Anda di halaman 1dari 41

STEP 7

1. Apa definisi dan kreiteria dari infertilitas?


Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah
satu tahun melakukan hubungan seksual yang teratur (2-3x/minggu) dan tidak menggunakan
kontrasepsi apapun atau setelah memutuskan untuk mempunyai anak. (Andani saraswati, 2016,
infertily)

MACAM-MACAM INFERTIL:
- Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum pernah mengalami
kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan
kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan. sedangkan tidak terdapat kehamilan
dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan
berusaha berhubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi
sebelumnya pernah hami dikenal dengan sebutan
- infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pada
seorang wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha berhubungan seksual secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hami
- Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility) dapat diartikan sebagai
ketidak mampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu
abnormalitasmenggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis rutin. Insidensi infertilitas ini
berkisar dari 10 persen sampai paling tinggi 30 persen di antara populasi infertil dimana hal
ini tergantung dari kriteria diagnostik yang digunakan. Minimal, diagnosis infertilitas tak
teridentifikasi menunjukkan analisis semen yang normal, bukti objektif adanya ovulasi,
rongga uterus yang normal, serta patensi tuba bilateral.
(Andani saraswati, 2016, infertily)

Fertilitas
Fertilitas barasal dari kata fertil yang berarti subur. Dalam hal ini fertilitas pria diartikan
sebagai kemampuan untuk dapat menghamili wanita.Syarat suatu sperma yang baik /
normal adalah sesuai dengan parameter spermatozoa normal.
Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin satu tahun atau
lebih (WHO 2 tahun) dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat
tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan atau keturunan. Dari
pengertian infertil ini terdapat tiga faktor yang harus memenuhi persyaratan yaitu
lama berusaha, adanya hubungan seksual secara teratur dan adekuat, tidak memakai
kontrasepsi.
PEMBAGIAN INFERTILITAS
Secara gasris besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu:

a. Infertilitas primer, suatu pasangan dimana isteri belum hamil walau telah
berusaha selama satu tahun atau lebih dengen hubungan seksual yang teratur dan
adekuat tanpa kontrasepsi.

b. Infertilitas sekunder, bila suatu pasangan dimana sebelumnya isteri telah hamil,
tapi kemudian tidak hamil lagi walau telah berusaha untuk memperoleh
kehamilan satu tahun atau lebih dan pasangan tersebut. telah melakukan
hubungan seksual secara teratur dah adekuat tanpa kontrasepsi.

Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan


sekurangkurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi,
atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer. Infertilitas sekunder adalah
ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya. Pada
perempuan di atas 35 tahun, evaluasi dan pengobatan dapat dilakukan setelah 6 bulan
pernikahan. Infertilitas idiopatik mengacu pada pasangan infertil yang telah menjalani
pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil
normal.
Buku Konsensus Penanganan Infertilitas

2. Apa hubungan pekerjaan suami dengan keluhan scenario?


3. Apa hubungan ketidakpuasan dalam berhubungan suami istri dengan kasus scenario?
4. Apa pengaruh dari berhubungan seks secara teratur dengan kasus scenario?

Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat kesuburan seorang pria akan
mulai menurun secara perlahan-lahan.’ Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun. Perkembangan
organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia
25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi

(Masrizal Khaidir, 2015)

Dilihat dari beberapa factor pada perempuan maupun laki-laki


Faktor perempuan

 Gangguan ovulasi: seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi


ovarium primer Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau sekunder.
Namun tidak semua pasien infertilitas dengan gangguan ovulasi memiliki
gejala klinis amenorea, beberapa diantaranya menunjukkan gejala
oligomenorea.
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 3 kelas, yaitu:

1) Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin hipogonadism)


Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan
rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10% dari seluruh kelainan ovulasi.

2) Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism)


Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol
normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari seluruh kasus kelainan ovulasi.
Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau amenorea yang
banyak terjadi pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Delapan puluh
sampai sembilan puluh persen pasien SOPK akan mengalami oligomenorea dan 30%
akan mengalami amenorea.

3) Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism) Karakteristik


kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang
rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi.

4) Kelas 4 : Hiperprolaktinemia

 Gangguan tuba dan pelvis, Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi
(Chlamidia, Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis.

Endometriosis merupakan penyakit kronik yang umum dijumpai. Gejala yang


sering ditemukan pada pasien dengan endometriosis adalah nyeri panggul,
infertilitas dan ditemukan pembesaran pada adneksa. Dari studi yang telah
dilakukan, endometriosis terdapat pada 25%-50% perempuan, dan 30% sampai
50% mengalami infertilitas. Ada beberapa mekanisme pada endometriosis
seperti terjadinya perlekatan dan distrorsi anatomi panggul yang dapat
mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan. Perlekatan pelvis pada
endometriosis dapat mengganggu pelepasan oosit dari ovarium serta menghambat
penangkapan maupun transportasi oosit.
Klasifikasi kerusakan tuba yaitu:

a. Ringan/ Grade 1

- Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada
distensi.

- Mukosa tampak baik.

- Perlekatan ringan (perituba-ovarium)

b. Sedang/Grade 2
- Kerusakan tuba berat unilateral

c. Berat/Grade 3

- Kerusakan tuba berat bilateral

- Fibrosis tuba luas

- Distensi tuba > 1,5 cm

- Mukosa tampak abnormal

- Oklusi tuba bilateral

- Perlekatan berat dan luas

 Gangguan uterus, termasuk mioma submukosum, polip endometrium,


leiomyomas, sindrom asherman .

FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS PRIA

A. Faktor umum (umur, frekuensi senggama, lama berusaha) .

B. Faktor khusus (pre testiku1ar, pest testikular, testikular, reeksi imunologi dan faktor
1ingkungan) .

A. Faktor umum

1) Umur

Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat kesuburan


seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan.’ Kesuburan pria ini
diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ
reproduksi pria, rata rata umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi pria
mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur
25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara
perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan
faal organ reproduksi

2) Frekuensi sanggama.

Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara


spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat ovulasi.
Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam
organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jilka ovulasi
terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koi tus berlangsung. Sedangkan ovum seorang
wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus
dilakukan-pada waktu’ tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan.
Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksua tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan,
maka tidak akan terjadi pembuahan, dengan arti kata tidak akan terjadi
kehamilan pada istri .

