Anda di halaman 1dari 15

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR.

Adaptasi fisik bayi baru lahir harus diselesaikan selama periode neonatal mencapai
28 hari kehidupan. Penyesuaian kehidupan diluar uterus selama 24 jam merupakan masa yang
kritis bagi neonatus untuk selamat. Bayi baru lahir dianggap kecil sekali dan lemah,
sepenuhnya tergantung pada orang lain. Dalam satu menit pertama setelah dilahirkan secara
normal BBL beradaptasi dari keberadaan fetal yang tergantung kekeadaan mandiri,
kemampuan mendapatkan oksigenasi dan melanjutkan proses kehidupan. Memahami dan
menyadari transisi ini penting untuk mengkaji BBL.

ADAPTASI NEONATUS
TERHADAP KEHIDUPAN DILUAR UTERUS.

ADAPTASI FISIOLOGIS.
Adaptasi system pernapasan
Adaptasi utama kekehidupan diluar uterus yang diperlukan neonatus adalah
kemampuan untuk bernapas. Kemampuan ini tergantung pada berbagai factor yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal. Dalam mempersiapkan tuntutan pada system
pernapasan yang begitu hebat pada saat kelahiran, fetus secara normal mulai bernapas saat
bergerak dalam uterus. Untuk mempermudah ekspansi alveoli dengan udara ketika ambil
napas pertama, alveoli fetal diisis dengan cairan paru fetal. Cairan paru fetal
mengembangkan alveoli dan memperbaiki kemampuan kantong udara ini untuk merenggang dan
tetap terbuka saat udara dihirup. Kemampuan jaringan paru mengembang saat inspirasi dan
relaks sebagiannya ntuk mengizinkan ekshalasi Co2 selama ekspirasi dikenal sebagai
kompliance paru.
Paru-paru vetal harus dikembangkan secara cukup untuk mengahasilkan surfalktan,
suatu kompleks fosfolipid yang menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli dan mencegah
kolapsnya alveoli saat ekspirasi. Surfaktan dihasilakan oleh sel-sel paru jenis II, yang mulai
memproduksi fosfolipid dalam jumlah sedikit pada minggu ke24-26 kehamilan. Sekresi
surfaktan paru menjadi lebih banyak setelah kehamilan mgg 35-36, sehingga
penggelembungan paru-paru berhasil dan mencegah kolapsnya atau atelektasis selama fase
ekspirasi saaat bernapas.
Vaskuler bed paru harus dikembangkan dan berada dekat dengan jarinfgan paru supaya bisa
terjadi pertukaran gas. Akhirnya bayi baru lahir harus memiliki system syaraf pusat yang
utuh untuk memulai dan mengkoordinir usaha pernapasan

Awal Pernapasan.
Pernapasan pertama dirangsang oleh factor-faktor mekanika, kimia, sensori, dan
rangsangan thermal.

Rangsangan Kimia.
Fetus mengalami asfiksia sementara. Ini akibat interupsi dari aliran darah placenta
selama kontraksi uterus, penekanan, dan pemotongan tali pusat saat lahir. Chemoreseptor
diarteri karotis dan aorta dirangsang oleh tekanan arterial oksigen (PaO 2) yang menurun dan

JK IV, 2003 s/d 2005 1


Ludger.
peningkatan tekanan arterial Co2/PaCo2, dan penurunan pH arterial dibawah 7.35.impuls yang
dicetuskan oleh chemoreseptor ini merangsang pusat pernapasan dimedula.

Rangsangan fisik.
Neonatus diserang dengan berbagai macam rangsangan selama persalinan dan
kelahiran. Bahkan ketika rangsangan taktil, visual, auditory, dan olfactory dikurangi, seperti
lingkungan yang tenang, gabungaln efek –efek tetap menghasilkan permulaan pernapasan.

Rangsangan termal.
Tampaknya dingin merupakan rangsang yang kuat untuk mulai bernapas dan neonatus.
Ketika bayi baru lahir hangat, basah pada tubuh dilepaskan dengan cara evaporasi yang dapat
menyebabkan temperatur kulit dengan cepat menurun. Reseptor thermal, khususnya pada
muka dan paru, melepaskan impuls kemedula, mencetuskan pernapasan yang pertama.
Terpaparnya terhadap dingin dapat menyebabkan menurunnya temperatur pusat dan
berakibat pada depresi pernapasan dan asidosis.

Rangsangan mekanikal.
Selama melewati jalan lahir, kurang lebih 30%dari cairan paru-paru fetal dalam jalan
napas dan alveoli terperas keluar. Jumlah cairan tersebut kurang lebih 30 ml dari cairan
trachea dipaksa keluar lewat orofarink sebelum lahir. Selama kelahiran pervagina, begitu
dada dilahirkan, terjadi recoil dinding paru, sehingga udara dikeluarkan ke dalam sebahagian
saluran bersih. Bayi yang dilahirkan dengan cecarea tidak mengalami penekanan pada thorax
dan bisa menderita karena distress pernapasan sementara yang disebabkan oleh cairan paru
fetal.

