksual, di mana gejala terjadi hanya dengan mitra tertentu atau dalam kondisi
tertentu. Dalam kasus tersebut, ketegangan mendasar atau ketidakpuasan dengan
hubungan sering penyebabnya.
 Alasan untuk tidak bahagia dengan hubungan itu mungkin termasuk penemuan
perselingkuhan perkawinan; perselisihan besar atas anak-anak, uang, dan peran
keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya kebersihan pribadi di sisi
mitra, atau masalah yang sama.
 Trauma pengalaman juga telah ditemukan menyebabkan gangguan penolakan
seksual, sering dari berbagai umum. Beberapa trauma mungkin termasuk
pemerkosaan, inses, penganiayaan, atau bentuk lain dari pelecehan seksual
 ajaran agama atau budaya yang mengasosiasikan aktivitas seksual dengan
perasaan bersalah yang berlebihan.

d) Gangguan Gairah Seksual Wanita


Yaitu ketidakmampuan yang bersifat terus-menerus untuk mencapai /
mempertahankan kenikmatan seksual ( lubrikasi dan pembengkakan genital ) yang
diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas seksual. Gangguan ini dapat disebabkan
karena disstres yang mendalam,efek fisiologis langsung dari obat-obatan/penyakit
medis umum. Kelainan ini mirip dengan impotensi pada pria. Kelainan ini bisa
terjadi seumur hidup atau bisa terjadi setelah suatu masa dimana fungsinya
normal.

• Penyebab
Kelainan gairah seksual pada wanita memiliki penyebab fisik maupun psikis.
Kelainan ini bisa terjadi seumur hidup atau terjadi setelah suatu fungsi yang
normal. Penyebab yang utama adalah faktor psikis, yang bisa berupa perselisihan
pernikahan, depresi dan keadaan yang menimbulkan stres. Seorang wanita bisa
menghubungkan seksual dengan perbuatan dosa dan kesenangan seksual dengan
perasaan bersalah. Rasa takut akan keintiman juga dapat memegang peranan.
Beberapa wanita atau pasangannya tidak menyadari bagaimana fungsi organ
kelamin wanita, terutama klitoris, dan mereka mungkin tidak mengetahui tehnik
dari perangsangan seksual.
Sedangkan faktor fisik yang bisa menyebabkan kelainan gairah seksual pada wanita
diantaranya adalah:
 Rasa nyeri karena endometriosis atau infeksi kandung kemih (sistitis), infeksi
vagina (vaginitis)
 Kekurangan hormon estrogen yang menyertai masa menopause atau
pengangkatan indung telur biasanya menyebabkan kekeringan dan penipisan
dinding vagina
 Histerektomi (pengangkatan rahim) atau mastektomi (pengangkatan payudara)
 Kelenjar tiroid yang kurang aktif
 Anatomi vagina yang abnormal, yang disebabkan oleh kanker, pembedahan atau
terapi penyinaran
 Hilang rasa karena alkolik, diabetes atau kelainan sistem saraf tertentu (misalnya
sklerosis multipel)
 Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, dperesi atau tekanan
darah tinggi.

e) Gangguan Ereksi pada Pria/Gangguan Orgasme pada Pria


Ketidakmampuan untuk mencapai/mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk
menyelesaikan aktivitas seksual. Salah satu jenis gangguan ereksi yaitu
impotensi,di mana laki-laki yang bersangkutan tidak memiliki kekuatan dalam
kendali selama aktivitas seksual.

• Diagnosis gangguan ereksi/orgasme pada pria :


Terjadinya kegagalan yang terus menerus untuk mencapai/mempertahankan
ereksi.

• Penyebab Disfungsi Ereksi


 Kelainan pembuluh darah. Agar dapat menegang, penis memerlukan aliran darah
yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) dapat
menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah
atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran
darah arteri ke penis.

 Kelainan persarafan. Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga
bisa menyebabkan impotensi. Kerusakan saraf ini dapat terjadi akibat:
• Cedera Diabetes melitus
• Sklerosis multiple
• Stroke
• Obat-obatan
• Alkohol
• Penyakit tulang belakang bagian bawah
• Pembedahan rektum atau prostat.
 Obat-obatan. Risiko DE meningkat seiring dengan kebiasaan mengonsumsi
narkotika, obat zat psikotropika, antidepresi (litium), obat penenang dan hormon.
Serta dapat juga dipicu dari konsumsi obat-obatan anti-hipertensi dan antigastritis
(simetidin).
 Kelainan pada penis
 Masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual

f) Gangguan Orgasme pada Wanita


Adalah Ketiadaan orgasme setelah satu periode kenikmatan seksual normal.

• Penyebabnya antara lain :


a) Perempuan yang jarang/tidak pernah melakukan masturbasi sebelum mereka
mulai melakukan hubungan seksual memiliki kemungkinan jauh lebih besar untuk
tidak mengalami orgasme.Kurangnya pengetahuan tentang seksual,terutama
ketidaktahuan akan anatomi genital mereka sendiri
b) Konsumsi alkohol kronis dapat menjadi faktor somatik
c) Perempuan memiliki ambang batas orgasme yang berbeda
d) Rasa takut akan kehilangan kendali, Seperti : berteriak tanpa kendali,hal itu
dapat membuat dirinya tampak bodoh/pingsan.
e) Perasaan nonseksual yang dimiliki pasangan tersebut dapat juga mempengaruhi

g) Ejakulasi Dini/Gangguan Nyeri Seksual


Ketidakmampuan mengendalikan ejakulasi sedemikian rupa sehingga masing-
masing menikmati hubungan seksual. Ejakulasi dini dapat terjadi sebelum penis
dimasukkan ke dalam vagina,namun lebih sering terjadi dalam beberapa detik
setelah kontak kelamin. Ejakulasi dini umumnya berhubungan dengan kecemasan
yang tinggi.Laki-laki yang mengalami masalah tersebut,lebih responsif terhadap
sentuhan.

• Penyebab :
 Takut bila pasangan hamil
 Menyembunyikan rasa cinta
 Mengekspresikan kekasaran
 Takut untuk melepaskan kendali
 Adanya cedera saraf tulang belakang/penggunaan obat penenang tertentu

h) Dispareunia Vaginismus
Kejang berulang pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang tidak
memungkinkan terjadinya kontak kelamin. Rasa sakit yang luar biasa membuat
hubungan seksual menjadi terganggu dan pada umumnya wanita sulit menikmati
aktivitas tersebut dan membuat individu menjadi tertekan karenanya.

Para ahli menggolongkan dispareunia sebagai gangguan fungsi seksual, gangguan ini
hanya muncul saat berhubungan seksual (intercourse) atau berhubungan dengan
aktivitas seksual semata, kondisi ini tidak berlaku pada pasangan yang pertama
sekali melakukan aktivitas seksual.

Diperkirakan ada sekitar 15% wanita mengalami gangguan yang berhubungan dalam
intercourse, namun hanya 1-2% saja yang didiagnosa mengalami gangguan
dispareunia. Kebanyakan dari kasus yang ada, sebagian besar disebabkan oleh
pengalaman trauma akibat pemerkosaan dan kekerasan seksual. Dispareunia sangat
jarang terjadi akibat permasalahan medis.

Individu dengan pengalaman yang menyakitkan selama proses intercourse dapat


menimbulkan trauma, rasa takut akan menjadi pengalaman yang tidak
mengenakan selama proses aktivitas seksual yang dapat mempengaruhi hubungan
dengan pasangannya.

• Faktor Penyebab
1. Pengalaman trauma seksual.
Pengalaman percobaan perkosaan, pemerkosaan atau kekerasan seksual pada masa
kecil menjadi salah satu sebab utama munculnya dispareunia. Ketika dewasa,
wanita dengan pengalaman trauma ini akan mengingat kembali masa-masa trauma
sehingga ia akan merasa tidak nyaman dan tidak menikmati hubungan seksual,
beberapa diantara korban kekerasan seksual dilaporkan mengalami gangguan
vaginismus. Wanita dengan latar Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) memiliki
resiko gangguan ini.
2. Rasa bersalah, kecemasan yang tinggi dan persepsi tentang seks yang salah.
Beberapa kondisi diatas dapat memicu tekanan otot-otot sekitar vagina menguat.
Rasa bersalah, kecemasan yang tinggi dan persepsi tentang seks yang salah
merupakan salah satu penyebab kemunculan dispareunia. Individu yang dibesarkan
dari keluarga yang kaku yang beranggapan bahwa seks itu adalah tabu, menjijikan
atau buruk mempunyai resiko yang lebih besar terkena gangguan ini. Perempuan
yang takut hamil juga mempunyai resiko mengidap gangguan ini.
3. Trauma yang berhubungan dengan daerah kelamin
Gangguan dispareunia muncul pada wanita yang mengalami kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh tindakan operasi pembedahan pada bagian (alat) kelamin.
Misalnya penyakit kanker yang mengharuskan bagian-bagian tertentu dari vagina
harus diangkat. Beberapa wanita tersebut mengalami pemerosotan rasa percaya
diri yang tajam, mudah sensitif, merasa seperti bukan layaknya wanita
sepenuhnya. Hubungan intim pun menjadi sangat sensitif baginya.
4. Depresi dan kecemasan secara umum.
Depresi dan kecemasan menyeluruh dapat memicu munculnya dispareunia. Individu
dengan tingkat depresi dankecemasan yang tinggi akan membuat individu tersebut
menjadi tidak tertarik dengan aktivitas seksual.
5. Permasalahan dengan pasangan
Dispareunia muncul pada kebanyakan wanita yang mengalami permasalahan dalam
relationship dengan pasangannya. Kekerasan fisik dan seksual, akan mempengaruhi
hubungan secara emosional dengan pasangan. Hal ini pada akhirnya berpengaruh
pada keengganan atau ketidaktertarikan pada hubungan seksual dengan pasangan.
Ketakutan wanita akan pria tidak tertarik lagi dengan dirinya juga dapat penyebab
kemunculan gangguan ini. Sama halnya pada pria, permasalahan ini dapat
menimbulkan ketidaktertarikan pada hubungan seksual yang berakibat pada
munculnya gangguan ereksi dan sangat jarang terjadi dispareunia.
6. Beberapa kondisi lain.
Rangsangan yang kurang akan membuat suasana vagina menjadi kering, kondisi
kurangnya cairan vagina juga dapat disebabkan oleh obat-obatan salah satunya
adalah golongan Antihistamine. Beberapa penyakit seperti penyakit kencing manis,
radang vagina, infeksi bakteri saluran vagina (Pelvic Inflammatory Disease, PID)
dan kekurangan hormon estrogen juga dapat menjadi penyebab munculnya rasa
sakit.

