Anda di halaman 1dari 13

NAMA : MEGA SASTRAWATI

KELAS : 1B D4 KEBIDANAN MEDAN


MATA KULIAH : BIOLOGI REPRODUKSI
DOSEN PENGAMPU : Yulina Dwi Hastuty,S.Kep. Ners. M.Biomed

RESUME
ADAPTASI JANIN DI EKSTRAUTERIN, FERTILITAS DAN INFERTELITAS.
1. Adaptasi Janin di Ekstrauterin

Bayi baru lahir yang beralih ke kehidupan ekstrauterine akan mengalami periode
reaktivitas. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama terjadi dalam 30 menit
pertama kehidupan. Selama tahap ini bayi waspada dan responsif dengan denyut jantung
memuncak pada 160-180 denyut per menit dan kemudian distabilkan ke kecepatan dasar
100-120 denyut per menit. Berdetak saat auskultasi dan pernapasan tidak teratur adalah
temuan normal. Pada tahap kedua, terjadi penurunan responsivitas dan aktivitas motorik
yang sering diwujudkan dengan tidur. Periode ini bisa berlangsung dari 1-2 jam. Tahap
ketiga menandai periode kedua reaktivitas. Periode ini dapat terjadi di mana saja dalam 2
hingga 8 jam pertama setelah lahir dan berlangsung dari 10 menit hingga beberapa jam.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode
ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan
glukosa.Adaptasi neonatal adalah Perubahan secara fungsional daripada
kehidupanintrauterin kepada kehidupanekstrauterin. Mampu beradaptasi akan
menjadihomeostasis, gagal beradaptasiakan menjadi morbiditi.
Adaptasi bergantung kepada:
 Kematangan : Bergantung kepada usia kehamilan
 Status nutrisi : Berhubung dengan berat badan lahir
 Toleransi : Kebolehan untuk mengatasi persekitaran baru, mampu
bertoleransikepada keadaan hypoxia, hipoglikemia, pengambilan kalori, dan
lain-lain
 Kemampuan beradaptasi : Kemampuan dalam beradaptasi terhadap
perubahan.
2. Adaptasi Fisiologis Fetus dari Intrauterin ke Ekstrauterin
a. Sistem pernapasan
Sistem pernafasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari
lingkungan intrauterine ke lingkungan ekstrauterine, bayi baru lahir harus segera mulai
bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin
sebelum bayi lahir adalah plasenta. Janin mengembangkan otot-otot yang diperlukan
untuk bernafas dan menunjukkan gerakan bernafas sepanjang trimester kedua dan ketiga.
Alveoli berkembang sepanjang gestasi, begitu juga dengan kemampuan janin untuk
menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat
pertemuan antara udara-alveoli. Ruang interstitial sangat tipis sehingga memungkinkan
kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum
persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respons terhadap peningkatan
hormon stress dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersirkulasi. Pada saat lahir
hingga 35% cairan paru janin hilang. Terdapat peristiwa-peristiwa biokimia, seperti
hipoksia relatif di akhir persalinan dan stimulus fisik terhadap neonates seperti udara
dingin, nyeri, cahaya, yang menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Upaya
mengambil nafas pertama dapat sedikit dibantu dengan penekanan toraks yang terjadi
pada menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada toraks ketika janin
melalui vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut dan trakea
keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea.
Beberapa perubahan fisiologis pada transisi fetal neonatal antara lain adalah :
o Sebelum lahir, paru terisi cairan dan oksigen yang dipasok oleh plasenta. Pembuluh
darah yang memasok dan mengaliri paru mengalami kontraksi sehingga sebagian
besar darah dari sisi kanan jantung melewati paru dan mengalir melalui duktus
arteriosus menuju aorta
o Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi cairan paru berkurang
o Selama menuruni jalan lahir, dada bayi tertekan dan sejumlah cairan paru keluar
melalui trakea
o Sejumlah rangsangan (stimulus) baik yang bersifat termal, kimiawi, maupun taktil
memulai terjadinya pernafasan
o Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa detik pascalahir. Tekanan
intratoraks yang tinggi diperlukan untuk mencapai hal ini. sebagian besar cairan paru
terserap ke dalam aliran darah atau limfatik dalam beberapa menit setelah lahir
o Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan peningkatan tegangan oksigen arterial,
aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan resistensi vaskuler pulmonal kemudian
turun
o Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasenta yang memiliki resistensi
rendah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer dan
peningkatan tekanan darah sistemik
o Terdapat penutupan fungsional duktus arteriosus akibat penurunan resistensi vaskular
pulmonal dan peningkatan resistensi vaskular sistemik
b. Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi
selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi dengan reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru
sebagai respons terhadap tarikan nafas pertama. Sirkulasi janin memiliki karakteristik
berupa sistem bertekanan rendah. Karena paru adalah organ tertutup yang berisi cairan,
paru memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang
teroksigenasi melalui paru dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan
kiri yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian secara
istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-plasenta
terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup,
bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem
adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistence).
