Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan setitik


cahaya penerang sehingga berbagai permasalahan yang ada dapat diatasi
dan rahmatnya kami diberi kesehatan dan keselamatan untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
dapat terselesaikan.
Kami menyadari begitu banyak terdapat kesalahan pada
penyusunan makalah ini diluar dari kemampuan kami, kami memohon
kritik dan saran guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya
dengan kerendahan hati kepada semua pihak untuk memaafkan semua
kesalahan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang………………………………………………………..3
1.2 Rumusan
masalah…………………………………………………….3
1.3 Tujuan……………………………………………………………….
..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi fisiologi BBL terhadap kehidupan luar uterus…………….4
2.2 Perlindungan termal (termoregulasi)…………………………………11
2.3 Pemeliharaan pernapasan…………………………………………….13
2.4 Pemotongan tali pusat………………………………………………..13
2.5 Evaluasi nilai APGAR……………………………………………….16
2.6 Resusitasi……………………………………………………………..17
2.7 Bounding attachment…………………………………………………21
2.8 Pemberian ASI awal……………………………………………….....25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………27
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan
salah satu siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih
ketergantungan pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan
yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi. Bidan harus selalu
berupaya untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung sangat cepat.
Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat
melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan
kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah
bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya.
Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu melakukan
pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja fisiologi BBL terhadap kehidupan di luar uterus ?
2. Apa itu termogulasi ?
3. Bagaimana cara pemeliharaan pernafasan ?
4. Bagaimana cara pemotongan tali pusat ?
5. Mengevaluasi nilai APGAR ?
6. Bagian resusitasi ?
7. Apa yang dimaksud Bounding attachment ?
8. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar ?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Pesalinan.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti Asuhan adaptasi bayi baru
lahir.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap
ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral
untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap
penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
A. Perubahan sistem pernafasan

Perkembangan paru-paru : paru-paru berasal dari titik yang


muncul dari pharynx kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun,
sampai jumlah bronchiolus untuk alveolus berkembang, awal adanya nafas
karena terjadi hypoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak, tekanan
rongga dada menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan
menyebabkan udara masuk paru-paru secara mekanis.
Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan pada rangsangan
napfas pertama bayi adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2. Tekanana terhadap orongga dada yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas
mill plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
a. Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
b. Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2
merangsang kemoreseptor karohd.

4
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permukaan gerakan pernafasan.
d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30
detik setelah persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi
pada melalui jalan lahir mengakibatkab cairan paru-paru
kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut. Sehingga cairan
yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paru-paru
mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk
semula, jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 museum
lampung -100 museum lampung.
B. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-paru dimana
selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses persalinan
melalui section cesaria maka kehilangan keuntungan komresi dada ini
tidak terjadi maka dapat mengakibatkan paru-paru basah.
Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi
ruangan trakhea untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan
berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

C. Perubahan sistem peredaran darah

Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru
untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar

5
oksigen kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen
ovale dan penutupan duktus antara arteoriosus antara arteri paru-paru serta
aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah adalah sebagai berikut :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunana volume dan
tekanan atrium kenan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit menglir ke paru-paru
untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan
resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke
paru-paru mengakibatkan peningkatanan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan
atrium kanan ini dan penurunana tekanan pada atrium kiri,
foreman ovale secara fungsional akan menutup.

D. Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan repleks
gumog dan replek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir, kemampuan ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan
antara asophagus bawah dan lambung masih belum sempurna maka akan
menyebakan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat
terbatas kurang dari 30 cc, dan akan bertambah lambat sesuai
pertumbuhannya.

E. Perubahan sistem kekebalan tubuh

6
Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan
kekebalan alami atau didapat, berikut contoh kekebalan alami :
1. perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2. fungsi saringan-saringan saluran nafas.
3. pembentukan koloni mikroba oleh kulit halus dan anus.
4. perlindungan kimia oleh lingkungan asaam lambung.

