1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang………………………………………………………..3
1.2 Rumusan
masalah…………………………………………………….3
1.3 Tujuan……………………………………………………………….
..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi fisiologi BBL terhadap kehidupan luar uterus…………….4
2.2 Perlindungan termal (termoregulasi)…………………………………11
2.3 Pemeliharaan pernapasan…………………………………………….13
2.4 Pemotongan tali pusat………………………………………………..13
2.5 Evaluasi nilai APGAR……………………………………………….16
2.6 Resusitasi……………………………………………………………..17
2.7 Bounding attachment…………………………………………………21
2.8 Pemberian ASI awal……………………………………………….....25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………27
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Pesalinan.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti Asuhan adaptasi bayi baru
lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap
ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral
untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap
penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
A. Perubahan sistem pernafasan
4
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permukaan gerakan pernafasan.
d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30
detik setelah persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi
pada melalui jalan lahir mengakibatkab cairan paru-paru
kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut. Sehingga cairan
yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paru-paru
mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk
semula, jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 museum
lampung -100 museum lampung.
B. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-paru dimana
selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses persalinan
melalui section cesaria maka kehilangan keuntungan komresi dada ini
tidak terjadi maka dapat mengakibatkan paru-paru basah.
Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi
ruangan trakhea untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan
berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru
untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar
5
oksigen kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen
ovale dan penutupan duktus antara arteoriosus antara arteri paru-paru serta
aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah adalah sebagai berikut :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunana volume dan
tekanan atrium kenan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit menglir ke paru-paru
untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan
resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke
paru-paru mengakibatkan peningkatanan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan
atrium kanan ini dan penurunana tekanan pada atrium kiri,
foreman ovale secara fungsional akan menutup.
6
Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan
kekebalan alami atau didapat, berikut contoh kekebalan alami :
1. perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2. fungsi saringan-saringan saluran nafas.
3. pembentukan koloni mikroba oleh kulit halus dan anus.
4. perlindungan kimia oleh lingkungan asaam lambung.
7
pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal terbentuk. Didalam
rahim, urin sudah terbentuk dan di ekskresi ke dalam cairan amnion.
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir sehingga masukkan cairan
meningkat, mungkin urin akan tampak keruh termasuk berwarna merah
muda. Hal ini disebabakan oleh kadar urin yang tidak banyak berarti.
Biasanya sejumlah kecil urin terdapat dalam kandungan kemih bayi saat
lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24
jam. Berkemih sring terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan
warna urin pucat menunjukkan masukkan cairan yang cukup. Umumnya,
bayi cukup bulan mengeluarka urin 15-60 ml/kg perhari.
Intake cairan sangat memengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada
sistem ginjal. Oleh karena itu, pemeberian ASI sesering mungkin dapat
membantu proses tersebut. Bidan dapat menganjurkan dan memebrikan
konseling kepada klien untuk memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi untuk membantu adaptasi fisiologi bayi baru lahir pada lingkungan
barunya.
8
melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan
minora menutupi vestibulum.
5) Reflek graps
9
Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan
bayi lalu bayi akan menutup tangannya.
6) Reflek walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum
bisa berjalan.
7) Reflek tonic neck
Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh
kekanan atau kekiri jika diposisiskan tengkurap.
8) Reflek babinsky
Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu
jari kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.
9) Reflek membengkokkan badan (reflek galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan
pelvis membengkok kesamping.
10) Reflek bauer/merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.
10
Mandikan dalam rungan yang hangat dan tidak banyak
hembusan angin
Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat
Segera keringkan tubuhnya (dengan handuk bersih,kering,
dan hangat)
Segera kenakan pakaiannya
Tempatkan di dekat ibunya
Beri ASI sedini mungkin.
3. Stress dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme
pada semua bayi baru lahir tanpa memandang usia kehamilan dan
kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respon
terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat
secara bermaksa pada stres dingin.
Efek stres dingin. Ketika seorang bayi mengalami stres akibat
udara dingin, konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi
vasokontriksi perifer, dan vasokontriksi pulmoner sehingga
ambilan oksigen oleh paru dan kadar oksigen menutun dijaringan.
Glikolisis anaerobik meningkat dan terdapat peningkatan PO2 dan
pH yang mengakibatkan asidosis metabolik.
11
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan
punggung, jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang
pernafasan spontan.
4. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis,
bradikardi, dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang
bernafas selama stabilisasi.
12
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus (Prawiroharjo, 2014).
Menurut Depkes (2010) bahwa perawatan tali pusat yang baik dan
benar akan menimbulkan dampak posistif yaitu tali pusat akan puput/lepas
pada hari ke 5 sampai ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak
negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan
kematian
Menurut Sondakh (2013) cara merawat tali pusat adalah sebagai
berikut:
a) Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air.
Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan
hipotermi.
b) Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat
terlebih dahulu.
c) Perawatan sehari-hari cukup dibiarkan terbuka tanpa diolesi
dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang
terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah
bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
d) Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi
bedak karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya
kuman.
e) Tetaplah rawat tali pusat dengan dibiarkan hingga tali pusat
lepas secara sempurna.
4. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya kotor,
bersihkan dengan air matang/DTT kemudian keringkan kembali secara
seksama, warna kemerahan atau ytimbulnya nanah pada pusar atau
puntung tali pusat adalah tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk
untuk penanganan lebih lanjut)
5. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Anggaplah setiap orang berpotensi menularkan infeksi, cuci
tangan/gunakan cairan dengan basisi alkohol, gunakan sarung tangan,
pakai baju pelindugn, bersihkan bila perlu lakukan DTT peralatan,
13
bersihkan ruang perawatan secara rutin, letakkan bayi yang mungkin
mengkontaminasi lingkungan.
6. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, gunakan
sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, semua
peralatan sudah di DTT dan jangan menggunakan alat dari bayi yang satu
dengan lainnya sebelum di proses dengan benar, pastikan
handuk,pakaian,selimut,kain dan sebagainya dalam keadaan bersih
sebelum dipakaikan pada bayi, termasuk penggunaan timbangan,pita
pengukur,stetoskop da peralatan lainnya.
7. Tetes mata profilaksis
Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1% atau salep
eritromisin 0,5 %, berikan dalam 1 jam pertama kelahiran, setelah
pemberian tetes mata profilaksis, kembalikan bayi pada ibunya untuk
disusukan dan bergabung kembali.
Tampilan 0 1 2
Badan
Seluruh tubuh
Appearance merah,
A Pucat kemerah-
(warna kulit) ekstremitas
merahan
biru
Sedikit gerak
Grimace (reaksi Tidak Batuk dan
G mimik,
terhadap rangsangan) ada bersin
menyeringai
Ekstremitas
Activity Tidak
A dalam sedikit Gerakan aktif
(tonus otot) ada
fleksi
14
1) Asfiksia berat : Jumlah nilai 0 sampai 3
2) Asfiksia sedang : Jumlah nilai 4 sampai 6
3) Vigerious baby : Jumlah nilai 7 sampai 10
Menurut Sondakh (2013) asuhan yang dapat diberikan pada Bayi
Baru Lahir Normal antara lain:
1) Menghisap lendir dan merangsang pernafasan sekaligus
menilai APGAR score. Tujuan menghisap lendir adalah agar
saluran pernafasan bebas dari sumbatan kotoran sehingga bayi
dapat bernafas secara normal. Penilaian keadaan umum bayi
dimulai satu menit setelah lahir dan penilaian selanjutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh.
2) Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain yang halus atau handuk.
3) Memotong dan mengikat tali pusat dan memeperhatikan
teknik septik dan atiseptik, agar tidak terjadi infeksi tali pusat
dipotong menggunakan gunting steril.
4) Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan taktil
dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-ngelus dada, perut
dan pinggang
15
primer bila bayi tidak bernafas sejak dilahirkan, disebut sebagai asfiksia
sekunder bila terjadi kesulitan bernafas setelah sebelumnya dapat bernafas
pada saat dilahirkan.
2. Resusitasi
a. Ventilasi
Indikasi pemberian ventilasi tekanan positif antara lain apnea atau
gasping, denyut jantung kurang dari 100x/ menit. Pemberian ventilasi
berkisar 40-60 x pernafasan per menit (30 kali pernafasan bila
disertasi dengan pemijatan dada).
b. Pemijatan dada
Pemijatan dada diberikan pada daerah 1/3 dibawah starnum, teknik
yang digunakan adalah dengan :
Dua ibu jari pada starnum saling bertumpu atau
berdampingan tergantung besar bayi dan jari lain melingkar
dada dan menahan punggung.
Dua jari diletakkan disternum pada sudut kanan dada dan
tangan yang lain menahan punggung.
c. Medikasi
Obat-obat yang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir :
Epineprim
Dosis yang direkomendasikan 0,1-0,3 ml / kg. BB dalam
larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-003 mg/ kg.BB) melalui i.v atau
endotrakeal diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Bikarbonat
Dosis yang digunakan 1-2 meq / kg.BB (0,5 meq / ml larutan).
Diberikan secara lambat i.v minimal lebih dari 2 menit bila
ventilasi dan perfusi baik.
d. Penatalaksanaan langkah awal resusitasi
Cegah kehilangan panas (keringkan dan selimuti tubuh bayi),
posisikan dengan benar dan bersihkan jalan nafas, kemudian lakukan
uapaya inisiasi atau perbaiki pernafasan, lakukan rangsangan taktil.
Menepuk bokong
Meremas atau memompa rongga dada
Menekankan kedua paha ke perut bayi
Mendilatasi sfinkter ani
Kompres atau meredam di air panas dan dingin
16
Mengundang-nguncang tubuh bayi
Meniupkan oksigen
Udara dingin ke tubuh bayi
Resiko :Trauma,fraktur,pneumotoraks,gawat
nafas,kematian,repture hati atau limpa, perdarahan
dalam,sfinkter ani robek, hipotermia,hipetermia,luka
bakar,kerusakan otak,hipotermia.
17
bernafas,lakukan bantuan pernafasan dengan ventilasi
positif.
e. Langkah resusitasi
Pastikan balon dan sungkup berfungsi baik,telah mencuci
tangan dan memakai sarung tangan, selimuti bayi dengan kain
kering dan hangat (kecuali muka dan dada) letakkan dilingkungan
yang hangat, posisikan tubuh dan kepala bayi denganbenar,pasang
sungkup melingkupi dagu,mulut dan hidung,tekan balon dengan
dua ajri atau seluruh jari (tergantung ukuran yang tersedia),periksa
pertautan sungkup dengan bayu dan gerakan ventilasi dengan
oksigen atau udara ruangan,kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per
30 detik dan perhatikan gerakan dada,bila dada tidak bergerak
naik-turun, periksa kembali pertautan sungkup bayi atau fungsi
balon.
Setelah ventilasi 30 detik,lakukan penilaian
pernafasan,warna kulit dan denyut jantung, bila bayi bernafas
normal, lakuka asuhan BBL seperti biasa,bila belum normal, ulangi
ventilasi positif selama 30 detik kedua dan nilai kembali, bila
masih megap-megap dan terdapat retraksi diding dada,ulangi
kembali ventilasi positif dengan oksigen murni,bila setelah 20
menit bayi masih kesulitan dengan oksigen,pasang pipa nasogastrik
untuk mengurangi atau mengosongkan udara dalam lambung.
Kemudian rujuk ke fasilitas rujukan,bila setelah 20 menit ventilasi
positif ternyata bayi tetap tidak bernafas maka resusitasi
dihentikan.bayi dinyatakan meninggal dan beritahukan pada
keluarga bahwa upaya penyelamatan gagal dan beri dukungan
emosional kepada mereka.
18
paru, dapat menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi isi lambung
ke dalam paru-paru.
19
Proses persalinan dengan tindakan/operatif/SC
Bayi dan ibu dengan risiko (tidak rawat gabung)
Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (unwaried child)
2. Rawat gabung
a. Definisi
Rawat gabung (Rooming in) adalah penempatan buaian bayi baru
lahir dalam satu kamar dengan ibunya.biasanya disamping tempat tidur
ibunya hal ini lanjutan dari early ambulatio dimaksud kan untuk
memungkina ibu memelihara anaknya dan menguntungkan karena
kash sayang ibu dan anak akan terjalin membuat ibu lebih pandai
memeilihara anaknya jika sudah keluar dari tempat bersalin,cara
perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan/kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh dalam sehariannya.
b. Tujuan
1. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan
saja, dimana saja ia membutuhkan.
2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
secara benar yang dilakukan oleh petugas
3. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat baynya
sendiri selagi ibu masih dirumah sakit.
4. Dapat melibatkan suami sevara aktif untuk membantu ibu
dalam menyusui bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dapat kehangatan emosional/ batin karena selalu kontak
dengan bayinya.
c. Sasaran dan syarat rooming in
Lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong,
bila lahir dengan tindakan,maka rawat gabung dilakukan
setelah bayi cukup sehat,
refleks menisap baik,tidak ada tanda-tanda infeksi,
20
bayi lahir sectio cesaria dengan pembiusan umum,
rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, misal 4-6 jam setelah operasi,
bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (A/S ≥7),
umur kehamilan ≥37 minggu
berat badan lahir ≥2500 gram,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum,
bayi dan ibu sehat.
Rawat gabung tidak diperbolehkan pada :
bayi sangat prematur,
berat badan lahir kurang 2000 gram,
bayi sepsis
gangguan nafas
cacat bawaan
ibu dengan infeksi berat.
d. Manfaat rawat gabung
a. Asfeksi fisik : mengurangi kemungkinan infeksi silang dari
pasien lain atau petugas, dengan menyusui dini kolostrum dapat
memberikan kekebalan,ibu setiap saat dapat melihat bayinya maka
dapat dengan mudah mengetahui perubaha-perubahan yang terjadi
pada bayinya.
b. Asfek fisiologis : bayi akan dapat ASI lebih sering sehingga
bayi akan lebih banyak mendapatkan nutrisi secara
fisiologis.seringnya bayi menetek maka akan timbul refleks
oksitosin/let down refleks yang lebih baik hal ini akan membantu
proses fisiologis involusi rahim dan membantu
memeras/memancarkan ASI keluar serta refleks prolaktin memacu
proses produksi ASI keluar serta refleks prolaktin memacu proses
produksi ASI, dengan menyusui teratur merupakan alat kontrasepsi
alamiah.
c. Aspek psikologis : terjalin proses lekat (early infant mother
bonding) akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, refleks
let down bersifat psikosomatis, dan bayi akan mendapatkan rasa
aman dan terlindung merupakan dasar bagi terbentuknya rasa
percaya pada diri anak.
d. Asfek ekonomi : adanya penghematan anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula,botol susu,dot,serta
21
peralatan lainnya, beban perawat menjadi lebih efisien waktu,lama
perawatan ibu menjadi lebih pendek,involusi rahim lebih cepat.
e. Asfek edukatif : ibu mempunyai pendidikan dan
pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta
merawat bayinya.
f. Asfek medis : menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial,menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Peranan sosial budaya : kemajuan teknologi,perk
industri,urbanisasi dan pengaruh kebudayaan barat sehingga
menimbulkan pergeseran sosial budaya masyarakat.
2. Faktor ekonomi, ekonomi tinggi menyebabkan mudah
membeli susu formula
3. Peranan tatalaksana rumah sakit atau rumah bersalin : bayi
dipuasakan beberapa hari, memberikan makanan pre-lak-teal
sehingga bayi malas menyusu, ibu dan bayi dirawat terpisah.
4. Rumah sakit atau rumah bersalin yang memberikan susu
formula
5. Faktor dalam diri ibu sendiri : keadaan gizi ibu,
pengalaman/sikap ibu terhadap penyusun,keadaan emosi
ibu,keadaan payudara ibu.
22
Cara menyusui : peluk tubuh bayi dan hadapkan mukanya ke
payudara ibu sehingga hidungnya berada di depan puting susu,dekatkan
mulut bayi ke payudara bila tampak tanda-tanda siap menyusu, cara
menempelkan mulut pada payudara : sentuhkan dagu bayi pada payudara,
tempelkan mulutnya (yang terbuka lebar) pada puting susu sehingga
melingkupi semua areola mamae (bibir bawahnya melingkupi puting susu)
Perhatikan gerakan menghisap dan jaga agar hidung bayi tidak
tertutup oleh payudara.
Perawatan payudara : pastikan puting susu dan areola mamae
sellau dalam keadaan bersih, gunakan kain bersih untuk menyeka puting
susu dan gunakan sedikit ASI sebagai pelembab,lecet dan retak bukan
alasan untuk menghentikan pemberian ASI, ajarkan cara menyusukan
yang benar untuk menghindarkan lecet/retak dan kurangnya asupan untuk
bayi, ajarkan cara untuk mengenali dan mencari pertolongan bila terjadi
bendungan ASI atau mastitis.
23
Inisiasi menyusui dini
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
Sari Eka Puspita & Rimandini dwi kurnia (2014). “ Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care)”. Jakarta,Trans Info Media.
file:///C:/Users/Windows%208.1%20Pro/Downloads/72-144-1-SM.pdf
http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/195
Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Malang: Erlangga.
25