Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses bertemunya sel telur dan sperma dan akhirnya

akan menghaslkan anak yang akan menjadi kebanggaan dari orang tuanya. Akhir dari
masa kehamilan adalah persalinan yang mana keluarnya bayi dan seluruh hasil
konsepsi ke dunia luar dan siap untuk hidup. Di dalam rahim ibu janin akan mendapat
kehangatan, tentu saja kehangatan di dalam rahim ibu berdebda dengan dunia luar.
Dengan perbedaan ini tentu saja asuhan yang diberikan juga berbeda. Neonatus
(BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28
hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim
menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua
system. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran (Saifuddin, 2002).sedangkan beberapa pendapat mengatakan.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI,
2005). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 42 minggu (Dona L. Wong, 2003). Neonatus (BBL)
bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature anak.Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung
pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan yang
paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi semua
system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan
sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan
yang matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL). Bayi yang
baru lahir sangat lemah dan sangat rentan terhadap keadaan lingkungan setelah diluar
rahim, untuk mendukung adaptasi dan kebutuhan bayi maka diberikan asuhan
neonatus pada 2-6 jam dan 6-48 jam yaitu kebutuhan ASUH.

Kebutuhan ASUH yang diberikan dapat diberikan berupa merawat tali pusat,
memandikan bayi, perawatan mata, perawatan anus dan genetalia, pemenuhan nutrisi,
me,bedong bayi, mempertahakan suhu tubuh, pemantauan BAB/BAK, pemenuhan
kebutuhan tidur bayi. Tentu saja pemberian kebutuhan setiap bayi akan bebeda antara
bayi satu dengan yang lainnya tergantung keadaan bayi dan kebutuhan adaptasi dari
bayi itu.
1.2
1.

Rumusan Masalah
Apa saja kebutuhan ASUH yang diberikan pada asuhan neonatus 2-6 jam dan

6-48 jam pertama setelah kelahiran?


1.3
1.

Tujuan
Untuk mengetahui kebutuhan ASUH yang diberikan pada asuhan neonatus 2-

6 jam dan 6-48 jam pertama setelah kelahiran.


1.4

Manfaat
Agar dapat menambah wawasan dan sumber literature bagi mahasiswa

khususnya kebidanan dan tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan neonatus
pada bayi umu 2-6 jam dan 6-48 jam pertama. Karena pada jam tersebut bayi masih
sangat rentan diharapkam tenaga medis dapat memberikan asuhan yang
berkesinambungan sehingga kematian BBL dapat ditekan.

BAB II
PEMBAHASAN
2

2.1 Pemenuhan Nutrisi


Pemenuhan nutrisi pada neonates
Bagi neonatus, ASI merupakan satu-satunya sumber makanan dan minuman
yang utama dengan nutrisi yang sebagian besar terkandung di dalamnya. ASI
mengandung zat gizi yang sangat lengkap, antara lain karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim dan zat kekebalan. Semua zat
ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya. ASI merupakan
nutrisi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Komposisi ASI berubah sesuai masa kehamilan dan usia pasca natal
(melahirkan). Komposisi ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari ke 4-7
(kolostrum) berbeda dengan ASI yang diproduksi hari 7-10 sampai hari ke 14 (ASI
transisi) dan ASI selanjutnya (ASI matur). Komposisi tersebut sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bayi baru lahir.
Komposisi ASI juga berbeda berdasarkan lamanya waktu menyusui. Pada
permulaan menyusui (5 menit pertama) disebut foremilk, mengandung kadar protein
yang tinggi. ASI yang dihasilkan pada akhir menyusui (setelah 15-20 menit) disebut
hindmilk, mengandung kadar lemak yang tinggi. Karena itu, para ibu harus menyusui
bayinya sampai tuntas pada satu payudara, baru kemudian dapat berpindah ke
payudara yang lain, agar bayi mendapatkan keseluruhan kandungan ASI yang
dibutuhkan.
Setelah bayi lahir, cairan encer kekuningan, yang disebut kolostrum, mengalir
dari puting ibu sebelum ASI diproduksi. Kolostrum kaya akan kalori, protein dan
antibodi. Ini berlangsung selama 1 sampai 4 atau 7 hari pascapersalinan. Bayi baru
lahir akan diberi ASI sesuai dengan kapasitas lambung antara 30-90 ml.

