1. APGAR Score : Metode sederhana untuk menilai keadaan umum bayi setelah
dilahirkan. Terdapat 5 kriteria : warna kulit, bunyi jantung, respon reflex, tonus
otot, pernafasan. Interpretasi : 0-3 àasfiksia berat, 4-6àasfiksia ringan, 7-
10ànormal
2. Hyaline membrane disease : Nama lain dari sindrom gawat nafas (RPD)
keterlambatan maturitas paru-paru
3. Skor ballard dan Dubowitz :
Skor ballard : menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuscular dan fisik
Skor Dubowitz : penilaian ballard menggunakan sistem dari dubowitz
STEP 2
1. Mengapa ketika bayi lahir tidak langsung menangis?
2. Mengapa dr. mengatakan adaptasi intrauterine dan ekstrauterin dari bayi buruk?
3. Bagaimana kriteria asfiksia?
4. Bagaimana cara melakukan resusitasi pada bayi dan apa saja indikasi resusitasi?
5. Apa interpretasi dari Apgar Score?
6. Apa pathogenesis dari scenario?
7. Bagaimana hubungan BMI ibu dengan kasus di scenario?
8. Mengapa bayi diberikan terapi infus dan NGT?
9. Apa faktor resiko dari makrosomia?
10. Apa saja DX dan DD dan bagaimana alur dx nya?
11. Apa penatalaksanaan dari scenario?
12. Jelaskan periode pertumbuhan dan perkembangan pada neonatus!
13. Jelaskan pentingnya kecukupan gizi neonatus!
14. Bagaimana penggunaan skor ballard dan Dubowitz, juga kurva lubschenko dan
nelhause?
15. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dari bayi makrosomia?
16. Apa yang dimaksud dengan hyaline membrane disease dan bagaimana interpretasi
dari masing-masing grade?
STEP 7
1. Mengapa ketika bayi lahir tidak langsung menangis?
FISIOLOGI PERNAPASAN: TRANSISI INTRA KE EKSTRAUTERIN
Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan oleh janin berasal dari
difusi darah ibu ke darah janin melewati membran plasenta. Hanya
sebagian kecil darah janin yang mengalir ke paruparu janin. Paru janin
tidak berfungsi sebagai jalur transportasi O2 atau ekskresi CO2 ataupun
keseimbangan asam basa pada janin. Paru-paru janin mengembang dalam
uterus akan tetapi kantung-kantung udara yang akan menjadi alveoli berisi
cairan bukan udara. Selain itu pembuluh arteriol konstriksi (mengkerut)
karena tekanan parsial oksigen (PO2) pada janin rendah. Sebelum lahir,
sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak dapat memasuki paru
karena resistensi yang lebih rendah yaitu melewati duktus arteriosus
menuju aorta.
Setelah lahir, bayi tidak lagi terhubung dengan plasenta dan akan
bergantung pada paru-paru sebagai sumber oksigen. Oleh sebab itu dalam
hitungan detik, cairan paru dalam alveoli harus diserap. Paru-paru harus
terisi udara yang mengandung oksigen dan pembuluh darah paru harus
membuka untuk meningkatkan aliran darah ke alveoli sehingga oksigen
dapat diabsorpsi dan dibawa ke seluruh tubuh
PERUBAHAN NORMAL SETELAH KELAHIRAN, meliputi
a. Cairan dalam alveoli diserap ke pembuluh limfe paru dan digantikan oleh
udara
b. Arteri umbilikalis konstriksi, kemudian arteri dan vena umbilikalis
menutup ketika tali pusat dijepit
c. Pembuluh darah paru relaksasi sehingga tekanan terhadap aliran darah
menurun karena mengembangnya alveoli oleh udara yang berisi oksigen
sehingga kadar oksigen dalam alveoli meningkat
MASALAH YANG DAPAT MENGGANGGU TRANSISI NORMAL
a. Paru tidak terisi udara meskipun sudah ada pernapasan spontan (ventilasi
tidak adekuat)
b. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik (hipotensi sistemik)
c. Arteri pulmonal tetap konstriksi setelah kelahiran karena sebagian atau
seluruh paru gagal mengembang atau karena kekurangan oksigen sebelum/
selama persalinan (hipertesi pulmonal persisten neonatus)
yang paling umum adalah karena terdapat sumbatan pada saluran napas bayi.