Peningkatan ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas pertama BBL.
Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru relaksasi
dan terbuka. Paru sekarang menjadi sistem yang bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetapi menurun dalam
sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan
akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan foramen ovale
menutup. Duktus arteriosus, yang mengalirkan darah plasenta teroksigenasi ke otak
dalam kehidupan janin, sekarang tidak lagi diperlukan. Dalam 48 jam duktus itu mengecil
dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2 yang
sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi ini yang sekarang secara rutin
mengalir melalui duktus arteriosus, juga menyebabkan duktus itu mengecil. Akibat
perubahan dalam tahanan sistemik dan paru, dan penutupan pintu duktus arteriosus serta
foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi jantung. Darah
yang tidak kaya oksigen masuk ke jantung neonates, menjadi teroksigenasi sepenuhnya di
dalam paru dan dipompa ke semua jaringan tubuh lainnya.
c. Termoregulasi dan adaptasi fisiologi sistem metabolisme
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu
lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur
suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,60C dari pada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor
yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan
tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak subkutan, dan derajat
fleksi otot. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu secara
adekuat sampai dua hari setelah lahir.
Pasca lahir, neonatus harus menyesuaikan terhadap lingkungan dengan suhu yang
lebih rendah. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap hipotermi karena :
 Memiliki area permukaan tubuh yang relatif besar dibandingkan massanya, sehingga
terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan panas (yang berhubungan dengan
massa), dengan kehilangan panas (yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh)
 Memiliki kulit yang tipis dan permeabel terhadap panas
 Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (penahan panas)
 Memiliki kapasitas yang masih terbatas untuk membentuk panas, karena bergantung
pada thermogenesis tanpa menggigil dengan menggunakan jaringan adiposa (lemak)
bentuk khusus yaitu lemak coklat (the brown fat), yang terdistribusi di area leher, di
antara scapula, dan di sekitar ginjal dan adrenal
 Kemampuannya untuk menghasilkan panas dan respons simpatis yang sangat buruk,
menggigil hanya terjadi pada suhu kurang dari 160C pada bayi aterm dan tidak terjadi
pada bayi prematur sampai usia 2 minggu
 Bayi prematur tidak dapat meringkuk untuk mengurangi terpajannya kulit. Bahaya
yang dapat ditimbulkan dari hipotermi adalah peningktana konsumsi oksigen dan
energi sehingga menyebabkan hipoksia, asidosis metabolik, dan hipoglikemia, apnea,
cedera dingin pada neonatus, berkurangnya koagulabilitas darah, kegagalan untuk
menambah berat badan, dan meningkatkan kematian bayi baru lahir. Kehilangan
panas pada neonatus dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu : (1) radiasi, (2)
konveksi, (3) konduksi, dan (4) evaporasi melalui kulit.
Hal ini bisa dikurangi bilamana bayi dikondisikan agar berada dalam lingkungan
yang hangat (21-240C).
 Kehilangan panas melalui konveksi ditentukan oleh perbedaan antara suhu
kulit dan udara, area kulit yang terpajan udara, dan pergerakan udara sekitar.
Konveksi merupakan penyebab penting kehilangan panas pada bayi baru lahir
dan dapat diminimalkan dengan : 1) memakaikan baju bayi, 2) meningkatkan
suhu udara, 3) menghindari aliran udara
 Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas dengan cara
perpindahan panas dari kulit bayi ke permukaan padat dimana bayi berkontak
langsung
 Kehilangan panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara kulit
dan permukaan di sekelilingnya, yaitu dinding isolator (incubator), atau jika
di bawah pengaruh penghangat radian, jendela dan dinding ruangan. Bayi
kehilangan panas melalui gelombang elektromagnetik dari kulit ke permukaan
sekitar
 Kehilangan panas melalui evaporasi terjadi pada saat lahir, ketika kulit basah
bayi harus dikeringkan dan dibungkus dengan handuk hangat. Panas hilang
ketika air menguap dari kulit atau pernapasan Persalinan membutuhkan energi
terutama pada bayi untuk usaha bernafas, aktifitas otot, dan lain sebagainya
sehingga bayi baru lahir harus mengambil cadangan makanan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah sehingga tidak terjadi hipoglikemia.
Disebut hipoglikemia jika pada bayi baru lahir kadar glukosa serum kurang
dari 45 mg% selama beberapa hari pertama kehidupan. Untuk mencegah
kondisi hipoglikemia, terjadi respon adaptif dalam metabolisme yaitu yang
pertama terjadi pada bayi baru lahir adalah peningkatan glikogenolisisyang
cepat dari hepar dalam 24 jam (BBL memanfaatkan glukosa 2 kali lipat orang
dewasa). Selain itu juga berlangsung glukoneogenesis (pembentukan glukosa
dari zat nonkarbohidrat misalnya lemak dan protein) dan liposis dimulai saat
lahir sehingga FFA (free fatty acid atau asam lemak bebas) dalam plasma
meningkat 3 kali lipat yang dapat meningkatkan risiko terjadinya asidosis
metabolik.
d. Perubahan pada sistem Hematologi
Pada janin, tekanan oksigen rendah. Untuk mengkompensasi hal ini, hemoglobin
fetal (Hb F) memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dan Hb F ini memiliki afinitas
