Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Literatur Review
1. Perubahan Fisik (The Phisical experience)
a. Perubahan Fisiologis
Myles (2016) mengatakan perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
meliputi
1) Perubahan Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, janin menerima oksigen dari sirkulasi ibu
melalui plasenta dan vena umbilikalis. Perkembangan paru
berlangsung melalui tahap berbeda selama kehamilan.
Perkembangan paru-paru terjadi dalam dua fase: pertumbuhan
diikuti oleh pematangan. Awalnya, saluran udara berkembang
menjadi cabang, kemudian kantung alveolar terminal muncul
selama tahap kanalikuli kedua, yang terjadi antara usia kehamilan
16-24 minggu.
Tahap kanalikuli ketiga terjadi antara 28-36 minggu
kehamilan, ruang antara kapiler paru dan alveoli berkurang
sehingga kapiler bersentuhan langsung dengan membran dasar
alveolar. Alveoli primitif berkembang dan menjadi berjajar dengan
dua jenis sel alveolar. Pertukaran gas terjadi di sel alveolar epitel
tipe I yang sangat tipis. Celah pada paru merupakan sel alveolar
epitel tipe II berbentuk kuboid yang menghasilkan dan menyimpan
surfaktan. Surfaktan adalah fosfolipid kompleks yang melapisi
alveoli dan membuatnya terbuka sebagian selama pernafasan
melalui sifat-sifat pengaktifannya. Periode alveolar dimulai pada 36
minggu dan berlanjut sepanjang masa kanak-kanak. Selama fase
ini, lebih banyak alveoli terbentuk, menciptakan area permukaan
yang lebih besar untuk pertukaran gas.
Setelah kelahiran, peristiwa utama yang terjadi di paru-paru
adalah (1) pembersihan cairan alveolar, (2) ekspansi paru-paru, dan
(3) perubahan sirkulasi yang meningkatkan perfusi paru. Sebelum
persalinan, paru-paru penuh dengan cairan, yang disekresikan
dalam sel alveolar tipe II ke dalam ruang alveolar sebagai efek
sekunder dari sekresi ion klorida. Janin mulai mengalami

1
penurunan cairan paru-paru pada hari-hari sebelum persalinan,
yang pada gilirannya mengurangi jumlah cairan yang perlu
dibersihkan selama pernafasan awal neonatus. Pembersihan cairan
alveolar difasilitasi oleh peningkatan produksi dan aktivitas
natrium epitel channels (ENaCs). Ketika ENaC menjadi aktif, ion
natrium (Na +) memasuki sel dari cairan paru janin dan secara aktif
diekstrusi dari sel ke ruang interstitial. Proses ini menciptakan
gradien elektrokimia yang diikuti oleh cairan paru dan klorida (Cl-,
yang menghasilkan pembersihan alveoli cairan paru-paru. Selama
persalinan, kadar katekolamin dan kortisol plasma janin meningkat;
hormon-hormon ini lebih lanjut merangsang reabsorpsi cairan paru
selama persalinan dengan meningkatkan gen yang menghasilkan
ENaC. Proses keseluruhan ini menyebabkan paru-paru berubah dari
sekresi cairan aktif menjadi penyerapan cairan aktif. Aktivasi
ENaC berkorelasi dengan usia kehamilan. Bayi prematur memiliki
lebih sedikit aktivasi ENaC setelah lahir, sehingga terdapat cairan
paru yang lebih banyak dibandingkan bayi baru lahir cukup bulan.
Inilah yang menyebabkan bayi premature lebih berisiko mengalami
sindrom gangguan nafas.
Namun, harus ditemukan respons abnormal tertentu pada bayi
baru lahir pada 2 jam pertama kelahiran, seperti napas lebih dari 60
kali per menit secara konsisten, dengan atau tanpa ada nafas cuping
hidung, mengorok, atau retraksi dada saat bernapas. Nafas cuping
hidung, ngorok, dan retraksi dada adalah tanda klasik dari
gangguan pernapasan dan memerlukan evaluasi segera. Tanda
tersebut merupakan episode penting yang menandakan perlunya
intervensi medis sebelum terjadi apnea mayor. Respon normal dan
abnormal lainnya dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Pernafasan Bayi baru Lahir
Karakteristik Normal Abnormal
Frekuensi 40-60 kali per menit < 40 menit 60 kali per menit
Diafragma nafas diafragma atau Ngorok saat ekspirasi
Hidung perut Nafas cupit hidung
Dada Nafas melalui hidung Tampak retraksi suprasternal atau
Tidak ada retraksi subcostal saat bernafas

2
2) Sistem Neurologis
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
a) Reflek pada Mata
b) Berkedip atau Refleks korneal
c) Reflek Pupil
d) Mata boneka
Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara
dua alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
Reflek pada mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap
b) Muntah
c) Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut
dan mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4
bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
b) Babinski
c) Klonus, Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat
ketika menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan
munculnya satu sampai dua gerakan oskilasi (denyut).
Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba.
Refleks pada Massa/Moro
a) Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi
lengan dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus
hilang pada usia 4 bulan.

