Anda di halaman 1dari 45

Step 1

-
Step 2
Sistem informasi Kesehatan
1. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi Kesehatan?
2. Apa prinsip prinsip dari sistem informasi Kesehatan?
3. Apa tujuan dan manfaat danri sistem informasi Kesehatan?
4. Apa struktur dan komponen dari sistem informasi Kesehatan?
5. Apa saja ruang lingkup dari sistem informasi Kesehatan?
6. Apa saja kriteria dari sistem informasi Kesehatan?
7. Apa keuntungan dari sistem informasi Kesehatan?
8. Apasaja hambatan dari sistem informasi Kesehatan?
9. Bagaimana cara mendapatkan data dari sistem informasi Kesehatan?
10. Apa isi dari PP No. 46 tahun 2014?
Step 3
Sistem informasi Kesehatan
1. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi Kesehatan?
Sistem adalah suatu perangkat tatanan (data, ukuran/indicator, prosedur,
perangkat, teknologi, media olah data, SDM) dikelola secara berkesinambungan
dimana sistem akan menghasilkan suatu produk mengarah pada Tindakan /
keputusan sebagai landasan atau pendukung dari pembangunan nasional.
2. Apa prinsip prinsip dari sistem informasi Kesehatan?
- Pemanfaatan TIK
Mendukung sistem infomasi untuk pencatatan agar lebih efisien serta
memperkuan transparansi

- keamanan dan kerahasian data

- standarisasi
agar didapatkan pedoman nasional

- integrasi
integrasi sumber data dan SDM nya

- kemudahan akases
agar didapatkan kemudahan akses bagi semua orang

- keterwakilan, dan

-
etika introgasi dan kwalitas
mencakup keseluruhan data, pedoman dan kwalitas (informasi akurat dan tepat
waktu)
3. Apa tujuan dan manfaat danri sistem informasi Kesehatan?
Tujuan
Menjamin ketersediaan dan akses mengenai Kesehatan
Memberdayakan peran serta masyarakat
Meningkatkan SDM untuk membangun Kesehatan nasional

MEREKAM INTERAKSI
Mutu  menyediakan informasi yang bermutu (valid, relevan)
Redundansi  pengulangan data secara berturut turut
Keamanan  keamana data terjamin data Kesehatan
Interface  hubungan timbal balik
Akses  kemudahan akses agar mudah membuat kebijakan
Integrasi  memelihara integrasi data data yang ada

Manfaat
Untuk menejemen Kesehatan
Identifikasi masalah dalam bidang Kesehatan
Intervensi masalah Kesehatan bedasarkan prioritas
Mengambil kebijakan bedasarkan bukti
Alokasi Sumber daya secara maksimal pada suatu bidang kesehatan

4. Apa struktur dan komponen dari sistem informasi Kesehatan?


Komponen
1. Proses informasi
- Proses pengumpulan data
- Pengiriman data
- Olah data dan analisis
- Penyajian data
2. Menejemen sistem informasi
- Sumber daya sistem informasi Kesehatan (orang orang , teknologi yang
digunakan dan dana)
- Peran organisasi
5. Apa saja ruang lingkup dari sistem informasi Kesehatan?
- Regristrasi pasien (pendaftaran)
- Rawat jalan  Catatan diagnose
- Rawat inap Diagnose dan Tindakan pasien
- Pemeriksaan penunjang
- Penagihan dan pembayaran
- farmasi
6. Apa saja kriteria dari sistem informasi Kesehatan?
1. SIK dapat berperan sebagai sub sistem SKN (memberikan informasi yang
relevan)
2. Sistemnya dapat mengintegrasikan semua pihak dan bagian
3. SIK  output ( harus dapat membatu dalam mengambil keputusan)
4. SIK harus dapaat dikembangkan agar fleksibel mengikuti perkembangan
zaman
5. SIK digunakan ramah bagi petugas

Kriteria sistem informasi


Datanya akurat, tidak boleh terpotong potong
Tepat waktu  sesuai dengan waktu kejadian
Cukup  data data yang cukup
Sebanding dengan biaya
Relevan  harus sesuai dengan bidang yang kita tuju

7. Apa keuntungan dari sistem informasi Kesehatan?


- Hemat tempat
- Mempercepat pelayanan
- Mudah diakses
- Mempermudah komunikasi tenaga medis
- Mempermudah pengecekan data
- Mempermudah mengolah data menjadi sistem informasi

Lebih bisa mengendalikan masalah yang ada tentang Kesehatan serta untuk
evaluasi
8. Apasaja hambatan dari sistem informasi Kesehatan?
Sistem belum optimal karena masih banyak bug yang ada dalam aplikasi
Sumber daya yang terbatas (manusia, dana, kemampuan daerah)

Data yang terkumpul banyak  Data yang terkadang tidak relevan 


menghambat proses pengambilan keputusan
9. Bagaimana cara mendapatkan data dari sistem informasi Kesehatan?
1. Data primer
Mencari informasi sendiri (survey dll)/ secara langsung
2. Data sekunder
Dari pihak ketiga
10. Apa isi dari PP No. 46 tahun 2014?
Pasal 1
Ayat 1
SIK adalah seperangkat tatanan yang meliputi data informasi, indicator, prosedur
dan teknologi serta SDM yang saling berkaitan yang dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan Tindakan yang berguna untuk pembangunan Kesehatan

Ayat 2
Data Kesehatan adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda
yang secara relative belum bermakna bagi pembangunan Kesehatan

Pasal 2
Berkaitan dengan tujuan dari SIK

Pasal 3
Berkaitan dengan data dan indicator SIK

Pasal 4
Berkaitan dengan data yang diambil (secara rutin dan non rutin)

11. Apa yang dimaksud perencaan dan pengendalian oprasional, perencanaan


taktis dan pengendalian menejemen serta perencanaan strategis?
STEP 4
STEP 7
1. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi Kesehatan?
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia
yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.