3) Lama berusaha

Penyelidikan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan


menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama . 57,0% dalam
tiga bulan pertama, 72.1 % dalam enam bulan pertama. 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasi1kan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.Jadi lama
suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan faktor penentu
untuk dapat terjadi kehamilan.

B. Faktor khusus

a. Faktor Pre testikular yaitu keadaan-keadaan diluar testis dan


mempengaruhi proses spermatogenesis.

1) Kelainan endokrin
Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya kelainan
endokrin antara lain berupa:

a) kelainan paras hipotalamus-hipopise seperti; tidak adanya sekresi


gonadotropin menyebabkan gangguan spermatogenesis

b) kelainan tiroid. menyebabkan gangguan metabo1isme androgen.

c) kelainan kelenjar adrenal, Congenital adrenal hyperplasi


menyebabkan gangguan spermatogenesis.

2) Kelainan kromosom

Misal penderita sindroma klinefelter, terjadi penambahan kromosom X,


testis” tidak berfungsi baik,sehingga spermatogenesis tidak terjadi.

3) Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan dan dilatasi serta kelokan-


kelokan dari pleksus pampiriformis yang mengakibatkan terjadinya
gangguan vaskularisasi testis yang akan mengganggu proses
spermatogenesis

b. Faktor Post testikular

1) Kelainan epididimis den funikulus spermatikus, dapat berupa absennya


duktus deferens, duktus deferens tidak bersambung dengan epididimis,
sumbatan dan lain-lain

2) Kelainan duktus eyakulatorius, berupa sumbatan

3) Kelainan prostat dan vesikula seminalis, yang sering adalah peradangan,


biasanya mengenai kedua organ ini, tumor prostat dan prostatektomi

4) Kelainan penis / uretra. berupa malformasi penis, aplasia, anomali orifisium


uretra (epispadia, hipospadia). anomali preputium (fimosis), dan lain-lain.

c. Faktor testikular
Atrofi testi primer;gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kriptorkidism,
trauma, torsi, peradangan, tumor. Hampir 9% infertilitas pria disebabkan
karena kriptorkismus (testis tidak turun pada skrotum).

d. Reaksi imunologis

Dalam hal ini analisis sperma biasanya tidak menunjukan kelainan, kecuali
terlihat adanya aglutinasi spermatozoa yang dapat ditentukan dengan tes
imunologis

e. Faktor lingkungan

1) Suhu, memegang peranan penting pada spermatogenesis. Pada mamalia


spermatazoa hanya dapat diproduksi bila suhu testis 2930’C, sedikitnya.
1,5-2.0C· dibawah suhu dalam tubuh, kenaikan suhu beberapa derajat akan
menghambat proses spermatogenesis, sebaliknya suhu rendah akan
meningkatkan spermatogenesis pada manusia.

2) Tempat/dataran tinggi. Atmosfer dataran tinggi (high altitude) juga


menghambat pembuatan spermatozoa.

3) Sinar Rontgen, spermatogonia dan spermatosit sangat peka terhadap sinar


Rontgen, tapi spermatic dan sel sertoli tidak,banyak terpengaruh bahan
kimia dan obat-abatan tertentu dapat menghambat proses spermatogenesis,
misal metronidazol, simetidin dan lain-lain.

Buku Konsensus Penanganan Infertilitas

5. Mengapa dokter menanyakan adanya hubungan tentang lifestyle dan riwayat medis?
 Obesitas : Risiko tinggi infertilitas sudah ditemukan baik pada wanita yang overweight maupun
underweight. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Grodstein bahwa berat badan
memiliki peranan dalam infertilitas. Beberapa problem ovulasi dan perubahan menstruasi dapat
ditemukan pada perempuan dengan polycystic ovarian syndrome yang juga obesitas tetapi
perempuan yang tidak memiliki PCOS namun obesitas pun memiliki problem yang sama.
banyaknya lemak akan meningkatkan produksi hormon testosteron atau yang biasa disebut
dengan hormon laki – laki yang menghambat pertumbuhan sel telur di indung telur sehingga
hormon estrogen atau yang biasa disebut hormon wanita produksinya pun menjadi terganggu,
siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
 Stress : stres yang dialami wanita dapat berdampak pada organ reproduksinya dan hal ini telah
dibuktikan dengan adanya besaran risiko yang ditimbulkan akibat dari tingkat stres yang tinggi
pada wanita. Selain itu, tingkat stres yang tinggi pada wanita juga dapat memicu pengeluaran
hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. Stress mempengaruhi
maturisasi pematangan sel telur pada ovarium. Saat stress terjadi perubahan suatu neurokimia
di dalam tubuh yang dapat mengubah maturasi dan pelepasan sel telur
 (indrawati,dkk,2017, Analysis of Factors Influencing Female Infertility)

 Merokok : Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung beberapa komponen yang
berpotensi menimbulkan radikal bebas ke dalam tubuh, diantaranya karbon monoksida, karbon
dioksida, oksida dan nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Komponen partikel dalam asap rokok
diantaranya nikotin, tar dan kadmiun. Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang
reaktif (ROS, reactive oxygen species) dapat merusak sperma, dan ROS merupakan salah satu
faktor penyebab infertilitas (Agarwal et al. 2003). Kebiasaan merokok merupakan salah satu
gaya hidup yang akan semakin menambah radikal bebas dalam tubuh sehingga lebih rentan
mengalami infertilitas. Mitokondria dan plasma merupakan tempat produksi radikal bebas
dalam tubuh. Proses produksi ini melibatkan enzim kreatinin kinase dan diaphorase. Radikal
bebas menyebabkan kerusakan DNA dan akhirnya apopotosis sel sperma. Pada perokok
terdapat peningkatan level 8-hydroxydeoxyguanosine, penanda biokimia dan kerusakan
oksidatif DNA sperma, yang menyebabkan terjadinya kerusakan DNA pada sperma.
Spermatozoa tersebut mengalami kelainan struktur kromatin berupa single/doublestrand DNA
breaks.
 (Najakhatus a’adah, Windhu Purnomo,2015, Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan
Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri Surabaya)