Sumbatan tersebut dapat berupa lendir, cairanketuban, darah, tinjabayi, maupun
lidah yang terdorong kebelakangt enggorokan. Inilah yang menyebabkan bayi
menjadi sulit bernapas sehingga tidak bisa memberikan respon dengan menangis.
2. Mengapa dr. mengatakan adaptasi intrauterine dan ekstrauterin dari bayi buruk?
System pernafasan :
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru bayi.
Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam
keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerobik.
Rangsangan untuk gerakan yang pertama :
1. Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melewati jalan lahir
2. Penurunan paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus koratikus
3. Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan
pernafasan.
4. Refleks deflasi Hering Breur
Selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu
inspiratory gasp
Respirasi pada masa neonatus terutama diafragmatik dan abdominal dan
biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi an dalamnya pernafasan
Setelah paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sam dengan pada orang
dewasa, tetapi oleh karena bronkiolus relatif kecil, mudah terjadi air trapping.
B. System gastrointestinal :
Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa
Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium
Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari
biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa
Enzim dalam traktus digestivus biasnya sudah terdapat pada neonatus, kecuali
amilase pankreas
Aktifitas enzim proteolitik pada neonatus dengan berat badan lahir 4000gr
besarnya 6 kali aktifitas enzim tersebut pada neonatus dengan berat badan lahir
1000gr
Aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7-8 bulan
Pada bayi prematur, aktifitas lipase masih kurang bila dibandingkan dengan
bayi cukup bulan
C. System endokrin :
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu.
Pada waktu bayi baru lahir, kadang-kadang hormone tersebut masih berfungsi,
misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun
perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat gejala ‘withdrawal’, misalnya
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid dari bayi perempuan.
Kelenjar adrenal pada waktu lahir relative lebih besar bila dibandingkan
dengan orang dewasa (0,2% dari berat badan dibandingkan dengan 0,1% dari
berat badan pada orang dewasa)
Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai
berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
D. Hati
Kenaikan kadar protein
Penurunan kadar lemak dan glikogen
Enzim hati blm bgtu aktif, misalnya enzim dehidrogenase UDPG dan
transferase glukoronil srg kurang shg neonatus memperlihatkan gejala ikterus
fisiologis
Detoksifikasi jg blum sempurna, pemberian kloramfenikol dng dosis
>50mg/kgBB/hari dpt menimbulkan ’gray baby syndrome’
E. Metabolisme
Pd jam2 pertama, energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat
Pd hari ke dua energi berasal dari pembakaran lemak
Stlah mendapat susu pd hari ke enam, energi 60% didapatkan dr lemak dan
40% dr karbohidrat
F. Keseimbangan asam basa
pH darah saat lahir rendah krn glikolisis anaerobik
G. SSP
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikal
Mielinisasi tjd setelah bayi berumur 2bulan
H. Imunoglobulin
Pd neonatus tdk terdapat sel plasma pd sumsum tulang dan lamina propria
ileum dan apendiks
Pd bayi baru lahir, hanya tdp globulin gama G, yaitu imunologi dr ibu yg
didapat mell plasenta krn berat molekulnya kecil
Ig dlm colostrum berguna sbg proteksi lokal dlm traktus digestivus, misalnya
utk strain E.coli
(IKA, Buku Kuliah 3, Cetakan ke sebelas, 2007, FKUI)
4. Bagaimana cara melakukan resusitasi pada bayi dan apa saja indikasi resusitasi?
Indikasi
Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
a. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah
yang jatuh ke posterior.
b. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium
sulfat, dan sebagainya
c. Kerusakan neurologis
d. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi
e. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan.
Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu
selanjutnya.
(www.geocities.com)
Tujuan atau prinsip dasar
Prisip dasar :
a. Memberikan lingkungan yang baik pada byi dan mengusahakan saluran
nafas tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan , yaitu agar
oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan
usaha pernafasan lemah
c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
(Sumber : buku ajar IKA jilid 3 oleh staf pengajar IKA FK UI
hal 1077-1078)
Penilaian status klinik
digunakan penilaian apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke
1 dan ke 5 sesudah lahir.