3
3) Perubahan Sirkulasi
Perubahan besar dalam sistem kardiovaskular terjadi setelah
bayi dilahirkan sebagai respons terhadap pelepasan plasenta
dimana selama janin intrauterine, plasenta sebagai sumber
pertukaran gas dan nutrisi janin. Saat dilakukan penjepitan tali
pusat, aliran darah dari plasenta akan berhenti. Tindakan ini juga
menghentikan suplai oksigen dari ibu ke bayi baru lahir dan
memicu serangkaian reaksi berikutnya. Reaksi-reaksi ini
disempurnakan juga dengan reaksi yang terjadi di paru-paru
sebagai respons terhadap napas pertama.
Perubahan utama adalah peningkatan curah jantung dan transisi
sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Peningkatan curah jantung
diperlukan untuk meningkatkan metabolisme basal, kerja
pernapasan, dan termogenesis. Pada janin cukup bulan, output
ventrikel gabungan sekitar 450 mL / kg / menit, dengan output
ventrikel kanan terhitung 2/3 dari curah jantung dan ventrikel kiri
mengeluarkan 1/3 dari curah jantung.
Saat lahir, tekanan oksigen meningkat, prostaglandin dan
prostasiklin plasenta tidak lagi memasuki sistem sirkulasi melalui
vena umbilikalis. Akibatnya, terjadi penyempitan ductus arteriosus.
Darah dari ventrikel kanan kemudian dapat memasuki sirkulasi
paru-paru, dan darah beroksigen selanjutnya dapat melewati ductus
arteriosus dan memfasilitasi penutupan aliran ini, secara
fungsional, ductus arteriosus menutup dalam 48 jam. Penjepitan tali
pusat akan menutup sistem sirkulasi janin-plasenta, sehingga sistem
sirkulasi bayi baru lahir menjadi sistem tertutup yang berdiri
sendiri. Efek langsung dari penjepitan tali pusat adalah peningkatan
resistensi pembuluh darah sistemik (SVR). Yang paling penting,
kenaikan ini terjadi pada saat yang sama ketika bayi baru lahir
mengambil napas awal. Oksigen dalam napas itu menyebabkan
pembuluh darah paru mengendur dan terbuka. Resistensi pembuluh
darah paru (PVR) menurun tepat ketika SVR meningkat, dan
pergeseran tekanan ini, disertai penutupan ductus arteriosus,
mendorong aliran darah ke dalam sistem paru.

4
4) Termogulasi
Bayi baru lahir dapat menjadi cepat stres oleh perubahan suhu
lingkungan. Suhu janin biasanya 0,6°C lebih tinggi dari suhu ibu.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan panas pada
bayi baru lahir meliputi luas permukaan bayi yang baru lahir (rasio
luas permukaan dengan rasio berat badan pada neonatus dua kali
lebih tinggi daripada orang dewasa), isolasi lemak subkutan yang
terbatas, dan kemampuan terbatas untuk menghasilkan panas
melalui menggigil.
a) Perubahan Hipotermi
Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui
empat mekanisme: (1) konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, dan
(4) evaporasi/penguapan. Evaporasi merupakan proses
kehilangan panas pada bayi karena penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh bayi oleh panas tubuh bayi sendiri
karena segera setelah lahir bayi tidak segera di keringkan.
Konduksi merupakan kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan didekat bendabenda yang suhunya lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Konveksi merupakan kehilangan
panas pada bayi yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar.
Radiasi merupakan kehilangan panas tubuh bayi melalui
kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin.
Skin to skin contact antara neonatus dan ibu
direkomendasikan sebagai metode awal untuk menjaga
kestabilan suhu tubuh neonatal cukup bulan. Kontak kulit-ke-
kulit meminimalkan kehilangan panas melalui konduksi dan
menghasilkan stabilitas suhu jangka pendek yang lebih baik
daripada menempatkan neonatus dibawah penghangat.
Pendekatan kontak kulit-ke-kulit ini harus menjadi tindakan
lini pertama untuk hipotermia, terutama di lingkungan dengan
sumber daya rendah. Kontak ibu-bayi baru lahir secara terus
menerus dan sentuhan kulit-ke-kulit ditemukan meningkatkan
perilaku kasih sayang ibu, mengatur perilaku bayi baru lahir,
dan meningkatkan durasi menyusui. Kontak dini ibu-bayi juga
meningkatkan sensitivitas ibu dan kemampuan pengaturan
iritabilitas bayi pada 1 tahun setelah birth.

5
Moore et al. melakukan meta-analisis dari 46 uji coba acak
terkontrol (RCT) kontak kulit-ke-kulit (n= 3850 hubungan ibu-
bayi) telah menemukan bahwa kontak kulit ke kulit
meningkatkan menyusui dan lam menyusui pada 1 sampai 4
bulan (risiko relatif [RR], 1,24; interval kepercayaan 95% [CI],
1,07-1,43), meskipun terdapat perbedaan dalam metodologi
penelitian dan risiko bias pada kekuatan temuan ini. Tren
positif meningkat untuk skor cinta / sentuhan kasih sayang ibu,
perilaku kasih sayang ibu, dan durasi tangisan bayi yang lebih
pendek juga dicatat dalam kelompok yang mengalami kontak
dini kulit ke kulit
b) Penanganan Distress Bayi
Neonatus dapat menciptakan panas dengan tiga cara:
aktivitas otot, menggigil, dan termogenesis tanpa menggigil.
Aktivitas otot dapat menghasilkan panas meskipun manfaatnya
terbatas dalam meningkatkan suhu, bahkan pada bayi cukup
bulan dengan kekuatan otot yang cukup. Menggigil pada
neonatus hanya terlihat pada stres dingin yang berat.
Termogenesis tanpa menggigil terjadi karena adanya
pemanfaatan lemak coklat untuk produksi panas. Jaringan
adiposa coklat mengandung lebih banyak lipid, mitokondria,
dan kapiler daripada jaringan adiposa putih. Tujuan utama
jaringan adiposa coklat adalah untuk menghasilkan panas;
jaringan ini merupakan sumber daya yang tidak dapat
diperbarui/dibentuk lagi pada bayi baru lahir. Jaringan adiposa
coklat terletak di dalam dan sekitar tulang belakang atas,
klavikula dan sternum, ginjal, dan pembuluh darah utama.
Jumlah jaringan adiposa coklat tergantung pada usia kehamilan
dan relatif lebih sedikit pada bayi baru lahir dengan gangguan
pertumbuhan dan bayi prematur.
Penciptaan panas melalui pemanfaatan simpanan adiposa
coklat dimulai saat lahir, dengan lonjakan katekolamin dan
pelepasan plasenta menekan prostaglandin dan adenosin.
Stimulus dingin karena meninggalkan tubuh hangat ibu
memicu aktivitas dalam hipotalamus bayi baru lahir yang
mengarah pada oksidasi lipid yang disimpan dalam adiposa
coklat dan selanjutnya memproduksi panas. Melalui