 Alkohol : etanol yang terdapat dalam minuman keras dapat menurunkan frekuensi gerakan
flagel sehingga motilitas spermatozoa akan menurun. Hal ini diduga karena meningkatnya reaksi
etanol di dalam tubuh mengakibatkan terjadinya kerusakan sel, sehingga produksi ATP
sebagai bahan energi mitokondria rendah. Reaksi etanol dalam tubuh yang tinggi menimbulkan
terbentuknya peroksida lipid pada membrane spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan
membrane spermatozoa. Peroksida lipid tersebut berasal dari reaksi asam lemak tak jenuh
dengan etanol yang banyak terdapat pada membran spermatozoa. Kerusakan sel spermatozoa
dapat terjadi karena enzim pertahanan terhadap reaksi etanol dalam sitoplasma spermatozoa
tidak cukup banyak untuk menurunkan reaksi etanol. Alkohol dapat mengganggu fungsi sel
Leydig dengan sintesis testosteron sehingga menyebabkan kerusakan pada membran basalis.
Alkohol juga dapat memperburuk kualitas sperma, jumlah sperma rendah, encer, morfologi
sperma abnormal serta menurunkan kadar zinc yang berguna untuk membentuk lapisan luar
dan ekor sperma serta melindungi dari kerusakan oxidative dan membantu menghentikan
aglutinasi dan jika dalam jumlah banyak dapat menurunkan fungsi seksual melalui
penghambatan biosintesis (Ambarwati, 2009). Sistem reproduksi pria terdiri dari hipotalamus,
kelenjar pituitari anterior, dan testis. Alkohol dapat mengganggu fungsi dari masing-masing
komponen sehingga menyebabkan impotensi, infertilitas dan mengurangi karakteristik seksual
sekunder.
 (Najakhatus Sa’adah, Windhu Purnomo,2015, Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan
Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri Surabaya)

 Olahraga berat
 Pada wanita


 (srimulyani, 2010, AKTIVITAS FISIK INTENSITAS TINGGI SEBAGAI FAKTOR RESIKO TERHADAP
GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI)
 Obat-obatan
Faktor penting lainnya yang juga merupakan faktor penyebab infertilitas adalah faktor
farmakologis, yaitu obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Obat-
obat tersebut ada juga yang menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Efek tersebut menurut Baker (1998) bermacammacam. Spironolakton, spiroteron,
ketokonazol,dan simetidin memiliki sifat antiandrogenik, yaitu sifat yang berlawanan
dengan testosteron.Tetrasiklin menurunkan kadar testosteron hingga 20%, sedangkan
nitrofurantoin menekan proses spermatogenesis melalui proses reduksi kimia yang tidak
diinginkan dalam sel sehingga menghasilkan superoksida dan kumpulan racun oksigen
lainnya. Kumpulan komponen oksidasi sel tersebut menyebabkan sel tidak berfungsi.
Sulfasalazine yang digunakan dalam pengobatan ulcerative colitis dapat menyebabkan
penurunan motilitas dan densitas sperma melalui mekanisme gangguan proses
spermatogenesis; tetapi reversibel. Sedangkan Fenitoin dapat menyebabkan infertilitas
karena mempengaruhi hipofisis dalam mensintesis FSH.
(Rosila Idris, Bhanu , Hadi Hartamto,2015)

Gaya hidup

1) Konsumsi Alkohol

Alkohol dikatakan dapat berdampak pada fungsi sel Leydig dengan mengurangi
sintesis testosteron dan menyebabkan kerusakan pada membran basalis.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi
hipotalamus dan hipofisis.

- Konsumsi satu atau dua gelas alkohol, satu sampai dua kali per minggu tidak
meningkatkan risiko pertumbuhan janin .

- Konsumsi alkohol tiga atau empat gelas sehari pada laki-laki tidak mempunyai
efek terhadap fertilitas.

- Konsumsi alkohol yang berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan


penurunan kualitas semen.

2) Merokok

Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan oksidatif


terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan morfologi),
dan embrio (menyebabkan keguguran).

- Kebiasaan merokok pada perempuan dapat menurunkan tingkat fertilitas.

- Kebiasaan merokok pada laki-laki dapat mempengaruhi kualitas semen,


namun dampaknya terhadap fertilitas belum jelas.

3) Konsumsi Kafein

Konsumsi kafein (teh, kopi, minuman bersoda) tidak mempengaruhi masalah


infertilitas.
4) Berat badan

- Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29,
cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan.

- Tindakan menurunkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT > 29
dan mengalami anovulasi akan meningkatkan peluang untuk hamil.

- Laki-laki yang memiliki IMT > 29 (Rekomendasi C) akan mengalami


gangguan fertilitas

- Upaya meningkatkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT < 19
serta mengalami gangguan haid akan meningkatkan kesempatan terjadinya
pembuahan.

5) Olahraga

- Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena akan


meningkatkan aliran darah dan status anti oksidan

- Olahraga berat dapat menurunkan fertilitas

 Olahraga > 5 jam/minggu, contoh: bersepeda untuk laki-laki

 Olahraga > 3-5 jam/minggu, contoh: aerobik untuk perempuan

6) Stress

- Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan dapat


berhubungan dengan infertilitas, namun belum didapatkan hasil penelitian
yang adekuat.

- Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan potensi terjadinya infertilitas


- Berdasarkan studi yang dilakukan, perempuan yang gagal hamil akan
mengalami kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat
menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.

7) Suplementasi Vitamin

- Konsumsi vitamin A berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan kelainan


kongenital termasuk kraniofasial, jantung, timus, dan susunan saraf pusat.

- Asam lemak seperti EPA dan DHA (minyak ikan) dianjurkan pada pasien
infertilitas karena akan menekan aktifasi nuclear faktor kappa B.

- Beberapa antioksidan yang diketahui dapat meningkatkan kualitas dari


sperma, diantaranya:

 Vit.C dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semen

 Ubiquinone Q10 dapat meningkatkan kualitas sperma

8) Obat-obatan

- Spironolakton akan merusak produksi testosterone dan sperma

- Sulfasalazine mempengaruhi perkembangan sperma normal (dapat digantikan


dengan mesalamin)

- Kolkisin dan allopurinol dapat mengakibatkan penurunan sperma untuk


membuahi oosit

- Antibiotik tetrasiklin, gentamisin, neomisin, eritromisin, dan nitrofurantoin


pada dosis yang tinggi berdampak negative pada pergerakan dan jumlah
sperma.

- Simetidin terkadang menyebabkan impotensi dan sperma yang abnormal

- Siklosporin juga dapat menurunkan fertilitas pria.


Bentuk lain penyalahgunaan zat juga dapat mempengaruhi infertilitas. Marijuana
menghambat sekresi dari GnRH dan dapat menekan fungsi reproduksi dari pria dan
wanita.