• Simtom
 Rasa sakit pada area genital secara menetap dan muncul ketika akan memulai
aktivitas, selama dan hingga pada akhir aktivitas seksual
 Menimbulkan frustrasi dan stress akibat rasa sakit yang ditimbulkan
 Rasa sakit bukan disebabkan langsung oleh vaginismus atau kekurangan cairan
lubrikasi, atau disebabkan langsung dari gangguan lain, dan juga bukan disebabkan
langsung dari efek obat-obatan, medis atau kondisi umum medis. Dispareunia
dapat muncul bersamaan atau memunculkan gangguan seksual lainnya.
Simtom utama dispareunia adalah kemunculan rasa sakit terutama pada proses
panetrasi, kesulitan penis memasuki vagina yang dapat menimbulkan rasa perih
seperti terbakar atau luka akibat gesekan. Disamping itu vagina terasa kering
seperti kekurangan lubrikasi dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan selama
proses intercourseberlangsung. Pada umumnya dispeurania menyebabkan wanita
kesulitan dalam mencapai orgasme dan kondisi ini menimbulkan frustrasi.

Rasa sakit pada area panggul yang muncul setelah beberapa jam intercourse atau
rasa sakit yang disertai orgasme dibagian dalam vagina merupakan adanya tanda-
tanda gejala medis, namun demikian rasa sakit tersebut dapat muncul bila
kurangnya rangsangan.

• Treatment
Konseling sering dilakukan dalam mengidentifikasi perasaan-perasaan negatif
terhadap seks, konseling bersama pasangan yang sah perlu dilakukan untuk
meningkatkan komunikasi bersama dan membahas permasalahan seks yang muncul.
Konselor secara bersama akan memberikan tips-tips yang dapat dilakukan oleh
kedua belah pasangan dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemajuan
yang diperoleh. Wanita yang mengalami kekerasan seksual atau pemerkosaan akan
disusun langkah-langkah tertentu dalam menghadapi rasa takut yang disebabkan
oleh pengalaman trauma di masa lalu.

Terapi seks dilakukan untuk memberikan informasi mengenai teknik-teknik


perangsangan yang tepat dan pencapaian orgasme bagi keduabelah pihak. Terapi
seksual juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas hubungan seksual seperti
teknik foreplay, mengontrol secara tepat kapan panetrasi dilakukan akan
membantu wanita dalam menciptakan suasana nyaman dan rileks dalam melakukan
aktivitas seksual.

Pada wanita yang mengalami vaginismus akan diberikan beberapa alat khusus yang
dapat digunakan untuk memberikan kelonggaran otot-otot vagina. Alat tersebut
akan mengurangi itensitas ketegangan pada otot-otot sekitar panggul atau area
tertentu sebagai pemicu vaginismus.Secara medis, dispareunia perlu juga
dilakukan pengecekan panggul, beberapa check up perlu dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi pada rongga panggul.

i) Disfungsi Seksual Akibat Kondisi Medis Tertentu


Disfungsi seksual yang bermakna secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang
jelas atau kesulitan yang interpersonal yang menonjol. Terdapat bukti-bukti dari
riwayat penyaki, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa disfungsi
seksual dijelaskan sepenuhnya oleh efek fisiologis langsung.

Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan
tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat
menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).

Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit-
penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya dari luar.
Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau senggama
(Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita merasakannya sebagai gangguan ringan
yang tidak perlu diperiksakan dan sering tidak disadari (Raymond Rosen., et al,
1998).

Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai faktor resiko


untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut:
a) Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria.
b) Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN), hiperlipidemia
(kelebihan lemak darah).
c) Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis.
d) Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf.
e) Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam darah (hipogonadisme) dan
hiperprolaktinemia.
f) Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok).
g) Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas.
Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut penelitian juaga
dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain: barbiturat,
benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors (SSRI), lithium, tricyclic
antidepressant (Tobing, 2006).

j) Disfungsi Seksual Akibat Penggunaan zat


Disfungsi seksual yang bermakna secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang
jelas atau kesulitan yang interpersonal yang menonjol. Terdapat bukti dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa disfungsi seksual
akibat pemakaian zat . Sudah berabad lamanya orang mencari obat/makanan yang
dapat meningkatkan / menambah / memperbaiki kemampuan atau kenikmatan
seksualnya (“obat kuat"). Beberapa zat / obat / makanan telah disebut-sebut
memiliki khasiat aphrodisiac disebut sex enhancers tetapi perlu diketahui bahwa
penggunaan saat tertentu dapat justru mengakibatkan berkurangnya kemampuan
bahkan juga kenikmatan seksual, selain efek samping lain. Penelitian-penelitian
sampai hari ini belum dapat menemukan obat yang dapat meningkatkan
kemampuan seksual seseorang, tanpa batas, bekerja pada siapa saja.

Penggunaan obat/zat untuk maksud ini tidak hanya pada orangorang dewasa saja
tetapi sejalan dengan meluasnya gangguan penggunaan zat, makin banyak
dijumpai orang-orang muda, remaja yang terlibat dalam eksperimen menggunakan
obat-obat untuk menunjang perilaku seksualnya, suatu hal yang sebetulnya tidak
wajar atau tidak diperlukan.

Penggunaan obat dalam kaitannya dengan perilaku seksual manusia dapat terjadi
dalam beberapa keadaan. Dalam keadaan normal dapat dijumpai pada pria yang
mulai lanjut usia, yang fungsi dan kemampuan seksnya telah mulai
berkurang/mundur, misalnya minum kopi beberapa saat sebelum melakukan
aktivitas seksual dapat membantu meningkatkan kemampuan seksualnya. Demikian
juga beberapa zat/bahan lain yang mengandung kafein (coklat, kakao). Mereka
yang sering gugup bila berhadapan dengan 1awan jenisnya dapat dibantu dengan
obat penenang dalam dosis tertentu, tetapi jika dosis ini dilampaui maka yang
terjadi justru kemunduran kemampuan.

Mereka yang kurang yakin mengenai kemampuan seksualnya, merasa rendah diri
atau malu, kadang-kadang juga menggunakan obat atau minuman beralkohol.
Seorang wanita yang menyadari perbuatannya adalah terlarang, tetapi tak berdaya
menolaknya, dapat meminum sejenis pi1 tidur untuk membius dirinya sesaat
sebelum berkencan, agar tidak merasakan penderitaan (merasa tertekan karena
malu) ketika melakukan hubungan yang terlarang itu. Remaja yang menga1ami
hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksualnya dapat
bereksperimentasi dengan obat-obatan untuk mendapatkan perasaan mantap
dalam hal seksual. Seseorang yang dorongan seksnya terlalu besar sehingga sulit
dikendalikan kadang-kadang meminta pertolongan dokter untuk mendapatkan obat
penekan nafsu seks.

Demikian juga isteri atau suami yang kewalahan melayani permintaan teman
hidupnya dalam hal seks, mungkin secara diam-diam meminta pertolongan dokter
atau dukun agar diberi obat pelemah seks untuk partnernya itu. Obat-obat yang
digunakan bukan hanya yang tergolong dapat merangsang atau menekan seks saja,
melainkan juga obat yang sebetulnya untuk penyakit jantung misalnya
vasodi1atansia atau obat untuk infeksi alat kemaluan, atau salep pelicin. Bahaya
yang dapat timbul selain penyalahgunaan dan atau ketergantungan zat / obat,
dapat berupa efek samping obat yang dipakai (insomnia, gastritis, impotensi,
tekanan darah rendah, reaksi psikotik, radang saluran kemih dan sebagainya).

7. Bagaimana penanganan untuk masalah infertilitas?

Umumnya untuk mengatasi kemandulan, diperlukan lebih dari satu tindakan medis. Di antaranya
melalui obat-obatan, tindakan operasi, hingga pemanfaatan teknologi reproduksi berbantu.

Kemudian apa saja yang akan dilakukan dokter untuk pengobatan kemandulan? Beberapa
proses yang biasanya dilakukan terdiri dari pemberian obat-obatan, tindakan operasi dan
inseminasi buatan hingga teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology).
Tidak jarang langkah-langkah tersebut merupakan kombinasi.

Dokter akan menentukan pengobatan berdasarkan:

 Hasil tes.
 Seberapa lama pasangan sudah berusaha memiliki keturunan.
 Usia dari masing-masing individu.
 Kondisi kesehatan secara keseluruhan.
 Preferensi dari pasangan.

Pilihan Pengobatan

Untuk mengatasi kondisi tersebut, masing-masing pasangan akan diminta untuk melakukan
tes kesuburan untuk mengetahui penyebab infertilitas. Hasil dari pemeriksaan tersebut yang
kemudian akan ditindaklanjuti oleh pihak dokter.

Pengobatan untuk pria

Untuk pria, kemungkinan pengobatan termasuk mengatasi kemungkinan masalah seksual


secara umum atau kurangnya sperma yang sehat. Beberapa jenis pengobatan antara lain:
 Mengobati infeksi. Penggunaan antibiotik kemungkinan mampu menyembuhkan infeksi
pada saluran reproduksi. Kabar buruknya, hal itu tidak selalu berarti mampu mengembalikan
kesuburan.
 Obat-obatan dan terapi hormon. Jika penyebab kemandulan disebabkan kadar hormon
tertentu yang terlalu rendah atau tinggi atau masalah tubuh memanfaatkan hormon, maka
dokter akan merekomendasikan obat-obatan atau terapi penggantian hormon.
 Penanganan masalah seksual. Kemungkinan diperlukan terapi konseling atau obat-obatan
untuk meningkatkan kesuburan dalam kondisi disfungsi ereksi atau ejakulasi dini.
 Tindakan operasi. Salah satu kondisi yang kerap menjadi penyebab kemandulan adalah
varikokel. Kondisi ini dapat diatasi dengan operasi. Sperma biasanya akan kembali muncul
dari testis setelah sebelumnya tidak ditemukan pada saat ejakulasi.