SUMBER : PP RI NO. 46/2014 ttg SISTEM INFORMASI KESEHATAN

2. Apa prinsip prinsip dari sistem informasi Kesehatan?

Prinsip Informasi Kesehatan dalam SKN diantaranya:


 Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan yang
berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
 Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai
jenjang administrasi kesehatan.
 Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk
pengambilan keputusan.
 Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
 Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data
melalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara nonrutin
(yaitu survei, dan lain-lain).
 Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan
yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran

Prinsip

Pengembangan dan penguatan SIK dilakukan dengan memperhatikan prinsip-


prinsip sebagai berikut:

1. Pemanfaatan TIK.

Pemanfaatan TIK diperlukan untuk mendukung sistem informasi dalam


proses pencatatan data agar dapat meningkatkan akurasi data dan kecepatan
dalam penyediaan data untuk diseminasi informasi dan untuk meningkatkan
efisiensi dalam proses kerja serta memperkuat transparansi.
2. Keamanan dan Kerahasiaan data.

Sistem Informasi yang dikembangkan dapat menjamin keamanan dan


kerahasiaan data.

3. Standarisasi.

Agar SIK terstandar perlu menyediakan pedoman nasional untuk


pengembangan dan pemanfaatan TIK.

4. Integrasi.

SIK yang dikembangkan dapat mengintegrasikan berbagai macam sumber


data, termasuk pula dalam pemanfaatan TIK.

5. Kemudahan akses.

Data dan informasi yang tersedia mudah diakses oleh semua pemangku
kepentingan.

6. Keterwakilan.

Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri lebih dalam
secara individual dan aggregate, sehingga dapat mengambarkan perbedaan
gender, status sosial ekonomi, dan wilayah geografi.

7. Etika, integritas dan kualitas

PRINSIP
- Mencakup seluruh data yg terkait Kesehatan ( dilihat dari Kesehatan/struktur
lainnya)
- Untuk mendukung proses pengambilan keputusan di bidang administrasi
Kesehatan
- Menyediakan informasi untuk mengambil keputusan
- Disediakannya informasi yg akurat, disajikan tepat waktu dengan
mendayagunakan teknologi dan infromasi
- Pengumpulan data mell dan pencatatan dan pelaporan survei
- Akses info Kesehatan harus mempertahankan aspek di bidang Kesehatan
3. Apa tujuan dan manfaat dari sistem informasi Kesehatan?
MANFAAT
Banyak sekali manfaat Sistem informasi Kesehatan yang diperoleh dapat
membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan, serta
pengambilan keputusan pelaksanaan disemua jenjang administrasi antara lain:
1) Mendukung manajemen kesehatan.
2) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
3) mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas.
4) mengalokasikan sumber daya semaksimal mungkin.
5) membantu peningkatan efektifitas dan efisiensi.
6) pemberdayaan masyarakat.
7) pemngambilan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan
bukti.

SUMBER : Raden Sanjoyo, Sistem Informasi Kesehatan, D3 Rekam Medis


FMIPA, Universitas Gadjah Mada.

TUJUAN
 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah sebagai
berikut
1) Menyediakan Informasi yang bermutu, yaitu informasi yang memenuhi
kriteria: valid, reliabel, timely dan relevan. Keempat hal ini adalah pilar
informasi.
2) Mengurangi atau menghilangkan adanya redundancy data.
3) Meningkatkan keamanan data.
4) Menyediakan interface yang mudah.
5) Menyediakan Akses terhadap informasi bagi semua stakeholder.
6) Memelihara Integrasi data.
Untuk memudahkan anda menghapal, keenam tujuan tersebut diatas dapat
singkat menjadi "MEREKAM INTERAKSI".
Me = mutu
RE = Redundancy
KAM = Keamanan
INTER = Interface
AKS = Akses
I = Integrasi
SUMBER : Sistem Informasi Kesehatan oleh H. Sastrawan, SKM, MHA di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Qamarul Huda Bagu - Lombok
Tengah – NTB.

Pasal 2 Pengaturan Sistem Informasi Kesehatan ini bertujuan untuk:


a. menjamin ketersediaan, kualitas,dan akses terhadap Informasi
Kesehatanyang bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan;
b. memberdayakan peran serta masyarakat,termasuk organisasi profesi dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan; dan
c. mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dalam ruang
lingkup sistem kesehatan nasional yang berdaya guna dan berhasil guna
terutama melalui penguatan kerja sama, koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatanyang berkesinambungan
Sumber: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIANOMOR46 TAHUN2014TENTANGSISTEM INFORMASI
KESEHATAN

Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan:


Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara.
Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
 Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
 Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan
teknologi kesehatan)
 Health worksforce (tenaga medis)
 Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
 Health information system (sistem informasi kesehatan)
 Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan
bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan
regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan
subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, informasi kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya
guna, dan mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai
satu kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional
Indonesia, yaitu:
 Upaya kesehatan
 Penelitian dan pengembangan kesehatan
 Pembiayaan kesehatan
 Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
 Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
 Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
 Pemberdayaan masyarakat.
SUMBER : Raden Sanjoyo, Sistem Informasi Kesehatan, D3 Rekam Medis FMIPA,
Universitas Gadjah Mada.
 Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat
menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1) Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.
2) Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan
bersifat interoperable/dapat diaplikasikan dengan jaringan lain.
3) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam
kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai
komponen sistem di masa depan.
4) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel
universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien
sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi
yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
7) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan
access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan
secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-
baiknya.
8) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan
pengembangan karir.
9) Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan
dan kedokteran.
10)Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
11)Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

SUMBER : Raden Sanjoyo, Sistem Informasi Kesehatan, D3 Rekam Medis


FMIPA, Universitas Gadjah Mada.
SUMBER : PEMANFAATAN SHARING DATA SUMBER DAYA KESEHATAN
DALAM ERA BPJS, Pusat Data dan Informasi.