6
perantaraan glukosa dan glikogen, sel adiposa coklat
mengubah vakuola lemak menjadi energi panas. Panas yang
dihasilkan akan menghangatkan darah sebelum darah tersebut
bersirkulasi ke area perifer tubuh neonatus dan memastikan
suhu stabil untuk reaksi biokimia lainnya. Pada bayi baru lahir
yang mengalami hipoglikemia atau disfungsi tiroid,
penggunaan simpanan adiposa coklat tidak dapat berjalan
dengan efisien.
Neonatus yang mengalami kehilangan panas dapat
meninggalkan gejala dengan cepat menjadi hipoglikemia,
hipoksia, asidosis, dan gangguan pernapasan. Vasokonstriksi
paru terjadi selama hipotermia, yang kemudian menyebabkan
gangguan pernapasan. Efek buruk ini juga merupakan
konsekuensi dari meningkatnya metabolisme yang dihasilkan
dari upaya bayi baru lahir untuk menciptakan suhu normal.
Definisi hipotermia menurut WHO jika suhu tubuh kurang dari
36,5 ° C – 37,5 ° C. Gejala klinis hipotermia bisa terjadi
hampir tidak tampak, diantaranya termasuk suhu rendah dan
kulit dingin, kulit pucat, pucat, hipotonia, lesu atau rewel, tidak
mau makan atau muntah takipnea, dan peningkatan denyut
jantung. Setiap bayi baru lahir yang mengalami hipotermia
harus dievaluasi terjadinya hipoglikemia karena kebutuhan
kalori menjadi lebih tinggi terkait dengan termogenesis tanpa
menggigil
5) Perubahan Hematologis
Setelah lahir, produksi hemoglobin janin menurun dan ada
peningkatan bersamaan dalam produksi rantai β hemoglobin
sehingga kadar normal hemoglobin dewasa dicapai pada usia 4
hingga 6 bulan. Kadar normal hemoglobin pada bayi cukup bulan
sekitar 14-20 d/dL, hematokrit 43-63%, eritrosit 4.200.000-
5.800.000/m3 , leukosit 10.000-30.000 /m3 , trombosit 150.000-
350.000 /m3 ,retikulosit 3-7%. Rata-rata kadar sel darah putih
(WBC) pada bayi baru lahir berkisar antara 10.000 hingga 26.000 /
mm3. Akan ada peningkatan lebih lanjut dalam jumlah WBC pada
bayi baru lahir normal selama 24 jam pertama kehidupan, namun
secara bertahap menurun selama 3 sampai 5 hari berikutnya. Masa

7
hidup sel darah merah pada bayi baru lahir lebih pendek yakni 80
hari dibandingkan orang dewasa 120 hari.
Pergantian sel yang cepat ini menghasilkan lebih banyak
produk sampingan dari kerusakan sel yang harus dimetabolisme,
termasuk bilirubin. Bayi baru lahir juga mengalami pengurangan
aktivitas protein uridine diphosphate glucuronosyltransferase
(UGT), yang membantu untuk mengkonjugasikan bilirubin dan
mempersiapkannya untuk ekskresi.
Dua faktor ini yang paling bertanggung jawab atas ikterus
fisiologis yang terlihat pada banyak bayi baru lahir. Total serum
bilirubin memuncak pada sekitar 3 hari kehidupan pascasalin.
Sembilan puluh enam persen bayi baru lahir cukup bulan akan
memiliki total bilirubin serum kurang dari 17 mg / dL pada usia 96
jam, sehingga kadar yang lebih tinggi dari konsentrasi ini dianggap
patologis. Ikterus yang signifikan sebelum hari ketiga
pascakelahiran mungkin bersifat patologis, dan setiap ikterus yang
tampak dalam 24 jam pertama kehidupan merupakan masalah yang
signifikan. Ada jumlah retikulosit yang tinggi pada bayi baru lahir,
yang mencerminkan tingkat pembentukan sel darah merah yang
tinggi.
6) Perubahan Metabolisme
Seperti halnya perubahan paru, banyak perubahan hormon
yang diperlukan untuk keberhasilan transisi ke kehidupan ekstra-
uterine yang dimulai selama periode janin. Kadar kortisol mulai
meningkat pada usia kehamilan 30 minggu dan mencapai
puncaknya tepat setelah kelahiran. Kombinasi aksi antara hormon
kortisol dan tiroid mengaktifkan ENaC yang mendorong resorpsi
cairan paru-paru. Untuk mempertahankan glukosa darah setelah
pemisahan dari sirkulasi plasenta, bayi baru lahir mengalami
peningkatan kadar katekolamin dan glukagon dan penurunan
jumlah insulin. Glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati
memastikan glukosa darah stabil sampai volume asupan oral
meningkat selama beberapa hari pertama setelah lahir. Badan keton
dan laktat memberikan energi tambahan untuk otak, dengan
ketogenesis hepar meningkat setelah usia 12 jam pertama