Pengobatan untuk wanita

Untuk memulihkan kesuburan seorang wanita, mungkin akan diperlukan beberapa jenis
pengobatan, antara lain:

 Obat kesuburan untuk merangsang ovulasi. Obat jenis ini merupakan perawatan utama
bagi perempuan yang tidak subur akibat gangguan ovulasi .Obat-obatan ini akan mengatur
atau merangsang ovulasi. Misalnya, obat jenis clomifene atau tamoxifen akan membantu
memulai ovulasi atau membuatnya menjadi teratur. Bicarakan dengan dokter Anda
mengenai obat yang tepat, sekaligus manfaat dan risikonya.
 Tindakan operasi untuk mempertinggi kesuburan. Ada beberapa prosedur yang dapat
dilakukan. Misalnya, operasi histeroskopi dapat membantu mengatasi polip endometrium
atau masalah dinding penyekat rahim dan jaringan parut dalam rahim. Jika masalahnya
berupa sumbatan atau jaringan parut pada tabung saluran indung telur, maka dapat
dilakukan operasi pada saluran tersebut agar sel telur bergerak lebih mudah.
 Inseminasi Intrauterin. Dalam proses ini, dilakukan pemilihan sperma dengan kualitas
terbaik, kemudian ditempatkan ke dalam rahim dengan alat bantu. Diharapkan sperma
dapat bergerak menuju leher rahim hingga kemudian memasuki rahim. Prosedur ini
biasanya dilakukan saat ovulasi untuk memperbesar kemungkinan dan sebelumnya
diberikan hormon kadar rendah untuk menstimulasi sel telur.

PENATALAKSANAAN INFERTILITAS

A. Wanita
· Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital
· Pemberian terapi obat, seperti
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang
adekuat
· GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
· Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
· Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
· Pengangkatan tumor atau fibroid
· Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
o Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat
o Agen antimikroba
o Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
o HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
o FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
o Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
o Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
o Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
o Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
o Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.
5. PENCEGAHAN INFERTILITAS
a. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah
zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani
serius (Steven RB,1985).
b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok
terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
c. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone
yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
d. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

Kapan harus ke dokter

Periksakan diri ke dokter kandungan jika lebih dari satu tahun Anda tidak hamil. Jika usia Anda sudah
35 tahun atau lebih, dan sebelumnya Anda sudah berusaha selama empat atau enam bulan untuk
hamil namun tidak hamil, maka kunjungi dokter. Pada usia ini kehamilan masih bisa terjadi tanpa
pengobatan kesuburan.

Diagnosa

Langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosa infertilitas wanita adalah dengan menentukan
apakah ovulasi terjadi pada interval yang diprediksi. Ketika sel telur dilepaskan, maka akan
menyebabkan pergeseran hormon seks dalam tubuh.

Pergeseran hormon seks dapat dideteksi dengan cara ini:

 Pemeriksaan suhu tubuh di pagi hari. Anda bisa menggunakan termometer biasa untuk
mengukur suhu tubuh di waktu pagi setiap hari. Setelah ovulasi, biasanya suhu tubuh akan
sedikit lebih tinggi.
 Tes prediksi ovulasi. Ini adalah tes urin over-the-counter. Hal ini akan memprediksi pelepasan
sel telur. Hasil tes yang positif berarti Anda sedang berovulasi atau segera akan berovulasi.
 Lendir liang senggama. Anda bisa mengenali perubahan dalam tampilan dan konsistensi
lendir liang senggama Anda. Perubahan ini menjadi sinyal adanya pergeseran hormon yang
mengindikasikan ovulasi telah terjadi.

Dokter Anda akan memeriksa organ intim dan panggul Anda. Sampel lendir dari serviks dan liang
senggama mungkin akan diuji guna melihat adanya kemungkinan infeksi.

Jika perlu, tes darah mungkin akan dilakukan untuk:

 Memastikan ovulasi yang normal


 Menunjukkan apakah ovarium berfungsi dengan baik dalam melepaskan sel telur
 Mengukur fungsi kelenjar tiroid, hipofisis dan adrenal Anda.

Pemeriksaan-pemeriksaan lain mungkin juga akan dilakukan untuk membantu menemukan


penyebab infertilitas. Pemeriksaan-pemeriksaan di bawah ini akan melibatkan struktur fisik organ
panggul.

 Hysterosalpingogram. Ini merupakan pemeriksaan X-ray dimana perwarna cair akan


disuntikkan ke dalam rahim Anda. Pemeriksaan ini akan mengetahui polip atau tumor fibroid
di dalam rahim. Juga dapat menunjukkan ada tidaknya penyumbatan parsial atau lengkap di
saluran tuba.
 USG. USG dilakukan untuk melihat bentuk dan ukuran rahim Anda. USG akan memberikan
gambaran mengenai rongga rahim atau lapisan dalam rahim. USG juga dapat
mengidentifikasi bentuk dan ukuran dari ovarium dan ada tidaknya pengembangan kista.
 Hysteroscopy dan Laparoscopy. Ini merupakan prosedur bedah oleh dokter ahli kandungan.
Keduanya mengunakan kamera video kecil untuk melihat organ-organ panggul.
Selama Hysteroscopy, dokter dapat melihat bagian dalam rahim Anda. Dokter juga dapat melakukan
biopsi. Dan dalam beberapa kasus, dokter bisa menghilangkan polip, fibroid atau jaringan parut.

Laparoscopy memungkinkan bagi dokter untuk melihat bagian luar rahim dan memeriksa ovarium
Anda. Menghilangkan kista ovarium atau jaringan parut menjadi hal yang mungkin dilakukan selama
proses Laparoscopy .

Jangka waktu

Evaluasi kesuburan biasanya bisa lama hingga beberapa bulan. Evaluasi akan membutuhkan
berbagai macam pemeriksaan. Dan beberapa jenis pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu
tertentu dalam siklus menstruasi. Pengobatan akan membutuhkan waktu, perencanaan yang
matang dan kunjungan yang rutin ke dokter.

Dengan menambah intensitas hubungan intim, pasangan yang infertil memiliki kesempatan sedikit
lebih besar untuk memperoleh kehamilan bahkan tanpa disertai pengobatan.

Pencegahan

Anda bisa mengoptimalkan peluang untuk hamil dengan beberapa cara:

 Olahraga moderat. Tidak berolahraga akan menyebabkan periode menstruasi yang panjang
atau bahkan tidak terjadi.
 Hindari kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang optimal adalah mulai dari 20
dan dibawah 27.
 Hindari alkohol, rokok dan obat-obatan.
 Hindari mengonsumsi kafein terlalu banyak. Jangan minum lebih dari satu cangkir kopi
setiap hari.
 Tanyakan kembali obat-obat yang Anda konsumsi dengan dokter. Beberapa jenis obat bisa
mempengaruhi kemampuan Anda untuk hamil atau bisa mempengaruhi kehamilan normal.
 Diet kesuburan. Diet kesuburan berikut ini dinilai akan membantu meningkatkan kesuburan:
o Hindari lemak trans (periksa pada setiap label makanan)
o Makan kacang-kacangan atau protein nabati lebih banyak
o Konsumsi gandum
o Hindari minuman soda
o Minum susu setiap hari.

Beberapa jenis pengobatan untuk kanker bisa menyebabkan infertilitas. Diskusikan dengan dokter
sebelum memulai pengobatan untuk kanker.
Pengobatan

Pengobatan infertilitas akan tergantung dari hasil evaluasi penyebab infertilitas Anda. Beberapa
penyebab infertilitas harus ditangani dengan pengobatan khusus. Sebagai contoh, proses operasi
akan dilakukan untuk mengangkat tumor fibroid.

Obat Kesuburan

Infertilitas bisa disebabkan karena jarang atau tidak adanya ovulasi. Masalah ini sering diatasi
dengan pemberian obat-obatan hormon, yang umumnya dikenal sebagai obat kesuburan.

Semua obat kesuburan memiliki potensi efek samping dan bisa menyebabkan kehamilan kembar
atau lebih. Pengobatan dengan obat kesuburan harus dibawah pengawasan seorang spesialis
kesuburan.

Contoh obat kesuburan meliputi:

 Clomiphene. Obat ini akan merangsang ovarium agar melepaskan satu atau lebih sel telur.
Clomiphene bekerja dengan menyesuaikan tingkat hormon alami Anda.
 Luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Obat hormon yang
disuntikkan akan mendorong ovarium melepaskan satu atau lebih sel telur pada satu waktu.

Obat-obatan hormon ini terkadang diberikan setelah pengobatan dengan obat-obatan hormon lain,
seperti GnRH analogue. GnRH analogue akan mempersiapkan tubuh untuk ketepatan siklus waktu
ovulasi.

Prosedur bedah

Setelah pengobatan dengan obat kesuburan, sel telur bisa melakukan perjalanan secara alami dari
ovarium ke rahim, dengan syarat saluran tuba harus normal. Terkadang juga proses operasi
dilakukan untuk "memanen" sel telur matang setelah terapi obat kesuburan.

Prosedur bedah yang dapat membantu terjadinya kehamilan meliputi:

 Intrauterine insemination (IUI), adalah prosedur dimana sperma langsung dimasukkan ke


dalam rahim dengan menggunakan kateter atau jarum suntik khusus.
 In vitro fertilization (IVF). Sel telur dan sperma disatukan di laboratorium untuk
menghasilkan embrio. Satu atau lebih embrio kemudian dimasukkan kembali ke rahim Anda.
IVF tidak menjamin terjadinya kehamilan, dan terkadang lebih dari satu embrio terdapat di
dalam rahim. Hal ini akan mengakibatkan kehamilan kembar atau lebih. IVF membutuhkan
pengobatan hormon sebelumnya.
 Zygote intrafallopian transfer (ZIFT) dan gamete intrafallopian transfer (GIFT), adalah variasi
dari IVF. Ini juga membutuhkan minimal satu saluran tuba yang sehat. Pada ZIFT, telur
dikeluarkan dari ovarium, kemudian dikombinasikan dengan sperma di laboratorium untuk
menghasilkan embrio kecil. Embrio kemudian ditempakan di saluran tuba kemudian
melakukan perjalanan sendiri ke rahim. Pada GIFT, telur dan sperma ditempatkan di saluran
tuba sebelum sperma membuahi telur. Sepeti IVF, kedua pengobatan ini memerlukan terapi
hormon sebelumya.

8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk infertilitas dan nilai-nilai


standarnya?