Factor-faktor yang menghambat bernapas pertama kali.


Beberapa factor yang menghambat usaha-usaha neonatus mengambil napas pertama
kali, meliputi tegangan alveolar, viskositas cairan paru, dan komplians paru. Diafragma harus
turun dengan kuat untuk menimbulkan tegangan negatif yang cukup kuat dalam thorak agar
bisa mengatasi daya ini (tekanan 40-80 cm H20). Udara kemudian masuk kedalam,
mengembungkan paru-paru, menurunkan tegangan permukaan, dan mendorong cairan yang
masih tertinggal keluar melalui kapiler paru dan system limfatik. Fungsi kapasitas residual
paru dibuat sehingga kantong alveolar tetap menggelembung sebahagian saat eskpirasi.
Kemudian, pernapasan selanjutnya perluh sedikit saja usaha dan menurunkan tekanan (6-8 cm
H20).
Vaskuler bed paru, yang menguncup selama kehidupan fetal, harus dilatasi sekarang
agar dapat terjadi perfusi jaringan paru yang cukup dan pertukaran gas yang efektif. Saat
pertama kali bernapas, terjadi dilatasi arteri pulmonal akibat meningkatnya tekanan oksigen
alveolar(Pa02), menurunnya pH arterial, dan meningkatnya kadar bradikinin darh yan
merupakan suatu vasoaktif peptide protein. Tahanan vaskuler paru menurun, mengijinkan
aliran darah lebih besar melalui pembuluh darah paru. Ini meningkatkan perfusi paru yang
mempermudah pertukaran oksigen dan karbon dioksida.hypoxemia yang menetap dan asidosis
menciutkan arteri paru; ini menurunkan perfusi pulmonal dan dapat membahayakan adaptasi
kritis pulmonal bayi baru lahir, yang mengakibatkan terjadi nya respiratory distress. Bagan
30-3 meneunjukan perubahan tahanan vaskuler paru sesudah bernapas dan hasil adaptasi

JK IV, 2003 s/d 2005 2


Ludger.
kardiovaskuler. Table 30-1 menggambarkan perubahan gas darah dan nilai pH slama jam-jam
pertama kehidupan.
Tekanan arteri paru secara normal menurun kkurang lebih 50% dari tekanan sistemik
arterial dalam 24 jam setelah lahir. Peningkatan tekanan arteri paru yang menetap bisa
terjadi pada bayi yang lahir dengan kelainan lapisan medial arteri pulmonal (penebalan).akibat
keabnormalan ini atau hypertrophy otot adalah terjadinya hypoxemia kronik intrauterine.

Adaptasi Kardiovaskuler.

Perubahan dramatis yang terjadi pada system kardiovaskuler neonatus dikarenakan


pengkleman tali pusat dan permulaan bernapas. Perubahan tesebut mencakup :

Penutupan foramen ovale.


Begitu arteri pulmonal dilatsi sebagai respon terhadap oksigenasi jaringan paru,
tahanan vaskuler paru menurun dan tekanan pada sisi kanan jantug menurun. Akibatnya
terjadi penutupan foramen ovale dalam beberapa jam setelah lahir. Penutupan yang permanen
daribypass ini tidak komplit untuk beberapa bulan, sehingga bisa terjadi shunt darah kanan
ke kiri salama saat ini, dan ini dianggap sebagai murmur nonpatologi bila terdengar pada
beberapa neonatus.

Penutupan duktus arteriosus.


Duktus ateriosus sensitive tehadap perubahan pada tekanan oksigen arterial. Begitu
kadar oksigen naik pada saat pertama kali bernapas, duktus arteriosus menciut. Penutupan
secara fungsional terjadi dalan 15 jam setelah lahir, dan penutupan permanent dicapai dalam
jangka 3 minggu. Hypoxeemia mengakibatkan duktusnya tetap paten dan shunt darah melalui
sirkulasi bypass fetal ini. Penelitian menunjukan bahwa pada beberapa bayi yang menangis
terus menerus bisa menyebabkan terbukanya kembali duktus ini.

Penutupan duktus venosis.


Penutupan duktus venosis akibat tali pusat diklem. Sirkulasi bypass pada fetal ini
akan mengalami fibrosis dalam seminggu. Tekanan darah sistemik meningkat dengan
diklemnya tali pusat karena pengeluaran vaskuler bed besar dari placenta berakibat pada
peningkatan tahan sistemik. Seiring dengan derasnya sirkulasi placenta dan konsekuennya
darah balik lewat vena cava inferior menyebabkan tekanan darah vena rendah.

Adaptasi endokrin dan methabolik.