8
7) Perubahan Kekebalan
Saat lahir, sistem imun neonatal belum matang, termasuk
memiliki hambatan fisik dan kimia dalam sistem pencernaan,
produksi imunoglobulin A (IgA) terbatas dan tertunda, fungsi
kaskade komplemen tidak lengkap, dan penurunan mekanisme anti-
inflamasi dalam pernapasan dan saluran gastrointestinal (GI).
Ketidakmatangan fungsional ini membuat neonatus rentan terhadap
banyak infeksi dan respons alergi. Imunitas bawaan adalah garis
pertahanan utama bagi neonatus. Imunitas bawaan terdiri dari
responden pertama seluler dan nonseluler terhadap infeksi.
Beberapa contoh kekebalan bawaan termasuk (1) perlindungan
oleh kulit, selaput lendir, dan mukosa usus; (2) saringan pada
saluran pernapasan; (3) kolonisasi kulit dan usus oleh mikroba
pelindung; (4) perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung;
dan (5) pemberian ASI yang mendukung fungsi kekebalan bawaan
neonatal. Kulit dan selaput lendir dikoloni saat janin melewati
saluran vagina. Vernix caseosa mengandung protein dan peptida
antimikroba (APP) dan membentuk "perisai mikroba" pada tubuh
bayi yang baru lahir. Adanya vernix melembabkan kulit dan
meningkatkan keasamannya, yang menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Reaksi kulit inflamasi pada bayi baru lahir normal
yang disebut eritema toxicum atau "ruam bayi baru lahir"
mengandung peptida antimikroba LL-37, yang menunjukkan
bahwa kondisi kulit ini menjadi manifestasi dari kolonisasi bakteri.
Kolostrum yang dicerna dalam beberapa hari pertama kehidupan
dan menyusui di bulan pertama kehidupan adalah stimulan kuat
dari respons imun bawaan bayi. ASI mengandung banyak zat
bioaktif yang memfasilitasi pengembangan sistem kekebalan bayi.
Dalam saluran pencernaan bayi, ASI menghambat pengikatan
banyak toksin, menghambat respons peradangan, dan memfasilitasi
kolonisasi bakteri komensal yang akan membentuk mikrobioma.

9
b. Adaptasi Fisiologis
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat di
lingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi
mandiri bayi harus dapat melakukan transisi hebat (Myles, 2009)
1) Adaptasi Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru – paru. Myles (2019) mengatakan adaptasi sistem
pernafasan meliputi
a) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx
yang bercabang dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II
dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b) Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah :
(1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernafasan di otak.
(2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru - paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara
mekanis.
(3) Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.

10
(4) Penimbunan karbondioksida (CO2) Setelah bayi lahir,
kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
(5) Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang
pernafasan.
c) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
(1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
(2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan
(lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke
paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan
adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga
tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.
Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
d) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada
saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang
bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita
paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan
beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe
dan darah.

11
e) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang
berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim
2) Adaptasi Kardiovaskuler dan Peredaran Darah
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk
semua pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan
pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus
melakukan penyesuain mayor guna mengalihkan darah yang tidak
harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah
yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk
direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme, yang
dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan
resistensi bantalan vaskular paru.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung
dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi
paru dan penurunan resistensi vaskular paru, hampir semua curah
jantung dikirim menuju paru.
Darah yang berisi oksigen menuju kejantung dari paru
meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang
hampir bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena
darah berhenti mengalir melewati tali pusat, yang berakibat pada
terjadinya penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa
hari pertama kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel,
pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskular paru
tinggi, misalnya pada saat menangis, yang menyebabkan serangan
sianotik sementara pada bayi.

12
Septum biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan
dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian
individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang
baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b) Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi/ meningkatkan resistensinya, sehingga
mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang merubah tekanan
dalam sistem pembuluh darah:
a) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan
atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan
tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir
ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium
kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi
dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paruparu mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen
ovali secara fungsional akan menutup. Vena umbilikus,
duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi
jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

13
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a) Sirkulasi darah fetus
(1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
(a) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah
mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan
dalam hepar
(b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis
sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian
besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke
dalam vena cava inferior.
(c) Foramen ovale : merupakan lubang yang
memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra
(d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang
terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens
(e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang
mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada
feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri
umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut
dikenal sebagai arteri hypogastica.
(2) Sistem sirkulasi fetus
(a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya
oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar.
Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengembalikan darah ke vena cava inferior
(b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior
(c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang
telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan
fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus
venosus dan membawanya ke atrium dextrum
(d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian
besar darah yang mengalami oksigenasi dalam

14
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra,
dari sini darah melewati valvula mitralis ke
ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk
kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah
bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan
demikian hepar, jantung dan serebrum menerima
darah baru yang mengalami oksigenasi
(e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari
kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum.
Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena
cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke
dalam venriculus dexter
(f) Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke
paru - paru yang nonfungsional, yanghanya
memerlukan nutrien sedikit
(g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah
dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta
descendens untuk memasok darah bagi abdomen,
pelvis dan ekstremitas inferior
(h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria
illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta
dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien
yang dipasok dari peredaran darah maternal
b) Perubahan pada saat lahir
(1) Penghentian pasokan darah dari plasenta
(2) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
(3) Penutupan foramen ovale
(4) Fibrosis
(a) Vena umbilicalis
(b) Ductus venosus
(c) Arteriae hypogastrica
(d) Ductus arteriosus

15
3) Adaptasi Fisiologis Termogulasi
Myles (2009) mengatakan BBL belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari kehidupan di rahim ke kehidupan di
luar rahim yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin. Pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL.
Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika bayi
kedinginan, bayi akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan Bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir
4) Adaptasi Fisiologis Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan, kemudian reflek gumoh dan reflek batuk yang matang
sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan BBL cukup
bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh”.
Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk
BBL cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
lambat bersamaan dengan tumbuhnya BBL. Pengaturan makanan
yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on
demand. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan

16
klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan
3 cara :
a) Melalui penggunaan ASI
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).
Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir
dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir
yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan
glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4
jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak
dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur),
lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merupakan risiko
utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum
lahir)
5) Adaptasi Fisilogis Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a) Perlindungan oleh kulit membran mukosa
b) Fungsi saringan saluran napas
c) Pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

17
e) Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh
sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme
asing.
Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul
kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak
virus dalam tubuh ibu. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa
anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Defisiensi kekebalan alami
bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi
bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan
menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting
6) Adaptasi Eliminasi
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas
lambung sendiri sangat terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi
baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Waktu pengosongan lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan
ukuran tubuhnya, usus bayi panjang yang berisi banyak kelenjar
sekresi dan terdiri dari permukaan absorbs yang luas. Enzim telah
ada meskipun terjadi defisiensi amilase dan lipase yang
menurunkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak.
Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu
kehamilan, dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan
dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam. Feses pertama
ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung empedu,
asam lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari ke 3 hingga hari ke 5
kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan bewarna kuning
kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses bewarna kuning. ASI
mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning terang atau
keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi, sedangkan pada
pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi tetap lunak,

18
bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta
cenderung mengiritasi kulit bayi.
Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel darah
merah 40- 90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul
pada hari ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami
penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru
lahir, hati masih belum sempurna dalam pengubahan bilirubin
indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin direk
yang kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati.
Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga
dibutuhkan pemberian makanan dini guna mempertahankan kadar
glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009Beban
kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan
meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum
yang masih rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine
pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Intake cairan
sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal,
hal ini dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin
(Rohani, 2011: 250 dan Myles, 2019).

2. Perubahan Emosional (The Emostional Experience)


a. Perubahan Identitas
Bayi baru lahir bereaksi terhadap rangsang dan mulai pada usia yang
sangat dini untuk mengumpulkan informasi tentang lingkungnnya
(Brazelton, 1984, DeCasper & Pifer, 1987 dan Potter dan Perry, 2015).
1) Indra khusus
a) Penglihatan
Meskipun belum sempurna, struktur yang diperlukan untuk
penglihatan telah ada dan berfungsi pada saat lahir. Bayi
menunjukkan kecenderungan mengedipkan mata dan
mengerutkan dahi.
b) Pendengaran
Mata bayi baru lahir berpaling jika ada suara. Bayi baru
lahir dapat membedakan suara (DeCasper & Pifer, 2017)

19
c) Penciuman dan Perasa
Bayi lebih menyukai bau susu daripada bau lainnya, dan
lebih menyukai bau ASI. Bayi akan berpaling dari bau yang
tidak sedap dan lebih menyukai rasa manis.
d) Sentuhan
Bayi sangat peka dengan sentuhan seperti menikmati
kontak kulit ke kulit, berendam di ar, gerakan mengayuh,
dibuai dan diayun (Potter dan Perry, 2015)
2) Tidur dan Bangun
Lama tidur pertama bayi bervariasi hingga beberapa menit dan
jam diikuti periode kedua reaktivitas,
3) Menangis
Tangisan bayi yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan
kebutuhan dan cara mengkomunikasikan kebutuhan,
kenyamanan dan permintaan bantuan
4) Tumbuh Kembang
Karena keterbatasan fisik bayi tergantung pada ibunya pemberi
perawatan lain untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan
kembang. Hal ini berlangsung optimal jika bayi memiliki fisik
dan kondisi neurologi yang normal, berada dalam lingkungan
yang aman, kebutuhan nutrisi terpenuhi serta pertumbuhan
psikologis yang ditingkatkan mellaui stimulasi dan kasih
sayang yang tepat.
b. Perubahan Body Image
Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 2,5 kg, panjang
badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit lingkar kepala oksipital
frontal sekitar 34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki
perut yang menonjol. Bayi cenderung berbaring dengan sikap fleksi,
dengan jari tangan jika diregangkan mencapai tinggi paha. Kulit juga
dapat dijadikan panduan kondisi umum bayi bagi pemberi perawatan.
Kepekaan terhadap sentuhan, tekanan,, panas dan dingin serta nyeri
dimediasi melalui kulit.
c. Fantasy Life
Reaksi positif dari bayi terhadap orang tuanya memperkuat
pelekatan orang tua dan mendorong tumbunya interaksi lebih lanju,
untuk membantu ibu dalam dalam peran barunya penting untuk

20
memanggil bayi menggunakan namanya dan berbicara hal-hal yang
positif tentang penampilan dan aktivitas bayi. Orang tua membina
hubungan dengan bayinya melalui cara dan kecepatan tersendiri.
Beberapa ibu awalnya merasakan adanya jarak dengan bayi (Jowit,
2016).
d. Father Emotions
Reaksi dan perasaan ayah terhadap bayinya sedapat mungkin
dieksperesikan (Heath, 1995; Mac Lenan, 2015). Orang tua sering
menghawatirkan reaksi saudara kandung terhadap bayi abru lahir.
Ayah juga harud didorong untuk berbagi tugas dalam merawat bayi.
3. The Sosioculture Experience
Kelahiran seorang bayi yang sehat dengan aman menimbulkan emosi
mendalam pada sebagian besar orang tua terutama saat terlibat dalam
kelahiran. Upaya keras yang dilakukan sebelum persalinan akan
terlupakan setelah ibu melihat bayinya pertama kali (Calisttter, 2015).
Satu jam setelah persalinan merupakan waktu yang sangat sensitif
bagi ibu. Kontak dekat dengan bayi selama ini merupakan proses
pelekatan (Klaus dan Kernnel, 2019). Emosi ibu setelah melahirkan
bercampur aduk, ibu dapat snagat antusias, bahagia, tertawa dan berbicara,
bahkan menangis dengan senang merasa terlalu lelah dan bersifat positif
dengan bayinya
4. The Cognitive experience
Dukungan suami dapat mempengaruhi perilaku ibu, sebagian ayah
terkejut dengan respon emosi terhadap kelahiran bayinya. Kadnag reaksi
pria lebih kuat dari reaksi wanita, yang cenderung lelah pada awalnya.
Ayah cenderung meras apuas dan memiliki percaya diri yang tinggi,
bangga dan sangat suka menyentuh serta memeluk bayinya serta berbagi
kebahagiaan (Barclay & Lupton, 1999, Bedford & Jhonson, 1998,
Wildman, 1995). Rekasi ornag tua meningkat dengan ikatan emosional
dengan bayi. Bayi pada saat lahir sangat peka dan mudah terbangun, serta
reaktif dengan lingkungan.