Penanganan infertilitas yang tepat harus dilakukan sesuai dengan faktor penyebabnya.
Gangguan ovulasi, endometriosis dan oklusi tuba fallopii merupakan penyebab utama faktor
perempuan sedangkan faktor sperma terutama terkait jumlah dan motilitasnya. Karena itu
untuk mengetahui penyebab infertilitas perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang
terarah.

Anamnesis

Tiga faktor utama yang paling berperan dalam infertilitas yaitu umur perempuan, lama
infertilitas dan jenis infertilitas (primer atau sekunder). Umur perempuan merupakan
parameter terpenting yang berbanding terbalik dengan fekunditas, terutama disebabkan oleh
penurunan kualitas dan kuantitas oosit. Penelitian Collins dkk membuktikan bahwa
kemungkinan kehamilan 1.49 kali lebih besar bila lama infertilitas < 3 tahun (CI = 1.23-‐
1.80). Sedangkan pasangan dengan keluhan infertilitas sekunder memiliki risiko relatif untuk
hamil sebesar 1.38 kali lebih besar (CI = 1.12-‐1.68) dibandingkan pasangan dengan keluhan
infertilitas primer serta waktu untuk hamil 51-‐80% lebih cepat.

Faktor lain yang perlu diketahui adalah adanya riwayat laparotomi yang dapat berperan
dalam perlengketan pelvik (risiko relatif 4.4 ; CI = 3.4-‐6.5). Kebiasaan merokok juga dapat
menurunkan fekunditas dan keberhasilan program teknologi reproduksi berbantu (TRB).

Anamnesis yang lengkap dapat menyingkirkan kemungkinan faktor etiologi infertilitas yaitu
gangguan ovulasi (lama dan keteraturan siklus haid), oklusi tuba fallopii (riwayat operasi
sebelumnya) dan endometriosis (dismenorea dan dispareunia).

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada perempuan meliputi tinggi badan, berat badan, skor hirsutisme dan organ
ginekologi (menggunakan ultrasonografi transvaginal). Tanda klinis endometriosis, nyeri,
dan kelainan uterus / ovarium harus disingkirkan. Pasangan laki-‐laki harus dilakukan
pemeriksaan vas deferens, epididimis, testis untuk menyingkirkan kemungkinan varikokel
(terutama bila analisis sperma tidak normal).

Deteksi ovulasi
Perempuan yang memiliki siklus haid normal, 95% mengalami ovulasi dan dapat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan progesteron pada fase luteal madya. Pemeriksaan lendir
serviks, LH urin dan suhu basal bifasik memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang rendah
dalam mendeteksi ovulasi.

Pada perempuan dengan keluhan oligomenorea perlu dilakukan pemeriksaan hormon


prolaktin dan gonadotropin untuk mengetahui penyebab gangguan ovulasi-‐ nya. Pada
perempuan usia reproduksi, sindro ovarium polikistik (SOPK) merupakan penyebab terbesar
gangguan ovulasi.

Uji pasca sanggama

Pemeriksaan ini hanya memiliki sensitifitas 9-‐71% dan spesifisitas 62-‐100% dalam kasus
infertilitas karena itu tidak dianjurkan lagi untuk dilakukan. Uji pasca sanggama hanya
membuktikan bahwa pasangan yang menjalani pemeriksaan telah melakukan hubungan
seksual sebelumya.

Analisis sperma

Variasi hasil pemeriksaan sperma pada individu yang sama menyebabkan kelainan sperma
harus didasarkan minimal atas 2 kali pemeriksaan. Pemeriksaan antibodi anti sperma tidak
dianjurkan mengingat tidak ada bukti kuat yang mendukung kepentingan pemeriksaan ini
terhadap penanganan infertilitas. Bila dijumpai hasil analisis sperma tidak normal, maka
perlu dikonfirmasi pemeriksaan klinis pasangan laki-‐laki (ukuran testis, ada/tidak varikokel,
hormon laki-‐laki terutama FSH dan testosteron).

Pemeriksaan tuba fallopii

Baku emas patensi tuba fallopii adalah laparoskopi kromotubasi sedangkan penapisan dapat
dilakukan dengan histerosalpingografi (HSG) dengan tingkat sensitifitas 83% dan spesifisitas
65%. Pasien dengan risiko penyakit tuba dan rongga pelvik dapat dianjurkan untuk langsung
menjalani pemeriksaan laparoskopi.

Saat ini pemeriksaan saline infusion sonohysterography dibandingkan dengan HSG dan
memberikan hasil yang cukup baik untuk menilai patensi tuba fallopii. Pemeriksaan antibodi
terhadap Chlamydia tidak memiliki hasil yang cukup baik untuk mendeteksi infertilitas
karena faktor tuba.

Histeroskopi dan laparoskopi

Tindakan laparoskopi hanya dilakukan atas indikasi:

 Pemeriksaan HSG abnormal


 Ditemukan adanya hidrosalping
 Endometriosis

Penanganan
Penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu:

1. Mengatasi faktor penyebab / etiologi


2. Meningkatkan peluang untuk hamil

Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas misalnya adalah dengan melakukan
induksi ovulasi (pada kasus anovulasi), reanastomosis tuba (oklusi tuba fallopii) dan
pemberian obat-‐obatan secara terbatas pada kasus faktor sperma. Namun seringkali tindakan
mengatasi faktor penyebab memberikan hasil yang tidak efektif karena itu berbagai metoda
dikembangkan untuk meningkatkan peluang satu pasangan mendapatkan kehamilan, seperti
stimulasi ovarium, inseminasi dan fertilisasi in vitro.

Gangguan ovulasi

Kasus terbanyak gangguan ovulasi pada perempuan usia reproduksi adalah sindrom ovarium
polikistik (SOPK).

 Lini pertama induksi ovulasi: klomifen sitrat (KS)


Resisten klomifen sitrat: pemberian KS sebanyak 3 siklus (dosis maksimal 150
mg/hari, tetap tidak terjadi ovulasi)
Gagal klomifen sitrat: pemberian KS, terjadi ovulasi selama 3-‐6 siklus, tetapi tidak
terjadi kehamilan
 Lini kedua: gonadotropin atau laparoskopi ovarian drilling (LOD)
 Lini ketiga: fertilisasi in vitro

Faktor sperma

 Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan


 Tidak terdapat bukti cukup kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang
baik terhadap terjadinya kehamilan
 Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak memiliki bukti cukup kuat
terhadap kualitas sperma

Endometriosis

• Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi diagnostik,
tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi operatif

• Endometriosis derajat sedang-‐berat merupakan indikasi fertilisasi in vitro

Faktor tuba = oklusi tuba

 Tindakan laparoskopi dianjurkan bila dijumpai hasil pemeriksaan HSG abnormal


 Fertilisasi in vitro memberikan luaran yang lebih baik dalam hal kehamilan
dibandingkan bedah rekonstruksi tuba pada kasus oklusi tuba bilateralFaktor
idiopatikInfertilitas idiopatik ditegakkan atas 3 pemeriksaan dasar infertilitas yang
memberikan hasil normal, yaitu deteksi ovulasi, patensi tuba fallopii dan analisis
sperma. Penanganan pasangan infertilitas idiopatik dapat dilakukan inseminasi intra
uterin (IIU) sebanyak 4-‐6 x. Stimulasi ovarium dalam IIU terutama dilakukan pada
kasus endometriosis dan infertilitas idiopatik.Fertilisasi in vitro (FIV)
Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas indikasi:

1. Faktor sperma yang berat dan tidak dapat dikoreksi


2. Oklusi tuba bilateral
3. Endometriosis derajat sedang-‐berat
4. Infertilitas idiopatik yang telah menjalani IIU 4-‐6 x dan belum berhasil hamil 5.
Gangguan ovulasi yang tidak berhasil dengan induksi ovulasi lini pertama dan lini
kedua

Pemeriksaan fertilitas pria meliputi: 1

I. Pemeriksaan umum:

A. Pemeriksaan Fisik2

Pemeriksaan fisik lengkap diperlukan jika memang tidak ada kondisi medis yang nampak.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada ruangan yang hangat, untuk mencegah refleks
kremaster yang berlebihan. Struktur yang dievaluasi meliputi penis, skrotum, testes,
epididimis, spermatic cord dan vas deferens, prostate, vesika seminalis dan kelenjar
Cowper’s. Namun, tidak semuanya dapat dipalpasi dengan mudah.

Pasien juga harus diperiksa apakah seks sekundernya berkembang sesuai dengan usianya,
apakah terjadi ginekomastia atau hirsutism. Juga, perlu diperhatikan apakah terdapat bekas
luka pada abdomen atau pangkal paha, diskolorisasi skrotum, testikel yang tidak simetris, dan
lokasi maupun ukuran meatus penis. Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan regresi tanda
seks sekunder seperti hilangnya rambut dan kemungkinan hilangnya massa otot. Pasien yang
menggunakan steroid dapat memiliki otot rangka yang hipertrofi, jerawat, ginekomastia dan
striae yang disertai atrofi testikular.

Palpasi sangat penting pada pemeriksaan fisik. Tonus otot tunica dartos dapat menentukan
ukuran skrotum. Pemeriksaan disarankan dilakukan pada ruangan yang hangat karena pada
lingkungan yang dingin, otot tunica dartos dapat menyebabkan skrotum berkontraksi.
Skrotum harus dipalpasi secara teliti dan menyeluruh serta dikonfirmasi seluruh strukturnya
termasuk ukuran dan konsistensinya. Indurasi epididimis kemungkinan dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik. Pasien juga mungkin memiliki testikel yang teraba pada kanalis
inguinalis, tidak bisa digerakan ke skrotum atau bahkan tidak dapat dipalpasi sama sekali.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan pula ketiadaan vas deferens baik unilateral maupun
bilateral atau celah yang dapat diraba pada vas deferens. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan rektal jika ada keluhan ejakulasi.

Varikokel dapat diperbesar ukurannya untuk pemeriksaan dengan melakukan valsava


manuver sambil berdiri. Jika varikokel cukup besar, dapat terjadi pembengkakan skrotum,
dengan kebiruan pada kulit skrotum.Varikokel yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan atrofi testikular. Jika besar, bahkan varikokel dapat nampak pada inspeksi (bag
of worms).2

B. Analisis Semen dan Sperma

Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria.
Semen merupakan cairan berwarna putih kental berisi sperma yang dilepaskan saat ejakulasi.
Pengumpulan sampel sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian dimasukan
ke dalam kontainer steril. Juga, dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan
menggunakan kondom khusus.

Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas
seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes. Tes ini penting untuk
mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah
permasalahannya karena gangguan produksi sperma atau kualitas sperma yang menyebabkan
infertilitas. Selain untuk pemeriksaan kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah
vasektomi untuk memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.

Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2 jam sejak pengumpulan sampel. Semakin cepat
diperiksa, hasilnya semakin akurat. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

 Koagulasi cairan (menjadi bentuk padat) dan pencairan


 Kekentalan cairan, keasaman dan kandungan gula
 Resistensi terhadap aliran (viskositas)
 Pergerakan sperma dan motilitas
 Jumlah dan struktur sperma
 Volume semen

Adapun nilai normal variabel pada semen adalah sebagai berikut.3

Volume dan konsentrasi semen. Sampel semen pertama kali akan diinspeksi. Sampel yang
normal akan nampak keabu-abuan, homogen dan mencair dalam 60 menit pada suhu ruang
karena enzim-enzim yang berasal dari prostat. Pada beberapa kasus, pencairan tidak terjadi
dalam waktu normal yang dapat menandakan adanya gangguan fungsional pada prostat.
Semen normal dapat berisi butiran seperti jeli yang tidak mencair. 4

Pria umumnya ejakulasi 2,5 – 5 mililiter semen (1/2 – 1 sendok teh). Jumlah yang terlalu
tinggi atau rendah dapat menandakan adanya masalah prostat, sumbatan maupun ejakulasi
retrograde. Jika konsentrasi spermanya sedikit, sampel akan nampak jernih. Bisa juga sampel
berwarna kecoklatan jika terdapat sel darah merah pada ejakulasi (haematospermia). Adanya
mukus dapat mengganggu prosedur pengukuran dan menandakan adanya inflamasi dan
pencairan secara abnormal. Sampel yang tidak mencair membutuhkan tambahan prosedur
sepertin eksposure pada bromelin, untuk membuat sampel dapat dianalisis.

Jumlah gula (fruktosa) pada sperma akan diukur.Karena fruktosa ditambahkan ke air mani di
epididimis, tidak adanya fruktosa menunjukkan bahwa obstruksi terjadi baik dalam vas
deferens atau epididimis. Sebaliknya, jika ada fruktosa dalam air mani tetapi tidak ada
sperma, maka saluran dari epididimis terbuka tetapi ada cacat dalam produksi sperma.

Faktor lain juga dapat diukur: 4

 Jumlah sel darah putih yang diambil untuk mendeteksi infeksi. 5


 Rendahnya tingkat zat yang disebut inhibin B, yang tampaknya hanya diproduksi di testis,
dapat mengindikasikan penyumbatan atau cacat lainnya dalam tubulus seminiferus.
 Rendahnya tingkat senyawa lain, alfa-glukosidase, juga dapat menunjukkan penyumbatan
pada epididimis.
Hitung sperma. Sebuah jumlah sperma rendah tidak harus dilihat sebagai diagnosis definitif
infertilitas melainkan sebagai salah satu indikator dari masalah kesuburan. Secara umum,
jumlah sperma yang normal dianggap 20 juta per mililiter semen.4

Motilitas sperma. Motilitas (kecepatan dan kualitas gerakan) dinilai pada 1 – 4 sistem
peringkat. Untuk kesuburan, motilitas harus lebih besar dari 2. 4

 Kelas 1. Sperma bergerak lamban dan membuat sedikit kemajuan. (Sperma yang, pada
kenyataannya, mengumpul mungkin menunjukkan bahwa adanya antibodi terhadap
sperma.
 Kelas 2. Sperma bergerak maju, tetapi mereka baik sangat lambat atau tidak bergerak dalam
garis lurus.
 Kelas 3. Sperma bergerak dalam garis lurus pada kecepatan yang wajar dan dapat menuju
telur dengan akurat.
 Kelas 4. Sperma seakurat kelas 3 sperma, tetapi bergerak dengan kecepatan yang sangat
cepat.

Morfologi Sperma. Morfologi bentuk dan struktur sperma. Menentukan morfologi sperma
sangat penting bagi keberhasilan treatment kesuburan in vitro fertilization (IVF) dan injeksi
sperma intracytoplasmic (ICSI).

Tes Penetrasi Sperma.

Cervical Mucus Penetration Test. Tes post-coital dirancang untuk mengevaluasi efek dari
lendir leher rahim wanita pada sperma pria. Biasanya, seorang wanita diminta untuk datang
ke kantor dokter dalam waktu 2 – 24 jam setelah hubungan seksual di pertengahan siklus
(saat ovulasi seharusnya terjadi). Sebuah sampel kecil dari lendir serviks nya diperiksa di
bawah mikroskop. Jika dokter mengamati tidak ada sperma yang masih hidup atau tidak ada
sperma sama sekali, lendir leher rahim kemudian harus dikultur untuk melihat kemungkinan
adanya infeksi. Tes ini tidak dapat mengevaluasi gerakan sperma dari leher rahim ke tuba
falopi atau kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.

Micro–Penetrasi Assay Test. Tes ini memeriksa untuk melihat apakah sperma bisa menembus
sel telur hamster. Jika kurang dari 5 – 20% dari telur yang menembus, didiagnosis infertilitas.

Pada analisis semen dan sperma, hasilnya dapat disimpulkan normal apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut.

ü Volume antara 1,5-5 mililiter tiap ejakulasi

ü Jumlah sperma antara 20 sampai 150 juta sperma tiap mililiter

ü Sedikitnya 60% sperma dalam bentuk normal dan menunjukan pergerakan maju yang
normal (motilitas)

Namun, nilai normal pada masing-masing laboratorium dapat sedikit berbeda.


C. Pemeriksaan darah:

Pemeriksaan darah untuk menguji fertilitas seorang pria adalah dengan mengukur kadar FSH
dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam spermatogenesis (pembentukan
sperma). Sedangkan testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido.

Pengujian kadar hormon diindikasikan jika hasil analisis semen menunjukan abnormalitas,
terutama jika konsentrasi sperma kurang dari 10 juta per milimeter atau ada indikasi lain yang
mengarah pada kelainan hormonal. Biasanya, uji testosteron dan FSH yang pertama kali
diukur. Jika kadar testosteron rendah, kadar LH diukur. 4

Rendahnya kadar ketiga hormon tersebut menandakan diagnosis hipogonadotropik


hipogonadism. Kadar FSH yang tinggi dengan kadar hormon lain yang normal
mengindikasikan abnormalitas pada inisiasi produksi sperma. Hal tersebut dapat terjadi
apabila testikel mengalami defek berat, yang menyebabkan sindrom sel sertoli, sehingga sel
perakit sperma tidak ada.4

Kadar FSH normal pada pria adalah sebagai berikut.6

 Sebelum pubertas: 0-5,0 mIU / ml


 Selama pubertas: 0,3-10,0 mIU / ml
 Dewasa: 1,5-12,4 mIU / ml

Sementara itu, kadar testosteron normal pada pria adalah 300-1,200 ng/dL. Pada wanita jauh
lebih sedikit, hanya sekitar 30-95 ng/dL. 7

II. Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual

Ada beberapa infeksi yang dapat mempengaruhi kesuburan di antaranya adalah HIV,
hepatitis dan Chlamydia. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah dan cairan tubuh.

A. Biopsi testis

Biopsi testis dilakukan untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jaringan tersebut
melalui operasi minor. Akan diambil sampel kecil jaringan dari salah satu atau kedua testis
untuk diperiksa di bawah mikroskop guna mengevaluasi kemampuan reproduksi seorang
pria. Meski jarang, biopsi testis dilakukan untuk membantu menentukan penyebab infertilitas
pria. Biopsi testis dilakukan pada kondisi air mani manusia tidak memiliki sperma sedangkan
hasil tes menunjukan bahwa hormonal berada dalam kisaran normal. Biopsi testis juga dapat
dilakukan untuk mengambil sperma untuk fertilisasi in vitro untuk injeksi sperma
intracytoplasmic (IVF-ICSI). Namun, biopsi testis tidak dilakukan pada kecurigaan kanker
testis karena cenderung dapat menyebar. Sebagai gantinya dilakukan pemeriksaan USG atau
pembedahan terbuka (orchiectomy).8

Jika perkembangan sperma normal padahal tes analisis semen menunjukkan sperma
berkurang atau tidak ada, dicurigai terjadi penyumbatan tabung vas deferens dari testis ke
uretra. Penyumbatan tersebut biasanya dapat diperbaiki dengan operasi.
B. Vasografi

Vasografi bertujuan untuk menilai ada tidaknya sumbatan pada organ reproduksi pria
menggunakan sinar-x khusus. Vasografi merupakan gold standar pemeriksaan obstruksi pada
vasa distal serta duktus ejakulatorius. Vasografi tidak hanya sebatas menginjeksikan kontras
radiologis pada vas deferens, melainkan juga mengambil sampel cairan vasa dan
memperkirakan resistensi aliran pada injeksi. 9 Saat biopsi testis menunjukan
spermatogenesis yang normal pada individu yang azoospermik, kemungkinan besar terjadi
obstruksi. Eksplorasi skrotum dan vasografi dibutuhkan untuk diagnosis obstruksi tersebut
secara akurat. Vasografi dapat menunjukan gambaran vas deferens, vesikula seminalis, dan
duktus ejakulatorius sehingga lokasi sumbatan dapat diketahui. 10

Penemuan sperma dalam vas deferens dapat mengekslusikan obstruksi epididimis, atau yang
berarti juga obstruksi terjadi pada tempat yang lebih distal atau duktus ejakulatorius. Tekanan
resistensi normal standar pada duktus ejakulatorius sebenarnya tidak ada, tetapi penilaian
secara subjektif dengan dikombinasikan vasografi, cukup membantu. 9

Eksplorasi pembedahan dengan perbesaran mikroskopik diperlukan untuk melakukan


vasografi. Vas deferens dijangkau melalui kulit skrotum, dan diisolasi untuk mencegah
terkelupasnya pembuluh perivasal secara berlebihan Selanjutnya, angiokateter dimasukan
secara intralumen dan larutan media kontras dan carmine indigo diinjeksikan dari testikel
menuju kanalis inguinalis. Sesudah vasografi selesai, vas deferens diperbaiki kembali. 9