Sintesis dan pelepasan hormon oleh kelenjar endokrin mendukung fungsi methabolik
utama dan merupakan pengentara respon terhadap stressor internal dan eksternal. Kegiatan
endokrin dikaitkan dengan system syaraf dalam suatu susunan putaran feedback yang
kompleks. Tiga pathway utama neuroendokrin yang menyokong adaptasi neonatal adalah :
hypothalamus-axis pituitary anterior, hypothalamus-posterior pituitary axis dan
parasymphatetis-adrenal medulla path. System neurohormonal utama saat lahir utuh dan
hormon-hormon yang esensial untuk adaptasi neonatus meliputri hormon pertumbuhan,
thyroid stimulating hormon, hormon adreno kortikotropik, cortisol dan cathekolamin
disekresi.

JK IV, 2003 s/d 2005 3


Ludger.
Thermoregulasi.
Kemampuan neonatus mempertahankan panas dan mempertahankan suhu tubuh
normal, merupakan fungsi vital methabolik yang diperantarai oleh system neuroendokrin.
Neonatus sangat rentan terhadap hilangnya panas karena gabungan sifat anatomi yang unik
dan factor lingkungan sekeliling kelahiran.

Factor-faktor penyumbang pelepasan panas.


Neonatus sangat terpapar terhadap panas karena mempunyai permukaan tubuh yang
luas dalam hubungannya dengan BB.bayi juga kurang jaringan lemak untuk insulasi, kulit itpis
dan pembuluh darah yang terpapar dengan permukaan kulit. BBL mengalami pemindahan panas
yang lebih besar kelingkungann luar. Kulit neonatus basah saat lahir, dan teperatur
lingkungan saat dia lahir lebih dingin dari temperatur intra-uterus.
Reaksi neonatal terhadap hipothermi.
Respon neonatal terhadap hiperthermi.

Adaptasi Hepatik.
Methabolisme karbohidrat.
Fetus menyimpan glikogen pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan pada saat lahir
neonatus harus mempertahankan homeostatis glucose dengan menghasilkan dan mengatur
suplay vglukosenya sendiri. Ini mebutuhkan aktifitas dari glukoneogenesis dan glikolisis.
Glukoneogenesis terjadi segera setelah lahir walaupun kurang dibandingkan dengan orang
dewasa. Glucose adalah sumber energi yang utama pada jam-jam pertama sete;ah lahir
sebelum menyusui. Otak pengguna glucose yang wajib sperti saraf perifer, sel darah merah
dan putih dan medulla ginjal. Begitu kadar glucose menurun terjadi glukogenolisis dan glucose
dilepaskan kedalam aliran darah neonatus untuk mempertahankan kadar glucose darah kurang
lebih 60 mg/dl. Simpanan glycogen dapat kurang dengan cepat dengan adanya
stressorseperti asfikia saat lahir atau hipothermi. 90% simpanan glycogen hepar mungkin
digunakan pada 3-4 jam kehidupan akibatnya terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi digambarkan
sebagai kekurangan glucose 30 mg/dl selama 72 jam kehidupan.
Insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan merupakan tiga hormon utama yang
terlibat dalam hemostatis glucose, ada saat lahir. Kadar normal serum insulin pada neonatus
yang puasa berkisar antara 6-24uU/ml. Sekresinya tersendat-sendat selama 2 minggu I
kehidupan karena system endokrin belum matang.

Koagulasi darah.
Factor pembekuan merupakan elemen penting dalam proses homeostatis.factor
pembekuan ibu tidak menembus plasenta. Ketidak matangan hati saat lahir menyebabkan
kurangnya hati kurang mensistesis factor pembekuan untuk sementara dan waktu pembekuan
darah pada neonatus memanjang. Keempat factor digiatkan dibawah pengaruh vitamin K yang
dihasilkan oleh bakteri dalam usus. Tetapi karena saluran pencernaan steril sampai lahir dan
flora normal usus tidak dibuat sampai neonatus mulai minum susu, kadar vitamin K tetap
rendah sampai kurang lebih hari ke-8 setelah lahir. Oleh karena itu, bayi baru lahir berada
pada resiko khusus terjadi gangguan perdarahan antara hari kedua dan kelima kehidupannya
yang dikenal dengan penyakit hemolitik. Untuk alas an inilah maka pada bayi yang baru lahir
diberikan vitamin K prophylaksis untuk melindunginya terhadap terjadinya perdarahan.

