STEP 1
Suntikan adrenalin :obat reseptor beta adenergik fx nya bronkodilator dengan cara
melemaskan otot”.
Kortikosteroid :dipakai saat obat gol.bronkodilator tidak berefek lagi, untuk obat anti
inflamasi. Contohnya : prednison, dexamethasone, prednisolon.
Memiliki banyak efek sistemik krn itu penggunaanya harus dipantau.
Menyebabkan imunosupresan.
STEP 2
DD sesak nafas?
o Jantung : asma kardial, ggl jantung kiri, angina pectoris, ggl jantung kanan
o Pulmo :Asma,Atelektasis,Pneumonia,Efusi pleura,PPOK,tromboemboli
paru, fibrosis pleura, pneumothorax
o Penyumbatan mekanik sal.nafas :tumor laring, pembengkakan kel.limfe,
benda asing, trauma.
Mengapa RR mengingkat?
o Setelah disuntik ketoprofen bronkokonstriktorbronkospasme (pada
ekspirasi lebih menyempit)saluran mengecilsesak nafaskebutuhan
O2 meningkat Pasokan udara sedikit krn berbagai etiologikompensasi
untuk mendapatkan O2 lebih banyak, PO2 lebih sedikit dibandingkan
dengan PCO2, pada pasien kesulitan ekspirasi shg CO2 menumpuk.
Mengapa TD turun?
o O2 menurunpasukan O2 ke jantung menurun sehingga tekanan darah
ikut menurun.
o Reaksi hipersensitivitashistamin memiliki efek dilatasi vena2aliran
balik ke jantung semakin lambatTD menurun
o Tahanan perifer : dilatasi PDTD menurun
o Struk volum dan HR menurun CO menurun TD akan menurun juga
Mengapa tegangan nadi berkurang?
o Terjadi:
Dilatasi vena
Dilatasi arteriola
Permeabilitas kapiler meningkat
tegangan nadi menurun
STEP 4
STEP 7
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea
dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit
paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif
paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Atau
Sesak nafas adalah :
Perasaan terganggu ketika bernafas terlepas dari frekuensi atau dalamnya
respirasi
Bersifat subjektif
abnormally uncomfortable awareness of breathing.
1. Faktor psikis.
Sesak napas yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi melalui mekanisme
hiperventilasi. Dalam penelitian Dudley ditemukan bahwa pengaruh emosi seperti
depresi, kecemasan dapat menimbulkan sensasi sesak napas melalui mekanisme
hiperventilasi. Kedua mekanisme tersebut yang sama-sama dapat dipakai oleh faktor
psikis dalam menampilkan sensasi sesak napas, mungkin dapat dipergunakan sebagai
suatu bukti bahwa foktor emosi khusus berperan atau tidak. Kesukaran bernapas yang
timbul, semata-mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu terhadap
pengaruh emosi tadi.
2. Peningkatan kerja pernapasan.
2.2 Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat, tahanan elastis
dinding toraks meningkat, peningkatan tahanan bronkial).
Dahulu mekanisme yang dapat menimbulkan sesak napas ini diduga melalui hipoksia dan
hiperkapnia yang terjadi sebagai akibat dinding toraks dan paru tidak dapat mengenbang
maupun mengepis dengan baik. Hal ini disebabkan otot-otot diagfragma dan otot-otot
interkostalis mengalami kelemahan atau kelumpuhan. Tetapi penelitian Patterson dan
kawan-kawan (1962) menunjukkan bahwa sensasi sesak napas telah timbul pada lebih dari
20 mmHg, malahan Noble (1970) pada penderita poliomelitis yang memakai ventilator,
sensasi sesak napas tidak terjadi walaupun telah dinaikkan dari 36 hingga 64 mmHg.
Percobaan yang dilakukan oleh Douglas & Haldane yang kemudian diulang dengan cara yang
sama oleh Godfrey & Cambell membuktikan bahwa perasaan tidak menyenangkan sewaktu
bernapas akan bertambah sesuai dengan lama menahan napas serta perubahan dan yang
terjadi. Dengan kata lain, hipoksia dan hiperkapnia ikut berperan dalam hal timbulnya
sensasi sesak napas. Jadi, rangsang terhadap kemoreseptor sentral maupun perifer akan
meningkatkan aktivitas eferen neuron medula. Aktivitas ini akan diteruskan ke pusat yang
lebih tinggi sehingga menimbulkan sensasi sesak napas. Karena itu mereka menyimpulkan
bahwa perubahan oksigenasi, dan konsentrasi ion H sendiri tidak langsung menyebabkan
sensasi sesak napas.
Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah kepada lima hal antara lain :
5. Penyakit neuromuskuler.
(Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005)
Tanda-tanda pre-syok?