9) Pekerjaan

Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya bagi


kesuburan seorang wanita atau pria. Bahan yang telah teridentifikasi dapat
mempengaruhi kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar-X, logam dan pestisida.

6. Bagaimana mekanisme terjadinya infertilitas pada pria dan wanita?


7. Apa saja factor resiko dari scenario?
faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas pada pria dan wanita?
- PADA WANITA
 Gangguan hormonal  Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau
ovarium yang menyebabkan :
1. Kegagalan ovulasi.
Gangguan Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas (WHO) 9:
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas

1. Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise (hipogonadotropin


hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah,
prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 % dari
seluruh kelainan ovulasi.
2. Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropinnormogonadism).
Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol
normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus kelainan
ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau
amenorea yang banyak terjadi pada kasus PCOS. Delapan puluh sampai
sembilan puluh persen pasien PCOS akan mengalami oligomenorea dan 30 %
akan mengalami amenorea.

3. Kelas 3 : Kegagalan ovarium ( hipogonadotropin hipogonadism).


Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar
estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
ovulasi.Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat gangguan
cadangan ovarium (premature ovarian failure/diminisshed ovarian reserved).

4. Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat


disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi (hiperprolaktinemia).

2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.


3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4. Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa mencapai
uterus.

 Obsturksi  Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira-kira sepertiga
dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :

1. Kelainan kongenital.
2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendixitis dan peritonitis.
3. Infeksi tractus genitalis yang baik, misalnya gonore.

 Faktor lokal
1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovm.
2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan
sperma.

- PADA LAKI_LAKI
 Gangguan spermatogenesis
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminal.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala
(caput) atau ekor (cauda) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena adanya aplasia
sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab
yang tidak dapat ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dari 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa,
kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH-nya terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
 Obstruksi
1. Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalis atau dinding otot
tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus.
Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
 Ketidakmampuan ejakulasi/ koitus
a. Faktor-faktor fisik misalnya hipospadia, epispidia, deviasi penis seperti pada
priapismus atau penyakit peyronie.
b. Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi.
c. Alkoholisme kronik.
 Faktor sederhana
Kadang-kadang faktor-faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi
dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan
keadaan luar (panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
- Pada Pria (tambahan)

A. Faktor umum
1. Umur Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat kesuburan
seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan.’ Kesuburan pria ini diawali saat
memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan
mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk
dan faal organ reproduksi
2. Frekuensi sanggama. Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat ovulasi. Dalam
keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jilka ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koi
tus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam,
sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu’ tersebut kemungkinan besar bisa terjadi
pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksua tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak
akan terjadi pembuahan, dengan arti kata tidak akan terjadi kehamilan pada istri
3. Lama berusaha Penyelidikan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama . 57,0% dalam tiga
bulan pertama, 72.1 % dalam enam bulan pertama. 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan
93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasi1kan
kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara
teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
B. Faktor khusus
a. Faktor Pre testikular yaitu keadaan-keadaan diluar testis dan mempengaruhi proses
spermatogenesis.
1. kelainan endokrin. Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya
kelainan endokrin antara lain berupa: a) kelainan paras hipotalamus-hipopise seperti; tidak
adanya sekresi gonadotropin menyebabkan gangguan spermatogenesis b) kelainan tiroid.
menyebabkan gangguan metabo1isme androgen. c) kelainan kelenjar adrenal, Congenital
adrenal hyperplasi menyebabkan gangguan spermatogenesis.
2. Kelainan kromosom. Misal penderita sindroma klinefelter, terjadi penambahan
kromosom X, testis” tidak berfungsi baik,sehingga spermatogenesis tidak terjadi.
3. Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan dan dilatasi serta kelokan-kelokan dari pleksus
pampiriformis yang mengakibatkan terjadinya gangguan vaskularisasi testis yang akan
mengganggu proses spermatogenesis;
b. Faktor Post testikular
1. Kelainan epididimis den funikulus spermatikus, dapat berupa absennya duktus deferens,
duktus deferens tidak bersambung dengan epididimis, sumbatan dan lain-lain
2. Kelainan duktus eyakulatorius, berupa sumbatan
3. Kelainan prostat dan vesikula seminalis, yang sering adalah peradangan, biasanya
mengenai kedua organ ini, tumor prostat dan prostatektomi
4. Kelainan penis / uretra. berupa malformasi penis, aplasia, anomali orifisium uretra
(epispadia ,hipospadia). anomali preputium (fimosis), dan lain-lain.
c. Faktor testikular Atrofi testi primer;gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
kriptorkidism, trauma, torsi, peradangan, tumor. Hampir 9% infertilitas pria disebabkan
karena kriptorkismus (testis tidak turun pada skrotum).
d. Reaksi imunologis Dalam hal ini analisis sperma biasanya tidak menunjukan kelainan,
kecuali terlihat adanya aglutinasi spermatozoa yang dapat ditentukan dengan tes imunologis
e. Faktor lingkungan
1. suhu, memegang peranan penting pada spermatogenesis. Pada mamalia spermatazoa
hanya dapat diproduksi bila suhu testis 2930’C, sedikitnya. 1,5-2.0C· dibawah suhu dalam
tubuh, kenaikan suhu beberapa derajat akan menghambat proses spermatogenesis,
sebaliknya suhu rendah akan meningkatkan spermatogenesis pada manusia.
2. tempat/dataran tinggi. Atmosfer dataran tinggi (high altitude) juga menghambat
pembuatan spermatozoa.
3. sinar Rontgen, spermatogonia dan spermatosit sangat peka terhadap sinar Rontgen, tapi
spermatic dan sel sertoli tidak,banyak terpengaruh bahan kimia dan obat-abatan tertentu
dapat menghambat proses spermatogenesis, misal metronidazol, simetidin dan lain-lain
(Masrizal Khaidir,2015)

FAKTOR RESIKO

FAKTOR DAMPAK
Usia wanita Semakin tua usia (diatas 40 tahun), semakin lama waktu untuk
konsepsi
Usia laki-laki Frekuensi koitus berkurang dengan meningkatnya usia
Frekuensi koitus Ada korelasi positif antara frekuensi koitus dengan angka
kehamilan
Masa koitus Koitus pada masa ovulasi (hari 10-15 memaksimalkan
kemungkinan ovulasi, karena ovum hanya hidup kira-kira 12-24
jam
Lubrikan Lubrikan seperti K-Y jelly mengandung spermisidal dan bila
digunakan untuk lubrikasi dapat menghambat konsepsi
Merokok/ alcohol Jika berlebihan dapat meperburuk kualitas sperma. Penggunaan
marijuana dapat mengurangi jumlah dan motilitas sperma
Pembedahan Pembedahan organ reproduksi atau pada panggul wanita atau
laki2 dapat menimbulkan masalah fertilitas karena terjadinya
perbahan anatomi atau kerusakan pada syaraf terutama pada laki2.