Setelah hari ke tujuh hingga usia 28 hari, ASI akan menjadi ASI transisi,
kemudian ASI matur. Tidak ada cara yang mudah untuk mengukur seberapa banyak
ASI yang dikonsumsi oleh bayi baru lahir, tetapi bukan berarti kita tidak bisa tahu
apakah bayi kita cukup mendapatkan ASI. Hal yang harus dipastikan adalah posisi
badan bayi pada saat sedang menyusu, serta pelekatan mulut bayi pada payudara ibu
telah benar sehingga bayi dapat minum ASI dan bukan hanya ngempeng. Bayi BAK
minimal 5-6 kali dalam sehari, dan selesai sendiri menyusunya dengan cara
melepaskan sendiri dari payudara ibu. Bayi tampak, tenang, kenyang dan tidak rewel
ketika selesai menyusu, dan setiap bulan ada kenaikan BB bayi yang wajar.
Kebutuhan minum pada neonatus yaitu :
1.
2.
3.
4.

Hari ke
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4

= 50-60 cc/kg BB/hari


= 90 cc/kg BB/hari
= 120 cc/kg BB/hari
= 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari.
Memberi Minum/Menyusui pada Neonatus
BBL normal dapat segera disusui hanya dalam waktu 1-2 menit pada setiap
payudara. Neonatus baru lahir segera mungkin dilakukan IMD. Proses ini
berlangsung minimal 1 jam pertama setelah neonatus lahir. IMD sangatlah baik
kegunaannya, selain sebagai pengerat hubungan batin ibu dan anak IMD juga
memiliki keuntungan lainnya, yaitu mempercepat keluarnya kolostrum. Pada waktu
IMD neonatus mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya.
Kolostrum adalah ASI yang keluar pertama kali , yang berwarna kekuningan dan
kental. Fungsi dari kolostrum yaitu :
a) Neonatus baru lahir mempunyai lambung yang sangat kecil,yang hanya muat
untuk di isi sedikit, dan kolostrun ini tersedia dalam jumlah sedikit

b) Kolostrum adalah sebuah konsentrat ( tinggi nutrient) cairan yang di buat


khusus untuk kebutuhan neonatus
c) Kolostrum mendorong pergerakan pertama kotoran , sehingga membersihkan
saliran pencernaannya dari mekonium
d) Kolostrum berisi banyak antibody dan growth factor. Growth factor ini
menigningkatkan perkembagan system pencernaan neonatus dan antibody
untuk meningkatkan system imun neonatus
e) Kolostrum berisi imunogobulin A, yang berfungsi melindungi neonatus dari
infeksi tenggorokan, hati, dan usus
f) Kolostrum berisi Protective Whie Cell yang membantu memusnahkan
penyakit yang disebabkan karena bakteri dan virus
g) Kolostrum memiliki antioksidan dan anti inflammatory
Oleh karena itu sangatlah penting neonatus mendapakan kolostrum dan air susu
ibu untuk pertama kali pada masa neonatus. Pada hari ke 3 neonatus harus sudah
menyusu selama 10 menit pada mammae ibu dengan jarak max 3-4 jam. Bila dalam
waktu kurang dari 1 jam neonatus menangis maka boleh disusui pada 1 payudara
secara bergantian.
Posisi yang baik saat menyusui yaitu:
a) Posisi yang baik dengan cara berbaring :

Ibu menyangga seluruh badan neonatus dengan satu lengan, kepala


neonatus berada pada lipatan siku, dan bokong neonatus terletak pada
lengan, ditahan dengan telapak tangan ibu.

Ibu memeluk badan neonatus dekat dengan badannya, perut neonatus


menempel dengan perut ibu, kedua tangan neonatus berada di depan ibu.
5

Kepala dan neonatus berada dalam satu garis lurus.

Wajah neonatus menghadap payudara dengan hidung berhadapan dengan


putting.

b) Posisi yang baik dengan cara duduk :

Ibu menyangga seluruh badan neonatus dengan satu lengan, kepala


neonatus berada pada lipatan siku, dan bokong neonatus terletak pada
lengan, ditahan dengan telapak tangan ibu.

Ibu memeluk badan neonatus dekat dengan badannya, perut neonatus


menempel dengan perut ibu, satu tangan neonatus diletakkan di belakang
badan ibu dan yang lainnya di depan badan ibu.

Kepala dan neonatus berada dalam satu garis lurus.

Wajah neonatus menghadap payudara dengan hidung berhadapan dengan


putting.