F. Mekanisme kehilangan panas tubuh


Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi
temperatur tubuh sehingga apabila penangan pencegahan kehilangan panas
tubuh dan lingkungan sekitar tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut
dapat mengalami hipotermi yang dapat mengakibatkan bayi menjadi sakit
atau mengalami gangguan fatal.
 Evaporasi ( penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi )
 Konduksi ( tubuh bayi bersentuhan dengan permukaan
yang temperaturnya lebih rendah )
 Konveksi ( tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan
bertemperatur dingin )
 Radiasi ( pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih
dingin di dekat tubuh bayi )

G. Perubahan sistem ginjal

7
pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal terbentuk. Didalam
rahim, urin sudah terbentuk dan di ekskresi ke dalam cairan amnion.
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir sehingga masukkan cairan
meningkat, mungkin urin akan tampak keruh termasuk berwarna merah
muda. Hal ini disebabakan oleh kadar urin yang tidak banyak berarti.
Biasanya sejumlah kecil urin terdapat dalam kandungan kemih bayi saat
lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24
jam. Berkemih sring terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan
warna urin pucat menunjukkan masukkan cairan yang cukup. Umumnya,
bayi cukup bulan mengeluarka urin 15-60 ml/kg perhari.
Intake cairan sangat memengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada
sistem ginjal. Oleh karena itu, pemeberian ASI sesering mungkin dapat
membantu proses tersebut. Bidan dapat menganjurkan dan memebrikan
konseling kepada klien untuk memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi untuk membantu adaptasi fisiologi bayi baru lahir pada lingkungan
barunya.

H. Perubahan sistem reproduksi


Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, teteapi
anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya.
Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara,
terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari 4-5 karna adanya
gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.
Pada anak perempuan,peningkatan kadar estrogen selama masa
hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan
pengeluaran suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah

8
melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan
minora menutupi vestibulum.

I. Perubahan sistem muskuloskeletal


Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh
melalui proses hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat terjadi pada
waktu lahir karena tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya
mengalami osifikasi. Moulage ini dapat menghilang beberapa hari setelah
melahirkan. Ubun-ubun besar akan tetep terbuka hingga usia 18 bulan.
Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan sedikit lebih
panjang dari pada tungkai.

J. Perubahan sistem saraf


Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf
belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol
yang minimal oleh korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan
aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun
sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas reflek yang
terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem
saraf dan sistem muskuloskeletal.
Reflek pada bayi antara lain sebagai berikut :
1) refleks moro
reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan
melebarkan jari-jari, lalu membandingkan tarikan yang cepat
seakan-akan memeluk seseorang.
2) Reflek rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut.
Bayi akan memutar kepala seakan mencari puting susu.
3) Reflek sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting
susu dan menelan ASI.
4) Reflek batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.

5) Reflek graps

9
Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan
bayi lalu bayi akan menutup tangannya.
6) Reflek walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum
bisa berjalan.
7) Reflek tonic neck
Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh
kekanan atau kekiri jika diposisiskan tengkurap.
8) Reflek babinsky
Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu
jari kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.
9) Reflek membengkokkan badan (reflek galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan
pelvis membengkok kesamping.
10) Reflek bauer/merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.

K. Perubahan sistem integumen


Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan
sedikit verniks kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit
tembus pandang dan banyak verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks
dihilangkan karena absorpasi oleh kulit bayi dan hilang dalam 24 jam.
Bayi baru lahir tidak memerlukan memerlukan bedak atau cream karena
zat-zat kimia dapat memengaruhi pH kulit bayi.

2.2 Perlindungan termal ( Termoregulasi )


1. Mencegah kehilangan panas tubuh
 Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih,
 Kering dan hangat,selimuti,tutup bagian kepala bayi,
 Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi dan segera
menyusukan bayinya,
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat,
 Jangan segera menimbang (tanpa penutup tubuh) dan
memandikan bayi.
2. Rekomendasi untuk memandikan bayi
 Tunggu (minimal) 6 jam sebelum memandikan bayi
(tunggu lebih lama untuk bayi asfiksia atau hipotermia),
 Lakukan setelah stabilnya temperatur tubuh bayi (36,5-37,5
º
c)

10
 Mandikan dalam rungan yang hangat dan tidak banyak
hembusan angin
 Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat
 Segera keringkan tubuhnya (dengan handuk bersih,kering,
dan hangat)
 Segera kenakan pakaiannya
 Tempatkan di dekat ibunya
 Beri ASI sedini mungkin.
3. Stress dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme
pada semua bayi baru lahir tanpa memandang usia kehamilan dan
kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respon
terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat
secara bermaksa pada stres dingin.
Efek stres dingin. Ketika seorang bayi mengalami stres akibat
udara dingin, konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi
vasokontriksi perifer, dan vasokontriksi pulmoner sehingga
ambilan oksigen oleh paru dan kadar oksigen menutun dijaringan.
Glikolisis anaerobik meningkat dan terdapat peningkatan PO2 dan
pH yang mengakibatkan asidosis metabolik.