Obstruksi pada epididimis hanya dapat dipastikan dengan eksplorasi dan pemeriksaan konten
tubular. Melakukan visualisasi epididimis secara radiografi dapat menyebabkan gangguan
pada tubulus epididimis.Lokasi obstruksi pada epididimis hanya bisa ditentukan dengan
eksplorasi dengan mikrosurgery pada epididimis. 10

III. Pencitraan

Pencitraan USG dapat digunakan untuk secara akurat menentukan ukuran testis atau untuk
mendeteksi kista, tumor, aliran darah abnormal, atau varicoceles yang terlalu kecil (meskipun
vena kecil mungkin memiliki sedikit efek pada kesuburan). Hal ini juga dapat membantu
mendeteksi kanker testis. 4

USG dapat menunjukan epididimis, dan vas deferens yang menghubungkan testikel dengan
prostat. Sebuah transduser digunakan untuk mengirimkan gelombang suara ke komputer
yang akan mengkonversinya menjadi gambar yang ditampilkan pada monitor. USG dapat
digunakan untuk: 8

 mengevaluasi massa atau nyeri pada testis,


 monitor infeksi dan inflamasi testis maupun epididimis,
 identifikasi terpelirnya spermatic cord serta terhambatnya suplai darah ke testis (testicular
torsion),
 monitor kanker testis rekurens,
 menentukan lokasi testis yang tidak turun,
 Identifikasi cairan skrotum (hidrokel), cairan epididimis, darah pada skrotum, atau pus dalam
skrotum,
 Pemandu jarum untuk biopsi testis saat tes kesuburan
 Mengevaluasi cedera pada area genital.
IV. Pemeriksaan Genetik

Pengujian genetik dapat dilakukan pada pria yang spermanya kurang serta tidak
menunjukkan bukti obstruksi, terutama pada pria yang menjalani ) prosedur injeksi sperma
intracytoplasmic (ICSI. Pengujian genetik dapat membantu mengidentifikasi fragmentasi
DNA, kerusakan kromosom, atau kemungkinan penyakit genetik yang dapat diwariskan
kepada anak-anak.

Pemeriksaan fertilitas pada wanita meliputi:

I. Pemeriksaan darah:

Ketika ovulasi tidak teratur, tes darah sederhana dilakukan pada berbagai titik dalam siklus
menstruasi (hormon yang berbeda puncak pada waktu yang berbeda) untuk menemukan
hormon yang hilang, kurang, atau berlebih. Dengan asumsi panjang siklus 28-hari, pada hari
2 atau 3 siklus, FSH, LH, dan estradiol (sejenis estrogen) diukur. Lalu, selama fase luteal
(dari 22-24 hari), tingkat progesteron diukur. Juga, dilakukan pemeriksaan gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) dan kadar androgen. Kadar prolaktin dapat diperiksa setiap saat
selama siklus Anda. Tes paling baik dilakukan di pagi hari, dengan menghindari menyentuh
payudara sebelum tes. Menyentuh puting atau payudara Anda, misalnya, dapat menstimulasi
hormon menyebabkan hasil yang tidak akurat. 11

Anticadiolipin IgG dan IgM, anti-beta 2 glycoprotein I dan Lupus anticoagulant.

Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita antiphospholipid


syndrome, yang ditandai dengan keguguran berulang. Jika hasilnya positif, kemungkinan
besar terdapat lupus eritematosus yang menyebabkan keguguran berulang tersebut.

Lutenizing Hormone/LH

Disekresi oleh hipofisis anterior, berperan pada stimulasi pematangan ovum (sel telur) dan
ovulasi (pengeluaran sel telur dari ovarium). Kadar LH normal bagi perempuan biasanya
antara 6 dan 30 U / L. Hasil normal untuk pria biasanya antara 7 dan 24 U / L.

Kadar LH abnormal dapat memiliki efek banyak pada kesuburan. Lonjakan LH diperlukan
untuk menginduksi ovulasi pada wanita, sehingga kadar LH rendah dapat mencegah ovulasi.
Hal ini akan mencegah kehamilan. Tingginya kadar LH selama waktu yang salah dari siklus
Anda juga dapat berkontribusi pada infertilitas, gangguan menstruasi dan ovulasi.

Follicle Stimulating Hormone/FSH

Merupakan hormon glikoprotein yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, berperan
pada pematangan sel telur di dalam indung telur.

Kadar FSH normal pada wanita adalah sebagai berikut. 6

 Sebelum pubertas: 0-4,0 mIU / ml


 Selama pubertas: 0,3-10,0 mIU / ml
 Wanita yang sedang menstruasi: 4,7-21,5 mIU / ml
 Postmenopause: 25,8-134,8 mIU / ml
Tingkat FSH dikendalikan oleh interaksi kompleks dari beberapa hormon. Tingginya kadar
FSH pada hari 3 siklus menstruasi dapat mengindikasikan terjadinya menopause.

FSH harus diukur pada semua wanita untuk mengecualikan pra-menopause. Tergantung pada
laboratorium, tingkat FSH lebih dari 10 mIU / ml dapat menjadi perhatian. Pada pasien
tertentu, Clomid chalange test dapat memberikan indikasi cadangan ovarium. Pada pasien
dapat dilakukan Clomid chalange test, Clomid diberikan dalam dosis standar 100 mg antara
hari lima dan sembilan. FSH dan estradiol diukur lagi pada hari ke-10. Tingginya kadar FSH
baik pada hari 3 atau hari 10 mengindikasikan rendahnya peluang untuk hamil. 12

Prolaktin

Merupakan hormon peptida yang fungsi utamanya adalah pada proses laktasi. Kadar hormon
prolaktin yang tinggi dapat menekan FSH. Normalnya, kadar prolaktin pada hari ketiga siklus
adalah <24 ng/ml.

Estradiol

Sebagian besar hormon estradiol diproduksi dan dilepaskan oleh ovarium (indung telur)
sehingga pemeriksaan ini dapat menilai fungsi ovarium. Kadar estradiol normal adalah 25-75
pg/ml pada hari tiga siklus.

Progesteron darah

Hormon yang dihasilkan indung telur ini memegang peranan penting terjadinya pengeluaran
sel telur dari indung telur. Tes ini penting bagi wanita yang mengalami amenore (tidak ada
periode) atau amenore kronis. Uji ini dapat menentukan apakah amenore disebabkan oleh
kelainan rahim atau ketidakseimbangan hormon. Kadar progesteron normal pada wanita
adalah sebagai fase folikular: 0.3-0.8 ng/ml dan fase luteal 4-20 ng/ml.

Uji yang berkaitan dengan progesteron, salah satunya adalah progresteron withdrawal test.
Progesteron diberikan secara oral atau suntikan untuk menginduksi “withdrawal bleeding.”
Jika, perdarahan muncul, masalah terletak pada salah satu hormon. 11

V. Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah dan cairan tubuh.

VI. Pemeriksaan ultrasonografi13

Pemeriksaan dengan USG dapat menentukan ada atau tidaknya kelainan uterus (rahim) ,
saluran telur, serta ovarium (indung telur). USG standar saat ini adalah USG vaginal dan
digunakan untuk mendapatkan gambaran organ pelvis. Gambaran yang didapatkan lebih jelas
dan tajam karena lebih dekat dengan struktur pelvis. Meskipun dapat melihat fibroid, kista
ovarium dan kehamilan ektopik, USG tidak cukup bagus untuk menilai normal tidaknya tuba.

Scan ovulasi dapat untuk menentukan secara akurat kapan telur matang dan kapan ovulasi.
Pada kasus infertilitas, scan harian dilakukan untuk melihat pertumbuhan folikel, yang akan
nampak gelembung-gelembung hitam . Selain itu, dengan USG didapatkan juga gambaran
ketebalan endometrium. Folikel yang matang akan menghasilkan estrogen yang
menyebabkan penebalan endometrium. Dengan begitu, dapat diperkirakan juga sebeerapa
banyak estrogen yang dihasilkan berdasarkan ketebalan endometrium pada scan USG.

Salah satu hal yang sering ditemukan pada pemeriksaan USG adalah kista ovarium. Kista
merupakan pengumpulan cairan yang dikelilingi dinding tebal yang berkembang di ovarium.
Kista ovarium biasanya fungsional dan menghilang dengan sendirinya. Contoh kista yang
fungsional adalah kista korpus luteum ketika korpus luteum terisi darah. Kista fungsional
normalnya menghilang dalam 60 hari tanpa perawatan. Jika lebih dari 6 cm atau tetap ada
dalam 6 minggu atau lebih, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kondisi kista yang
patologis contohnya adalah penyakit polikistik ovarian, kista endometriotik atau tumor
ovarium. 13

VII. Hysterosalpingogram/HSG

HSG dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rahim dan tuba fallopi. Cairan disuntikkan ke
dalam rahim, kemudian diperiksa dengan menggunakan sinar X untuk mengetahui apakah
rongga normal serta memastikan cairan dapat melalui tuba fallopi. Penyumbatan sering dapat
ditemukan dan dapat dikoreksi dengan operasi. 14 Jika hasilnya menunjukkan penyumbatan,
tes mungkin perlu diulang. Dalam kasus penyumbatan, hysterosalpingography dapat
mengungkapkan sejumlah kondisi, termasuk polip endometrium, tumor fibroid, atau kelainan
struktural dari rahim dan saluran.4

VIII.Hysteroscopy

Digunakan untuk menilai bagian dalam dari uterus. Histeroskopi adalah prosedur yang dapat
digunakan untuk mendeteksi keberadaan endometriosis, fibroid, polip, jaringan parut
panggul, dan penyumbatan pada ujung tuba falopi. Beberapa kondisi ini dapat diperbaiki
selama prosedur dengan memotong setiap jaringan parut yang mengikat organ-organ dapat
bersama-sama atau dengan menghancurkan implan endometrium.

Prosedur ini menggunakan tabung fleksibel panjang yang disebut hysteroscope, yang
dimasukkan ke dalam vagina, melalui leher rahim untuk mencapai rahim. Sebuah sumber
cahaya serat optik dan kamera kecil di tabung memungkinkan dokter untuk melihat rongga.
Rahim diisi dengan garam atau karbon dioksida untuk mengembangkan rongga rahim dan
memberikan tampilan yang lebih baik. Hal ini sering menyebabkan kram.