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar
maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi tampak tenang.
2) Badan bayi menempel pada perut ibu.
3) Mulut bayi terbuka lebar.
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
masuk.
6) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7) Puting susu tidak terasa nyeri.
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9) Kepala bayi agak menengadah.
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan minum dan makan bayi adalah
dengan membantu bayi mulai menyusu melalui pemberian ASI ekslusif. Prinsip
umum menyusui secara dini dan ekslusif adalah sebagai berikut:
1) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam
pertama) dan melanjutkannya selama 6 bulan pertama kehidupan.
2) Kolostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang
3) Bayi harus diberi ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Artinya tidak boleh
member makanan apapun pada bayi selain ASI selama masa tersebut.
4) Bayi harus disusui kapan saja ia mau,siang atau malam (on demand) yang
akan meransang payudara memproduksi ASI secara adekuat.
Untuk mendapatkan ASI dalam jumlah cukup, seorang ibu perlu menjaga
kesehatannya sebaik mungkin. Ia perlu minum dalam jumlah cukup, makan makanan
bergizi, dan istirahat yang cukup. Oleh sebab itu, bidan harus mengingatkan hal ini
pada ibu.
Selama 2 minggu pertama, bayi baru lahir hendaknya dibangunkan untuk makan
paling tidak setiap 2 jam sekali. Untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat cukup
makanan, ibu harus mengamati dan mencatat secerapa sering bayi berkemih.
7

Berkemih paling sedikit 6 kali selama 2-7 hari setelah lahir, ini menunjukkan asupan
cairannya adekuat.
Situasi tertentu yang mempengaruhi proses menyusui:
1) Bayi kembar
Proses dan teknikmenyusui bayi kembar sama dengan menyusui bayi tunggal.
Untuk mendapat ASI yang cukup untuk bayi kembarnya, ibu harus minum dalam
jumlah yang cukup, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup. Semakin
sering ibu menyusui, semakin banyak susu yang diproduksi.
2) Ibu yang bekerja jauh dari rumah atau bayi yang tidak dapat minum seluruh ASI
Jika ibu bekerja jauh dari rumah dan tidak dapat membawa bayinya, payudara ibu
akan menjadi penuh dan akan memproduksi ASI dalam jumlah sedikit. Untuk
menjaga agar payudara tetap memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup, ibu dapat
mencoba dengan mengeluarkan susunya selama satu hari.
3) Situasi ketika ibu tidak dapat menyusui bayinya
a) Jika ibu menderita penyakit yang serius atau dalam keadaan dehidrasi sebab
menyusui dapat memperburuk kesehatan ibu.
b) Jika ibu menderita AIDS atau infeksi HIV, penyakit ini dapt ditularkan melalui
ASI.
Dalam keadaan ini, ibu sebaiknya mendapat bantuan untuk mencari
alternative lain dalam memberi makan pada anaknya.
Memulai pemberian ASI dengan langkah permulaan baik:
1) Satukan bayi baru lahir dengan ibunya segera setelah lahir

2) Bantu ibu memberikan ASI pertama


3) Bayi hendaknya tidur di samping ibu, pada tempat tidur yang sama
4) Beri bayi makan sesering mungkin
5) Beri hanya kolostrum dan ASI
6) Hindari penggunaan botol
7) Posisi bayi yang benar pada puting susu ibu sewaktu menyusui akan
membantu keberhasilan pemberian ASI.
2.2 Membedong Bayi
Kebiasaaan bedong sudah ada sejak dahulu kala sekitar abad ke 20 kebiasaan
masyarakat Asia termasuk Indonesia masih mempercayai tradisi membedong atau
membungkus bayi yang baru lahir dengan selimut agar kakinya lurus. Tetapi jika
tidak dilakukan dengan teknik yang benar, membedong bayi dapat meningkatkan
risiko terhadap beberapa kondisi kesehatan. Bedong adalah tradisi yang telah berusia
berabadabad yang dipercaya dapat membuat bayi merasa masih berada dilingkungan
rahim yang hangat. Membedong bayi juga dikenal dapat menenangkan bayi yang
rewel karena belum terbiasa terhadap suara dari dunia luar (Junaidi, 2006).
Cara membedong pun bervariasi. Ada yang membedong dengan ketat ataupun
longgar. Tapi umumnya yang dianut di Indonesia adalah membedong dengan ketat
untuk mencapai tujuan membedong banyak masyarakat berfikir bedong membuat
tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang karena bayi merasa dipeluk,
menghangatkan tubuh bayi, mencegah kaki bengkok pada bayi, mencegah kaki
membuka, memudahkan dalam memegang dan menggendong bayi, pemberian
bedong bayi dilakukan sampai usia bayi 3 bulan karna usia 3 bulan lebih bayi mulai
banyak gerak dan rewel jika diberi bedong (Junaidi, 2006).
Telah menjadi kebiasaan bahwa setiap bayi yang baru lahir dibedong hingga
usia beberapa bulan. Bedong dipercaya dapat membantu meluruskan kaki bayi yang
9