Nilai pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan
tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan
kelangsungan hidup.
Nilai pada menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik.
Jika frekuensi jantung tetap di bawah 100 kali per menit setelah 2-3 menit,
usahakan melakukan intubasi endotrakea.
Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of points masing-
masing sebagai berikut : Baik : ≥ 100% AKG
Sedang : 80-90% AKG
Kurang : 70-80% AKG
Defisit : < 70% AKG
Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein,
dan lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan
karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam
keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak
dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari sebanyak 500
kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu
Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial.
Akan tetapi dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya.
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai
standar untuk nilai gizi protein.
Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam makanan
orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari pada nilai gizi
protein telur
Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel
tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh. Lemak
terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai
fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah
trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping
mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan
energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak
esensial
Vitamin & Mineral
Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih dikenal
dengan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.
Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar. Sedangkan mikronutrisi
(mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit
(dalam ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral
vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin
yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam air
(vitamin A, D, E dan K).
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim
__________________________________________________________________
1) Periode Germinal
- Berlangsung dua minggu setelah fertilisasi
- Proses : penciptaan zigot à pemecahan sel à melekatnya zigot ke dinding
kandungan
- Seminggu setelah konsepsi : zigot terdiri 100-150 sel
- Pemisahan sel terjadi setelah lapisan dalam (blastocyst) dan lapisan luar
(trophoblast) terbentuk. Sel-sel ini menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio
- Implantation (melekatnya zigot ke dinding kandungan) berlangsung sekitar 10
hari setelah konsepsi
2) Periode Embrionic
- Berlangsung dari 2-8 minggu setelah konsepsi
- Embrio terbentuk dari :
▪ Endoderm : lapisan bagian dalam sel yang akan berkembang menjadi system
pencernaan dan pernapasan
▪ Mesoderm : lapisan tengah yang akan berkembang menjadi system peredaran,
tulang, otot, system pembuangan kotoran badan, system reproduksi
▪ Ectoderm : lapisan paling luar sel yang akan berkembang menjadi system saraf,
penerima sensor (telinga, hidung, mata) dan bagaian kulit (rambut dan kuku)
- Setelah ketiga lapisan terbentuk, maka system dukungan kehidupan embrio
menjadi matang dan berkembang dengan cepat, meliputi : ari-ari (placenta), tali
pusar (umbilical cord), amnion.
3) Periode Fetal
- Berlangsung dari 2-7 bulan setelah pembuahan
- Tiga bulan setelah pembuahan : panjang 3 inci, berat 1 ons, janin mulai aktif
menggerakkan bagian-bagian tubuhnya , sudah dapat diidentifikasi jenis
kelaminnya.
- Akhir bulan ke 4 : panjang 5,5 inci, berat 4 ons, percepatan pertumbuhan ada
pada bagian bawah
- Akhir bulan ke 5 : panjang 10-12 inci, berat 0,5-1 pon. Struktur kulit terbentuk,
janin semakin aktif.
- Akhir bulan ke 6 : panjang 14 inci, berat naik 0,5-1 pon. Mata dan kelopak mata
terbentuk, reflek menggenggam, pernapasan belum beraturan.
- Akhir bulan ke 7 : panjang 14-17 inci berat 2,5-3 pon.
- Akhir bulan ke 7 : panjang 14-17 inci berat 2,5 – 3 pon.
- Bulan ke 9 dan ke 9 : bayi Amerika berat 7-7,5 pon dan panjang 20 inci.
Jaringan lemak berkembang dan berbagai system organ berfungsi, misalnya
jantung, ginjal.
2) Factor Maternal
a. Konstitusi ibu.
Pertumbuhan janin pada multipara lebih baik daripada nulipara.
Kehamilan ganda atau multiple dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Pada
kehamilan ganda sesudah 32 minggu mulai terdapat perlambatan pertumbuhan.
Pada kehamialn 40 minggu bb janun dengan kehamilan tunggal lebih tinggi 700
gram dibandingkan dengan bb janin kehamilan ganda.
Usia ibu (tua) yang melahirkan bayi memiliki resiko berat badan bayi lebih
rendah.
Ibu yang besar biasanya melahirkan bayi yang lebih berat.