2.3 Pemeliharaan pernafasan


1. Menjaga suhu tubuh
Bayi diletakkan di atas radiant warmer dan secepat mungkin
dikeringkan. Lepaskan dengan cepat kain yang basah dan bungkus bayi
dalam selimut yang hangat untuk mengurangi kehilangan panas. Atau
dengan cara meletakkan bayi yang kering di kulit dada atau perut ibu yang
menggunakan suhu panas dari tubuh ibu.
2. Pembebasan jalan nafas
Posisi bayi lahir adalah terlentang atau miring pada satu sisi dan
kepala pada posisi netral. Kemudian lendir dibersihkan dengan mengusap
mulut dan hidung dengan menggunakan kasa atau kain. Bila lendir banyak
kepala bayi dimiringkan ke samping dan lendir dihisap dari jalan nafas.
3. Rangsangan taktil

11
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan
punggung, jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang
pernafasan spontan.
4. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis,
bradikardi, dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang
bernafas selama stabilisasi.

2.4 Pemotongan dan perawatan tali pusat


1. Pemotongan tali pusat
Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada
lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap ke arah penolong,
nilai bayi dengan cepat, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah dari badan. (Bila tali pusat terlalu pendek,
letakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Segera mengeringkan
bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat,
menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi,
melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan
tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat
di antara kedua klem.
2. Mengikat tali pusat
Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati,
mengikat baik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya,
melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi
larutan 0,5%, membungkus kembali bayi.
3. Merawat tali pusat
Berdasarkan evidence based yang up to date, Saat bayi dilahirkan,
tali pusat (umbilikal) yang menghubungkan plasenta dan ibunya akan
dipotong meski tidak semuanya. Tali pusat yang melekat di perut bayi,
akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-
pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar
tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar
(Sondakh, 2013).

12
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus (Prawiroharjo, 2014).
Menurut Depkes (2010) bahwa perawatan tali pusat yang baik dan
benar akan menimbulkan dampak posistif yaitu tali pusat akan puput/lepas
pada hari ke 5 sampai ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak
negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan
kematian
Menurut Sondakh (2013) cara merawat tali pusat adalah sebagai
berikut:
a) Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air.
Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan
hipotermi.
b) Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat
terlebih dahulu.
c) Perawatan sehari-hari cukup dibiarkan terbuka tanpa diolesi
dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang
terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah
bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
d) Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi
bedak karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya
kuman.
e) Tetaplah rawat tali pusat dengan dibiarkan hingga tali pusat
lepas secara sempurna.
4. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya kotor,
bersihkan dengan air matang/DTT kemudian keringkan kembali secara
seksama, warna kemerahan atau ytimbulnya nanah pada pusar atau
puntung tali pusat adalah tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk
untuk penanganan lebih lanjut)
5. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Anggaplah setiap orang berpotensi menularkan infeksi, cuci
tangan/gunakan cairan dengan basisi alkohol, gunakan sarung tangan,
pakai baju pelindugn, bersihkan bila perlu lakukan DTT peralatan,

13
bersihkan ruang perawatan secara rutin, letakkan bayi yang mungkin
mengkontaminasi lingkungan.
6. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, gunakan
sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, semua
peralatan sudah di DTT dan jangan menggunakan alat dari bayi yang satu
dengan lainnya sebelum di proses dengan benar, pastikan
handuk,pakaian,selimut,kain dan sebagainya dalam keadaan bersih
sebelum dipakaikan pada bayi, termasuk penggunaan timbangan,pita
pengukur,stetoskop da peralatan lainnya.
7. Tetes mata profilaksis
Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1% atau salep
eritromisin 0,5 %, berikan dalam 1 jam pertama kelahiran, setelah
pemberian tetes mata profilaksis, kembalikan bayi pada ibunya untuk
disusukan dan bergabung kembali.