Infeksi saluran genitalia yangGonorea dan klamidia adalah PMS utama yang mengakibatkan
ditularkan secara seksual (infeksipenyekit radang panggul dan gangguan fertilitas
traktus genitalia)
Penyekit yang ditularkan tidakPenyakit seperti tuberculosis genitalia (yangdisebabkan oleh
melalui hubungan seksual virus), infeksi postpartum dan posabortus juga dapat menurunkan
fertilitas
Obat-obatan (missal, anti hipertensiObat-obatan tertentu dpat mengakibatkan impotensi. Ada pula
dan transquilizers) obat-obatan ynag mengganggu fungsi spermatogenesis dan
ovarium (misalnya, obat anti kanker)
Radiasi Gangguan fungsi gonad dapat terjadi karena radiasi
Sumber :Buku Acuan Nasional Pelayanan KB, 2007

8. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus scenario dan bagaimana alur diagnosisnya?
Alur diagnosis
Pemeriksaan Pasangan Infertil
Langkah pemeriksaan pasangan infertil dirancang dengan urutan seperti di bawah ini :
 Anamnesis
Pada pengumpulan data dengan anamnesis akan diketahui tentang keharmonisan
hubungan keluarga, lamanya perkawinan, hubungan seksual yang dilakukan, dan lain-
lain.

 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan tekanan darah,
nadi, suhu tubuh, dan pernapasan. Juga dilakukan foto toraks pada kedua pihak

 Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine lengkap, fungsi
hepar dan ginjal, gula darah). Pemeriksaan laboratorium khusus terhadap suami
meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini diperlukan syarat
yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, ditampung dalam gelas, modifikasi
dengan bersenggama memakai kondom yang telah dicuci bersih, dan bahan yang
ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½ sampai 1 jam, pemeriksaan
setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah spermatozoa diharapkan
minimal 20juta/ml. Pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, viskositas,
bau, fruktosa, kemampuan menggumpal dan mencair kembali.

 Pemeriksaan Terhadap Ovulasi


Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur). Tindakan ini
dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan
alat kelamin wanita. Untuk membuktikan terjadi ovulasi (pelepasan telur), dilakukan
pemeriksaan suhu basal badan. Progesteron yang dikeluarkan oleh korpus luteum dapat
meningkatkan suhu basal badan, yang diukur segera setelah bangun tidur. Dengan
terjadinya ovulasi, suhu basal badan rendah atau meningkat menjadi bifasik. Waktu
perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan untuk
melakukan hubungan seks dengan kemungkinan hamil yang besar.

 Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur


Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan
yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya konsepsi (pertemuan
sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi, tempat
saluran hasil konsepsi menuju rahim untuk dapat bernidasi (menanamkan diri).
Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan hasil
konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau terganggu
(pecah). Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluarnya cairan tersebut
kembali ke liang senggama.

 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada pasangan
infertil meliputi hal berikut :
o Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik
ke dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur
dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan
dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, polip
atau mioma dalam rahim) dan keterangan lain yang diperlukan.

o Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke
dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang
keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya
graaf folikel, korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan
tuba fallopi (yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan
peritoneum rahim, dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas
infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi
pewarnaan dan pembiakan.

o Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil
terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh
kembang folikel de graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan)
telur (ovum) pada folikel graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi
vaginal dilakukan pada sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian
pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat perangsang indung telur lainnya.

o Uji pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan
hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
jumlah spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini
dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan
perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1. Namun hasilnya masih
belum mendapat kesepakatan para ahli.

o Pemeriksaan Hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan
penyebab infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui
hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa
adalah gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon Luteinisasi
(LH)) dan hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan
hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya
melepaskan telur (ovulasi). Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3
siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena
itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga
kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan
selanjutnya.

Sumber : dr. Mochamad Munir, Sp.OG (K). 2019. INFERTILITAS. Kementerian kesehatan republic

Indonesia
PEMERIKSAAN INFERTILITAS PRIA

Pada umumnya dilakukan pemeriksaan berupa:

1) wawancara / anamnesis dan pemeriksaan fisik

2) pemeriksaan dasar Wawancara / anamnesis meliputi:

- lama menikah,

- usia pasangan,

- pekerjaaan,frekuensi; dan

- waktu melakukan hubungan seksual

3) Pemeriksaan lanjutan

- Riwayat perkembangan urologis, pembedahan, hubungan kelamin, kontak dengan

zat-zat toksik, penyakit infeksi alat reproduksi

- Pemeriksaan jasmani pada umumnya termasuk seks sekunder (penyebaran rambut,

ginekomastia dan lain-lain]

- Pemeriksaan khusus alat reproduksi (penis,letak lubang uretra, ukuran, konsistensi

testis, vas deferens, epididimis dan lain~lain)

- Pemeriksaan laboratorium rutin; urin, darah dan analisis sperma. Pemeriksaan

laboratorium khusus;kadar serum darah, FSH, LH, testosteron dan lain-lain bila ada

indikasi.

- Analisis sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ
reproduksi pria. Untuk mengetahui apakah seseorang pria fertil atau infertil. Karena

itu mengambilnya dari tubuh harus dengan masturbasi atau coitus interuptus

(bersetubuh dan waktu eyakulasi persetubuhan dihentikan dan mani ditampung

semua). asal kondom itu yang khusus, bebas dari spermatisida. Kondom biasa,

biasanya telah diberi spermatisida, dan ini tak dapat. Dipakai untuk analisa.

Abstinensi juga faktor penting, dan yang terbaik ialah sekitar 3 -4 hari. Paling baik

jika semen diperiksa selambatnya sejam sesudah eyakulasi. Jika sampel masih

dipakai lebih dari 4 jam setelah eyakulasi, agar disimpan dalam lemari es, dan untuk
memeriksanya kembali harus ditaruh dulu dalam suhu kamar. Yang dianalisa secara

rutin ialah.