Terdapat beberapa penyakit ibu yang dapat mempengaruhi aliran darah ke uterus,
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Misalnya DM. bayi yang lahir dari ibu
yang menderita DM, pada umumnya lebih berat bila dibandingkan dnegan berat
badan seharusnya untuk masa gestasinya. Hal ini disebabkan oleh kelainan
metabolism dengan pertumbuhan lemak yang lebih banyak dibandingkan
pertumbuhan jaringan lain.
b. Keadaan lingkungan ibu.
Dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
- Keadaan social ekonomi
- Keadaan gizi
- Kebiasaan merokok (bayi yang lahir dari ibu perokok akan lahir dengan berat
badan rendah)
- Factor ketinggian tempat tinggal (menyebabkan kadar oksigen udara lebih
rendah dan dapat menyebabkan lahirya bayi dengan berat badan rendah)
3) Faktor plasenta
Dapat ditinjau dari :
• Besar dan berat plasenta
• Tempat melekat plasenta pada uterus
• Tempat insersi tali pusat
• Kelainan plasenta misalnya tumor, infark, kelainan umbilicus
Kurva Nellhause
15. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dari bayi makrosomia?
16. Apa yang dimaksud dengan hyaline membrane disease dan bagaimana interpretasi
dari masing-masing grade?
Definisi
HMD disebut juga respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma
Gawat Nafas (SGP) tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang
terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran
bernafas, (pernafasan cuping hidung, grunting, tipe pernapasan dispnea /
takipnea, retraksi dada, dan sianosis) yang menetap atau menjadi progresif
dalam 48 – 96 jam pertama kehidupan. Penyebabnya adalah kurangnya
surfaktan. Gagal nafas dapat didiagnosa dengan analisis gas darah. Edema
sering didapatkan pada hari ke-2, disebabkan oleh retensi cairan dan
kebocoran kapiler. Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan foto rontgen. Pada
pemeriksaan radiologist ditemukan pola retikulogranuler yang uniform,
gambaran ground glass appearance dan air bronchogram. Namun
gambaran ini bukan patognomonik RDS
Etiologi & Patofisiologi
Pembentukan Paru & Surfaktan
Pembentukan paru dimulai pada kehamilan 3 - 4
minggu dengan terbentuknya trakea dari esofagus. Pada 24
minggu terbentuk rongga udara yang terminal termasuk
epitel dan kapiler, serta diferensiasi pneumosit tipe I dan II.
Sejak saat ini pertukaran gas dapat terjadi namun jarak
antara kapiler dan rongga udara masih 2 -3 kali lebih lebar
dibanding pada dewasa. Setelah 30 minggu terjadi
pembentukan bronkiolus terminal, dengan pembentukan
alveoli sejak 32 – 34 minggu.
Surfaktan muncul pada paru-paru janin mulai usia
kehamilan 20 minggu tapi belum mencapai permukaan
paru. Muncul pada cairan amnion antara 28-32 minggu.
Level yang matur baru muncul setelah 35 minggu
kehamilan.
Surfaktan mengurangi tegangan permukaan pada
rongga alveoli, memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah
kolapsnya alveoli selama ekspirasi. Selain itu dapat pula
mencegah edema paru serta berperan pada sistem
pertahanan terhadap infeksi.