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc
Clelland tentang fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan
tidak cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan. Sirkulasi darah berguna untuk
mengantarkan oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat
sisa yang sudah tidak diperlukan.
Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan
pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.
1. Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau MAP (mean arterial pressure /
tekanan arterial rata-rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.
3. Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta pengisian kapiler
yang jelek.
Penyebab Syok
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah (serangan
jantung atau gagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang abnormal (reaksi alergi,
infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah besar (perdarahan hebat).
Tahapan Syok
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat
ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan
ireversibel (tidak dapat pulih).
Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi
normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat,
peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal, gelisah, dan pengisian pembuluh
darah yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya
individu yang mengalami syok terlihat normal.
Tahap ireversibel dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat
diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka
aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan
darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran
darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal
menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun
dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap
dan tidak dapat diperbaiki.
STADIUM-STADIUM SYOK
Gangguan sudah ada tetapi bersifat lokal. Parameter-paramater masih dalam batas
normal. Biasanya masih cukup waktu untuk mendiagnosis dan mengatasi kondisi dasar.
Parameter mulai bergerak dan mendekati batas atas atau batas bawah kisaran normal.
Compensated shock bisa berangkat dengan tekanan darah yang normal rendah, suatu
kondisi yang disebut "normotensive, cryptic shock" Banyak klinisi gagal mengenali
bagian dini dari stadium syok ini. Compensated shock memiliki arti khusus pada pasien
DBD dan perlu dikenali dari tanda-tanda berikut: Capillary refill time > 2 detik;
penyempitan tekanan nadi, takikardia, takipnea, akral dingin.
Kerusakan mikrovaskular dan organ sekarang menjadi menetap dan tak bisa diatasi.
Pusat Pernafasan :
Tdr dr beberapa kelompok neuron di sebelah bilateral medula oblongata dan
pons
Pusat pernafasan dorsalinspirasi
Pusat pernafasan ventralinspirasi dan ekspirasi
Pusat pneumotaksik membatasi inspirasi
Pengaturan kimia pernafasanoleh ion CO2, ion H
Kemoreseptor
Reseptor kimia(Chemoreseptor) berkontak dengan PO2 arteri
Hiperkapnia :
Aktivitas otot pernap ↑ dispnu
perubahan pH pd level tertentu rsg resp kimia dispnu
Hipoksia :
Rsg resp kimia langsung .Meningkatkan kerja ventilasi dispnu
Kemoreseptordi badan karotis (n.Heringn.Glossopharingeusarea nafas
dorsal), badan aorta (n.Vagusarea nafas dorsal)
Hiperkapnia ~ Hipoksia
Mekanoresptor :
Reseptor Upper airway dan facial
Aliran udara, mell efek mekanik atau perubahan suhu
Reseptor diparu
Dynamic airway compression
N. Vagus, N.Glossopharyngeus
Reseptor Ddg dada
Reseptor regang, pd otot dinding bronkus dan bronkiolus seluruh parureflek
Hering-Breuer, saat vol nafas meningkat lebih dari 1,5 l
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal
ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada
orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati
akan meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas
maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan
dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan terhadap
compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru
maka semakin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama
inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah
digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston
atau iritan yang sama.
Patofisiologi
Dispnea mungkin disebabkan gangguan fisiologis akut seperti asma bronchial,
emboli paru, pneumotoraks, atau infark miokard. Serangan berkepanjangan
selama berjam-jam hingga berhari-hari lebih disebabkan akibat eksaserbasi
penyakit paru yang kronik atau prosesif dari efusi pleura atau gagal jantung
kongestif.1
Penggambaran Patofisiologi
Konstriksi atau sensasi dada terjepit Bronkokonstriksi, edema interstitial
(asma, iskemi miokardial)
Meningkatnya kerja dan usaha untuk bernapas Obstruksi jalan napas,
penyakit neuromuskular (PPOK, asma sedang sampai parah, miopati,
kiposkoliosis)
Lapar udara, membutuhkan pernapasan, urge to breathe Meningkatnya
gerakan untuk bernapas (CHF, embolisme pulmonary, obstruksi aliran udara
yang sedang hingga parah)
Tidak dapat bernapas dalam, bernapas yang tidak memuaskan Hiperinflasi
(asma, PPOK) dan terbatasnya volume tidal (fibrosis pulmonal, restriksi
dinding dada)
Pernapasan yang berat dan cepat Deconditioning
Patofisiologi
Mismatch afferentketidakselarasan signal motorik dengan informasi yang datang
dari afferen paru
Length-tension inappropriateness gangguan hubungan antara tension/pressure
(otot-otot napas) dan perubahan pada length (volume tidal yang dihasilkan),
karena perubahan spindle ototgang.bernafas
PATOFISIOLOGI
Penyakit atau keadaan tertentu secara akut dapat menyebabkan kecepatan pengiriman
oksigen ke seluruh jaringan menurun. Penurunan oksigenasi jaringan ini akan meningkatkan
sesak napas. Karena transportasi oksigentergantung dari sirkulasi darah dan kadar
hemoglobin, maka beberapa keadaan seperti perdarahan, animea (hemolisis), perubahan
hemoglobin (sulfhemoglobin, methemoglobin, karboksihemoglobin) dapat menyebabkan
sesak napas.