JK IV, 2003 s/d 2005 4


Ludger.
Konyugasi Billirubin
Indirect bilirubin (larut dalam lemak )merupakan hasil pemecahan dari sel darah
merah. Dia diubah oleh enzym-enzym hepar, glucuronyl tranferase, dalam bentuk yang larut
dalam air yang dapat dieksresi dalam urine dan faces. Pada bayi baru lahir, karena hati tidak
matang, kemampuan konyugasi (gubah) billirubin indirect terbatas.Berpasangan dengan sel
darah merah yang tinggi pada neonatus dan peningkatan hemolisis akibat dari usia harapan
hidup sel darah merah fetal yang lebih pendek, menyebabkan bayi baru lahir sering tampak
kuning fisiologi antara 48 dan 72 jam setelah lahir. Kadar serum bilirum berkisar antara 4-12
mg/dl pada usia 3 hari, rata-rata peningkatan kadar serum 6mg/dl diikuti dengan
penurunanyang cepat ke 3 mg/dl pada hari kelima kehidupan.
Konsekunsi yang lebih serius pada kadar bilirubin indirect yang tinggi dapat terjadi
akumulasi dijaringan otak, suatu keadaan yang disebut kernicteerus, yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen otak dan retardasi.untuk alas an inilah kadar bilirubin
neonatus dimonitor secara ketat. Jika perluh, diambil langkah untuk mempermudah konversi
dari bilirubin indirect kebilirubin direct, yang kemudian dikeluarkan oleh ginjal.

Simpanan besi.
Neonatus dilahirkan dengan penumpukan simpanan besi selama kehiduan fetal. Jika
intake besi ibu tidak cukup bayi akan kekurangan besi untuk menghasilkan sel darah merah
sampai kurang lebih usia 3-5 bulan. Begitu sel darah merah lysis setelah lahir besi disiklus
kembali dan disimpan dalam hati sampai diperluhkan untuk produksi sel darah merah yang
baru. Jika intake besi ibu kurang selama hamil,tambahan besi harus diberikan pada bayi
seperti obat atau formula iron-fortified selama tahun pertama kehidupan .

Adaptasi gastrointestinal.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan normal menurut neonatus makan,
mencerna dan mengabsorbsi cukup nutrient. Walaupun secara struktur dan fungsional belum
matang, saluran pencernaan mampu mencerna dan menyerap susu ibu dan mengubah susu sapi
dan membuang hasil sampah.mulut dibentuk untuk mempermudah menyusui. Langit-langit
keras yang melengkung, otot pengisapan yang kuat dalam mulut dan rahang dan lapisan lemak
pada pipi membantu bayi baru lahir menjepit putting susu dan memeras areola mamae selama
menyusui. Taste bud bertempat terutama pada ujung lidah dapat membedakan antara manis
dan asam kelenjar ludah tidak matang dan produksi air ludah kurang.
Kemampuan lambung terbatas pada hari pertama kehidupan  40-60 ml. Saluran intestinal
neonatus secara proporsional lebih panjang dari orang dewasa dan mempunyai permukaan
penyerapan yang lenih besar.

Adaptasi renal.
Kebanyakan bayi baru lahir urneren dalam 24 jam setelah lahir. Kencing pertama bisa
berwarna kuning gasing gelap dan berasap karena berisi mukosa dan urat. Berat jenis urine
neonatus rendah karena kemampuan untuk memekatkan urine oleh nefron belum matang.
Nilainya berkisar antara 1.006-1.012 (Richardson,1991). Kecepatan filtrasi juga masih
rendah

JK IV, 2003 s/d 2005 5


Ludger.
Adaptasi neurologis.
Fungsi neurologinya belum matang walaupun fungsi fisiologisnya sudah canggih dan
kemampuan perilaku neonatus membuktikan keutuhan system neurologisnya.BBL menampilkan
banyak refleks yang primitif.

Adaptasi iminologi
Fetus mampu mensintesis imunoglobin tertentu dalam jumlah kecilpada usia
kehamilan 20 mgg ; IgM, IgG, IgE, juga kekebalan pasif untuk melawan berbagai penyakit
bacterial dan virus. Dimana ibu sudah membuat antibody.

Adaptasi hematopoetik.
Produksi sel darah merah.
Untuk mengkompenisasi O2 yang rendah dalam uterus, fetus mempunyai perhitungan
eritrosis dan hemoglobin yang lebih tinggi. Jumlah eritrosis pada BBL berkoisar antara 5.0-
7.5 juta/mm3, hematokrit juga tinggi antara 45%-65%

Konsentrasi hemoglobin.
Beberapa jenis Hb terdeteksi pada neonatus. Hgb fetal memiliki kemampuan yang
lebih besar dalam mengangkut oksigen disbanding Hgb A, merupakan bentuk yang paling
dominan 79-89%.setelah lahir HgbA secara perlahan-lahan meningkat begitu produksi HgbF
berhenti. Kadar Hb BBL berkisar antara 15-20g/dl. Begitu sel darah merah turun kadar Hb
juga menurun menjadi 10-11 g/dl pada titik terendah.

Konsentrasi sel darah putih.


Pada neonatus sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan internal melawan infeksi.
Sel-sel polymorphonuclear (neutrophil) merupakan sel yang paling dominan 40-80%
ditemukan pada BBL. Jumlah limphosit sedikit meningkat 30% dari lahir dan neutrophil pada
usia 1 bulan.

Hitung platelet.
Pada BBL fungsi platelet berkisar antara 150.000-400.000/mm 3 trombositopenia
bisa ditemukan jika ada sepsis pada neonatal.