 Kualitas dan kuantitas spermatozoa

 Fungsi sakretoris kalenjar asesoris seks onia (Onny P3, 1987) .

Sumber : Masrizal Khaidir.2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria.

Psikm Fk Unand, Mahasiswa S2 Biomedik Fk Unand


(soegiharto, dkk, 2013, konsensus pennaganan infertilitas)

a. Tahap Pertama (Fase I)


1. Pemeriksaan riwayat infertilitas (anamnesis). Anamnesis masih merupakan cara
terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Faktor-faktor penting
yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah
mengenai usia pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat
penyakit sebelumnya dan sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan
waktu koitus. Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai alkohol,
merokok dan stress. Hal ini semua dapat mempengaruhi terjadinya
infertilitas.
2. Pemeriksaan fisik 5,14 Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index
(BMI)) dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m2) – kisaran normal BMI adalah
20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan
petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin . Wanita dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja
berhubungan dengan diagnosis SOPK. Pada umumnya wanita dengan tampilan
overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan
sindroma metabolik.. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya
diamati
3. Penilaian ovulasi Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan
karena hal tersebut akan menghasilkan laju kehamilan kumulatif yang menyerupai
laju kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah penting untuk
memastikan apakah ovulasi terjadi (Tabel 3). Cara yang optimal untuk mengukur
ovulasi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah
dengan mengkombinasikan serangkaian pemindaian ultrasound dan pengukuran
konsentrasi serum FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing hormone)
pada fase folikular dan progesteron pada fase luteal

4. Uji pasca senggama (UPS) Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi
dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks.
UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit” dari getah
serviks mencapai 5 cm atau lebih. Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-
serviks dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan di bawah
mikroskop. UPS dikatakan positif, bila ditemukan paling sedikit 5 sperma
perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat memberikan gambaran tentang
kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks terhadap
sperma.
b. Tahap Kedua (Fase II)
1. Histerosalpingografi (HSG) Infertilitas tuba didiagnosa sekitar 15%-50% pada
pasangan subfertil. Histerosalpingografi sinar-X (HSG) memberikan gambar
rongga uterus dan tuba Fallopi. HSG merupakan uji pendahuluan yang paling
sederhana untuk menggambarkan rongga uterus dan tuba Fallopi dan sedikit
komplikasi. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan HSG untuk menilai patensi
tuba.Pada suatu metaanalisis dari 20 studi yang membandingkan HSG dan
laparoskopi ditemukan bahwa sensitivitas dan spesivisitas HSG untuk patensi
tuba secara berturut-turut adalah 0.65 dan 0.83

Hysterosalpingo-contrast sonography (HyCoSy) Saat ini HSG menggunakan


ultrasonografi dan medium kontrasultrasound yang mengandung mikropartikel
galaktosa mungkin untuk dilakukan dan demikian bebas dari kemungkinan risiko
radiasi. Prosedur sebaiknya dilakukan dalam cara dan waktu yang sama di dalam
siklus seperti pada HSG konvensional. Tidak hanya patensi tuba saja yang dapat
diperiksa tetapi juga sebelum diinjeksikan agen kontras, ultrasound dapat
memvisualisasikan morfologi ovarium dan abnormalitas jaringan lunak, seperti
fibroid atau kelainan cacat bawaan uterus dan servik.
c. Tahap Ketiga (Fase III) Laparoskopi Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara
terbaik untuk menilai fungsi tuba falopi. Laparoskopi memberikan gambaran
panoramik. terhadap anatomi reproduktif panggul dan pembesaran dari
permukaan uterus, ovarium, tuba, dan peritoneum. Oleh karenanya,
laparoskopi dapat mengidentifikasi penyakit oklusif tuba yang lebih ringan
(aglutinasi fimbria, fimosis), adhesi pelvis atau adneksa, serta endometriosis
yang dapat mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh HSG
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
 Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine lengkap, fungsi
hepar dan ginjal, gula darah). Pemeriksaan laboratorium khusus terhadap suami
meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini diperlukan syarat
yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, ditampung dalam gelas,
modifikasi dengan bersenggama memakai kondom yang telah dicuci bersih, dan
bahan yang ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½ sampai 1 jam,
pemeriksaan setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah
spermatozoa diharapkan minimal 20juta/ml. Pemeriksaan sperma untuk
mengetahui jumlah, volume, viskositas, bau, fruktosa, kemampuan menggumpal
dan mencair kembali.

 Pemeriksaan Terhadap Ovulasi


Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur). Tindakan
ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak dijumpai
kelainan alat kelamin wanita. Untuk membuktikan terjadi ovulasi (pelepasan telur),
dilakukan pemeriksaan suhu basal badan. Progesteron yang dikeluarkan oleh korpus
luteum dapat meningkatkan suhu basal badan, yang diukur segera setelah bangun
tidur. Dengan terjadinya ovulasi, suhu basal badan rendah atau meningkat menjadi
bifasik. Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga harus
dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seks dengan kemungkinan hamil yang
besar.

 Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur

Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya konsepsi
(pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan berkembangnya hasil
konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim untuk dapat bernidasi
(menanamkan diri).

Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan hasil


konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau terganggu
(pecah). Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluarnya cairan tersebut
kembali ke liang senggama.

 Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada


pasangan infertil meliputi hal berikut :

• Histeroskopi

Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke


dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam
rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan dalam rahim
(situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, polip atau mioma
dalam rahim) dan keterangan lain yang diperlukan.

• Laparoskopi

Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke


dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan
indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya graaf folikel,
korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan tuba fallopi
(yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan peritoneum
rahim, dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan
cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan pembiakan.

• Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil terutama


ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel de
graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada
folikel graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan pada
sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan
klimofen sitrat atau obat perangsang indung telur lainnya.

• Uji pasca-senggama

Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan


tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan
hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah
spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi
hari pertama dianggap ke-1. Namun hasilnya masih belum mendapat kesepakatan
para ahli.

• Pemeriksaan Hormonal

Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab


infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan
aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa adalah
gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon Luteinisasi (LH)) dan
hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat
menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga
rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan infertilitas
diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya
dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
(Masrizal Khaidir,2015)

1. Pemeriksaan lab apa yang dilakukan kepada pasangan?


I. Tahap wawancara (anamnesis)

Tahap awal merupakan wawancara untuk pengumpulan data-data pasien tentang jatidiri,
riwayat kesehatan, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang, riwayat infertilitas, riwayat
hubungan seksual, dan riwayat reproduksi.