Penyakit perenkim paru yang menimbulkan intrapulmonal shunt, gangguan ventilasi juga
mengakibatkan sesak napas. Jadi, sesak napas dapat disebabkan penyakit-penyakit asma
bronkial, bronkitis dan kelompok penyakit pembulu darah paru seperti emboli, veskulitis dan
hipertensi pulmonal primer.
Panyakit perenkim paru seperti pneumonia, sembab paru yang menyebabkan elastisitas
paru berkurang serta penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran napas seperti asma
bronkial, bronkitis dan bronkiolitis dapat menyebabkan ventilasi paru menurun. Untuk
mengimbangi keadaan ini dan supaya kebutuhan oksigen juga tetap dapat dipenuhi, otot
pernapasan dipaksa bekerja lebih keras atau dengan perkataan lain kerja pernapasan
ditingkatkan. Keadaan ini menimbulkan metabolisme bertambah dan akhirnya metabolit-
metabolit yang berada di dalam aliran darah juga meningkat. Metabolit yang terdiri dari
asam laktat dan asam piruvat ini akan merangsang susunan saraf pusat. Kebutuhan oksigen
yang meningkat pada obesitas juga menyebabkan kerja pernapasan meningkat.
Penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan serangan sesak napas
secara tiba-tiba. Bagaimana terjadinya serangan ini, sampai sekarang belum jelas, seperti
pada meningitis, cerebrovascular accident dan lain-lain. Hiperventilasi idiopatik juga
dijumpai, walaupun mekanismenya belum jelas.
Penyakit Neuromuskuler
Cukup banyak penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan
terutama jika penyakit tadi mengenai diagfragma, seperti miastenia gravis dan amiotropik
leteral sklerosis. Mekanisme yang menyebabkan terjadinya sesak napas karena penyakit
neuromuskuler ini sampai sekarang belum jelas.
(Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009).
DD sesak nafas?
Mengapa RR mengingkat?
Mengapa TD turun?
Mengapa tegangan nadi berkurang?
Mengapa fase ekspirasi memanjang?
Kenapa terjadi retraksi subcostal, nafas cuping hidung, wheezing, sianosis?
o Sianosis : Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat
meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson,
2006).
o Wheezing : Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada
tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara
cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan
pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung (Price dan Wilson,
2006).
Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam
mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara
bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan
terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara
terhadap sejumlah rangsangan.
Tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka panjang bisa
menyebabkan:
Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk
diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat
dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan
Ketoprofen adalah suatu anti inflamasi non steroid, yang termasuk dalam
golongan AINS turunan dari asam propionat. Ketoprofen memiliki aktivitas anti
inflamasi, anti piretik dan analgesik secara sentral dan perifer.
Ketoprofen menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat ensim
siklooksigenase.
INDIKASI :
- Rematik inflamasi kronis.
- Rematik abartikuler.
- Serangan Gout atau kondrokalsinosis.
- Artritis akut dan poliartritis.
- Skiatika dan nyeri pada pinggang bawah.
- Eksaserbasi kongestif pada osteoartritis.
- Mengatasi nyeri pasca persalinan dan tindakan pembedahan.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita dengan riwayat reaksi hipersensitif terhadap Ketoprofen, Asetosal,
AINS lainnya seperti serangan asma, atau reaksi alergi tipe lain.
- Penderita gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat.
- Penderita tukak lambung atau penyakit inflamasi akut pada saluran cerna.
- Penderita dengan riwayat rektitis atau proktoragia (untuk sediaan supositoria).
EFEK SAMPING :
- Gangguan pada saluran cerna : gastralgia, nyeri perut, mual, muntah, diare,
konstipasi.
- Reaksi hipersensitivitas : kemerahan, urticaria, angioedema, serangan asma,
bronkospasma, reaksi anafilaksis (termasuk syok).
- Gangguan pada sistem saraf pusat dan perifer : pusing, parestesi dan konvulsi,
sakit kepala, somnolence, gangguan emosi.
- Gangguan pendengaran : tinitus.