ketika lahir cenderung dalam posisi ditekuk seperti kaki katak. Selain itu, bayi juga
lebih tenang karena bayi merasa lebih hangat dan nyaman seperti ketika masih berada
di dalam rahim. Untuk itu, bayi jadi lebih mudah digendong dan mudah disusui
karena tangan dan kakinya tidak bergerak-gerak tak menentu (Dewi, 2010).
Berdasarkan penelitian Rezkiyati (2014) dengan judul Hubungan Bedong
Terhadap Kemampuan Mengangkat Kepala Pada Prone Position Bayi Usia 3 Bulan di
Posyandu Barokah Boyolali menunjukkan pada bayi perkembangan motorik kasar
dengan mengangkat kepala termasuk kategori tidak normal. Hal ini mungkin dapat
disebabkan bayi yang dibedong tidak leluasa bergerak. Ketika tubuh belajar
berguling, mengangkat dirinya sendiri dengan lengan dan merangkak, tubuh melihat
lingkungan terdekatnya dari berbagai perspektif.
Berdasarkan penelitian Wahyuni (2014) dengan judul Hubungan Pemberian
Bedong Bayi Dengan Kemampuan Berguling Bayi Usia 3 Bulan di Posyandu
Barokah Boyolali dapat diketahui bahwa kemampuan berguling pada bayi
membutuhkan kematangan otot-ototnya, keseimbangan leher yang kuat, dan
kemampuan mengontrol bahu dan kemampuan motorik akan menjadi kekuatan yang
diperlukan dalam berguling. Sehingga pada bedong bayi, bayi yang diberikan bedong
yang terlalu ketat dan dalam waktu yangg lama akan menghambat gerakan reflek
primitif pada bayi, terutama reflek righting dan ATNR yang dapat berpengaruh pada
kemampuan berguling bayi.
Langkah Membedong Bayi
1. Bentangkan kain bedong pada permukaan yang rata, dengan bentuk seperti
berlian (gambar 1)
2. Lipat sudut bagian atasnya ke bawah, sebanyak sekitar 15-20 cm, sehingga
permukaan atas kain membentuk garis horisontal (gambar 1)
3. Letakkan bayi Anda perlahan pada punggungnya, sehingga ujung atas kain
yang horisontal tadi berada sejajar dengan bahunya (gambar 1)
4. Turunkan tangan kanan bayi Anda sehingga berada di samping tubuhnya
(gambar 2)

10

5. Tarik sudut kain bedong yang berada di sisi tangan kanannya tadi untuk
menyelimuti tangan dan dadanya, lalu selipkan ujung kain tersebut ke bawah
punggungnya yang ada di sisi kiri tubuhnya (gambar 2)
6. Turunkan tangan kiri bayi Anda, sehingga berada di samping tubuhnya
7. Tarik sudut kain bedong yang berada di sisi tangan kirinya tadi untuk
menyelimuti tangan dan dadanya, lalu selipkan ujung kain tersebut ke bawah
punggungnya yang ada di sisi kanan tubuhnya. Atau bisa juga dengan cara
seperti pada gambar 3.
8. Pelintir atau lipat ujung kain bedong bagian bawah, lalu selipkan ke bawah
tubuhnya, tapi biarkan longgar, jangan terlalu kencang, sehingga lutunya bisa
dilipat olehnya, pinggulnya bisa bergerak dengan baik dan ia pun bisa
meregangkan kakinya degan mudah. (http://www.tipsbayi.com/bedong-bayimanfaat-dan-cara-membedong-yang-baik.html)

2.3 Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi


Dalam Prawirohardjo (2011) dijelaskan bahwa bayi kehilangan panas melalui
empat cara yaitu :
11

1. Konduksi yaitu kehilangan panas melalui benda-benda padat yang berkontak


dengan kulit bayi.
2. Konveksi yaitu pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi.
3. Evaporasi yaitu kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang
basah.
4. Radiasi yaitu kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi yang tidak
berkontak secara langsung dengan kulit bayi.
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas melalui keempat cara diatas. Kehilangan panas secara konduksi
jarang terjadi kecuali jika bayi diletakkan pada alas yang dingin.
Cara konveksi
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 200 C dan sebaiknya
tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC
yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi
untuk meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi.
Cara Evaporasi
Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat
melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik bila menggunakan handuk
hangat untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif.
Cara Radiasi
Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya
jendela pada musim dingin. Karena itu, bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya,
idealnya dengan handuk hangat. Jika resusitasi aktif diperlukan, bayi sedapat
mungkin diselimuti, karena bayi yang mengalami asfiksia tidak dapat menghasilkan
panas untuk dirinya sendiri dan karenanya akan kehilangan panas lebih cepat.
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1 o C lebih
tinggi dibanding suhu ibunya. Sayangnya, tidak jarang bayi mengalami penurunan
suhu tubuh menjadi 35-35,5o C dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawatan di
12