4. Apa struktur dan komponen dari sistem informasi Kesehatan?


KOMPONEN
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO), Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu dari 6 “ building block ” atau
komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut adalah :
Pelaksanaan pelayanan kesehatan (Service delivery)
Produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan (Medical product, vaccine, and
technologies)
Tenaga medis (Health worksforce)
Sistem pembiayaan kesehatan (Health system financing)
Sistem informasi kesehatan (Health information system)
Kepemimpinan dan pemerintah (Leadership and governance)

SUMBER : Surya Anita. 2017. Sistem Informasi Kesehatan

KOMPONEN

Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan, Fendi Hidayat


7 Komponen SIK
1. Sumber Data Manual
2. Sumber Data Komputerisasi
3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
5. Bank Data Kesehatan Nasional
6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
7. Pengguna Data

4 Infrastruktur SIK
1. Kelembagaan
2. Perangkat
3. Teknologi
4. Sumber daya manusia

Komponen sistem informasi berdasarkan Burch dan Grudnisky (1986), seperti dikutip
oleh Jogianto (1999) disebut dengan istilah blok bangunan yang terdiri dari:
1. Blok masukan, merupakan input data yang masuk ke dalam sistem informasi,
termasuk didalamnya adalah metode-metode dan media yang digunakan, biasanya
berupa dokumen-dokumen dasar
2. Blok model, terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang
akan memanipulasi data masukan dan data yang tersimpan di basis data dengan
cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Blok keluaran, merupakan produk sistem informasi berupa informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen
serta semua pemakai sistem.
4. Blok teknologi, yang merupakan perangkat kerja untuk menerima masukan,
menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan
mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian sistem secara keseluruhan.
Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi, perangkat lunak, dan
perangkat keras.
5. Blok basis data, merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat
lunak untuk mengubahnya. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan
sedemikian rupa, sehingga informasi yang dihasilkan berkualitas.
6. Blok kendali, merupakan mekanisme yang dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila
terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat cepat diatasi.

SUMBER :Sistem Informasi Kesehatan, Santy Irene Putri, S.ST, MPH, Prima
Soultoni Akbar, S.ST, MPH

5. Apa saja ruang lingkup dari sistem informasi Kesehatan?


Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup
pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office
management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1) Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai
keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat
inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2) Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit
dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi
dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD,
dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnosa dan tindakan
terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
3) Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4) Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan
seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan
lain-lain.
5) Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk
rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab
medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan
lain-lain.
6) Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan
transaksi obat-obatan.

SUMBER : Raden Sanjoyo , Sistem Informasi Kesehatan, D3 Rekam


Medis FMIPA, Universitas Gadjah Mada.

Apa sasaran dari SIK ?


1.         Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi
dan atau tersedianya tenaga fungsional pengelola data/ informasi yang terampil
di seluruh tingkat administrasi
2.         Ditetapkannya kebutuhan esensial data/ informasi di tiap tingkat dan
pengembangan instrumen pengumpulan dan pelaporan data
3.         Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat
administrasi secara teratur, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan atau
atas permintaan dari pengguna data/ informasi
4.         Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam
rangka pemantapan dan pengembangan otomasi pengolahan data di seluruh
tingkat administrasi
5.         Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan
komunikasi komputer dan informasi

SUMBER : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN, EDDY SUMANTHA,


S.T

6. Apa saja kriteria dari sistem informasi Kesehatan?


KARAKTERISTIK DATA UNTUK INFORMASI YANG BERKUALITAS
Berikut adalah karakteristik data yang diperlukan untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas (Kroenke & Boyle, 2017):
1)Akurat
Informasi yang berkualitas berasal dari data yang benar, akurat, dan lengkap
berdasarkan hasil pengolahan data sesuai dengan yang diharapkan.
Pengambilam keputusan dari sebuah informasi yang tidak akurat tentunya akan
memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
2)Tepat waktu
Informasi yang berkualitas membutuhkan data yang tepat waktu. Tepat waktu
merujuk pada ketersediaan data pada waktu yang diperlukan untuk dapat
digunakan dalam kebutuhan tertentu DAN akan menjadi pertimbangan
manajemen dalam membuat sebuah keputusan bagi keberlangsungan sebuah
perusahaan.
3)Relevan
Data harus dapat relevan baik dalam konteks maupun subyek. Relevansi data
berdasarkan konteks merujuk pada data yang sesuai dengan penggunaan dalam
bidang tertentu.
4)Cukup
Informasi yang berkualitas juga didukung oleh data yang cukup. Cukup
merujuk pada data yang sesuai dengan keperluan dan tidak melebihi apa yang
diperlukan dalam memproses data untuk dijadikan informasi.
5)Sebanding dengan biaya
Data tidaklah gratis. Ada biaya dalam pemrosesan sebuah data meliputi
pemeliharaan sistem yang memproses data, membayar gaji karyawan yang
mengolah data, dan sebagainya.
Kroenke, D., & Boyle, R. J. (2017). Using MIS. Binus. Boston: Pearson.
7. Apa keuntungan dari sistem informasi Kesehatan?
World Health Organization (WHO) menilai bahwa investasi sistem informasi
menuai beberapa keuntungan, antara lain:
 Membantu pengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan
masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
 Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami serta
melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
 Manfaat adanya sistem informasi kesehatan dalam suatu fasilitas kesehatan
diantaranya:
 memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan di rumah sakit
 memudahkan rumah sakit untuk mendaftar setiap pasien yang
berobat di situ.
 semua kegiatan di rumah sakit terkontrol dengan baik / bekerja secara
tersturktur

Sistem Informasi Kesehatan & Management Data Kesehatan, HIMPUNAN


MAHASISWA BIDAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA.