2.5 Evaluasi nilai APGAR

Tampilan 0 1 2

Badan
Seluruh tubuh
Appearance merah,
A Pucat kemerah-
(warna kulit) ekstremitas
merahan
biru

Pulse rate (frekuensi Tidak Kurang dari Lebih dari 100


P
nadi) ada 100 x/menit x/menit

Sedikit gerak
Grimace (reaksi Tidak Batuk dan
G mimik,
terhadap rangsangan) ada bersin
menyeringai

Ekstremitas
Activity Tidak
A dalam sedikit Gerakan aktif
(tonus otot) ada
fleksi

Resfiration Tidak Lemah/tidak Baik/menangis


R
(pernafasan) ada teratur kuat

Sumber : Prawirohardjo (2011)


Keterangan :

14
1) Asfiksia berat : Jumlah nilai 0 sampai 3
2) Asfiksia sedang : Jumlah nilai 4 sampai 6
3) Vigerious baby : Jumlah nilai 7 sampai 10
Menurut Sondakh (2013) asuhan yang dapat diberikan pada Bayi
Baru Lahir Normal antara lain:
1) Menghisap lendir dan merangsang pernafasan sekaligus
menilai APGAR score. Tujuan menghisap lendir adalah agar
saluran pernafasan bebas dari sumbatan kotoran sehingga bayi
dapat bernafas secara normal. Penilaian keadaan umum bayi
dimulai satu menit setelah lahir dan penilaian selanjutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh.
2) Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain yang halus atau handuk.
3) Memotong dan mengikat tali pusat dan memeperhatikan
teknik septik dan atiseptik, agar tidak terjadi infeksi tali pusat
dipotong menggunakan gunting steril.
4) Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan taktil
dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-ngelus dada, perut
dan pinggang

2.6 Asfiksia dan resusitasi pada bayi baru lahir


1. Asfiksia
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan
sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia
perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa
gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5
%,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia
sekitar 3 % kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi
dilahirkan dengan keadaan asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia
adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.
Klasifikasi : tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10), asfiksia ringan
sedang (nilai APGAR 4-7),asfiksia berat (nilai APGAR 0-3). Tujuan
mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir.
Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan pada bayi baru lahir, disebut sebagai asfiksia

15
primer bila bayi tidak bernafas sejak dilahirkan, disebut sebagai asfiksia
sekunder bila terjadi kesulitan bernafas setelah sebelumnya dapat bernafas
pada saat dilahirkan.
2. Resusitasi
a. Ventilasi
Indikasi pemberian ventilasi tekanan positif antara lain apnea atau
gasping, denyut jantung kurang dari 100x/ menit. Pemberian ventilasi
berkisar 40-60 x pernafasan per menit (30 kali pernafasan bila
disertasi dengan pemijatan dada).
b. Pemijatan dada
Pemijatan dada diberikan pada daerah 1/3 dibawah starnum, teknik
yang digunakan adalah dengan :
 Dua ibu jari pada starnum saling bertumpu atau
berdampingan tergantung besar bayi dan jari lain melingkar
dada dan menahan punggung.
 Dua jari diletakkan disternum pada sudut kanan dada dan
tangan yang lain menahan punggung.
c. Medikasi
Obat-obat yang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir :
 Epineprim
Dosis yang direkomendasikan 0,1-0,3 ml / kg. BB dalam
larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-003 mg/ kg.BB) melalui i.v atau
endotrakeal diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
 Bikarbonat
Dosis yang digunakan 1-2 meq / kg.BB (0,5 meq / ml larutan).
Diberikan secara lambat i.v minimal lebih dari 2 menit bila
ventilasi dan perfusi baik.
d. Penatalaksanaan langkah awal resusitasi
Cegah kehilangan panas (keringkan dan selimuti tubuh bayi),
posisikan dengan benar dan bersihkan jalan nafas, kemudian lakukan
uapaya inisiasi atau perbaiki pernafasan, lakukan rangsangan taktil.

Bentuk rangsangan taktil yang tidak dianjurkan, bentuk rangsangan


seperti :

 Menepuk bokong
 Meremas atau memompa rongga dada
 Menekankan kedua paha ke perut bayi
 Mendilatasi sfinkter ani
 Kompres atau meredam di air panas dan dingin

16
 Mengundang-nguncang tubuh bayi
 Meniupkan oksigen
 Udara dingin ke tubuh bayi

Resiko :Trauma,fraktur,pneumotoraks,gawat
nafas,kematian,repture hati atau limpa, perdarahan
dalam,sfinkter ani robek, hipotermia,hipetermia,luka
bakar,kerusakan otak,hipotermia.