21
5. Clinical Pathway
PROSES PERSALIAN NORMAL

Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat Adaptasi psikologis ibu
jalan lahir suhu intra uterin yang stabil
(35-37o C) Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan Suhu ruangan Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka
Koordinasi reflek menelan Penghilangan suhu tubuh Sekresi oksitosin
Menghisap belum sempurna (konveksi, radiasi, evaporasi) terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion Perubahan drastis suhu tubuh Pressure the ejection
Pada jalan napas of breast feeding

Bersihan jalan napas Proses adaptasi Ineffective breast feeding


Tidak efektif
Resti hipothermi
Resti gangguan pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
Peningkatan insisible water loss
(IWL)

Resti kekurangan volume cairan

Bayi baru lahir, fungsi organ belum baik menyebabkan daya tahan tubuh
rendah, penurunan daya tahan tubuh dan menyebabkan terjadinya risiko
infeksi. Kurang pengetahuan menyebabkan ASI ibu kurang baik dan
terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Selain itu reflek menghisap bayi belum efektif sehingga bayi tidak
mau menyusu dan terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Selain itu terjadi jaringan lemak subkutan tipis,
pemaparan dengan suhu luar, penyesuaian suhu tubuh dan terjadi
perubahan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh, meningkatknya
metabolisme tubuh, peningkatan kebutuhan O2 dan terjadi bersihan jalan
nafas tidak efektif

22
B. Implikasi untuk Praktek dan Strategi Pengajaran
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik
Perubahan-Perubahan Yang terjadi Pada BBL
a. Perubahan metabolisme karbohidrat
b. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi lahir berada pada suhu yang lebih rendah dan suhu
di dalam rahim ibu. Apabila dibiarkan dalam suhu 25°C, maka bayi
akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi
sebanyak 200 kkal/kb BB/mnt, sedangkan produksi panas yang
dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Sehingga menyebabkan suhu
tubuh turun, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat
dan kebutuhan oksigen.
c. Perubahan Pernafasan
Selama dalam uterus janin mendapat O2 dari pernafasan gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui
paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama
adalah :
1) Tekanan metabolisme dan toraks sewaktu melalui jalan lahir
2) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinuskarotis.
3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan
pernafasan.
4) Perubahan Sirkulasi
Dengan Perkembangan paru mengakibatkan tekanan O2 naik dan
tekanan CO2 menurun, sehingga menurunkan resistensi pembuluh
darah paru, sehingga aliran darah meningkat hal ini menyebabkan
darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan P duktus
arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilicus
kemudian tali pusat dipotong aliran darah dari plasenta melalui
vena inferior dan foramen ovale ditriun kiri terhenti. Sirkulasi
janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar
badan ibu.
d. Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal, alat lainnya mulai berfungsi.
Setelah anak lahir harus segera mendapat perawatan dan
pengawasan agar tidak terjadi kelainan-kelainan.

23
Adapun perawatan dan pengawasan bayi meliputi :
1) Menghisap lendir
2) Memotong tali pusat
3) Meneteki/ Memberi Salep Mata
4) Memberi injeksi vitamin K
5) Mengukur panjang badan dan menimbang berat badan bayi
6) Mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), LD (Lingkar Kepala).
7) Mengukur suhu tubuh
8) Memandikan setelah 6 jam post partum
Dalam merawat bayi kebutuhan yang harus dipenuhi antara lain :
1) Kebutuhan rasa hangat
2) Makanan pokok yaitu ASI
3) Cairan
4) Istirahat dan tidur
5) Udara yang bersih
6) Latihan gerak badan
7) Kasih Sayang Ibu
8) Perlindungan
9) Kebersihan dan sterilisasi
Kebutuhan diatas bersifat terus menerus selama pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
2. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Dengan menerapkan pengetahuan mengenai kemampuan psikologis
serta kemampuan komplikasi pada bayi baru lahir. Bidan dapat
melakukan perencanaan dan perawatan bayi yang optimal.
Menurut Marian Diamond, seorang ahli anatomi otak dari
Universitas California, cinta dan sentuhan akan menyebabkan otak bayi
berkembang. Bagaimana menunjukkan cinta? Menyentuh, memeluk,
tersenyuman, mendukung, mendengarkan dan bermain bersama si kecil
kapan pun anda bisa. Segera merespon tangisan bayi juga sangat penting,
khususnya pada enam bulan pertama. Bahkan menanggapi bayi yang
sedang marah sebaik ketika mereka bahagia, membantu membangun
kepercayaan dan ikatan emosional yang kuat. Emosi bukanlah hal yang
serta merta muncul pada diri manusia, melainkan terbentuk melalui sebuah
proses panjang, yang diawali sejak masa BBL.

24
Pada masa ini, bayipun sedang mempelajari berbagai macam emosi.
“Bayi di usia ini mulai mengenal emosi dasar, yaitu sedih dan gembira
“(Alison Gopnik, 2000). Dengan perkembangan kemampuan fisik dan
kognitif yang masih terbatas, ia mengenali emosi-emosi tersebut
berdasarkan kebutuhan ataupun kondisi tubuhnya sendiri. Seperti, ketika
lapar ia akan sedih dan menunjukkannya dengan menangis.
Pada masa ini yang menjadi perantara utama adalah telinga dan kulit.
a. Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
b. Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri.
3. Pemenuhan Kebutuhan Cognitif
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran
untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian
menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering
jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit
ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang
rendah berhubungan dengan kondisi neurologis. Pelaksanaannya APGAR
cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus
menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot,
gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya
pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya
hipoksia dan anoksia.
a. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
1) Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan untuk memastikan tingkat
kesehatan bayi baru lahir dan mengidentifikasi potensi atau
masalah yang ada, dan mengembangkan rencana asuhan yang
sesuai untuk bayi baru lahir dan keluarga.
2) Pemeriksa melakukan pendekatan dalam memeriksa bayi baru
lahir agar pemeriksaan dapat berjalan efektif, hasil yang diperoleh
sesuai dan valid. Pemeriksaan dilakukan sekitar 1 jam setelah
menyusui, ketika bayi sudah merasa cukup kenyang. Urutan
umum pemeriksaan juga harus dimodifikasi berdasarkan kondisi
bayi pada saat pemeriksaan agar memberikan hasil yang sesuai.
3) Prinsip pemeriksaan, sebelum melakukan kontak fisik dengan
bayi baru lahir, pemeriksa harus menjelaskan tujuan pemeriksaan