Diskenario
Kebutuhan terhadap data, informasi, maupun indikator ini dapat memudahkan dr. Liestya
untuk perencanaan program ke depan secara efektif dan efisien.

8. Apa saja hambatan dari sistem informasi Kesehatan?

a. Kebutuhan data belum mencukupi fungsinya


b. Instrument pencatatan dan pelaporan terbatas
c. Sumber daya terutama tugas pelaksana masih kurang dari kualitas kuantitas
d. Pengorganissasian dan kata kerja unit pengolahan data masih kurang
koordinasi
e. Penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan masih
kurang (lebih ke output, misal program data belum diaplikasikan sehingga data
informasi belum terkumpul secara lengkap)
f. Resudency (pengambilan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi
data sehingga data system jadi membengkak)
g. Unintergrated (tidak terpusat sistemnya shg masih ada data yang tidak
sinkron antara didaerah dan pusat)
h. Human error (kesalahan dari seseorang dalam memasukan data)
i.Terlambatnya informasi (data harus segera di rekap, yang terkadang terlambat)
j.Formasi kepegawaian (tenaga yang berkompeten statistic masih kurang
human error)
k. Kurangnya SDM yang mengentry data

SUMBER : Ahyar Wahyudi, 2011. Analisa Sistem Informasi Kesehatan


Online dan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Pada banyak negara sistem informasi kesehatan tidak adekuat dalam menyediakan
dukungan dalam manajemen program. Lippeveld (2000) menyimpulkan alasannya
dalam lima hal:
a. Irelevansi informasi yang didapat dengan kebutuhan
b. Kualitas data yang kurang
c. Duplikasi data dan tidak efisiennya informasi
d. Tidak tepat waktu dalam melaporkan dan menindaklanjuti
e. Informasinya kurang berguna

Menurut Bambang dkk. (1991) terdapat beberapa masalah pada sistem informasi
kesehatan di Indonesia diantaranya:
1. Data yang harus dicatat dan dilaporkan di unit-unit operasional sangat banyak,
sehingga beban para petugas menjadi berat.
2. Proses pengolahan data menjadi lama, sehingga hasil pengolahan data menjadi
lama, menyebabkan hasilnya menjadi tidak tepat waktu ketika disajikan dan
diumpanbalikkan.
3. Data yang dikumpulkan terlalu banyak dibanding kebutuhannya, maka banyak
data yang akhirnya tidak dimanfaatkan.
SUMBER : KONSEP DASAR DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN. FKM-UNSRAT. 2017

DISKENARIO
beliau menilai bahwa implikasi utama dari PP No 46/2014 ini yaitu urgensinya
pengalokasian sumber daya manusia sebagai salah satu bagian dari struktur sistem
manajemen informasi kesehatan. Formasi kepegawaian yang dibutuhkan meliputi tenaga
yang berkompeten di bidang statistik, komputer dan epidemiologi. Artinya, mulai saat
ini, dari level pusat perencanaan formasi penerimaan pegawai negeri sipil (atau aparatur
sipil negara) sudah harus mempertimbangkan mapping kebutuhan tiap daerah akan jenis
tenaga tersebut. Sebelum administrator sistem sebagaimana yang dikehendaki dalam PP
No 46/2014 ini terpenuhi, tatanan ideal sistem tersebut akan terhambat.
Kendala di puskesmas
1.      Kendala di bidang Infrastruktur
 Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan
biasanya untuk pemakaian sehari-hari di puskesmas sudah kurang
mencukupi. Sudah mulai banyak pelaporan-pelaporan yang harus ditulis
dengan komputer. Komputer lebih berfungsi sebagai pengganti mesin ketik
semata. Selain itu kendala dari sisi sumber daya listrik juga sering menjadi
masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu sudah biasa menjalani
pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer menjadi
terganggu. Dari segi keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang
aman, sering terjadi puskesmas kehilangan perangkat komputer.
2.      Kendala di bidang Manajemen
 Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit
kerja yang khusus menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat
dijumpai dari tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas kesehatan di
kabupaten/kota.
 Pada kondisi seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan
siapa yang bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi
pengolahan dan pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar
bagian.
3.      Kendala di bidang Sumber Daya Manusia
 Bidang SDM sering ditemui di puskesmas. Banyak staf puskesmas yang
belum maksimal dalam mengoperasikan komputer.
 Kemampuan operasional komputer didapat secara belajar mandiri, sehingga
tidak maksimal.
 Pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang tidak pada fungsi yang
sebenarnya.

Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di rumah


sakit antara lain :
1.      Kurang siapnya rumah sakit dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS)
2.      Data yang tersedia belum dalam bentuk elektronik  mungkin sulit dalam
pengolahannya
3.      Pergantian kebijakan yang sering dilakukan secara tiba-tiba dapat
menimbulkan kekacauan.
4.      Koordinasi unit lebih terfokus pada unit masing-masing
5.      Penyesuaian petugas dengan perbuhanan pola kerja dari manual ke
komputerisasi
6.      Pemahaman SDM yang belum merata
Sumber: KONSEP DASAR DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN Penyusun: Tim Pengajar FKM-UNSRAT © Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNSRAT Kampus UNSRAT Manado
SIK jika dikaitkan dengan kasus diatas?
Sistem Informasi Kesehatan merupakan “jiwa” dari manajemen kesehatan. Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian penting dari manajemen kesehatan terus
berkembang selaras dengan perkembangan organisasi. Dengan adanya perubahan sistem
kesehatan mengakibatkan terjadinya perubahan pada SIK.
• SIK membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk
• pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari,
• intervensi cepat dalam penanggulangan masalah kesehatan, dan
• untuk mendukung manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat
terutama dalam penyusunan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. SIK yang baik adalah sistem informasi yang mampu menghasilkan
data/informasi yang akurat dan tepat waktu.
• SIK telah digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, terutama
dalam penanganan pasien dan intervensi penanggulangan masalah kesehatan.
Sebaliknya dalam hal manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan
pusat, SIK belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi yang
akurat dan tepat waktu.
Fkm-unsrat, T.P. 2017. Mosul Kuliah Sistem Informasi Kesehatan. Konsep Dasar
Dan Penerapan Sistem Informasi Kesehatan, (0431)
9. Bagaimana cara mendapatkan data dari sistem informasi Kesehatan?
Kualitas Informasi
Menurut Yakub (2012: Pengantar Sistem Informasi : halaman 8) kualitas
dari suatu informasi dapat dilihat dari dimensi-dimensi yang dimiliki oleh
informasi. Menurut Manajemen Mutu Informasi Kesehatan
II11(Jogiyanto, 1999) kualitas dari informasi (Quality of information)
tergantung dari tiga hal yaitu accurate, timeliness dan relevance.
a. Akurat (accurate), berarti informasi harus bebas dari kesalahan-
kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus
jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari
sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak
terjadi gangguan (noise) yang dapat merusak informasi.
b. Tepat waktu (timeliness), berarti informasi tersebut datang pada
penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan
mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan di dalam
pengambilan keputusan.
c. Relevan(relevance), berarti informasi tersebut mempunyai manfaat
untuk pemakainya dan relevansi informasi untuk tiap-tiap orang akan
berbeda-beda.

Gambar 1.4.Pilar kualitas informasi


Menurut Chandra Yoga A (2004: Manajemen Administrai Rumah Sakit:
halaman 134) Nilai informasi ditentukan oleh siapa yang menggunakan
informasi tersebut. Berbagai tingkat manajemen membutuhkan informasi
yang berbeda cakupan dan kedalamannya. Agar informasi dapat punya nilai
yang baik, maka ada 4(empat) faktor yang berperan, yaitu kualitas,
relevansi, kuantitas dan kesesuaian waktu. Kualitas ditentukan dengan
seberapa akuratnya informasi itu menggambarkan keadaan sebenarnya.
Relevansi menunjukkan seberapa bergunanya informasi itu untuk
pengambilan keputusan. Kuantitas dinilai dalam seberapa besar informasi
yang tersedia bila dibutuhkan. Kesesuaian waktu diartikan sebagai
informasi yang tersedia tepat waktu sesuai kebutuhan

Sumber: Bahan ajar rakam medis dan informasi kesehatan (RMIK),


Manajemen mutu informasi kesehatan II:Akreditasi dan Manajemen r
esiko, Siswati dkk, Kemenkes RI, halaman 11-12

 Unsur pengolahan data


1. Pengumpulan data
Merupakan unsure pengolahan data yang berupa aktivitas penangkapan
data kedalam dokumen dasar.
2. Pembacaan
Proses membaca data dari dokumen dasar yang digunakan agar dapat
diproses lebih lanjut.
3. Pemeriksaan
Diperlukan untuk mencegah, mengecek kemungkinan terjadinya kesalahan
data yang dibaca dari dokumen dasar.
4. Perekaman
Proses penyimpanan data yang telah dibaca dan diverifikasi kedalam alat
penyimpanan data yang digunakan.
5. Penggolongan
Diperlukan untuk memnuhi kebutuhan informais berdasarkan klasifikasi
tertentu.
6. Pengurutan
Bertujuan untuk mempermudah pembacaan, pemahaman dan pencarian
informasi yang disajikan.
7. Peringkasan
Sebagai operasi untuk menghilangkan kemunculan data secara berulang
atau menyusun rekapitulasi dari sekumpulan rincian data yang tersimpan
sebagai basis data dalam memory.
8. Perhitungan
9. Perbandingan
10. Pemindahan
11. Penampilan kembali
12. Penggandaan
13. Penyebarluasan

 Metode pengolahan data


1. Metode manual
Semua operasi pengolahan data dilakukan dengan tangan dan menggunakan
alat bantu manual yang sederhana.mis penggaris.
2. Metode elektromekanik
Operasi pengolahan data dikerjakan secara manual dibantu dengan mesin-
mesin elektronik sederhana.
3. Metode system warkat
Data mengenai suatu obyek dicatat dalam suatu kartu dengan sandi lubang,
sejumlah kartu yang mengandung sejumlah data-data tentang obyek yang
sama digabung bersama untuk membentuk suatu berkas atau file.
4. Metode eletronik computer

 Persyaratan pemilihan metode pengolahan data dapat ditentukan dengan


mempertimbangkan hal-hal sbb:
a. Volume-volume unsur data yang dimuat
b. Kompleksitas operasi pengolahan data yang diperlukan
c. Batasan waktu pengolahan
d. Tuntutan perhitungan

 Bentuk pengolahan data dalam struktur organisasi:


1. Sentralisasi
Operasi pengolahan data dilaksanakan oleh suatu bagian yang terpisah
dalam struktur organisasi yaitu bagian pengolahan data elektronik / dapat
dilakukan oleh:
a. Suatu biro jasa diluar organisasi yang merupakan suatu perusahaan
terpisah diluar organisasi dan memberikan pelayanan pengolahan data
b. Fasilitas pembagian waktu bersama yang dibeli atau disewa dari
perusahaan lain
c. Suatu susunan manajemen fasilitas dimana suatu perusahaan mengambil
alih pelaksanaan operasi pengolahan data dalam organisasi tersebut.
Keuntungan dan faktor pendukung :
 Penghematan khusus dalam hardware dan pengadaan personalia
 Penghematan karena meniadakan pengembangna sistem yang ganda
 Manfaat karena standarisasi
 Manfaat karena sistem yang seragam
2. Desentralisasi
Faktor yang mendukung :
a. Pelayanan yang semakin baik karena kepekaan terhadap kondisi lokasi
b. Kebijakan desentralisasi dalam manajemen
c. Kelangkaan kesamaan diantara fungsi diantara unit-unit organisasi yang
mempersulit adanya standarisasi sistem
3. Terdistribusi
Keuntungan:
a. Dapat meminimalkan biaya-biaya
b. Mempersingkat waktu respon untuk memperoleh data-data
c. Pengontrolan pada data-data kritis secara lebih cermat
d. Kemampuan back up data yang efektif
(SISTEM INFORMASI MANAJEMEN, EDDY SUMANTHA, S.T).

Cara-cara pengumpulan data?


JENIS-JENIS DATA
- Data primer adalah data yg dikumpulkan oleh organisasi pengguna data
itu sendiri. Pengumpulan data primer ini dapat dikerjakan melalui pencatatan
hasil kegiatan program harian menggunakan formulir pencatatan pelaporan,
atau alat ukur lainnya melalui survei khusus.
- Data sekunder adalah data yg diperoleh dari hasil pencatatan pelaporan
atau dikumpulkan bukan oleh unit pemakai data itu sendiri. Hasil perhitungan
yang didapatkan tidak secara langsung, melainkan mengambil dari sumber yan
g ada di buku, jurnal, arsip, dan lain-lain. Sumber data sekunder di Puskesmas
berasal dari petugas statistik desa untuk data umum, Kantor Kecamatan dan
Kantor Kepala Desa/Dusun untuk data penduduk sasaran dan data sumber
daya, dan PLKB untuk data jumlah PUS.

SUMBER : MANAJEMEN KESEHATAN, A.A GDE MUNINJAYA

MACAM-MACAM DATA

DATA RUTIN
Data yang harus dikumpulkan secara teratur oleh penyelenggara Fasyankes,
Instansi Pemda, dan instansi Pemerintah melalui pencatatan dan pelaporan atau
cara lain.

DATA NON RUTIN


Data yang dikumpulkan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
pembangunan kesehatan yang ditetapkan Pemerintah. Data non rutin dibagi jadi 2 :
a. Data khusus, meliputi data factor resiko, lingkungan, dan lainnya yang
mendukung program pembangunan kesehatan
b. Data luar biasa, meliputi data yang dikumpulkan dalam KLB, wabah,
bencana, dan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Sumber : PP RI No 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Pasal 4


 Cara pengumpulan (sumber data):
a. Sensus atau pencacahan lengkap dari populasi.
b. Registrasi atau pendaftaran, yg dicatat per kejadian, terutama utk “peristiwa
daur hidup” ( vital events ) seperti kelahiran, kematian, pernikahan,
perceraian, dll, sedangkan yg menyangkut cakupan dan hasil kegiatan
pelayanan kesehatan akan dicatat dan dilaporkan dalam apa yg disebut
“statistik pelayanan kesehatan” (health service statistics), yg contohnya di
lapangan, misalnya SP2TP atau SP3 di Puskesmas dan SP2RS di Rumah
Sakit.
c. Data informasi yg tdk tercakup dalam kedua kategori cara pengumpulan
data tsb di atas biasanya akan diperoleh dg cara yg dikategorikan sbg “studi
khusus” ( spe¬cial study ) yg contohnya antara lain adalah studi
kepusta¬kaan, studi kasus, survei sampel, survei cepat (rapid survey), dll.
SUMBER : PENGANTAR ADMINISTRASI KESEHATAN, BUDIORO B

10. Apa isi dari PP No. 46 tahun 2014?

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan
yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur,
perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna
dalam mendukung pembangunan kesehatan.

2. Data Kesehatan adalah angka dan fakta kejadian berupa


keterangan dan tanda-tanda yang secara relatif belum
bermakna bagi pembangunan kesehatan.
3. Informasi Kesehatan adalah Data Kesehatan yang telah
diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung
nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mendukung pembangunan
kesehatan.
4. Indikator Kesehatan adalah istilah, nilai, dan/atau
tingkatan sebagai variabel yang membantu untuk
menganalisis atau mengukur status kesehatan atau
perubahan baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembangunan kesehatan.
5. Sistem Elektronik Kesehatan adalah serangkaian
perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan
Data dan Informasi Kesehatan.

6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat


dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.

7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau


walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.

8. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah


adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Kementerian adalah perangkat Pemerintah yang


membidangi urusan kesehatan dalam pemerintahan.

10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 2

Pengaturan Sistem Informasi Kesehatan ini bertujuan untuk:


a. menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadap
Informasi Kesehatan yang bernilai pengetahuan serta
dapat dipertanggungjawabkan;

b. memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk


organisasi profesi dalam penyelenggaraan Sistem
Informasi Kesehatan; dan mewujudkan
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dalam
ruang lingkup sistem kesehatan nasional yang berdaya
guna dan berhasil guna terutama melalui penguatan
kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkesinambungan.