- Gangguan pada darah : trombositopenia, anemia yang umumnya karena
perdarahan kronis, agranulositosis, aplasia sumsum tulang.
- Over dosis : Efek samping yang diamati pada keadaan overdosis adalah :
hipertensi, bronkospasme dan hemoragi gastrointestinal. Pada kejadian ini dapat
diberikan terapi simtomatik dan suportif. Reaksi anafilaksis berat dan fatal pernah
dilaporkan meskipun jarang.
Apa pertolongan pertama yang dilakukan pada pasien dengan sesak nafas?
Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang paling
enak buat pasien. Bila syok -> Posisi kepala jangan tinggi.
Penatalaksanaan....
Variabel Nilai
Spontan 4
Respon Buka Terhadap Suara 3
Mata (M) Terhadap Nyeri 2
Tidak Ada 1
Menuruti Perintah 6
Melokalisir Nyeri 5
Respon Motorik Fleksi Normal (Menarik Dari Nyeri) 4
Terbaik (M) Fleksi Abnoemal (Dekortikasi) 3
Ekstensi Abnormal 2
Tidak Ada 1
Berorientasi 5
Bicara Membingungkan 4
Respon Verbal
Kata-kata Tak Teratur 3
(V)
Suara tak jelas 2
Tidak ada 1
Nilai GCS = ( M + M + V), nilai terbaik = 15, Nilai terburuk = 3
Refleks pupil, yang dimulai adalah diameter pupil isokor.
· Anisokor adalah jika perbedaan diameter kedua pupil lebih dari 1 mm.
· Isokor adalah jika perbedaan diameterkedua pupil kurang dari 1 mm.
· Miosis.
· Midriasis.
Lateralisasi adalah ketidakmampuan sebagian fungsi sensoris dan motoris berdasarkan
ada tidaknya jejas atau massa intrakranial.
e. Environment
Dalam environment kita melakukan penilaian “head to toe”, untuk mengetahui adanya
cedera lain yang nampak dengan melepas semua pakaian yang melekat, cegah jangan
sampai pasien hipotensi, asidosis, dan koagulopati, yang merupakan Trias of Death.
f. ABC RJP
ABC RJP yang dilakukan pada korban dengan henti jantung dapat memberikan
kemungkinan hasil :
· Korban/pasien menjadi sadar kembali.
· Korban/pasien dinyatakan mati.
· Korban/pasien belum dapat dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung
spontan. Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut (bantuan hidup lanjut).
· Denyut lanjut spontan timbul, tetapi korban/pasien belum pulih kesadarannya.
Ventilasi spontan bisa ada atau tidak.
Selain kompresi dada luar, yang juga termasuk bantuan sirkulasi adalah penghentian
perdarahan dan penentuan posisi untuk mengatasi syok, yaitu dengan meletakkan
kepala lebih rendah daripada kaki.
4. Diagnosis banding
a. Trauma
· Obstruksi Benda Asing
· Pneumothoraks
b. Non Trauma
· Asma
· Keracunan
(Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005)
Hubungan antara RPD (sesak berulang dan hipertensi) dengan kondisi pasien?
1. Umur: mulai setelah usia 40 tahun Mulai usia muda, segala usia
2. Sputum, banyak berbuih, mengandung heart Sedikit dan lengket sekali sehingga sulit
failure diexpectorasikan, ada sel eosinophil, charcot
leyden, spiral curchman
3. Terjadinya tiba2, sering pada malam hari Penderita merasa serangan akan datang
(hidung tersumbat, bersin2, baru sesak nafas)
4. Sebab : stress, psychic, stress physic Perubahan suhu, stress physic, kepayahan,
karena terkena agent yang menyebabkan
serangan misalnya bulu kucing
7. Palpasi : bila ada pleural effusion, stem Stem fremitus mengurang pada semua paru
fremitus lebih kurang daripada yang sehat
8. Auskultasi : ronchi basah di kanan dan kiri, Ronchi kering diseluruh paru2 (difus), suara
dapat didahului krepitasi basal, bila oedem mencicit/gergaji, inspirasi jelas memanjang
paru2 sudah jelas, ronchi basah
halus/sedang/kasar
Ket:
Penentuan Circulation Time :
Lengan lidah (Arm Tongue- AT) pemeriksaan suntikan pada lengan dapat dengan larutan MgSO4,
sacharine atau garam empedu
Bila magnesium sulfat sampai lidahterasa panas
Bila garam empedu sampai lidahterasa pahit
Bila saccharine sampai lidahterasa manis
Bila harga kira2 17 detik berarti normal
Lengan paru (arm lung-AL) dengan ether, dapat dilihat secara inspeksi, mulai membau ether
Harga normal8 detik
Arm tongue abnormal lebih dari 20 detik