PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
napas bayi 30-60 kali/menit dapat dilihat sebagai pernafasan Cheyne-Stokes
dengan periode apneu singkat tanpa bukti adanya stress pernafasan.
Periksa adanya sulit bernafas pada bayi jika terdapat episode apnea ≥ 15
detik, bradipnea ≤ 25 kali/menit, takipnea ≥ 60 kali/menit, bunyi nafas
krekels, ronkhi, atau mengi.
1. Perkembangan Paru-Paru.
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring, yang
bercabang dan membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah
bronkiolus dan alveolus sepenuhnya berkembang walaupun janin
memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua
dan ketiga (Varney, 1997). Ketidakmatangan paru terutama akan
mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi yang lahir sebelum usia
kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan
alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak mencukupinya
jumlah surfaktan.
2. Awal Adanya Napas.
Dua faktor yang berperan pada stimulasi napas pertama bayi, yaitu
sebagai berikut :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan stimulus fisik lingkungan luar
uterus yang menstimulasi pusat pernapasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru
selama persalinan sehingga menstimulasi masuknya udara ke dalam
paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskular, dan sistem saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut nadi yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi, sistem tersebut harus
berfungsi secara normal.
3
3. Surfaktan Dan Upaya Pernapasan.
Upaya pernpasan pertama bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru
untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan
dimulai pada usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan meningkat
sampai paru-paru matur sekitar usia kehamilan 30-34 minggu. Surfaktan
ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa
surfaktan, alveoli akan kolaps setiap setelah akhir setiap pernapasan,
yang menyebabkan bayi sulit bernapas dan membutuhkan banyak energi
untuk bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
4. Dari Cairan Menuju Udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan paru-paru. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan., sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria
tidak mendapatkan keuntungan dari kompresi ringga dada ini dan dapat
menderita paru-paru basah dalam waktu lebih lama. Dengan beberapa
kali tarikan napas, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi
baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru akan berkembang terisi
udara sejalan dengan waktu.
5. Fungsi sistem pernapasan yang terkait dengan fungsi kardiovaskular.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami vasokontraksi.
Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang
terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli sehingga
4
menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan yang akan memperburuk
hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru. Peningkatan aliran darah
ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru dan menstimulasi perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar uterus.
5
Dua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit ,
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernapasan pertama menurunkan resintensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem sistem pembuluh darah paru
(menurunkan resintensi pembuluh darah paru). Peningkatan sirkulasi ke
paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikalis, duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir
dan setelah tali pusat diklem.penutupan anatomi jaringan fibrosa
berlangsung dalam 2-3 bulan.
6
Jika bayi kedinginan, ia mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan
asidosis. Oleh sebab itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada bayi baru lahir.
Hipotemia terjadi jika suhu tubuh turun di bawah 36 C. suhu normal pada
neonatus adalah 36-37 C. bayi baru lahir sangat mudah mengalami
hipotermia yang disebabkan oleh :
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
2. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas.
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak
kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama
pada masa stabilisasi (6-12 jam pertama setelah lahir). Minyalnya, bayi baru
lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau
meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat, bayi dibiarkan telanjang
atau segera dimandikan.
7
Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan oleh penurunan suhu tubuh yang
dapat terjadi melalui :
1. Radiasi : panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi
yang lebih dingin, misalnya bayi baru lahir diletakkan di
tempat yang dingin.
2. Evaporasi : cairan/ air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap,
misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari
air ketuban.
3. Konduksi : pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya
popok/ celana bayi basah dan tidak langsung diganti.
4. Konveksi : hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di
sekeliling bayi, misalnya bayi baru lahir diletakkan dekat
pintu/ jendela yang terbuka.
8
8. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit (misalnya kasa yang
basah), usahakan agar bayi tetap hangat.
9. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
9
BAB 3
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Adaptasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL)
dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya. Periode adaptasi ini disebut sebagai periode
ini berlangsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata dan
cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termregulasi,
dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
2.2 Saran
Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan
penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada
bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat
melakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Erawati, Ambar. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: EGC
Medika
11