II. Tahap pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik baik suami maupun istri meliputi :

 Keadaan fisik secara umum, seperti tinggi, berat, sebaran rambut, dll.
 Keadaan alat-alat reproduksi, seperti testis, vagina, klitoris, rahim, dll.
A. Pemeriksaan sperma
Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah spermatozoa,
bentuk dan pergerakannya.
Sebaiknya sperma yang diperiksa, ditampung setelah pasangan tidak melakukan
coitus sekurang2nya selama 3 hari dan sperma tersebut hendaknya diperiksa pada
1 jam setelah keluar.
Ejakulat yang normal sifatnya sbb:
 Volume 2-5 cc
 Jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc
 Pergerakan 60% dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan
 Bentuk abnormal  25%
 Pria yang infertile spermatozoanya 60 juta per cc atau lebih
Subfertil 20-60 juta per cc
Steril 20 juta per cc atau kurang
Untuk pennilaian lebih lanjut perlu diperiksa 17 ketosteroid, gonadotrofin
dalam urin, dan biopsy dari testis.
B. Pemeriksaan ovulasi
Terjadinya ovulasi dapat kita ketahui dengan berbagai pemeriksaan:
1. Pencatatan suhu basal kalau siklus ovulatoar, maka suhu basal bersifat bifasis.
Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal disebabkan pengaruh progesterone
2. Dengan pemeriksaan vaginal smear; pembentukan progesterone menimbulkan
perubahan2 sitologi pada sel2 superfisial
3. Pemeriksaan lendir serviks adanya progesterone menimbulkan perubahan
sifat lender serviks ialah lendir tersebut menjadi kental, juga gambaran fern (daun
pakis) yang terlihat pada lendir yang telah dikeringkan hilang
4. Pemeriksaan endometrium kuretase pada hari pertama haid haid atau pada
fase premenstrual menghasilkan endometrium dalam stadium sekresi dengan
gambaran histoogi yang khas
5. Pemeriksaan hormone seperti estrogen, ICSH, pregnadiol

C. Pemeriksaan lendir serviks


Keadaan dan sifat lendir serviks sangat mempengaruhi keadaan spermatozoa:
1. Kentalnya lendir serviks
Lendir serviks yang cair lebih mudah dilalui spermatozoa
Pada stadium proliferasi lendir serviks agak cair karena pengaruh estrogen,
sebaliknya pada stadium sekresi lendir serviks lebih kentak karena pengaruh
progesteron
2. pH lendir serviks
lendir serviks bersifat alkalis dengan pH ± 9
pada suasana yang alkalis spermatozoa dapat hidup lebih lama.
Suasana menjadi asam pada cervisitis
3. enzim proteolitik
tripsin, kemotripsin mempengaruhi viskositas lendir serviks
4. dalam lendir serviks juga ditemukan Ig yang dapat menimbulkan aglutinasi dari
spermatozoa
5. berbagai kuman2 dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa
biasanya baik tidaknya lendir serviks diperiksa dengan :

 SIMS HUHNER TEST

Pemeriksaan lendir serviks dilakukan post coitum sekitar waktu ovulasi


Dianggap baik jika terdapat 5 spermatozoa yang motil per high powerfield
Sims huhner test yang baik menandakan:
- teknik koitus baik
- lendir serviks normal
- estrogen ovarial cukup
- sperma cukup baik

 KURZROCK MILLER TEST

Dilakukan pada pertengahan siklus kalau hasil sims huhner test kurang baik
Satu tetes lendir serviks diletakkan berdampingan dengan tetes sperma pada
obyek glass; dilihat apakah ada penetrasi spermatozoa. Kalau tidak ada invasi
spermatozoa, lendir serviks kurang baik.
D. Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan:
- Pesturbasi (insuflasi)  rubin test (utuh tidaknya tuba)
- Histerosalpingografi bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba, sumbatan
nampak jelas
- Kuldoskopi keadaan tuba dan ovarium
- Laparoskopi dapat diketahui genitalia interna dan sekitarnya
E. Pemeriksaan endometrium
Pada stadium premenstrual atau pada hari pertama haid dilakukan mikrokuretase.
Endometrium yang normal harus memperlihatkan hambaran histologik yang khas
untuk stadium sekresi. Kalau tidak ditemukan stadium sekresi maka:
- Endometrium tidak bereaksi dengan progesterone
- Produksi progesterone kurang

Sumber : Ginekologi, FK UNPAD

III. Tahap pemeriksaan laboratorium

Pria

Analisis sperma untuk mengetahui mutu air mani dan spermatozoanya, meliputi jumlah
sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan persentase yang hidup serta pencairan air mani.

Wanita

Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium menghasilkan sel telur yang
matang. Pemantauan ovulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
 Riwayat siklus haid: siklus haid yang teratur dan normal, nyeri per-tengahan siklus,
perdarahan atau peningkatan luah atau cairan va-gina (vaginal discharge), mastalgia
prahaid menandakan ovulasi telah terjadi.
 Uji pakis: pemeriksaan pada hari ke-23-28 siklus haid, istri diminta datang untuk
pengambilan getah serviks dari kanal endoserviks ke-mudian dikeringkan pada gelas
objek dan diperiksa pengaruh estro-gen. Jika tidak terdapat pola daun pakis dan
kristal getah serviks berarti ovulasi telah terjadi.
 Suhu Basal Badan (SBB): SBB diperiksa setiap bangun pagi hari se-belum
melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik dengan tukik pada pertengahan
siklus.
 Sitologi vagina atau sitologi endoserviks: memantau perubahan pada sel-sel yang
tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh progesteron).
 Biopsi endometrium (mikrokuretase): dapat dilakukan secara poliklinis dengan
pembiusan ringan atau tanpa pembiusan. Dengan memakai kuret kecil. Dilakukan
pada 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
 Laparoskopi diagnostik : melihat secara langsung adanya bintik ovu-lasi atau korpus
luteum sebagai hasil ovulasi.
 Peneraan hormon: menentukan kadar hormon dalam darah, urin mau-pun liur
(saliva). Kadar normal dalam satu siklus :
Jenis hormon Satuan Fase siklus haid
Praovulasi Ovulasi Pasca ovulasi
FSH mUI/ml 5-20 15-45 5-12
LH mUI/ml 5-15 30-40 5-15
PRL ng/ml - 5-25 -
E2 pg/ml 25-75 200-600 100-300
P ng/ml <5 5-8 10-30