Adaptasi system reproduksi dan seksual.


Tanda-tanda adaptasi fisik seksual-reproduksi pada neonatus bisa tampak beberapa
hari setelah lahir. Uterus pada neonatus perempuan yang sudah dirangsang oleh estrogen ibu
selama hamil, involut dan bisa mengeluarkan sedikit darah mukosa vagina (pseudomenstruasi)
beberapa hari setelah lahir. BBL baik pria maupun wanita bisa menunjukan pembesaran
mamae sementara sebagai akibat rangsangan estrogen. Cairan kadangkala disebut susu bisa
dikeluarkan dari putting susu neonatus. Testis secara normal turun kedalam kantong skrotum
pada 90% neonatus laki-laki yang fullterm pada saat lahir.

JK IV, 2003 s/d 2005 6


Ludger.
ADAPTASI PERILAKU.

Pada periode segera setelah lahir neonatus berkembang melalui perilaku yang dapat
diduga dan dikenal dengan periode reaktifitas yang terbagi dalam :
1. Periode reaktivitas yang pertama.
Berakhir 15-30 menit setelah dilahirkan.
2. Periode inaktivitas. Berakhir 2-4 jam setelah lahir.
3. Periode reaktifitas kedua. Berakhir dalam waktu 4-6 jam.

PUERPERIUM
Berlangsung selama 42 hari/6 minggu, merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan kembali kekeadaan yang normal. Dijumpai dua keajdian penting
yaitu : Involusi uterus dan proses Lactasi.
Involusi Uterus.
Setelah bayi dilahirkan uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas inplantasi placenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapisan otot yang membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna dengan demikian terhindar dari
perdarahan postpartum.
Pada involusi uteri jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-
angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat
30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protei yang akan keluar melalui urine.
Prosees involusi uteri pada beks inplanyasi plasenta terdapat gambaran sebagai berikut :
 Bekas inplantasi segera setelah placenta lahir seluas 12 x15 cm, permukaan
kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
 Pada pembuluh darah terjad pembentukan trombose disamping pembuluh darah
tertutup karena kontraksi otot rahim.
 Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada mgg kedua sebesar 6-8cm dan
akhir puerperium sebesar 2 cm.
 Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan
lokia.
 Luka bekas implantasi placenta akan sembyh karena pertumbuhan endometrium
yang berasal dari tepi luka dan lapiasan basalis endometrium.
 Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.

Ganbarab klinis masa puerperium.


Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak lebih
dari 380c. bila melebihi berturut-turut 2 hari berarti infeksi.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya akan menjadi keras karena kontraksinya sehingga
terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring disebut

JK IV, 2003 s/d 2005 7


Ludger.
nyeri ikutan (after pain) terutama pada multipara. Masa puerperium diikuti pengeluaran
cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi placenta disebut lokia.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1. Lokia Rubra (kruenta). 1-3 hari berwarna merah dan hitam. Terdiri dari
sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, sisa darah.
2. Lokia Sangiolenta. 3-7hari, berwarna putih campur merah.
3. Lokia serosa. 7-14 hari, berwarna kekuningan.
4. Lokia Alba. Setelah hari ke-14, berwarna putih.
Perubahan patrun (pengeluaran lokia) menunjukan keadaan yang abnormal seperti :
 Perdarahan berkepanjangan.
 Pengeluaran Lokia tertahan (lokia statika).
 Lokia purulenta berbentuk nanah.
 Rasa nyeri yang berlebihan.
 Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat didugan.
 Terdapat sisa placenta yang merupakan sumber perdarahan.
 Terdapat infeksi intra-uterin.

Perawatan masa puerperium.


Dimasa lampau perawatan puerperium sangat konservatif dimana puerperal
diharuskan tidur telentang selama 40 hari.
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakuakn mobilisasi dini
(early mobilization). Perawatan mobolisasi dini mempunyai keuntungan :
 Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium.
 Mempercepat involusi alat kandungan.
 Melancarkan fungsi gastrointestinal dan alat perkemihan.
 Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa methabolisme.
Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :
1. Rawat gabung.
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih banyak
memperhatikan bayinya, sehingga ke;lancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
2. Pemeriksaan umum meliputi kesadaran penderita dan keluhan yang terjadi
setelah persalinan.
3. Pemeriksaan khusus meliputi :
 Fisik : TD, nadi, suhu, respirasi.
 Fundus uteri : TFU, kontraksi uterus.
 Payudara : putting susu, pembengkakan atau stuwing ASI,
pengeluaran ASI.
 Patrun lokia : lokia rubra, lokia singuinolenta.
 Luka jahitan episiotomi : apakah baik atau terbuka, apalah ada tanda-
tanda infeksi.
4. Pemulangan parturien dan pengawasan ikutan. Parturien dengan persalina
berjalan lancar dapat dipulangkan setelah mencapai keadaan baik dan tidak ada
keluhan.parturien dipulangkan setelah 2-3 hari dirawat.
Nasehat yang perlu diberikan saat memulangkan pasien :
a. Diet.

JK IV, 2003 s/d 2005 8


Ludger.
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan
kesehatan dan memberikan ASI. Penjabaran empat sehat lima sempurna perluh
diperhatikan dan dapat diterjemahkan untuk masyarakat. Diantara penjabaran
tersebut dapat dinasehatkan makanan yang sehat yaitu :tersedia nasi, lauk, sayur
secukupnya dan ditambah telur setiap hari. Bila masih ada kemungkinan jangan lupa
buah-buahan. Tambahan “susu” pada masyarakat dipedesaan belum terbiasa.
b. Pakaian.
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perluh diikat terlalu kencang karena akan mempengaruhi involusi.
c. BAK dan BAB.
BAK dan BAB dapat diatur sehingga kelancaran kedua system tersebut dapat
berlangsung dengan baik.
d. ASI dan putting susu.
Pemberian ASI jangan pilih kasih, karena karena keenakan memberikan ASI pada
satu sisi. Kedua payudara harus dikosongkan saat meberikan ASI sehingga
pembentukan ASI berjalan dengan baik. Stagnasi ASI dapat menimbulkan bahaya
infeksi sampai abses, yang memerlukan tindakan tertentu. Putting susu perluh
diperhatikan dan bersihkan sebelum memberikan ASI. Luka lecet dihindari sehingga
mengurangi bahaya infeksi.
e. Kembalinya datang bulan dan menstruasi.
Dengan memberikan ASI kembalinya haid sulit diperhitungkan dan bersifat individu.
Sebagian besar haid kembali setelah 4-6 bulan.
Pemeriksaan akhir kala nifas sangat penting karena dapat digunakan untuk melakukan
pemeriksaan khusus sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan pap smear untuk
mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks/sel endometrium.
2. Menilai seberapa jauh involusi uterus.
3. Melakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga
dapat menilai perlukaan postpartum.
4. Mempersiapkan untuk menggunakan metode KB.
Dalam masyarakat sering terdapat salah mengerti diantaranya :
1. Merasa postpartum akan berjalan dengan normal sehingga tidak memerlukan
pemeriksaan tambahan.
2. Pemakaian metode KB perlu menstruasi dulu.
3. Khusus untuk kontap wanita perlukan hamil lagi

JK IV, 2003 s/d 2005 9


Ludger.
PEMBERIAN ASI

Beberapa tahun yang lalu dicetuskan gagasan menjadwalkan pemberian ASI, untuk
meningkatkan tumbuh kembang bayi. Suasana demikian menguntungkan pabrik susu formula
dan ibu-ibu mempunyai aktivitas diluar rumah. Berbagai penelitian menunjukan gagasan
memisahkan bayi dengan ibu, menjadwalkan pemberian ASI,menggantikan dengan susu
formula kurang menguntungkan. Banyak terjadi penyakit diare dan mudah terkena infeksi
penyakit lainnya.oleh karena itu ;gagasan rawat gabung “yang merupakan metode perawatan
bayi secara tradisional dikembalikan dan mendapat tempat dalam perawatan anak moderen .
Pemberian ASI dipercepat segera setelah diisapkan pada putting susu ibu dengan keuntungan
sebagai berikut:
1. Rangsangan Putingsusu ibu,memberikan refleks pengeluaran oksitosin kelenjar hipofisis,
sehingga pelepasan plasenta akan dapat dipercepat.
2. Pemberian ASI mempercepat involusi uterus menuju keadaan normal.
3. Rangsangan putting susu ibu mempercepat pengeluaran ASI, karena oksitosin bekerja
sama dengan hormon prolakt

Persiapan Pemberian ASI

Persiapan pemberian ASI mulai sejak pemeriksaan payudara terutama bagi ibu
dengan kehamilan pertama .
Terdapat beberapa bentuk putting susu, yang memerlukan perawatan khusus
Yaitu putting susu yang kecil ,putting susu yang dasar, dan putting susu yang tertarik ke
dalam . Perawatan putting susu dilakukan setiap mandi dengan jalan:
1. Menarik-narik putting susu sehingga menonjol.
2. Membersihkan putting susu dengan minyak kelapa atau vaselin.
3. Putting susu yang masuk kedalam atau mendatar dapat ditarik dengan pompa susu atau
melakukan tindakan operasi.

Pemberian ASI dianjurkan call feeding dengan penilaian bayi menangis kemungkinan
lapar atau popoknya basah karena kencing atau berak. Bila ternyata tidak basah atau karena
berak dan kencing kemungkinan bayi lapar sehingga perlu minum ASI. Dengan demikian bayi
menunjukan rasa laparnya dengan jalan menangis.

Keuntungan rawat gabung dan pemberian ASI.


Pemberian ASI dengan call feeding memberikan keuntungan tumbuh kembang jiwa
maupun fisik bayi sebagai berikut:
1. Kolostrum dan ASI dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi terutama diare,
karena mengandung antibody.
2. Dalam tenggang waktu tiga sampai empat bulan ASI sudah cukup untuk tumbuh kembang
bayi dengan baik.

JK IV, 2003 s/d 2005 10


Ludger.
3. ASI merupakan makanan utama bagi bayi dan telah siap setiap saat dalam keadaan steril
dan mudah dicerna.
4. Pemberian ASI dapat mempercepat terjadi involusi uteri.
5. Pemberian ASI dapat bersifat sebagai alat kontrasepsi sampai waktu tiga bulan dan
memperkecil kejadian keganasan payudara.
6. Memberikan ASI meningkatkan pertumbuhan dan perkembanga jiwa bayi, sebagai titik
awal kualitas sumber daya manusia.

Dengan memperhatikan keuntungan ASI, dianjurkan meningkatkan pengertian


masyarakat betapa pentingnya untuk memberikan ASIsampai bayi berumur dua tahun.

Komposisi ASI

ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya ,mempunyai nilai biologis
tertentu ,dan mampunyai substansia yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI
dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan sehingga ASI yang
keluar dari ibu dengan kelahiran premature akan berbeda denga ibu yang bayinya cukup
bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya
kehamilan.
Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas:
1. Kolostrum.
 Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi .
 Mengandung : imunoglobulin , laktoferin , ion-ion [Na, Ca, K, Zn, Fe],
vitamin[A, E, K, dan D], lemak dan rendah laktosa.
 Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI yang
mulai berwarna putih.
2. ASI transisi [ antara].
 Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembanga usus bayi, sehingga dapat
menerima susunan ASI sempurna .

Terdapat beberapa pengertian yang salah mengenai kolostrum , yang diperkirakan ASI
yang kotor , buruk sehingga tidak patut diberikan pada bayi . Ternyata kolostrum sebagai
pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh . Kolostrum banyak mengandung
antibody dan anti infeksi serta dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk
siap menerima ASI. Memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tiada ASIyang tidak
berguna. Alam telah memparsiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya dengan ASI sampai
umur empat bulan.

Umur Bayi Produksi ASI Sama dengan Susu bubuk


Ml/hari Kalori/hari Susu sapi Susu gula Gram
0-6 bulan 850 600 155,5 183 24.600
7-12bulan 500 385 91,5 105 14.000
13-18bulan 500 385 91,5 105 14.000
19-24bulan 200 154 36,5 42 5.700

JK IV, 2003 s/d 2005 11


Ludger.
0-24 bulan 512,5 381 375 437 58.300

Catatan:
1. Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup ASI saja.
2. Setelah berumur 4 bulan pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa
bubur susu atau nasai tim, buah dan sebagainya ,sehingga mencapai umur satu tahun
sudah siap mendapatkan makanan sepperti orang dewasa.
3. 850ml/hari, selama enam bulan 153.000ml,dengan jumlah kalori 108.000
kalori.Sedangkan susu sapi diperlukan 155.500 ml,susugula 18.300ml dan susu bubuk
sebanyak 24.600 gram.

Kenyataannya, pemberian ASI yang dikombinasikan denga pemberian susu botol tidak
dapat dihindari, karena ibu-ibu bekerja di luar rumah sedangkan di tempat kerja tidak
terdapat fasilitas untuk memberikan ASI dan penampungan bayi.
Untuk ibu pekerja dapat dipecahkan dengan jalan;
1. Dapat memberikan susu formula, tetapi sebaiknya dengan sendok, sehingga bayi
tidak merasakan enaknya mengisap dot, yang mengeluarkan susunya sangat mudah dan
cepat menyebabkan kenyang.
2. ASI dapat diperas dan segera dibawa pulang untuk diberikan bayi dengan memakai
sendok.

Selanjutnya setelahpulang dapat memberikan ASI sehingga bayi dengan dapat


menetek dengan puas. Sekali lagi diingatkan janganlah memberkan susu tambahan atau ASI
yang telah diperas dengan dot, karena keenakan memakai dot akan menyulitkan untuk
menetek secara langsung .

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMBERIAN ASI

Keuntungan pemberian ASI adalah sebagai beriikut:


1. Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu ,sehingga dapat meningkatkan
martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia .
2. ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang bayi.
3. ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai
substansia spesifik untuk bayi. .
4. ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin.
5. ASI dapat disimpan selama 8 jam tampa perubahan apapun, sedangkan susu botol
hanya cukup 4 jam .
6. Karena bersifat spesifi, maka pertumbuhan bayi bai dan terhindar dari beberapa
penyakit tertentu .
7. Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan :

 Terjadi laktasi amenorea , dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu


relatif 3 sampai 4 bulan .

JK IV, 2003 s/d 2005 12


Ludger.
 Mempercepat terjadinya involusi uterus .\
 Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mamae .
 Melalui pemberian ASI kasih saying ibu terhadap bayi lebih baik sehingga
menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna
8. Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pemberian dengan jalan call
feeding .
Sedangkan kerugian pemberian ASI adalah:
1. Waktu pemberian ASI tidak terjadwal , tergantung dari bayinya .
2. Kesiapan ibu untuk memberikan ASI setiap saat .
3. Terdapat kesulitan bagi ibu yang bekerja di luar rumah .

Rawat gabung

Dalam upaya untuk menggalakan kembali pemberian ASI , rawat gabung merupakan
langkah awal yang sangat penting .pada saat propaganda susu formula , bayi yang baru lahir
dipisahkan dan disiapkan untuk diberikan susu formula .berdasarkan evaluasi tahun terakhir
ternyata bahwa sikap demikian merugika bayi dan ibunya dengan terjadi kesakitan sampai
kematian bayi yang tinggi .kesadaran untuk kembali pada system lama mendapat inspirasi dari
orang- orang “hippies” yang selalu memberikan ASI dan terbukti bayinya sehat dan tumbuh
kembang dengan baik .
Kini rawat gabung disebar luaskan dengan gigih untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusi sejak awal kehidupan bayi diluar rahim dengan jalan memberikan ASI dan
dirawat langsung oleh ibunya dalam satu ruangan .Dengan berpedoman demikian maka rawat
gabung yang direncanakan sebaiknya memenuhi beberpa syarat:
1. Ruangan dengan ibu dan bayi normal dalam jumlah yang terbatas.
2. Terdapat kelengkapan :
 Tempat merawat bayi sehat .
 Tempat tidur ibu dan bayinya .
 Toilet lengkap.
3. Seorang petugas yang mempunyai kemampuan :
 Memberikan petunjuk untuk: Merawat payudara, Memberikan ASI yang benar, dan
mengetahui bahwa bayinya telah kenyang
 Petunjuk bagaimana tidur bersama bayi .
 Memberikan petunjuk tentang: merawat bayi dengan dengan benar, mengganti
popok bayi, memandikan bayi.
 Memberikan petunjuk tentang : keadaan patologis pada payudara, merawat
payudara yang lecet. merawat payudara yang infeksi ringan, tanda – tanda abses
payudara dan menentukan bahwa seorang ibu tidak diperkenakan untuk memberikan
ASI.
4. Bayi dengan tindakan operasi :
 Bayi dengan seksio sesarea bukan halangan untuk rawat
gabung .
 Bayi dengan tindakan operasi persalinan pervaginam
memerlukan observasi sementara sampai keadaan dapat dianggap normal untuk
mendapatkakan rawat gabung dan langsung menerima ASI .

JK IV, 2003 s/d 2005 13


Ludger.
Dengan melakukan rawat gabung secara langsung ibu – ibu muda [primipara ] akan
mendapatkan pendidikan tentang berbagai cara merawat bayi dan memberikan ASI yang
benar .

Larangan untuk memberikan ASI

Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan .
1. Factor dari ibu :
 Ibu dengan penyakit jantung yang berat , akan menambah beratnya
penyaki
 Ibu dengan pre – eklampsia dan eklampsia ., karena banyaknya obat –
obata
yang telah diberikan , sehingga dapat mempengaruhi bayinya .
 Penyakit infeksi berat pada payudara , sehingga kemungkinan menular
pad
bayinya .
 Karsisinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastasi.
 Ibu dengan psikosis , dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit
diperkirakan
sehingga dapat membahayaka bayi .
 Ibu dengan infeksi virus .
 Ibu dengan TBCatau lepra .
2. Faktor dari bayi :
 Bayi dalam kejang – kejang , yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi
ASI
 Bayi yang menderta sakit berat ,dengan pertimbangan dokter anak
tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.
 Bayi dengan berat lahir rendah , karena refleks menelannya sulit
sehingga bahaya aspirasi mengancam .
 Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan [labiokisis ,
palatognatokisis , labiognatopalatokisis ].
 Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti
alergi ASI
Pada kasus tersebut di atas untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan
dengan dokter anak .
3. Keadaan patologis pada payudara :
Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang
dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari . Sekalipun demikian
Masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsutasi dokter sehingga
tidak merugikan ibu dan bayinya Keadaan patologis yang merlukan konsultasi
adalah:
 Infeksi payudara .
 Terdapat abses yang memerlukan insisi .
 Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamill dan menyusui .
 ASI yang bercampur dengan darah .

JK IV, 2003 s/d 2005 14


Ludger.
Memperhatikan hal – hal yang disebutkan di atas sudah wajarlah bila payudara
yang sangat vital dipelihara sebagaimana mestinya . salah satu tugas utama wanita
adalah memberikan ASI yang merupakan tugasalami yang hakiki .

JK IV, 2003 s/d 2005 15


Ludger.

Anda mungkin juga menyukai