BAB II
DATA, INFORMASI, DAN INDIKATOR
KESEHATAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 3

(1) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan


pembangunan kesehatan diperlukan Data, Informasi,
dan Indikator Kesehatan yang dikelola dalam Sistem
Informasi Kesehatan.
(2) Data, Informasi, dan Indikator Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus terinci dan terklasifikasi.

Bagian Kedua Data

Kesehatan

Pasal 4

(1) Data Kesehatan terdiri atas:


a. data rutin; dan
b. data nonrutin.
(2) Data rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
harus dikumpulkan secara teratur oleh penyelenggara
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, instansi Pemerintah
Daerah, dan instansi Pemerintah melalui pencatatan
dan pelaporan atau cara lain.

(3) Data nonrutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b dikumpulkan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
dan prioritas pembangunan kesehatan yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

(4) Data nonrutin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


terdiri atas:
a. data khusus: dan
b. data luar biasa.
(5) Data khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
a meliputi data faktor risiko, lingkungan, dan lainnya
yang mendukung program pembangunan kesehatan.
(6) Data luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b meliputi data yang dikumpulkan dalam kejadian
luar biasa, wabah, bencana, dan kedaruratan kesehatan
masyarakat.
Pasal 5

Data Kesehatan harus terbuka untuk diakses oleh unit kerja


instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola
Sistem Informasi Kesehatan sesuai dengan kewenangan
masing-masing.

Pasal 6

Data Kesehatan harus memenuhi standar, yang meliputi:


a. data sesuai dengan Indikator Kesehatan;
b. jenis, sifat, format, basis data, kodefikasi, dan
metadata yang dapat dengan mudah diintegrasikan;
c. akurat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
d. mampu rekam pada alat/sarana pencatatan, pengolahan,
dan penyimpanan data yang andal, aman, dan mudah
dioperasikan.

Pasal 7

Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan standar data


rutin dan data nonrutin diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga

Informasi Kesehatan

Pasal 8

(1) Informasi Kesehatan terdiri atas:


a. informasi upaya kesehatan;
b. informasi penelitian dan pengembangan
kesehatan;
c. informasi pembiayaan kesehatan;
d. informasi sumber daya manusia kesehatan;
e. informasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan;
f. informasi manajemen dan regulasi kesehatan; dan
g. informasi pemberdayaan masyarakat.
(2) Informasi upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a paling sedikit memuat informasi
mengenai:
a. penyelenggaraan pencegahan, peningkatan,
pengobatan, dan pemulihan kesehatan; dan
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(3) Informasi penelitian dan pengembangan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling
sedikit memuat informasi mengenai:
a. hasil penelitian dan pengembangan kesehatan; dan
b. hak kekayaan intelektual bidang kesehatan.
(4) Informasi pembiayaan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c paling sedikit memuat
informasi mengenai:
a. sumber dana;
b. pengalokasian dana; dan
c. pembelanjaan.
(5) Informasi sumber daya manusia kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit memuat
informasi mengenai:
a. jenis, jumlah, kompetensi, kewenangan, dan
pemerataan sumber daya manusia kesehatan;
b. sumber daya untuk pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan;
dan
c. penyelenggaraan pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
(6) Informasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e paling
sedikit memuat informasi mengenai:

a. jenis, bentuk, bahan, jumlah, dan khasiat


sediaan farmasi;
b. jenis, bentuk, jumlah, dan manfaat alat
kesehatan; dan
c. jenis dan kandungan makanan.
(7) Informasi manajemen dan regulasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f paling
sedikit memuat informasi mengenai:
a. perencanaan kesehatan;
b. pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan, pemberdayaan masyarakat;
c. kebijakan kesehatan; dan
d. produk hukum.
(8) Informasi pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g paling sedikit memuat
informasi mengenai:
a. jenis organisasi kemasyarakatan yang peduli
kesehatan; dan
b. hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan, termasuk penggerakan masyarakat.

Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut mengenai informasi kesehatan diatur


dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keempat

Indikator Kesehatan

Pasal 10

(1) Indikator Kesehatan terdiri atas:


a. Indikator Kesehatan nasional;
b. Indikator Kesehatan provinsi; dan
c. Indikator Kesehatan kabupaten/kota.
(2) Indikator Kesehatan nasional ditetapkan oleh Menteri
dengan mengacu pada Indikator Kesehatan global.

(3) Indikator Kesehatan provinsi ditetapkan oleh gubernur


dengan mengacu pada Indikator Kesehatan nasional.
(4) Indikator Kesehatan kabupaten/kota ditetapkan oleh
bupati/walikota dengan mengacu pada Indikator
Kesehatan provinsi.
(5) Gubernur dan bupati/walikota dapat menambahkan
Indikator Kesehatan tambahan yang bersifat spesifik
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah.

Pasal 11

(1) Dalam merumuskan Indikator Kesehatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 harus melibatkan para ahli
dan pemangku kepentingan terkait.
Perumusan indikator kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan berbasis bukti (evidence based).
Ketentuan lebih lanjut mengenai Indikator Kesehatan diatur
dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima Sumber


Data dan Informasi

Pasal 13

(1) Data dan Informasi Kesehatan dalam penyelenggaraan


Sistem Informasi Kesehatan bersumber dari:
a. fasilitas kesehatan, termasuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan swasta; dan
b. masyarakat, baik perorangan maupun
kelompok.
(2) Data dan Informasi Kesehatan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari instansi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait.