Komponen utama surfaktan adalah
Dipalmitylphosphatidylcholine (lecithin) – 80 %,
phosphatidylglycerol – 7 %, phosphatidylethanolamine – 3
%, apoprotein (surfactant protein A, B, C, D) dan
cholesterol. Dengan bertambahnya usia kehamilan,
bertambah pula produksi fosfolipid dan penyimpanannya
pada sel alveolar tipe II. Protein merupakan 10 % dari
surfaktan., fungsinya adalah memfasilitasi pembentukan
film fosfolipid pada perbatasan udara-cairan di alveolus,
dan ikut serta dalam proses perombakan surfaktan
Etiologi
Kegagalan mengembangkan functional residual
capacity (FRC) dan kecenderungan dari paru yang terkena
untuk mengalami atelektasis berhubungan dengan tingginya
tegangan permukaan dan absennya phosphatydilglycerol,
phosphatydilinositol, phosphatydilserin,
phosphatydilethanolamine dan sphingomyelin
Pembentukan surfaktan dipengaruhi pH normal, suhu
dan perfusi. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia pulmonal;
yang terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan stress dingin;
menghambat pembentukan surfaktan. Epitel yang melapisi
paru-paru juga dapat rusak akibat konsentrasi oksigen yang
tinggi dan efek pengaturan respirasi, mengakibatkan
semakin berkurangnya surfaktan
Patofisiologi
Imaturitas paru secara anatomis dan dinding dada yang
belum berkembang dengan baik mengganggu pertukaran
gas yang adekuat. Pembersihan cairan paru yang tidak
efisien karena jaringan interstitial paru imatur bekerja
seperti spons. Edema interstitial terjadi sebagai resultan dari
meningkatnya permeabilitas membran kapiler alveoli
sehingga cairan dan protein masuk ke rongga laveoli yang
kemudian mengganggu fungsi paru-paru. Selain itu pada
neonatus pusat respirasi belum berkembang sempurna
disertai otot respirasi yang masih lemah
Alveoli yang mengalami atelektasis, pembentukan
membran hialin, dan edema interstitial mengurangi
compliance paru-paru; dibutuhkan tekanan yang lebih
tinggi untuk mengembangkan saluran udara dan alveoli
kecil. Dinding dada bagian bawah tertarik karena diafragma
turun dan tekanan intratorakal menjadi negatif, membatasi
jumlah tekanan intratorakal yang dapat diproduksi. Semua
hal tersebut menyebabkan kecenderungan terjadinya
atelektasis. Dinding dada bayi prematur yang memiliki
compliance tinggi memberikan tahanan rendah
dibandingkan bayi matur, berlawanan dengan
kecenderungan alami dari paru-paru untuk kolaps. Pada
akhir respirasi volume toraks dan paru-paru mencapai
volume residu, cencerung mengalami atelektasis
Kurangnya pembentukan atau pelepasan surfaktan,
bersama dengan unit respirasi yang kecil dan berkurangnya
compliance dinding dada, menimbulkan atelektasis,
menyebabkan alveoli memperoleh perfusi namun tidak
memperoleh ventilasi, yang menimbulkan hipoksia.
Berkurangnya compliance paru, tidal volume yang kecil,
bertambahnya ruang mati fisiologis, bertambahnya usaha
bernafas, dan tidak cukupnya ventilasi alveoli menimbulkan
hipercarbia. Kombinasi hiperkarbia, hipoksia, dan asidosis
menimbulkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan
meningkatnkan pirau dari kanan ke kiri melalui foramen
ovale, ductus arteriosus, dan melalui paru sendiri. Aliran
darah paru berkurang, dan jejas iskemik pada sel yang
memproduksi surfaktan dan bantalan vaskuler
menyebabkan efusi materi protein ke rongga alveoli
Pada bayi imatur, selain defisiensi surfaktan, dinding
dada compliant, otot nafas lemah dapat menyebabkan
kolaps alveolar. Hal ini menurunkan keseimbangan
ventilasi dan perfusi, lalu terjadi pirau di paru dengan
hipoksemia arteri progresif yang dapat menimbulkan
asidosis metabolik. Hipoksemia dan asidosis menimbulkan
vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penurunan aliran
darah paru. Kapasitas sel pnuemosit tipe II untuk
memproduksi surfaktan turun. Hipertensi paru yang
menyebabkan pirau kanan ke kiri melalui foramen ovale
dan duktus arteriosus memperburuk hipoksemia
Aliran darah paru yang awalnya menurun dapat
meningkat karena berkurangnya resistensi vaskuler paru
dan PDA. Sebagai tambahan dari peningkatan permeabilitas
vaskuler, aliran darah paru meningkat karena akumulasi
cairan dan protein di interstitial dan rongga alveolar.
Protein pada rongga alveolar dapat menginaktivasi
surfaktan
Berkurangnya functional residual capacity (FRC) dan
penurunan compliance paru merupakan karakteristik HMD.
Beberapa alveoli kolaps karena defisiensi surfaktan,
sementara beberapa terisi cairan, menimbulkan penurunan
FRC. Sebagai respon, bayi premature mengalami grunting
yang memperpanjang ekspirasi dan mencegah FRC
semakin berkurang