Pembersihan jalan nafas : bila air ketuban jernih, hisap lendir


domulut, kemudian lendir dihidung, bila ada pewarnaan
mekonium, lakukan pengisapan lendir dari mulut dan
hidung saat kepala lahir dan bila setelah lahir bayi
menangis dengan kuat, lakukan asuhan BBL seperti biasa.
Bila tidak,lakukan pembersihan jalan nafas ulangan.

Penilain segera : usaha bernafas atau menangis, warna kulit BBL,


denyut jantung bayi,temuan dan tindakan : bila bayi
menangis,bernafas teratur dan kulit kemerahan maka
lakukan asuhanBBL normal, bila tidak menangis, kulit
pucat atau kebiruan dan denyut jantung kurang dari 100x
permenit, lakukan tindakan resusiatasi.

Memposisikan bayi : baringkan terlentang atau sedikit miring dengan


posisi kepala sedikit ekstensi, pastikan tali pusat telah
dipotong agar pengaturan posisi menjadi leluasa,hisap
lendir dimulut dan hidung yang mungkin dapat menyumbat
jalan nafas, jangan menghisap terlalu dalam karena dapat
terjadi reaksi vaso-vagal.

RangsangaN taktil dan upaya bernafas : gosok dengan lembut


punggung,tubuh,kaki atau tangan bayi atau tepuk/sentil
telapak kaki bayi,pengeringan tubuh,menghidap lendir dan
rangsangan taktil sebaiknya tidak melebihi dari 30-60 detik,
jika setelah waktu tersebut bayi masih sulit

17
bernafas,lakukan bantuan pernafasan dengan ventilasi
positif.

e. Langkah resusitasi
Pastikan balon dan sungkup berfungsi baik,telah mencuci
tangan dan memakai sarung tangan, selimuti bayi dengan kain
kering dan hangat (kecuali muka dan dada) letakkan dilingkungan
yang hangat, posisikan tubuh dan kepala bayi denganbenar,pasang
sungkup melingkupi dagu,mulut dan hidung,tekan balon dengan
dua ajri atau seluruh jari (tergantung ukuran yang tersedia),periksa
pertautan sungkup dengan bayu dan gerakan ventilasi dengan
oksigen atau udara ruangan,kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per
30 detik dan perhatikan gerakan dada,bila dada tidak bergerak
naik-turun, periksa kembali pertautan sungkup bayi atau fungsi
balon.
Setelah ventilasi 30 detik,lakukan penilaian
pernafasan,warna kulit dan denyut jantung, bila bayi bernafas
normal, lakuka asuhan BBL seperti biasa,bila belum normal, ulangi
ventilasi positif selama 30 detik kedua dan nilai kembali, bila
masih megap-megap dan terdapat retraksi diding dada,ulangi
kembali ventilasi positif dengan oksigen murni,bila setelah 20
menit bayi masih kesulitan dengan oksigen,pasang pipa nasogastrik
untuk mengurangi atau mengosongkan udara dalam lambung.
Kemudian rujuk ke fasilitas rujukan,bila setelah 20 menit ventilasi
positif ternyata bayi tetap tidak bernafas maka resusitasi
dihentikan.bayi dinyatakan meninggal dan beritahukan pada
keluarga bahwa upaya penyelamatan gagal dan beri dukungan
emosional kepada mereka.

Pemasangan pipa lambung : untuk mengeluarkan udara yang


masuk ke dalam lambung saat dilakukan bantuan pernafasan
dengan ventilasi positif,timbunan udara dilambung dapat menekan
diafragma dan menghalangi upaya bernafas atau pengembangan

18
paru, dapat menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi isi lambung
ke dalam paru-paru.

Asuhan pascaresusitasi : jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan


selimut ataupun didekap oleh ibunya,minta ibunya untuk segera
menyusukan bayinya, cegah infeksi ikutan atau paparan bahan
tidak sehat,pantau kondisi kesehatan bayi secara berkala, termasuk
kemampuan menghisap ASI,rujuk bila terdapat tanda-tanda gawat
darurat (demam tinggi,ikterus,lemah,tidak dapat menghisap
asi,kejang-kejang).