25
kepada ibu dan / atau anggota keluarga dan mendapatkan izin
untuk menangani bayi baru lahir. Bidan kemudian melakukan
cuci tangan dan lengan bawah selama 20 detik dengan sabun
bakterisida. Sarung tangan nonsteril juga dapat digunakan oleh
bidan untuk melakukan pemeriksaan, terutama di rumah sakit.
Selama pemeriksaan, umpan balik dan temuan yang signifikan
dapat diberikan kepada orang tua tentang kondisi bayi. Bidan
dapat memberikan informasi kepada orang tua dan selanjutnya
menilai kesiapan mereka untuk asuhan yang akan diberikan pada
bayi
b. Prosedur Penilaian Apgar Skor
1) Pastikan pencahayaan baik
2) Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg
cepat & simultan.
3) Jumlahkan hasilnya
4) Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
5) Ulangi pada menit kelima
6) Ulangi pada menit kesepuluh
7) Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
c. Penilaian :
1) Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
2) Nilai tertinggi adalah 10
3) Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
4) Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
5) Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

26
TABEL NILAI APGAR
TANDA 0 1 2

Appearance Blue (seluruh tubuh Body pink, Limbs All pink (seluruh tubuh
(warna kulit) biru atau pucat) blue(tubuh kemerahan)
kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse (denyut Absent (tidak ada) <100 >100
jantung)
Grimace (refleks) None (tidak beraksi) Grimace (sedikit Cry (reaksi melawan,
gerakan) menangis)
Activity (tonus Limp (lumpuh) Some flexion of Aktive movement, Limbs
otot) limbs (ekstremitas well flexed (gerakan
sedikit ekstrim) aktif, ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory effort None (tidak ada) Slow, ireeguler Good, strong cry
(usaha bernafas) (lambat, tidak teratur) (menangis kuat)

27
C. Implikasi Hasil Penelitian
1. Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata
(Inggris) maka evidence Base dapat diartikan sebagai berikutEvidence
adalah Bukti atau fakta dan Based  adalah Dasar. Jadi evidence
base adalah: praktik berdasarkan bukti. Evidence Based Midwifery
(Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan
tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan
sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada
konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan
utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta
sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan
pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut. Jadi pengertian Evidence
Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah
yang sistematis.
2. Manfaat Evidence Based
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence
Base antara lain:
a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan
bukti ilmiah
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan
klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan
teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

28
3. Evidence Based Pada Neonatus
a. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif.
Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk
peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan
memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya
bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu). Pada prinsipnya IMD merupakan
kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan
di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan
dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya.
Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban
karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang
dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk
menemukan puting. Lemak (verniks) yang menyamankan kulit bayi
sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit ini bisa
dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Selain
mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi pada
jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi
hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam
proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga
membantu pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang
hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat
perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi. Adapun
Tatalaksana inisiasi menyusu dini antara lain :
1) Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan
rasa percaya diri yang tinggi dan membutuhkan dukungan yang
kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan membantu ibu
apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga
mendampinginya.
2) Obat-obatan kimiawi, seperti pijat, aroma therapi, bergerak,
hypnobirthing dan lain sebagainya coba untuk dihindari.
3) Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang
akan menjalaninya.

29
4) Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa
menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi
5) Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to
skin contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan
dianggap perlu beri si bayi topi.
6) Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke
puting ibunya.
7) Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu (pre-feeding) yang dapat
berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih,
diantaranya:

a) Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan


dengan lingkungan.
b) Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau
mengelurkan suara.
c) Bergerak ke arah payudara.
d) Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran
e) Menyentuh puting susu dengan tangannya.
f) Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting)
melekat dengan mulut terbuka lebar.
g) Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses
menyusu pertama selesai.
h) Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti
oprasi, berikan kesempatan skin to skin contact.
i) Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur
setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasif seperti
suntikan vit K dan menetes mata bayi.
j) Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi.
Andaikan bayi dipisahkan dari ibunya, yang terjadi
kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat
sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula,
jadi akan lebih membantu apabila bayi tetapi bersama
ibunya selama 24 jam dan selalu hindari makanan atau
minuman pre-laktal.
Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya
bayi diberikan ASI secara eksklusif. Yang dimaksud dengan
pemberian ASI secara eksklusif di sini adalah pemberian ASI

30
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur
0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, baru ia mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat
terus diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI
eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM di masa yang
akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini.
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan
anak secara optimal. Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang
ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi. 

b. Baby Friendly
Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative
(inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang
didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun 1991 untuk
mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan kelanjutan
menyusui. Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas bersalin
yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan bayi.
Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital/ Maternity berfokus pada
kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi
mereka awal kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit
sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai
dan terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan
khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih dari
18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby
friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark,
Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss,
Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai
rumah sakit sayang bayi. Dalam rangka mencapai program Baby
Friendly Inisiative, semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin
akan:
1) Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui secara rutin dan
dikomunikasikan kepada semua staf tenaga kesehatan.
2) Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini.
3) Member tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan
penatalaksanaan menyusui

31
4) Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah
jam kelahiran.
5) Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan menyusui jika mereka harus dipisahkan dari
bayi mereka.
6) Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medis.
7) Praktek rooming-in agar memungkinkan ibu dan bayi tetap
bersama-sama.
8) Mendorong menyusui on demand
9) Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui
10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan
menganjurkan ibu menghubungi mereka setelah pulang dari
rumah sakit atau klinik.
c. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Kulit
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari
dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Kontak kulit bayi dengan ibu dengan
perawatan metode kangguru dapat mepertahankan suhu bayi dan
mencegah bayi kedinginan/ hipotermi. Keuntungan cara perawatan
bayi dengan metode ini selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga
akan lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan
berat badan bayi lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan
bayi, bahkan ibu bisa tetap beraktivitas sambil menggendong bayinya.
Cara melakukannya:
1) Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru
lahir adalah melalui kepala.
2) Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan
posisi kaki seperti kodok serta kepala menoleh ke satu sisi.
3) Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan
istirahat
4) Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga
yang dewasa lainnya. Kontak kulit ke kulit sangat berguna untuk
memberi bayi kesempatan dalam menemukan puting ibunya,