ruang bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara
yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC di dekat troli resusitasi), atau petugas
tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah dilahirkan.
Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distress pernapasan, hipoglikemi, dan
gangguan pembekuan darah lebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami
hipotermia (Prawirohardjo, 2011).
Hipotermi
1. Pengertian Hipotermi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36C) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah
36,5C-37,5C (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2007).
Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, diagnosa bayi baru lahir yang
mengalami hipotermi dapat ditinjau dari riwayat asfiksia pada waktu lahir, riwayat
bayi yang segera dimandikan sesaat sesudah lahir, riwayat bayi yang tidak
dikeringkan sesudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya, riwayat terpapar dengan
lingkungan yang dingin dan riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan kehangatan
pada bayi.
2. Penyebab Hipotermi
Hipotermia cenderung terjadi pada masa transisi pada bayi baru lahir. Masa
transisi bayi merupakan masa yang sangat kritis pada bayi dalam upaya untuk dapat
bertahan hidup. Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus
yang suhunya jauh lebih dingin bila dibandingkan suhu didalam uterus yang relatif
lebih hangat sekitar 370C. Suhu ruangan yang normalnya 250C 270C berarti ada
penurunan sekitar 100C. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam
mengendalikan suhu secara adekuat, bahkan jika bayi lahir saat cukup bulan dan
sehat sehingga sangat rentan untuk kehilangan panas.
13

Suhu tubuh rendah (Hipotermi) dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah)
atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2007).
Berdasarkan penelitian Hutagaol, dkk. dengan judul

Pengaruh Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir
dijelaskan bahwa karakteristik fisik bayi baru lahir dan faktor lingkungan area
persalinan berpengaruh kepada penurunan suhu bayi baru lahir, dan penurunan suhu
tubuh yang cepat dapat terjadi jika tidak segera dilakukan asuhan pencegahan
kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu sekitar 0,1 0,30C per menit.
Berat badan dan luas permukaan tubuh memengaruhi total kehilangan panas
kering pada bayi baru lahir, dimana total kehilangan panas kering lebih tinggi pada
bayi dengan berat badan lebih rendah dan luas permukaan tubuh yang rendah,
dibandingkan dengan bayi baru lahir dengan berat badan lahir dan luas permukaan
tubuh yang lebih besar.
3. Tanda tanda Hipotermi
Gejala awal hipotermi adalah apabila suhu bayi baru lahir <36C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermi sedang (suhu 32C-36C). Disebut hipotermi berat apabila suhu
tubuh bayi <32C (Saifuddin, 2006)
Menurut Saifuddin 2006, penilaian tanda-tanda hipotermi pada bayi baru lahir
meliputi bayi tidak mau minum/menetek, bayi tampak lesu atau mengantuk, tubuh
bayi teraba dingin, dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras (sklerema).
Tanda-tanda hipotermi sedang antara lain meliputi aktifitas bayi berkurang
(letargis), tangisan bayi lemah, kulit berwarna tidak rata (Cutis mamorata),
kemampuan menghisap lemah dan kaki teraba dingin (Saifuddin, 2006).
Tanda-tanda hipotermi berat sama dengan hipotermi sedang antara lain bibir
dan kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur dan bunyi jantung
lambat (Saifuddin, 2006).
14

4. Pencegahan Hipotermi
Menurut Prawirohardjo (2011) hipotermi dapat dicegah dengan melakukan
persiapan sebelum kelahiran dengan menutup semua pintu dan jendela di kamar
bersalin dan mematika AC yang langsung mengarah pada bayi. Suhu dikamar
bersalin paling rendah 20o C, dan harus lebih tinggi jika bayi premature. Troli
resusitasi dengan pemanas di atasnya dinyalakan diletakkan di tempat yang paling
hangat dan jauh dari aliran udara. Segera setelah dilahirkan, bayi dikeringkan dan
kemudian diselimuti/dibungkus rapat dengan handuk hangat. Membiarkan bayi dalam
keadaan telanjang seperti memandikan ataupun saat melakukan kontak kulit ibu
dengan bayi harus dilakukan dalam ruangan yang hangat (23-25 o C) atau dibawah
pemanas radian / infant radiant warmer.
Kelembaban relatif sebesar 40-60% perlu dipertahankan untuk membantu
stabilitas suhu tubuh bayi, yaitu dengan cara mengurangi kehilangan panas pada suhu
lingkungan yang rendah, mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan
nafas, terutama saat mendapat terapi oksigen dan selama pemasangan intubasi
endotrakea atau nasotrakea dan mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi
kehilangan cairan insesibel dari paru (Surasmi, 2003).
Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, langkah-langkah pencegahan
terjadinya hipotermi adalah jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam,
kemudian rawatlah bayi kecil di ruang yang hangat tidak kurang 25C dan bebas dari
aliran angin. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin misalnya
dinding dingin atau jendela walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah pemancar
panas dan jangan meletakkan bayi langsung dipermukaan yang dingin misalnya alas
tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi
diletakkan.
Pada waktu di pindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan
pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat, bayi harus tetap berpakaian atau
diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan
misalnya bila dipasang jarum infus intravena atau selama resusitasi dengan cara
15