 Histeroskopi: dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang bening kekuningan,


yang sesuai dengan fase luteal.
 Ultrasonografi: dapat memantau perkembangan folikel dan menentukan saat ovulasi.
Pemeriksaan dilakukan secara serial.
Penilaian rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :
 Biopsi endometrium: selain untuk penilaian ovulasi, juga dapat untuk pemeriksaan
histologik lain, misalnya biakan terhadap tuberkulosis, menilai adanya hiperplasia
endometrium. Terkadang dijumpai adanya hiperplasia fokal meskipun siklus
berovulasi berdasarkan peneraan homon P plasma pada pertengahan fase luteal. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksan rasio P/E2 dan PRL/E2 bersamaan dengan
biopsi endometrium.
 Uji insuflasi/pertubasi: CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat rekaman
kymograf terhadap tekanan uterus, perubahan tekanan ber-arti tuba Falloppii paten.
Gas ini juga dapat didengar dengan stesto-skop atau dilihat dengan sinar X.
 Hidrotubasi: prinsipnya sama dengan pertubasi hanya yang diguna-kan adalah cairan
yang mengandung antibiotika Kanamycin 1 gram, deksametason 5 mg dan
antipasmodik cair.
 Histerosalpingogram: dilakukan pada paro-pertama siklus haid, larutan radioopak
disuntikkan melalui kanal serviks ke dalam rahim dan saluran telur. Perjalanan
larutan tersebut dipantau di layar dengan penguat bayangan.
 Histeroskopi : melihat secara langsung keadaan permukaan endome-trium.
 Laparoskopi : melihat secara langsung dan menguji patensinya de-ngan
menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin, dan de-ngan melihat
pelimpahannya ke dalam rongga peritoneal. Laparoskopi juga dapat memperlihatkan
perlekatan pelvis, endometriosis, dan patologi ovarium tetapi tidak dapat
menggambarkan keadaan rongga uterus.
 Ultrasonografi atau endosonografi: menilai bentuk, ukuran, serta patologi uterus
maupun tebal endometrium.
Analisis infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks,
klamidia, mikoplasma).
Uji pasca-sanggama (UPS) untuk melihat apakah air mani sudah memancar dengan baik
ke puncak vagina selama sanggama. UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi.
Pasien diminta datang 2-8 jam setelah sangga-ma normal. Getah serviks diisap dari kanal
endoserviks dan diperiksa de-ngan mikroskop, jika terdapat 20 spermatozoa per lapang
pandang besar (LPB= x400) maka kemungkinan hamil cukup besar, antara 1-20
spermatozoa per LPB sudah memuaskan.

IV. Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop


(teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran alami (kanal serviks:
pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut saluran telur: pada
tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah pusar atau umbilikus: pada
laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada
hidrolaparoskopi). Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:

Histeroskopi atau teropong rongga rahim


Laparoskopi atau teropong rongga perut
Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan cairan

Histeroskopi digunakan untuk:

melihat keadaan saluran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam saluran telur,
besarnya rongga rahim, warna atau kejernihan selaput rahim,
untuk membedakan polip endometrium dan leiomiom submukosum;
untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan kelainan bawaan dalam rahim; untuk
me-ngenali kelainan-kelainan pada histerogram;
untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang menyebabkan keguguran
berulang. Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai kelainan di dalam rongga
panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) misalnya kista (tumor) indung telur (ova-
rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di rongga panggul akibat infeksi atau
endometriosis, bintil-bintil (lesi) endometriosis yang tidak terlihat dengan alat
ultrasonografi, pembengkakan saluran telur (hidrosalpinks), dan juga bebe-rapa kelainan
bawaan rahim seperti rahim dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur
(agenesis ovarii).

Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran telur, baik
permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan akibat infeksi, penyempitan
bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) saluran telur.

Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu gangguan fungsi
dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum Douglas),
misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria), endometriosis, miom uterus subserum di
bagian belakang rahim atau kista ovarium.

Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita, melainkan harus
dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang telah melaku-kan pemeriksaan
infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita
yang diduga adanya endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.

Sumber :http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/kesuburan-fertilitas/

Syarat pemeriksaan infertilitas

a. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapat anak selama 12 bulan. Pmeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila :
o Pernah mengalami keguguran berulang
o Diketahui mengidap kelainan endokrin
o Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan
o Pernah mengalami bedah ginekologik
b. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter
c. Istri pasangan infertile yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini
d. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang salah satu
anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri
atau anaknya.

a. Umur wanita telah mencapai akhir 30-an


b. Haid ireguler
c. Riwayat medis dari pasangan suami istri, termasuk parotitis pada pria, abortus
berulang kali, kehamilan ektopik
d. Dismenore atau dispareunia
e. Bila istri pernah memakai IUD dimasa lampau, pernah mengalami infeksi pelvis
f. Pernah melakukan hubungan dengan DES (diethylstilbestrol  dapat mengurangi
fertilitas pada pria atau wanita)
Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto

9. Bagaimana tatalaksana infertilitas laki laki dan perempuan?


Pada wanita yang terjadi gangguan ovulasi
Kelas 1 : kombinasi rekombinan FSH, Rekombinan LH, HCg
Kelas 2 : obat pemicu ovulasi golongan anti esterogen (Clomifen citrat), tindakan driling
ovarium, penyuntikan gonadotropin”
kelas 3 : mengangkat anak
kelas 4 : pemberian agonis dopamon (bromokirptin, kabergolin)
 Wanita
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital;
• Pemberian terapi obat, seperti :
 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
 Terapi penggantian hormon.
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal.
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat.
• GIFT (Gemete Intrafallopian Transfer);
• Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas;
• Bedah plastik misalnya penyatuan uterus bikonuate;
• Pengangkatan tumor atau fibroid; dan
• Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi.
 Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat;
• Agen antimikroba;
• Testosterone enantat dan testosteron spionat untuk stimulasi kejantanan;
• HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme;
• FSH dan HCG untuk meningkatkan spermatogenesis (produksi sperma);
• Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus;
• Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik;
• Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma;
• Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat; dan
• Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.
(indrawati,dkk,2017, Analysis of Factors Influencing Female Infertility)
(soegiharto, dkk, 2013, konsensus pennaganan infertilitas)

Anda mungkin juga menyukai