Pasal 14

Data dan Informasi Kesehatan yang bersumber dari Fasilitas


Pelayanan Kesehatan yang diperoleh dari rekam medik
elektronik dan nonelektronik dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

Data dan Informasi Kesehatan yang bersumber dari masyarakat yang


diperoleh melalui kegiatan sensus dan survei, penelitian, pelaporan,
dan/atau cara lain dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 16

Sumber Data dan Informasi Kesehatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13 wajib memberikan dan/atau
melaporkan Data dan Informasi Kesehatan yang berkaitan
dengan kebutuhan Informasi dan Indikator Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 10 kepada
pengelola Sistem Informasi Kesehatan secara horizontal atau
vertikal.

Bagian Keenam

Pengumpulan Data dan Informasi

Pasal 17

Pengumpulan Data dan Informasi Kesehatan


dilaksanakan melalui kegiatan:
a. pelayanan kesehatan rutin atau berkala oleh tenaga
kesehatan yang berwenang;
b. penyelenggaraan rekam medik, meliputi rekam medik
elektronik dan rekam medik nonelektronik;
c. surveilans kesehatan;
d. sensus dan survei dengan menggunakan metode dan
instrumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah;
e. penelitian dan pengembangan kesehatan;
f. pemanfaatan teknologi dan sumber lain yang sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dapat dipertanggungjawabkan; dan cara lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18

Pengumpulan Data dan informasi Kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus
dilaksanakan sesuai standar Data Kesehatan.

Bagian Ketujuh Pengolahan

Data dan Informasi

Pasal 19

(1) Pengolahan Data dan Informasi Kesehatan dilakukan


dengan menggunakan Sistem Elektronik Kesehatan
yang memiliki kemampuan transaksi elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Sistem Elektronik Kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat terhubung dengan Sistem Elektronik
Kesehatan yang dikelola oleh Menteri.

(3) Dalam hal pengelola Sistem Informasi Kesehatan belum


memiliki infrastuktur Sistem Elektronik Kesehatan,
pengolahan Data dan Informasi Kesehatan dapat
dilakukan melalui sistem nonelektronik.

(4) Pengolahan Data dan Informasi Kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilakukan di
dalam negeri.
Dalam keadaan tertentu Pengolahan Data dan Informasi
Kesehatan dapat dilakukan di luar negeri atas izin
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pasal 20

(1) Pengolahan Data dan Informasi Kesehatan meliputi:


a. pemrosesan;
b. analisis; dan
c. penyajian.
(2) Pemrosesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan dengan cara:
a. validasi;
b. pengkodean;
c. alih bentuk (transform); dan
d. pengelompokan.
(3) Dalam melakukan analisis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terlebih dulu dilakukan penggalian data
(data mining).

(4) Penyajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


c dilakukan dalam bentuk:
a. tekstual;
b. numerik; dan
c. model lain sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(5) Penyajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan melalui media elektronik dan/atau media
nonelektronik.

Bagian Kedelapan

Penyimpanan Data dan Informasi

Pasal 21

(1) Penyimpanan Data dan Informasi Kesehatan dilakukan


dalam pangkalan data pada tempat yang aman dan tidak
rusak atau mudah hilang dengan menggunakan media
penyimpanan elektronik dan/atau nonelektronik.

(2) Pangkalan data sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) harus dikelola oleh pengelola Sistem Informasi
Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

(3) Pangkalan data sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat terhubung dengan pangkalan data yang
dikelola oleh Menteri.

(4) Penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


hanya dapat dilakukan di dalam negeri.
(5) Penyimpanan Data dan Informasi Kesehatan dilakukan
paling singkat 10 (sepuluh) tahun untuk Data dan
Informasi Kesehatan nonelektronik dan paling singkat
25 (dua puluh lima) tahun untuk Data dan Informasi
Kesehatan elektronik sesuai jadwal retensi arsip.
(6) Jadwal retensi arsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pedoman
retensi arsip.

Pasal 22

Penyimpanan Data dan Informasi Kesehatan dapat dilakukan


dengan menggunakan jasa dan fasilitas milik pihak lain
dalam negeri, dengan ketentuan:
a. pemilik Data dan Informasi Kesehatan yang disimpan
tersebut tidak dapat melepaskan tanggung jawab atas
kerahasiaan informasi;
b. pemilik Data dan Informasi Kesehatan wajib
menyampaikan laporan penyimpanan Data dan
Informasi Kesehatan tersebut kepada Menteri; dan
c. harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait aksesibilitas arsip.

Bagian Kesembilan Keamanan

dan Kerahasiaan Informasi

Pasal 23

(1) Pengamanan Informasi Kesehatan dilakukan untuk


menjamin agar Informasi Kesehatan:
a. tetap tersedia dan terjaga keutuhannya; dan
b. terjaga kerahasiaannya untuk Informasi
Kesehatan yang bersifat tertutup.

(2) Pengamanan Informasi Kesehatan harus dilakukan


sesuai standar pengamanan.
(3) Kerahasiaan Informasi Kesehatan dan standar
pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 24

(1) Untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan Informasi


Kesehatan, Menteri menetapkan kriteria dan batasan
hak akses pengguna Informasi Kesehatan.

(2) Untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan Informasi


Kesehatan, setiap pengelola Informasi Kesehatan harus:
a. melakukan pemeliharaan, penyimpanan, dan
penyediaan cadangan Data dan Informasi
Kesehatan secara teratur; dan
b. membuat sistem pencegahan kerusakan Data dan
Informasi Kesehatan.

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulan,


pengolahan, penyimpanan, dan pengamanan Data dan
Informasi Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 sampai dengan Pasal 24 diatur dengan Peraturan Menteri.

11. Apa yang dimaksud perencaan dan pengendalian oprasional, perencanaan


taktis dan pengendalian menejemen serta perencanaan strategis?

Anda mungkin juga menyukai