2.7 Bounding Attachment


1. Bounding attachment
Sejak awal konsepsi,proses ikatan (attachment) antara bayi dan
orang tuanya dilanjutkan hubungan kasih sayang (bounding relationship)
antara ibu dan bayi segera setelah lahir.
Menurut Nerson dan May (1986), bonding adalah dimulainya
interaksi emosi,fisik dan personal antara orang tua dan bayi setelah lahir.
Menurut Sherwan mendefinisikan Bounding adalah hubungan yang
unik antara dua orang yang khusus dan berlanjut sepanjang waktu.
Sedangkan Attachment menurut Nerson dan May adalah ikatan
perasaan yang terjadi antara ibu dan bayi meliputi curahan perhatian serta
adanya hubungan emosi dan fisik yang sangat akrab, ikatan ini dimulai
sejak kehamilan ibu 20 minggu (biasanya terjadi pada pertengahan
trimester).
Bounding Attachment merupakan peningkatan tali kasih dan
keterikatana ikatan batin antara orang tua dan bayi.
Tujuan Bounding Attachment adalah untuk membantu tumbuh
kembang fisik,emosi dan intelektual seorang anak dari awal kehidupan
hingga dewasa.
Menfaat dilakukan Bounding Attachmen adalah bayi merasa
dicintai dan diperhatikan,bayi merasa aman karena mendapat dekapan dari
ibunya,merupakan awal dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian yang
positif, contoh : perasaan besar hati dan sikap positif terhadap orang lain.
Faktor-faktor penghambat dilakukannya Bounding Attachment :
 Kurang support dari keluarga,orang tua, dan tenaga
kesehatan

19
 Proses persalinan dengan tindakan/operatif/SC
 Bayi dan ibu dengan risiko (tidak rawat gabung)
 Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (unwaried child)

Upaya untuk meringankan Bounding Attachment, membantu orang


tua/keluarga beradaptasi untuk ibu dengan memberikan perawatan dasar,
mendiskusikan pengalaman persalinannya, ijinkan ibu memeriksa bayinya,
ajak ibu berkomunikasi dengan bayinya, ayah : ijinkan ayah kontak sedini
mungkin dengan bayi, ijinkan ayah mengekspresikan perasaannya, ijinkan
ayah memeriksa bayinya.

2. Rawat gabung
a. Definisi
Rawat gabung (Rooming in) adalah penempatan buaian bayi baru
lahir dalam satu kamar dengan ibunya.biasanya disamping tempat tidur
ibunya hal ini lanjutan dari early ambulatio dimaksud kan untuk
memungkina ibu memelihara anaknya dan menguntungkan karena
kash sayang ibu dan anak akan terjalin membuat ibu lebih pandai
memeilihara anaknya jika sudah keluar dari tempat bersalin,cara
perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan/kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh dalam sehariannya.
b. Tujuan
1. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan
saja, dimana saja ia membutuhkan.
2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
secara benar yang dilakukan oleh petugas
3. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat baynya
sendiri selagi ibu masih dirumah sakit.
4. Dapat melibatkan suami sevara aktif untuk membantu ibu
dalam menyusui bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dapat kehangatan emosional/ batin karena selalu kontak
dengan bayinya.
c. Sasaran dan syarat rooming in
 Lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong,
 bila lahir dengan tindakan,maka rawat gabung dilakukan
setelah bayi cukup sehat,
 refleks menisap baik,tidak ada tanda-tanda infeksi,

20
 bayi lahir sectio cesaria dengan pembiusan umum,
 rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, misal 4-6 jam setelah operasi,
 bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (A/S ≥7),
 umur kehamilan ≥37 minggu
 berat badan lahir ≥2500 gram,
 tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum,
 bayi dan ibu sehat.
Rawat gabung tidak diperbolehkan pada :
 bayi sangat prematur,
 berat badan lahir kurang 2000 gram,
 bayi sepsis
 gangguan nafas
 cacat bawaan
 ibu dengan infeksi berat.
d. Manfaat rawat gabung
a. Asfeksi fisik : mengurangi kemungkinan infeksi silang dari
pasien lain atau petugas, dengan menyusui dini kolostrum dapat
memberikan kekebalan,ibu setiap saat dapat melihat bayinya maka
dapat dengan mudah mengetahui perubaha-perubahan yang terjadi
pada bayinya.
b. Asfek fisiologis : bayi akan dapat ASI lebih sering sehingga
bayi akan lebih banyak mendapatkan nutrisi secara
fisiologis.seringnya bayi menetek maka akan timbul refleks
oksitosin/let down refleks yang lebih baik hal ini akan membantu
proses fisiologis involusi rahim dan membantu
memeras/memancarkan ASI keluar serta refleks prolaktin memacu
proses produksi ASI keluar serta refleks prolaktin memacu proses
produksi ASI, dengan menyusui teratur merupakan alat kontrasepsi
alamiah.
c. Aspek psikologis : terjalin proses lekat (early infant mother
bonding) akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, refleks
let down bersifat psikosomatis, dan bayi akan mendapatkan rasa
aman dan terlindung merupakan dasar bagi terbentuknya rasa
percaya pada diri anak.
d. Asfek ekonomi : adanya penghematan anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula,botol susu,dot,serta

21
peralatan lainnya, beban perawat menjadi lebih efisien waktu,lama
perawatan ibu menjadi lebih pendek,involusi rahim lebih cepat.
e. Asfek edukatif : ibu mempunyai pendidikan dan
pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta
merawat bayinya.
f. Asfek medis : menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial,menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Peranan sosial budaya : kemajuan teknologi,perk
industri,urbanisasi dan pengaruh kebudayaan barat sehingga
menimbulkan pergeseran sosial budaya masyarakat.
2. Faktor ekonomi, ekonomi tinggi menyebabkan mudah
membeli susu formula
3. Peranan tatalaksana rumah sakit atau rumah bersalin : bayi
dipuasakan beberapa hari, memberikan makanan pre-lak-teal
sehingga bayi malas menyusu, ibu dan bayi dirawat terpisah.
4. Rumah sakit atau rumah bersalin yang memberikan susu
formula
5. Faktor dalam diri ibu sendiri : keadaan gizi ibu,
pengalaman/sikap ibu terhadap penyusun,keadaan emosi
ibu,keadaan payudara ibu.

2.8 Pemberian ASI awal


Pastikan pemberikan ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,lakukan insiasi menyusu dini (IMD), anjurkan ibu memeluk dan
menyusukan bayi setelah tali pusat dipotong, lanjutkan pemberian ASI
setelah plasenta lahir dan tindakan lain yang diperlukan, telah selesai
dilaksanakan, minta anggota keluarganya membantu ibu menyusukan
bayinya.
Pedoman umum menyusui : mulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI, pastikan ASI
diberikan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi, berikan asi setiap saat
(siang malam) bila bayi membutuhkannya, pemberian ASI secara dini,
merangsang produksi ASI, memperkuat refleks isap bayi,promosi
keterikatan ibu-bayi, memberi kekebalan pasif melalui
kolostrum,merangsang kontraksi uterus (untuk involusi).

22
Cara menyusui : peluk tubuh bayi dan hadapkan mukanya ke
payudara ibu sehingga hidungnya berada di depan puting susu,dekatkan
mulut bayi ke payudara bila tampak tanda-tanda siap menyusu, cara
menempelkan mulut pada payudara : sentuhkan dagu bayi pada payudara,
tempelkan mulutnya (yang terbuka lebar) pada puting susu sehingga
melingkupi semua areola mamae (bibir bawahnya melingkupi puting susu)
Perhatikan gerakan menghisap dan jaga agar hidung bayi tidak
tertutup oleh payudara.
Perawatan payudara : pastikan puting susu dan areola mamae
sellau dalam keadaan bersih, gunakan kain bersih untuk menyeka puting
susu dan gunakan sedikit ASI sebagai pelembab,lecet dan retak bukan
alasan untuk menghentikan pemberian ASI, ajarkan cara menyusukan
yang benar untuk menghindarkan lecet/retak dan kurangnya asupan untuk
bayi, ajarkan cara untuk mengenali dan mencari pertolongan bila terjadi
bendungan ASI atau mastitis.

Dukungan suami selama ibu menyusui

cara menyusui yang benar

23
Inisiasi menyusui dini

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap


ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral
untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap
penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan
sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia
perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa
gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5
%,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia
sekitar 3 % kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi
dilahirkan dengan keadaan asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia
adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.

24
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah Ai Yeyeh,dkk (2009). “Asuhan Kebidanan II (Persalinan”. Jakarta, Trans


Info Media.

Sari Eka Puspita & Rimandini dwi kurnia (2014). “ Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care)”. Jakarta,Trans Info Media.

Rohani,dkk (2011). “Asuhan kebidanan pada masa persalinan”. Jakarta Salemba


Medika.

file:///C:/Users/Windows%208.1%20Pro/Downloads/72-144-1-SM.pdf

http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/195

Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Malang: Erlangga.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

25

Anda mungkin juga menyukai