memakai pakaian dan mengenakan topi, bungkus bayi dengan pakaian yang kering
dengan lembut dan selimuti, buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan
atau tindakan, berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan misalnya
menggunakan pemancar panas, ganti popok setiap kali basah (Departemen Kesehatan
RI 2007).
Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit misalnya kain kasa yang
basah, usahakan agar bayi tetap hangat, jangan menyentuh bayi dengan tangan yang
dingin dan ukur suhu tubuh: bila bayi sakit frekuensi pengukurannya setiap jam, bila
bayi kecil frekuensi pengukurannya setiap 12 jam dan bila keadaan bayi membaik
frekuensi pengukurannya setiap sekali sehari (Departemen Kesehatan RI 2007).
Menurut Wahyuningsih 2008, metode mencegah terjadinya hipotermi
umumnya dapat dilakukan dengan cara menghangatkan dahulu setiap selimut, topi
atau pakaian sebelum kelahiran kemudian segera keringkan bayi baru lahir.
Kemudian mengganti selimut yang basah setelah mengeringkan bayi baru lahir dan
hangatkan dahulu area resusitasi bayi baru lahir. Kemudian mengatur suhu ruangan
kelahiran pada 24C, jangan melakukan pengisapan pada bayi baru lahir diatas tempat
tidur yang basah, tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu bayi stabil selama 2
jam kemudian atur agar tempat perawatan bayi baru lahir jauh dari jendela, dindingdinding luar atau pintu keluar serta pertahankan kepala bayi baru lahir tetap tertutup
dan badannya dibedung dengan baik setiap 48 jam.
5. Penanganan Hipotermi
Seorang bayi yang cukup bulan yang sehat dan berpakaian akan
mempertahankan suhu tubuh sebesar 36-37 C asalkan suhu lingkungan
dipertahankan antara 18 dan 21 C, gizi cukup dan gerakannnya tidak terhambat oleh
bedong yang ketat. Laju metabolisme bayi berbeda-beda, tetapi masing-masing bayi
harus diawasi tidak boleh terlalu panas.
Saat merawat bayi beresiko, harus melakukan pengukuran ekstra untuk
mempertahankan suhu lingkungan yang netral (neutral thermal environment [NTE])

16

untuk bayi tersebut. Suhu lingkungan yang netral adalah suhu lingkungan dimana
bayi tertentu akan mempertahankan suhu normal tanpa menggunakan energi
berlebihan untuk Utara melakukannya. Bayi yang mengalami hipotermi akan
meningkatkan kecepatan metabolismenya untuk meningkatkan suhu tubuhnya dalam
kisaran normal.
Penanganan bayi hipotermi berat dapat dilakukan tindakan yaitu segera
hangatkan bayi dibawah alat pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
mungkin gunakan inkubator atau ruangan hangat bila perlu. Kemudian ganti baju
yang dingin dan basah bila perlu beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti
dengan selimut hangat. Bayi harus dihindari dari paparan panas yang berlebihan dan
usahakan agar posisi bayi sering diubah bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi
nafas lebih 60 atau kurang 40 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat
ekspirasi)
Tindakan selanjutnya yaitu memasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai
dengan dosis rumatan, dan selang infus tetap terpasang di bawah pemancar panas,
untuk menghangatkan cairan. Kemudian periksa kadar glukosa darah, bila kadar
glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6 mmol/L), berikan penanganan terhadap
hipoglikemi. Nilailah tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum
setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal. Lalu ambil sampel
darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan
kemungkinan besar sepsis. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap tetapi bila
bayi tidak dapat menyusu berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang
pipa lambung dan beri ASI perah begitu suhu bayi mencapai 35C (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik paling tidak 0,5 C/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu
bayi setiap 2 jam. Periksa suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu

17

ruangan setiap jam, setelah suhu tubuh bayi normal: lakukan perawatan lanjutan
untuk bayi serta pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.
Kemudian pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Penanganan bayi yang mengalami hipotermi sedang dapat dilakukan tindakan
yaitu dengan mengganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimut dengan selimut hangat. Apabila ada ibu atau pengganti ibu,
anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit
(perawatan bayi lekat) akan tetapi apabila ibu tidak ada: hangatkan kembali bayi
dengan menggunakan ala pemancar panas. Gunakanlah inkubator dan ruangan hangat
bila perlu. Kemudian periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering
diubah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Karlsson (1996) dalam penelitiannya mendapatkan hasil suhu rektal
meningkat 0,7 0,4C setelah satu jam kontak kulit. Selama satu jam kontak kulit ke
kulit, suhu inti dan suhu kulit perut meningkat yang mengindikasikan keuntungan
dalam pencegahan kehilangan panas. Selama bayi berada dalam bedung dan jauh dari
ibu dapat terjadi penurunan suhu tubuh pada bayi baru lahir. Kontak kulit ke kulit
harus dilanjutkan sampai akhir dari menyusu pertama untuk menunjukkan efek dan
meningkatkan regulasi bayi baru lahir secara dini. Menyusui secara dini selama 30
menit dapat menginduksi pembentukan panas pada bayi baru lahir. Efek termic dari
menyusui dapat diperhitungkan yaitu melalui penyimpanan panas dan kemudian
dipergunakan.

18

Penelitian Fransson tahun 2013 melaporkan bahwa terdapat peningkatan suhu


kulit kaki tertinggi pada jam pertama bayi baru lahir selama bayi diletakkan dekat
dengan ibu. Pada saat ini suhu kulit perut juga lebih tinggi dibandingkan rerata suhu
kulit perut, dan perbedaan suhu kulit perut dan kaki pada saat ini hanya sedikit. Suhu
kulit kaki terendah didapati pada saat bayi berada dalam pakaian, selama periode ini
suhu kulit perut lebih rendah dibandingkan rerata suhu kulit perut dan perbedaan suhu
bayi juga besar. Hal ini sama ditemukan baik pada hari pertama dan kedua.
2.4 Pemantauan Buang Air Besar
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama
dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecilkecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari
ketiga3 sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan lebih
cepat mengeluarkan tinja dari pada mereka yang diberi makan kemudian. Tinja dari
bayi yang disusui ibunya berbeda dengan tinja yang diberi susu botol. Tinja dari bayi
yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak meyebabkan iritasi pada
kulit bayi adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi
satu kali setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian konsistensi tinja tetap lunak dan
tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap
lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung
mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan berkurang pada minggu kedua dari lima atau
enam kali defekasi setiap hari (satu kali defekasi setiap kali diberi makan) menjadi:
satu atau dua kali sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua
kehidupannya. Dengan tambahan rnakanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja
orang dewasa. Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja rnasih dalam bentuk
mekonium dan norrnalnya bayi BAB paling tidak satu kali sehari (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).
Setiap kali bayi Buang Air Besar, maka segera bersihkan daerah bokong bayi,
agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, karena jika daerah bokong
lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, untuk

19

membersihkan daerah bokong, sebaiknya memakai air bersih hangat dan sabun,
kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut, ibu, keluarga atau bidan
setelah menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai
sabun (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Didalam Jurnal Pola Defekasi pada Anak menjelaskan bahwa bayi normal
lebih mudah mencerna dan menyerap lemak yang berasal dari ASI dibandingkan
lemak susu sapi atau susu formula, disebabkan ASI mengandung lipase. Selain lipase,
ASI juga mengandung amilase dan protease. Oleh karena itu, sangat penting dan
bermanfaat untuk tetap memberikan ASI pada bayi. Bayi baru lahir umumnya
mempunyai

aktivitas

laktase

yang

belum

optimal

sehingga

kemampuan

menghidrolisis laktosa yang terkandung di dalam ASI maupun susu formula juga
terbatas. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan osmolaritas di dalam lumen
usus halus yang mengakibatkan peningkatan frekuensi defekasinya (Tehuteru dkk,
2001).
Didalam jurnal tersebut juga menjelaskan bahwa defekasi pada bayi baru lahir
diawali dengan keluarnya mekonium. Mekonium adalah tinja yang berwarna hitam,
kental dan lengket, seperti karet yang merupakan campuran sekresi kelenjar intestinal
dan cairan amnion. Pada keadaan normal, mekonium akan keluar pada 36 jam
pertama setelah lahir sebanyak 2-3 kali setiap harinya. Pada bayi yang mendapat ASI,
kolostrum berperan sebagai laksatif alami yang membantu mendorong mekonium
keluar dari tubuh. Kolostrum mulai diproduksi pada akhir kehamilan dan tetap
bertahan hingga empat hari setelah kelahiran (Tehuteru dkk, 2001).
Pada tahun 1952, Nyhan meneliti 800 bayi baru lahir di Amerika Serikat,
mendapatkan frekuensi defekasi rata-rata bayi berusia 1 hari adalah 1,5 kali.
Frekuensi ini terus meningkat dengan bertambahnya umur bayi dan mencapai
puncaknya pada usia 5 hari, yaitu 4,4 kali setiap harinya (Tehuteru dkk, 2001).