Ada resiko kecil dari perdarahan, infeksi, dan reaksi terhadap anestesi. Banyak pasien
mengalami ketidaknyamanan sementara di bahu setelah operasi karena residu karbon
dioksida yang memberikan tekanan pada diafragma.

IX.Laparoscopy

Pemeriksaan ini lebih invasif dan hanya dilakukan bila pemeriksaan sebelumnya menunjukan
kelainan pada organ tertentu (misalnya ovarium) atau bila penyebab infertilitas tidak dapat
ditemukan. Pemeriksaan ini dilakukan di bawah anestesi umum. Prosedur ini dilakukan
dengan membuat sayatan kecil (8 hingga 10 milimeter) di bawah pusar dan memasukkan
perangkat tipis untuk memeriksa saluran tuba, indung telur dan rahim.
Masalah yang paling umum yang diidentifikasi dengan laparoskopi adalah endometriosis dan
jaringan parut. Juga, dapat dideteksi penyumbatan atau penyimpangan pada saluran tuba dan
rahim. Laparoskopi biasanya dilakukan secara rawat jalan.14

9. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan Saline Infusion


Sonohysterography ?

SIS (saline infusion sonohysterogram) adalah prosedur untuk mengevaluasi rahim dan bentuk
rongga rahim. SIS menggunakan modalitas USG dan cairan steril. Indung telur (ovarium)
juga bisa tampak melalui pemeriksaan ini. Biasanya pemeriksaan ini diindikasikan untuk :

 perdarahan rahim abnormal


 infertilitas/ kemandulan
 riwayat abortus/ keguguran berulang
 curiga kelainan rahim kongenital/ sejak lahir
 dan sebagainya

Perlu diperhatikan, pemeriksaan ini tidak dianjurkan bagi wanita yang hamil atau dicurigai
akan hamil, juga bagi wanita dengan infeksi panggul aktif.

Pemeriksaan SIS dianjurkan setelah masa menstruasi selesai. Khusus bagi wanita yang tidak
menstruasi, misalnya pengguna kontrasepsi hormonal atau pasca-menopause, maka
pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja. Meskipun pemeriksaan ini tergolong prosedur
yang aman, terkadang masih bisa ditemukan komplikasi serius, misalnya infeksi (insidensi <
1 persen).

Alasan dilakukan SIS

SIS dilakukan pada pasien dengan masalah perdarahan uterus abnormal, keguguran
berulang, terdeteksi mengalami kelainan bawaan rahim, dicurigai adanya perlengketan
rongga rahim, dan untuk mengevaluasi lebih lanjut jika ada kecurigaan pada pemeriksaan
ultrasonografi, juga kepada pasien setelah operasi pada rongga rahim.

SIS tidak dapat dilakukan pada wanita hamil atau dicurigai adanya kehamilan. Tindakan ini
juga tidak boleh dilakukan pada wanita yang menderita radang panggul atau nyeri panggul
yang tidak jelas penyebabnya.

SIS dilakukan pada pasien dengan masalah perdarahan uterus abnormal,


infertilitas/kekurangsuburan, keguguran berulang, kelainan bawaan rahim, evaluasi sebelum
dan sesudah tindakan/operasi pada rongga rahim, dicurigai adanya perlengketan rongga
rahim, dan evaluasi lebih lanjut jika ada kecurigaan pada pemeriksaan ultrasonografi.

SIS tidak dapat dilakukan pada wanita yang sedang hamil atau adanya kecurigaan adanya
kehamilan. Tindakan ini juga tidak boleh dilakukan pada wanita dengan infeksi panggul aktif
atau nyeri panggul yang tidak jelas penyebabnya.
10. Bagaimana cara pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography dan
interprestasi hasilnya?

Prosedur Pemeriksan SIS

Sis biasanya dilakukan setelah haid, umumnya pada haid hari ke 9-11. Bisa lebih
awal pada siklus haid yang lebih pendek. Sebelum dan sesudah prosedur biasanya
pasien akan diberi obat anti nyeri. Prosedur dimulai dengan pemeriksaan USG
trans-v. Kemudian kateter kecil dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui mulut
rahim. Cairan saline steril dimasukkan melalui kateter bersamaan dengan
pemantauan USG.

Setelah cairan masuk ke dalam rongga rahim, akan tampak pada layar monitor USG
gambar rongga rahim secara detail. Adanya kelainan seperti polip endometrium dan
mioma biasanya sangat jelas ditampilkan melalui pemeriksaan ini.
Selain itu saluran tuba juga dapat dipantau patensinya, apakah tersumbat atau tidak,
dengan melihat mudah atau sukarnya cairan yang masuk ke dalam rahim atau
melalui cairan saline yang dapat dipantau dengan mudah menggunakan teknik color
doppler.

Efek Yang bisa ditimbulkan setelah prosedur SIS


SIS adalah prosedur yang sangat aman. Namun terkadang bisa didapati kram perut
ringan, perdarahan ringan, atau keluar cairan/keputihan. Komplikasi yang lebih
serius yang kemungkinan bisa terjadi adalah infeksi panggul, namun ini terjadi
kurang dari 1% dan biasanya ada masalah kelainan/infeksi saluran tuba
sebelumnya. Apabila dalam dua hari timbul nyeri atau demam, segera hubungi
dokter.

SIS biasanya dilakukan setelah haid, umumnya dilakukan pada haid hari ke 9-11. Bisa lebih
awal pada siklus haid yang lebih pendek. Untuk mengurangi rasa nyeri selama dan setelah
tindakan dapat diberikan obat anti nyeri. Prosedur dimulai dengan pemeriksaan USG
transvaginal. Kemudian kateter kecil dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui mulut
rahim. Cairan saline steril dimasukkan melalui kateter bersamaan dengan pemantauan dengan
USG.

teknik pemeriksaan SIS

Cairan yang ada dalam rongga rahim berfungsi untuk meningkatkan detail gambar dari
rongga rahim. Adanya kelainan seperti polip endometrium dan mioma submukosum biasanya
sangat baik ditampilkan dengan pemeriksaan ini. Selain itu saluran telur juga dapat dipantau
patensinya, apakah ada sumbatan atau tidak melalui mudah atau sukarnya cairan masuk ke
dalam rahim atau melalui aliran cairan saline yang dapat dipantau dengan mudah
menggunakan teknik color doppler.

Adakah risiko dan komplikasi?

SIS adalah prosedur yang sangat aman. Namun kadang dapat ditemui kram perut ringan,
perdarahan, atau keluar cairan/keputihan. Komplikasi yang lebih serius yang mungkin adalah
terjadinya infeksi panggul, namun, ini terjadi kurang dari 1% dan biasanya ada masalah
kelainan/infeksi saluran telur sebelumnya.

11. Mengapa kedua tuba Ny. Nedia paten?

Tuba non patent / buntu / blocked tube terutama pada kasus kedua tuba yang buntu, merupakan
indikasi utama IVF (bayi tabung). Penyebab dari tuba non patent diantaranya adalah infeksi,
perlengketan endometriosis, dan penekanan oleh tumor. Tuba non patent merupakan penyebab
infertilitas pada wanita yang paling sering, selain masalah ovarium dan endometriosis. Diagnosis
tuba non patent ditegakkan dengan pemeriksaan Histerosalphingografi/HSG atau histeroskopi
laparoskopi.
Kedua tuba non patent : patent dalam bhs kedokteran berarti terbuka. jadi non patent berarti tidak
terbuka. Logikanya, saluran tuba ini mestinya terbuka. Karena jika tidak terbuka, maka kedua tuba
kiri dan kanan menjadi membengkak, disebut Hidrosalphing, karena nama tuba tsb adalah tuba
salphing. Tuba artinya saluran.

Tuba ini berfungsi sebagai tempat saluran sel telur setiap bulannya. Jika saluran tersumbat, maka sel
telur tidak bisa keluar, dan tidak mungkin terjadi pembuahan krn sperma tidak bisa mencapai sel
telur. Pembuahan itu terjadi di tuba tsb. Dengan kata lain, sulit untuk terjadi kehamilan.

12. Bagaimana proses teknologi reproduksi berbantu?

Memanfaatkan Teknologi Reproduksi Berbantu

Jika upaya pengobatan belum membuahkan hasil, kemajuan teknologi saat ini dapat
membantu mewujudkan upaya pasangan suami istri yang ingin memiliki anak. Dikenal
sebagai teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology). Dalam proses ini,
tidak hanya melibatkan melibatkan dokter kandungan namun juga tim medis dari berbagai
bidang lain. Teknik yang dapat dilakukan:

 Fertilisasi In Vitro (FIV)

Merupakan teknik yang paling umum dilakukan. Prosedur FIV diawali dengan menstimulasi
sel telur agar lebih banyak dari biasanya, kemudian pertemukan dengan sel sperma untuk
pembuahan di luar rahim. Sekitar 3-5 hari setelah pembuahan, maka embrio akan ditanamkan
kembali ke dalam rahim.

 Pelepasan cangkang (assisted hatching)

Teknik ini akan membantu implantasi dari embrio ke dalam lapisan rahim dengan membuka
lapisan luar yang membungkus embrio.

 Injeksi sperma intrasitoplasmik

Pada prosedur ini, satu sperma sehat langsung disuntikkan ke sel telur yang sudah matang.
Umumnya prosedur ini dilakukan pada kondisi sperma yang terlalu sedikit, masalah pada air
mani atau kegagalan upaya pembuahan prosedur FIV.

 Donasi sel telur atau sperma


Timbul berbagai pro kontra terhadap hal ini, termasuk di Indonesia. Donasi sel telur atau
donor sperma diperoleh dari pendonor, jika salah satu dari pasangan bermasalah dengan
kesuburannya. Proses donor sel telur biasanya menggunakan prosedur FIV.

Teknologi Reproduksi berbantu adalah penanganan terhadap gamet (ovum, sperma), atau
embrio (konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar cara alami, tidak
termasuk tindakan kloning atau duplikasi manusia. TRB terbagi atas dua kelompok besar,
yaitu: Intra-Corporeal dan Extra-Corporeal.

Intra-Corporeal

1. Intra Uterine Insemination (IUI)

Intra Uterine Insemination (IUI) adalah cara memasukkan sel-sel sperma yang telah
dipreparasi (pencucian sperma supaya lebih aktif) langsung ke dalam rongga rahim dengan
suatu kateter pada saat menjelang ovulasi (masa subur). Indikasi dilakukannya IUI adalah:

a. Gangguan penyampaian sel2 sperma ke dalam vagina karena kerusakan anatomi pada
penis atau vagina, disfungsi seksual pada pria/wanita, atau ejakulasi retrograd (tertahan).

b. Hasil uji pasca sanggama yang buruk yaitu kemampuan sel-sel sperma untuk hidup dan
berenang di dalam cairan rahim wanita kurang baik.

c. Gangguan faktor lendir dan leher rahim. Dengan IUI, sperma dikirim langsung ke
rahim tanpa menyentuh vagina.

d. Berkurangnya jumlah, bentuk, dan gerakan sel-sel seperma (oligoasthenozoospermia)


tingkat sedang. Dengan IUI, perjalanan sel sperma melewati organ reproduksi wanita akan
terbantu. Namun keberhasilan IUI masih sangat ditentukan oleh jumlah sperma (idealnya
masih di atas 20 juta sperma/ml).

e. Gangguan hormon seperti gangguan fase luteal atau sindroma LUF dan setelah dicoba
dengan pengobatan selama beberapa bulan tetap tidak berhasil.

f. Endometriosis minimal.

g. Infertilitas yang belum diketahui sebabnya.

Tingkat keberhasilan IUI hanya sekitar 10%. Jika gagal lebih baik tidak diulang lebih dari 1
kali lagi (jadi IUI hanya boleh dilakukan sebanyak 2 kali). Hal ini didasarkan kepada hasil
penelitian bahwa IUI yang dilakukan 3 kali atau lebih akan tetap memberikan kegagalan pada
pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu disarankan agar melakukan program lain seperti
IVF.

2. Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT)

Pada metode GIFT, ovarium wanita distimulasi agar dapat memproduksi lebih banyak ovum
daripada jumlah normalnya melalui konsumsi obat-obatan tertentu, seperti Clomifene dan
Gonadotropin. Jika telah terdapat folikel yang matang, wanita tersebut akan disuntikkan Hcg
dan ovulasi akan terjadi ±36 jam setelahnya. Ovum yang berhasil diproduksi kemudian
dipindahkan dari ovarium dengan memasukkan jarum melalui dinding vagina (menggunakan
USG sebagai pedoman). Lalu, ovum tersebut (±3-4 ovum) dicampurkan dengan sperma pria
pasangannya (± 200.000 sperma motil) dalam cawan petri. Ovum dan sperma yang telah
dicampurkan tersebut secepatnya dipindahkan ke tuba Fallopii wanita dengan laparoskopi,
sehingga fertilisasi terjadi di dalam tubuh wanita. Dengan demikian, zigot hasil fertilisasi
tersebut dapat berkembang pada lingkungan naturalnya sejak dari tahap yang paling dini.

GIFT dapat menjadi pilihan TRB bagi pasangan infertil yang disebabkan oleh rendahnya
jumlah atau kemampuan motilitas sperma pria serta pasangan infertil yang penyebab
infertilitasnya tidak dapat ditentukan. Syarat dilakukannya GIFT adalah tuba Fallopii wanita
harus dalam kondisi sehat. GIFT biasanya dipilih oleh pasangan yang telah mencoba IUI,
namun tetap gagal. Keuntungaan dari GIFT adalah fertilisasi dapat terjadi di dalam tubuh,
sehingga prosesnya cenderung lebih “alamiah” daripada IVF. Namun, kerugiannya adalah
adanya prosedur laparoskopi, sehingga cenderung lebih rumit daripada IVF. Selain itu, resiko
terjadinya kehamilan ektopik juga lebih besar.

Extra-Corporeal

1. Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)

Secara garis besar, teknik ZIFT memiliki prosedur yang sama dengan GIFT. Namun, pada
ZIFT, yang dimasukkan ke dalam tuba Fallopii bukanlah campuran antara ovum dan sperma,
melainkan hasil fertilisasi antara keduanya, yaitu zigot. Kelebihan dari teknik ZIFT ini adalah
dokter dapat memastikan langsung apakah fertilisasi terjadi atau tidak. Namun, teknik ZIFT
memiliki kerugian yaitu memerlukan prosedur yang lebih invasif daripada GIFT maupun
IVF. Selain itu, resiko kehamilan ganda pada ZIFT juga lebih besar.

2. Tuba Embrio Transfer (TET)

Secara garis besar, prosedur TET sama dengan prosedur GIFT dan ZIFT, namun yang
dimasukkan ke dalam tuba Fallopii adalah embrio. Jika pada ZIFT zigot dimasukkan ke
dalam tuba 1 hari setelah fertilisasi, pada TET embrio dimasukkan ke dalam tuba 2 hari
setelah fertilisasi. TET dapat dilakukan pada wanita yang memiliki setidaknya satu tuba
Fallopii yang sehat namun tidak cocok dengan metode GIFT/teknik transfer embrio melalui
vagina.

3. In Vitro Fertilization (IVF)

IVF juga merupakan salah satu TRB yang fertilisasinya terjadi di luar tubuh wanita. Prosedur
pengambilan ovum wanita pada IVF ini juga sama dengan prosedur pada GIFT, ZIFT, dan
TET. Perbedaan IVF dengan metode-metode tersebut adalah embrio hasil fertilisasi tidak
dimasukkan ke dalam tuba Fallopii, namun ke dalam uterus. Proses pemasukan 1-2 embrio
tersebut dilakukan ±6 hari setelah fertilisasi, dengan menggunakan kateter tipis melalui
serviks ke uterus (biasanya menggunakan USG sebagai panduan). Oleh sebab itu, IVF tidak
membutuhkan laparoskopi. Embrio yang dimasukkan Sebelum dilakukan proses pemasukan
embrio ke dalam uterus, wanita tersebut harus diberi progesterone, sehingga endometriumnya
menebal dan siap untuk menerima implantasi.

IVF dapat dilakukan jika terdapat hambatan pada tuba Fallopii pasangan wanita/malah tidak
memiliki tuba Fallopii sama sekali atau jika terdapat abnormalitas ringan pada sperma
pasangan pria. Selain itu, IVF juga dapat menjadi pilihan bagi pasangan infertile yang tidak
diketahui penyebab infertilitasnya serta pasangan yang telah mencoba IUI namun tetap belum
berhasil. Para pakar biasanya lebih menyarankan IVF daripada GIFT atau ZIFT karena IVF
lebih tidak invasif dan kualitas embrio yang dihasilkan lebih dapat dikontrol. Dibandingkan
dengan beberapa prosedur TRB lainnya, IVF lebih dahulu ditemukan sehingga lebih banyak
penelitian yang dilakukan terhadap metode IVF ini. Berdasarkan berbagai penelitian/studi
tersebut, diketahui bahwa sebagian besar anak yang lahir dari proses IVF ini sehat, namun
memiliki riwayat kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, operasi, atau
intervensi medis lainnya) yang lebih banyak daripada anak yang lahir secara konsepsi
alamiah. Beberapa pakar menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh komplikasi
selama kehamilan, seperti prematuritas atau kehamilan multiple. Kerugian lain dari metode
ini adalah lebih tingginya resiko kehamilan multiple.

4. Assisted Fertilization: Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)

ICSI merupakan salah satu TRB yang dapat mengatasi masalah infertilitas pria, seperti
jumlah atau kemampuan motilitas sperma yang rendah, vas deferens yang rusak, serta pria
yang pernah melakukan vasektomi. Prosedur pengambilan ovum wanita pada ICSI sama
dengan prosedur GIFT, ZIFT, dan TRB lainnya. Namun, tidak seperti metode lain yang
membiarkan sperma menembus dinding ovum dengan tenaganya sendiri, pada ICSI sperma
disuntikkan ke dalam sitoplasma ovum. Embrio yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke
dalam uterus wanita.

Karena metode ICSI ini memungkinkan suatu sperma abnormal untuk membuahi ovum,
terdapat kekhawatiran bahwa anak yang dihasilkan melalui metode ICSI ini akan memiliki
kesehatan atau perkembangan yang terganggu, seperti BBLR, abnormalitas pada kromosom
Y, dan resiko keterbelakangan mental.

13. Konseling apa yang diberikan kepada pasangan suami istri ini?

Menurut Suyono, (2004) tahapan konseling tentang kontrasepsi meliputi:

a. Konseling Awal

Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama kali sebelum dilakukan konseling
spesifik. Biasanya dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan
pelatihan tentang konseling kontap pria. Dalam konseling awal umumnya diberikan
gambaran umum tentang kontrasepsi. Walaupun penjelasan yang diberikan adalah penjelasan
secara umum, tetapi penjelasannya harus tetap obyektif, baik keunggulan maupun
keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, syarat
bagi pengguna kontrasepsi, serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi.

Pastikan klien mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau
menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai risiko yang mungkin terjadi.
Apabila klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat
kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.

b. Konseling Spesifik
Konseling spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan. Dalam tahap ini konseling lebih
ditekankan pada aspek individual dan privasi. Pada konseling spesifik yang bertugas sebagai
konselor adalah petugas konselor, para dokter, perawat dan bidan. Konselor harus
mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau penjelasan
konselor. Setelah semua informasi dari klien terkumpul, maka lakukan pengelompokan dan
penyaringan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan
keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
rasional sangat membantu klien mempercayai konselor serta informasi yang disampaikan. Di
samping itu klien dapat mengambil keputusan tanpa tekanan dan berdasarkan informasi yang
benar.

c. Konseling Pra Tindakan

Konseling pra tindakan adalah konseling yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur
penggunaan kontrasepsi. Pada konseling pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah
dokter, operator petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan konseling ini untuk
mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat kemampuan klien untuk
menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling sebelumnya, melihat tahapan dari
persetujuan tindakan medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan.

d. Konseling Pasca Tindakan

Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan. Tujuannya untuk menanyakan kepada klien bila ada keluhan yang mungkin
dirasakan setelah tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut,
memberikan penjelasan kepada klien atau mengingatkan klien tentang perlunya persyaratan
tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi efektif misalnya pada kontrasepsi vasektomi
perlu penggunaan kondom selama 20 kali ejakulasi setelah divasektomi.

Anda mungkin juga menyukai