32
sebelum memulai proses menyusui untuk pertama kalinya. Inilah
kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat berpengaruh
dalam proses ASI Eksklusif selama 6 bulan setelahnya.
d. Pemotongan Tali Pusat
Berdasarkan evidence based, pemotongan tali pusat lebih baik
ditunda karena sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun
bagi ibunya. Mengingat fenomena yang terjadi di Indonesia antara lain
tingginya angka morbiditas ataupun mortalitas pada bayi salah satunya
yang disebabkan karena Asfiksia Hyperbillirubinemia/ icterik
neonatorum, selain itu juga meningkatnya dengan tajam kejadian autis
pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa tahu pemicu
penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus
fenomena di atas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord
Clamping) di langkah APN yaitu pemotongan tali pusat segera setelah
bayi lahir. Benar atau tidaknya asumsi tersebut, beberapa hasil
penelitian dari jurnal-jurnal internasional di bawah ini mungkin bisa
menjawab pertanyaan di atas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kinmond, S. et al. (1993) menunjukkan bahwa pada bayi
prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit
atau lebih, maka bayi akan:
1) Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah
Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan
Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen. Menunjukkan
indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan
bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir. Mengurangi
resiko perdarahan pada kala III persalinan
2) Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah
yang lebih baik. Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh Morley
(2007) dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam
beberapa menit setelah kelahiran, dan pada saat bayi mulai
menangis dan kulitnya berwarna merah muda, menandakan
prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada
saat proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin
menjadi sistem sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung
kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit serius. Dalam
penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan
pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena

33
50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped
off). Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam
penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain injury,
cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia
pada bayi sangatlah banyak. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Hutton (2007) bahwa dengan penundaan
pemotongan tali pusat dapat :
a) Peningkatan kadar hematokrit dalam darah
b) Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah
c) Penurunan angka Anemia pada bayi
d) Penurunan resiko jaudice/ bayi kuning
Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat
tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya.
Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali
pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat
betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian
yang dapat terjadi.
e. Perawatan Tali Pusat
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang
menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak
semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi, akan disisakan
beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan
menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak
menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.
Cara merawatnya adalah sebagai berikut:
a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air.
Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan
hipotermi.
b. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering
tanpa diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium
yang terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran

34
darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar
gondok.
d. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak
karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
e. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa
steril hingga tali pusat lepas secara sempurna.
Cara menjaga Bayi Tetap Hangat
- Memandikan bayi setelah 6 jam, mandikan dengan air hangat
- Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai
pakaian kering dan lemut
- Ganti popok dan baju jika basah
- Jangan tidurkan bayi ditempat dingin atau banyak angin
- Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos
tangan, dan pakaian yang hangat padaa saat tidak dalam dekapan.
- Jika berat lahir kurang darai 2500 gram, lakukan perawatan metode
kanguru (dekap bayi di dada ibu/bapak/ anggota keluarga lain kulit
bayi menempel kulit ibu/ bayi/ anggota keluarga lain)
- Bidan/ Perawat/ Dokter menjelaskan perawatan metode kanguru.
4. Peran dan tanggungjawab Bidan dalam Asuhan kebidanan
(Yulizawati, dkk. 2017) Lingkup peran dan tanggungjawab bidan
dalammenjalankan asuhan kebidanan adalah berikut ini;
a. Care Provider ( pemberi asuhankebidanan)
Seseorang yang mempunyai kemampuan memberikan asuhan
kebidanan secara efektif,aman dan holistik dengan memperhatikan
aspek budaya terhadap ibu hamil, bersalin,nifas dan menyusui, bayi
baru lahir, balita dan kesehatan reproduksi pada kondisi
normalberdasarkan standar praktek kebidanan dan kode etik profesi.
b. Community Leader (Penggerak masyarakat) dalam bidang kesehatan
ibu dan anak.
Seseorang yang mempunyai kemampuan menjadi penggerak
dan pengelola masyarakatmdalam upaya peningkatan kesehatan ibu
dan anak dengan menggunakan prinsippartnership dan pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan kewewenang dan lingkuppraktek bidan
c. Communicator (komunikator)
Seseorang yang mempunyai kemampuan berkomunikasi
secara efektif denganperempuan, keluarga, masyarakat, sejawat dan
profesi lain dalam upaya peningkatanderajat kesehatan ibu dan anak.

35
d. Decision Maker (pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan)
Seseorang yang mempunyai kemampuan mengambil keputusan klinik
dalam asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat
dengan menggunakan prinsippartnership.
e. Manager (pengelola)
Seseorang yang mempunyai kemampuan mengelola klien
dalam asuhan kebidanan dalam tugas secara mandiri, kolaborasi
(team) dan rujukan dalam kontek asuhan kepada individu, keluarga
dan masyarakat.

D. Manajemen Kebidanan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12
jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kelahiran.Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada
rektal.
d. Kulit

36
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki
dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara
putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut
verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.Keadaan
tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan
disekitarnya.
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
g. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari
berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000
gram.
h. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24
jam pertama.
i. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar
kepala fronto-occipitalis 34 cm, suboksipito-bregmantika 32 cm,

37
mento occipitalis 35 cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar
lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
j. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.Diagnosis
kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki cirri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan

38
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.Kaji ulang
apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
4. Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data
baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi  baru
lahir.
5. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada  masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural
atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek
asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif

39
karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.
6. Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.Kaji ulang apakah semua
rencana asuha telah dilaksanakan.
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana
asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir

40
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja

41

Anda mungkin juga menyukai