20

2.5 Pemantauan Buang Air Kecil


Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa
belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah kecil
urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL mungkin tidak
mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini.
Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang
cukup atau berkemih > 8 kali pertanda ASI cukup. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan
kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya. Sama seperti diatas, setiap kali
bayi buang air kecil, rnaka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak lecet dan
mengganggu kenyamanan bayi, akan tetapi kalau hanya buang air kecil tidak perlu
memakai sabun cukup dengan menggunakan kapas Desinfektan Tingkat Tinggi
(DTT) yaitu kapas DTT yang dicerelup ke dalam air DTT (air direbus hingga
mendidih setelah itu hitung sampai 20 menit) karena jika daerah bokong lembab dan
kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, kemudian segera
keringkan dengan handuk secara lembut, ibu, keluarga atau bidan setelah menolong
bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun (Rukiyah dan
Yulianti, 2010). Tanda bahaya yaitu tidak buang air kecil dalam 24 jam (Dwienda,
2014).
2.6 Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonatus
sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat
pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. (Ai Yeyeh, 2010).
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
bayi, pola ini dapat dilihat pada tabel berikut (Ai Yeyeh, 2010):

21

Usia

Lama Tidur

1 minggu

16,5 jam

1 tahun

14 jam

2 tahun

13 jam

5 tahun

11 jam

9 tahun

10 jam

Sumber: Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Trans Info Media.

22

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bagi neonatus, ASI merupakan satu-satunya sumber makanan dan minuman
yang utama dengan nutrisi yang sebagian besar terkandung di dalamnya. ASI
mengandung zat gizi yang sangat lengkap, antara lain karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim dan zat kekebalan. Semua zat
ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya. ASI merupakan
nutrisi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Bedong adalah tradisi yang telah berusia berabadabad yang dipercaya dapat
membuat bayi merasa masih berada dilingkungan rahim yang hangat. Membedong
bayi juga dikenal dapat menenangkan bayi yang rewel karena belum terbiasa terhadap
suara dari dunia luar. Cara membedong pun bervariasi. Ada yang membedong dengan
ketat ataupun longgar.
Bayi kehilangan panas melalui empat cara yaitu konduksi dimana kehilangan
panas melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi, konveksi dimana
pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi, evaporasi yaitu kehilangan panas
melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah, dan radiasi yaitu kehilangan panas
melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit
bayi.
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama
dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecilkecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari
ketiga3 sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan lebih
cepat mengeluarkan tinja dari pada mereka yang diberi makan kemudian. Bayi mulai
memiliki pola defekasi pada minggu kedua kehidupannya. Dengan tambahan
rnakanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa. Bayi biasanya dalam
23

3 hari pertama BAB, tinja rnasih dalam bentuk mekonium dan norrnalnya bayi BAB
paling tidak satu kali sehari.
Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa
belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah kecil
urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL mungkin tidak
mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini.
Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang
cukup atau berkemih > 8 kali pertanda ASI cukup. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari.
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonatus
sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat
pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semoga dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan pada
ibu nifas khususnya pada neonatus. Apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi,
karena kami adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan

DAFTAR PUSTAKA
24

Depkes. 2007. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta :
DepKes RI.
Dewi. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Dwienda, O., Maita, L., Saputri, E.M., & Yulviana, R. (2014). Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta:
Deepublish
http://www.tipsbayi.com/bedong-bayi-manfaat-dan-cara-membedong-yangbaik.html(diakses pada Rabu, 17 Februari 2016, pukul 13.45 WITA)
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. 2014. Pengaruh inisiasi menyusu dini (imd)
terhadap suhu dan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2014; 3(3): 332-227.
Junaidi.2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu kebidanan. Ed. 4, Cet. 4. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rezkiyati, F. 2014. Hubungan bedong terhadap kemampuan mengangkat kepala
pada prone position bayi usia 3 bulan di Posyandu Barokah Boyolali. Skripsi.
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Saifudin, Abdul. 2006. Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Surasmi, A. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC

25

Tehuteru, E.S., Hegar, B., & Firmansyah, A. (2001). Pola defekasi pada anak. Sari
Pediatri, 3(3), 129-133
Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Jogyakarta: Fitramaya
Wahyuni. 2014. Hubungan pemberian bedong bayi dengan kemampuan berguling
bayi usia 3 bulan di Posyandu Barokah Boyolali. Skripsi. Program Studi S1
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai