Oleh : Kelompok 5
Ni Putu Witha Rahayuni
P07124214 002
P07124214 004
Wilda Fitrianingsih
P07124214 010
P07124214 016
P07124214 019
P07124214 021
P07124214 026
P07124214 034
P07124214 045
P07124214 055
A.
B.
transisi dari lingkungan yang hangat, gelap, penuh air ke dunia luar yang penuh
dengan cahaya lampu, suara, dan rangsangan taktil. Perawat melakukan pengkajian
awal untuk menilai neonatus, adaptasi segera setelah lahir, dan kebutuhan untuk
dukungan lanjutan. Selanjutnya, perawat neonatal atau pediatrik akan melakukan
pengkajian
secara
komprehensif
untuk
menentukan
keadaan
bayi
dan
C.
Adaptasi fisiologis
1. Adaptasi sistem pernapasan
Adaptasi utama ke kehidupan luar uterus yang diperlukan neonatus adalah
kemampuan untuk bernapas. Kemampuan ini tergantung pada berbagai
faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal. Dalam
mempersiapkan tuntutan pada sistem pernapasan yang begitu hebat pada
saat kelahiran, fetus secara normal mulai bernapas saat bergerak dalam
uterus.
2. Paru-paru fetal harus dikembangkan secara cukup untuk menghasilkan
surfactan, suatu kompleks fosfolipid yang menurunkan tegangan permukaan
Awal pernapasan
Pernapasan pertama dirangsang oleh faktor-faktor mekanika, kimia, sensori, dan
rangsangan thermal.
a. Rangsangan kimia. Fetus mengalami asfiksia sementara. Ini akibat terganggunya
aliran darah plasenta selama kontraksi uterus, penekanan, dan pemotongan tali pusat
saat lahir. Chemoreceptor di arteri carotis dan aorta dirangsang oleh tekanan arterial
oksigen (PaO2) yang menurun, dan peningkatan tekanan arterial CO2 (PaCO2), dan
penurunan pH arterial di bawah 7.35. Impuls yang dicetuskan oleh chemoreseptor ini
merangsang pusat pernapasan di medula.
b. Rangsangan sensory. Neonatus diserang dengan berbagai macam rangsangan
selama persalinan dan kelahiran. Bahkan ketika rangsangan taktil, visual, auditory,
dan olfaktori dikurangi, seperti lingkungan yang tenang, gabungan efek-efek tetap
menghasilkan permulaan pernapasan.
c. Rangsangan thermal. Tampaknya dingin merupakan rangsang yang kuat untuk
mulai bernapas pada neonatus. Ketika bayi baru lahir hangat, basah pada tubuh
dilepaskan dengan cara evaporasi yang dapat menyebabkan temperatur kulit dengan
cepat menurun. Reseptor thermal, khususnya pada muka dan paru, melepaskan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hypoxemia yang menetap dan asidosis
menciutkan arteri paru; ini menurunkan perfusi pulmonal dan dapat membahayakan
adaptasi kritis pulmonal bayi baru lahir, yang mengakibatkan terjadinya distress
pernapasan.
D.
Adaptasi Kardiovaskuler
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
permanent
dicapai
dalam
jangka
minggu.
Hypoxemia
mengakibatkan duktusnya tetap paten dan terjadi shunt darah melalui sirkulasi
bypass fetal ini.
E.
baru lahir ke kehidupan luar uterus. Sintesis dan pelepasan hormon oleh kelenjar
endokrin mendukung fungsi metabolik utama dan merupakan pengantara respon
terhadap stressor internal dan eksternal. Kegiatan endokrin dikaitkan dengan sistem
saraf dalam suatu susunan putaran feedback yang komplek.
Thermoregulasi
Thermoregulasi,
kemampuan
neonatus
menghasilkan
panas
dan
darah
yang
terpapar
dengan
permukaan
kulit.
F.
Adaptasi hepatik.
Perkembangan normal jaringan hepar dan duktus empedu penting supaya hepar
berfungsi saat lahir. Walaupun hati neonatus tidak matang, namun tetap mampu
Metabolisme karbohidrat.
Bayi baru lahir menyimpan glukosa dalam hati sebagai glikogen. Glukosa
adalah sumber energi utama jam-jam pertama (3-4 jam) setelah lahir sebelum
mulai menyusui. Selama level glukosa turun, terjadi glikogenolisis dan glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah untuk mempertahankan level glukosa darah
kira-kira 60 mg/dl. Simpanan glikogen dengan cepat bisa turun bila adanya
stresor seperti asfiksia atau hipotermi, akibatnya terjadi hypoglikemia.
Hypoglikemia diartikan sebagai kadar glukose darah kurang dari 30 mg/dl
selama 72 jam pertama kehidupan.
Koagulasi darah
Faktor pembekuan merupakan elemen penting dalam proses homeostasis.
Faktor pembekuan ibu tidak menembus plasenta. Ketidakmatangan hati saat
lahir menyebabkan hati kurang mensintesis faktor pembekuan untuk sementara
dan waktu pembekuan darah pada neonatus memanjang. Keempat faktor
(II,VII,IX, dan X) digiatkan di bawah pengaruh vitamin K yang dihasilkan oleh
bakteri dalam usus. Tetapi, karena saluran pencernaan steril sampai lahir dan
flora normal usus tidak dibuat sampai neonatus mulai minum susu, kadar
vitamin K tetap rendah sampai kurang lebih hari ke 8 setelah lahir. Oleh karena
itu, bayi baru lahir berada pada resiko khusus terjadi gangguan perdarahan
antara hari ke 2 dan ke 5 kehidupannya yang dikenal dengan penyakit
hemolitik. Untuk alasan inilah maka pada bayi baru lahir diberikan vitamin K
prophylaksis untuk melindunginya terhadap terjadinya perdarahan.
Konjugasi billirubin.
Indirect bilirubin (larut dalam lemak) merupakan hasil pemecahan dari sel darah
merah. Dia diubah oleh enzym hati, glucuronyl tranferase, ke dalam bentuk
yang larut dalam air (direct billirubin) yang dapat diekskresi ke dalam urine dan
feces. Pada bayi baru lahir, karena hati tidak matang, kemampuan konyugasi
billirubin indirect terbatas. Ditambah lagi dengan sel darah merah yang tinggi
pada neonatus dan peningkatan hemolisis akibat dari usia harapan hidup sel
darah merah fetal yang lebih pendek, menyebabkan bayi baru lahir sering
tampak kuning fisiologi antara 48 dan 72 jam setelah lahir. Kadar serum
bilirubin berkisar antara 4-12mg/dl pada usia 3 hari; rata-rata peningkatan kadar
serum 6 mg/dl diikuti dengan penurunan yang cepat ke 3 mg/dl pada hari ke 5
kehidupan.
Konsekuensi yang lebih serius pada kadar bilirubin inderect yang tinggi dapat
terjadi akumulasi di jaringan otak, suatu keadaan yang disebut kernicterus, yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen otak dan retardasi. Untuk alasan
inilah, kadar bilirubin neonatus dimonitor secara ketat. Jika perlu, diambil
langkah untuk mempermudah konversi dari bilirubin indirect ke bilirubin direct,
yang kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
Simpanan besi
Neonatus dilahirkan dengan penumpukan simpanan besi selama kehidupan
fetal. Jika intake besi ibu tidak cukuip, bayi akan kekurangan besi untuk
menghasilkan sel darah merah sampai kurang lebih usia 3-5 bulan. Begitu sel
darah merah lysis setelah lahir, besi disiklus kembali dan disimpan dalam hati
sampai diperlukan untuk produksi sel darah merah yang baru. Jika intake besi
ibu kurang selama hamil, tambahan besi harus diberikan pada bayi seperti obat
atau
formula
iron-fortified
selama
tahun
pertama
kehidupaAdaptasi
gastrointestinal.
G.
Adaptasi renal
Walaupun urine diproduksi dan diekskresi ke dalam cairan amniotik oleh fetus
dari bulan keempat kehamilan, ginjal tetap tidak matang saat lahir. Neonatus sangat-
belum
matang.
Nilai
BJ
urine
berkisar
antara
1.006-1.012
H.
Adaptasi neurologi
Sistem neurologi pada saat lahir belum matang walaupun fungsi fisiologinya
I.
Adaptasi imunologi
Reaksi bayi terhadap infeksi saat lahir terbatas. Fagositosis tampaknya terbatas
pada
neonatus
dan
kadar
antibody
khususnya
IgM
rendah,
mungkin
J.
Adaptasi hematopoetik
Pada saat lahir sumsum tulang merupakan organ utama hematopoetik.
Perubahan hitung sel darah merah, sel darah putih, dan konsentrasi hemoglobin
terjadi secara perlahan-lahan selama 6 bulan pertama kehidupan.
Produksi sel darah merah. Untuk mengkompensasi konsentrasi oksigen yang
relatif rendah dalam uterus, fetus mempunyai hitung eritrosit dan hemoglobin yang
lebih tinggi dari orang dewasa. Jumlah eritrosit bayi baru lahir berkisar antara 5.0-7.5
juta/mm3. Jumlah hematokrit juga tinggi, antara 45%-65%. Segera setelah lahir,
K.
beberapa hari setelah lahir. Uterus pada neonatus perempuan, yang sudah dirangsang
oleh estrogen ibu selama hamil, bisa mengeluarkan sedikit darah mukosa vagina
(pseudomenstruasi) beberapa hari setelah lahir. Bayi baru lahir baik wanita maupun
laki-laki bisa menunjukkan pembesaran mammae sementara, sebagai akibat
rangsangan estrogen. Cairan, kadang-kadang disebut susu, bisa dikeluarkan dari
putting susu neonatus. Testis secara normal turun ke dalam kantong skrotum pada
90% neonatus laki yang fullterm pada saat lahir.
L.
Adaptasi Perilaku
Periolde reaktifitas
Pada periode segera setelah lahir neonatus berkembang melalui suatu rangkaian
pola perilaku yang dapat diduga dan dikenal dengan periode reaktifitas. Periode
ini tahapannya berbeda, yang dimulai saat lahir, ditandai dengan bangun dan
tidur dan perubahan-perubahan berfungsinya fisiologi. Bayi mungkin butuh
asuhan keperawatan yang khusus selama tiap-tiap periode karena adaptasi,
khususnya pernapasan dan penyesuaian suhu, tidak selalu dicapai secara mulus.
Periode reaktifitas yang pertama. Periode ini, berakhir 15-30 menit segera
setelah lahir, dicirikan dengan keadaan sadar bergantian dengan episode
bergerak dengan aktif, menangis dan pernapasan serta HR cepat tidak teratur.
Karena mata neonatus terbuka saat ini dan sering kali ada refleks mengisap
yang kuat, maka saat ini merupakan waktu terbaik bagi perawat membantu
proses ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak. Saat ini juga merupakan
waktu ideal untuk mulai menyusui bayi. Walaupun suara usus secara normal
belum ada, menyusui saat ini sering berhasil dan memuaskan ibu maupun bayi.
Periode inaktifitas.
Setelah kurang lebih setengah jam, neonatus menjadi tenang secara progresif
dan bahkan masuk ke dalam fase tidur. Periode inaktifitas ini berakhir 2-4 jam,
dan bisa sulit membangunkan bayi atau mulai menyusui selama periode ini.
Pernapasan dan HR pelan sampai mencapai kecepatan istirahat atau dasar. Suhu
mungkin turun sampai titik terendah dan suara usus mulai terdengar.
fase ini bisa menunjukkan banyak variabel dalam reaksi perilaku. Kecepatan
pernapasan dan jantung bisa berubah secara cepat. Bisa terjadi periode
tachipneu, cekukan, regurgitasi mukus, dan cyanosis sementara, yang
bergantian dengan episode tidur tenang. Neonatus mungkin bisa mengalami
apnea. Suara usus meningkat, mekonium bisa keluar, dan sekali lagi bayi baru
lahir menunjukkan minatnya terhadap menyusui. Pada usia 6-8 jam setelah
lahir, kebanyakan bayi-bayi cukup bulan yang sehat sudah mencapai keadaan
seimbang. Transisi dari lingkungan dalam uterus ke lingkungan luar uterus
dicapai dengan berhasil. Bayi baru lahir tiba pada tidur rutin yang kurang
dramatis diikuti dengan bangun diselingi dengan periode menangis. Perlunya
ketelitian, sering monitor biasanya berakhir kurang lebih 8 jam setelah lahir.
Bayi secara normal siap untuk dipindahkan ke ruangan ibu atau ruang
perawatan pusat.
M.
Adaptasi suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan
suhu kamar bersalin 21C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu
37,7C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap
dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas.
Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan
kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan
lemak subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat
cepatnya perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui penguapan,
kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan permukaan dingin, dan
melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
N.
Adaptasi paru
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal
melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah
pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup.
Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran
gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu
sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju
jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding
alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis (Myles, 2009).
Sumber:
https://www.facebook.com/permalink.php?
id=110197289039873&story_fbid=461517120574553
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/adaptasi-fisiologis-bayi-baru-lahirbbl.html#ixzz3G6AeLSO9
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2014, pukul 17.00 WITA