terhadap oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan hemoglobin dewasa (Hb A).
Oleh karena itu, saat lahir konsentrasi Hb jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat
dewasa. Hb juga dipengaruhi oleh waktu penjepitan tali pusat pada saat lahir dan posisi
bayi relatif terhadap plasenta. Jika tali pusat langsung dijepit, Hb akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan transfuse plasental akibat penjepitan yang
terlambat dan dengan bayi diletakkan lebih rendah daari plasenta.
Untuk saat ini salah satu perawataan rutin pada BBL adalah pemberian vitamin K
sebagai profilaksis terhadap penyakit perdarahan pada BBL. Vitamin K dapat diberikan
dalam dosis besar tunggal melalui injeksi intramuscular yang memberikan pencegahan
yang dapat dipercaya. Vitamin K dapaat membantu sintesis protrombin di hepar bayi
sehingga dapat mengurangi manifestasi perdarahan kulit yang umumnya terjadi pada
BBL.
e. Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir,
janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Refleks muntah dan
batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esophagus
bawah dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam
jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung pada bayi cukup
terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut
lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang
peristaltic tidak dapat diprediksikan. Kolon pada BBL kurang efisien menyimpan cairan
dari pada kolon orang dewasa sehingga BBL cenderung mengalami komplikasi
kehilangan cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar serius pada
bayi muda.
f. Perubahan Pada Sistem Imun
Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang signifikan.
Ketidakmaturan fungsional ini membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan
respons alergi. Sistem imun yang matur memberikan baik imunitas alami maupun yang
diadapat. Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Beberapa contoh imunitas alami meliputi (1) perlindungan barier yang diberikan
oleh kulit dan membran mukosa, (2) kerja seperi saringan saluran pernafasan, (3)
kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung, dan (4) perlindungan kimia yang
diberikan oleh lingkungan asam pada lambung.
Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-sel darah yang tersedia pada
saat lahir untuk membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga tipe
sel yang bekerja melalui fagositosis : (1) neutrofil polimorfonuklear, (2) monosit, (3)
makrofag. Imunitas yang didapat janin melalui perjalanan transpalsenta dari
immunoglobulin varietas IgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat
melewati plasenta. Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau
mikroba kecuali jika ibu berespons terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya.
Secara bertahap bayi muda mulai menghasilkan antibodi sirkulasi IgG yang adekuat.
Respons antibodi penuh terjadi bersamaan dengan pengurangan IgG yang di dapat pada
masa prenatal dari ibu.
g. Perubahan Pada Sistem Ginjal
Ginjal BBL menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah
besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengosentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urine dan
osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan, seringkali hanya 30-60 ml.
h. Ikterus Neonatorum Fisiologis
Ikterus neonatorum terjadi pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat. Pada
sebagian besar kasus kondisi ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap kehidupan
ekstrauterine. Bayi mengalami ikterus akibat :
 Konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat selama
beberapa hari pertama kehidupan
 Umur eritrosit pada bayi baru lahir lebih pendek dari pada eritrosit pada orang
dewasa, sehingga banyak eritrosit yang hemolisis. Akibat hemolisis maka
hemoglobin yang terkandung di dalamnya terurai menjadi bilirubin tak terkonjugasi
(indirek)
 Imaturitas enzim-enzim hepar, khususnya UDP-glukoronil transferase pada BBL
menyebabkan gangguan proses konjugasi bilirubin indirek dan ekskresinya.
Ikterus perlu mendapatkan perhatian khusus karena kadar bilirubin indirek yang
tinggi dapat memasuki sawar darah-otak sehingga mengakibatkan kernikterus yang sudah
tentu membahayakan bayi.
Bilirubin merupakan produk dari metabolisme hemoglobin dan protein hem lainnya.
Produk pemecahan awal adalah bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek), yang
dibawa di dalam darah dalam keadaan terikat dengan albumin. Ketika ikatan albumin
tersaturasi, bilirubin tak terkonjugasi yang bebas dapat melewati sawar darah otak karena
bersifat larut lemak. Bilirubin tak terkonjugasi yang berikatan dengan albumin
dikonjugasi di hati (bilirubin direk), yang diekskresikan melalui saluran empedu ke dalam
saluran cerna. Sebagian bilirubin diabsorpsi kembali dari saluran cerna. Kernikterus
merupakan ensefalopati bilirubin yang disebabkan oleh deposisi bilirubin indirek di
ganglia basalis dan nukleus batang otak. Kondisi ini dapat mengakibatkan iritabilitas,
letargis, sulit makan, demam, dan hipertonisitas otot-otot yang bersifat akut yang
menyebabkan kekakuan pada leher dan batang tubuh dan kejang, koma, dan kematian.
Konsekuensi jangka panjang mencakup dysplasia dental, kehilangan pendengaran
neurosensorik frekuensi tinggi, paralisis pada gerakan bola mata ke arah atas, serebral
palsy athenoid, dan kesulitan belajar.
3. Fertilitas

Fertilitas (Inggris: Fertility) sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil


reproduksi yang nyata dari seorang wanita dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain, fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas,
sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan erat,
dimana fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk mengalami
fertilitas dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti fekunditasnya
baik.
Ada satu kata yang memiliki makna yang menyerupai fertilitas, yaitu natalitas.
Perbedaan keduanya hanya pada ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
a. Konsep-konsep Fertilitas
Dalam buku Dasar-dasar Demografi terbitan FE UI, dijelaskan konsep-konsep
penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
 Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi
tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya
atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot.
 Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
 Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28
minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan
istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah
keguguran.
 Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
Namun, Tim Kompre Angkatan 51 memiliki konsep yang agak berbeda terkait
kematian bayi, yakni :
 Kematian bayi intra uterin (di dalam kandungan ibu), terdiri dari:
 Abortus : kematian janin menjelang dan sampai pada kandungan
berumur 16 minggu.
 Immatur : kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu
sampai 28 minggu.
 Prematur : kematian janin di dalam kandungan pada umur kandungan di
atas 28 minggu sampai waktu lahir
 Kematian bayi extra uterin (di luar kandungan ibu), terdiri dari:
 Lahir mati (still birth) : jika bayi yang lahir setelah cukup masanya, tetapi
tidak ada tanda-tanda kehidupan
 Kematian baru lahir (neonatal death) atau kematian endogen : kematian
sebelum bayi berumur 1 bulan yang biasanya disebabkan oleh faktor-
faktor yang dibawa bayi sejak lahir.
 Kematian lepas baru lahir (post neonatal death) : kematian bayi setelah
berumur 1 bulan tetapi kurang dari 1 tahun yang biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan luar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Kingsley Davis & Judith Blake
Faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang memengaruhi fertilitas akan melalui
faktor-faktor yang langsung ada kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi, yaitu tahap
intercourse (hubungan seksual), conseption (pembuahan sel telur oleh sel sperma) dan
gestation (kehamilan). Faktor-faktor yang mempunyai kaitan antara ketiga variabel
tersebut disebut VARIABEL ANTARA, yang terdiri dari:
 6 variabel yang memengaruhi intercouse, yaitu:
 Umur mulai berhubungan kelamin/kawin pertama.
 Selibat permanen : proporsi wanita yang tak pernah melakukan hubungan
kelamin.
 Lamanya berstatus kawin/lamanya masa melajang.
 Abstinensi (absen dalam melakukan hubungan seksual) secara sukarela.
 Abstinensi terpaksa (misal: sakit, berpisah ranjang sementara).
 Frekuensi senggama.
 3 variabel yang memengaruhi conception, yaitu :
 Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak
disengaja.
 Pemakaian kontrasepsi.
 Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang disengaja.
 2 variabel yang memengaruhi gestation, yaitu:
 Mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja.
 Mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja.
4. Infertilitas

Infertilitas, atau kemandulan, adalah sebuah istilah dapat juga diartikan sebagai
kegagalan, tidak berhasil, atau tidak dapat membentuk. Istilah infertilitas banyak
digunakan pada bidang reproduksi yang dimaksudkan untuk membuahkan keturunan
pada manusia maupun hewan. Reproduksi dilakukan melalui hubungan seksual antara
pria dan wanita atau jantan dan betina. (Sumber Wikipedia)
Pengertian lain tentang infertilitas adalah kondisi ketidak mampuan untuk
menghasilkan keturunan, meskipun sepasangan suami istri telah melakukan hubungan
seks 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu setahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi
apa pun.
a. Ciri-ciri Infertilitas pada Pria dan Wanita
Berikut dibawah ini sembilan ciri-ciri infertilitas pada pria dan wanita yang harus
anda ketahui :

1) Siklus menstruasi tidak teratur atau tidak terjadi siklus


Hal ini dapat disebabkan oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari pada otak
bersamaan dengan ovarium yang tidak sejalan, sehingga hormon-hormonnya
tidak seimbang. Pada beberapa wanita yang mengalami predisposisi genetik
atau penyakit autoimun, menopause akan terjadi lebih cepat pada usia 20
tahun.
2) Periode yang berat atau menyakitkan
Fibroid rahim (pertumbuhan non-kanker dari jaringan otot rahim) dapat
menyebabkan periode yang parah, sedangkan periode menyakitkan dapat
berarti endometritis (radang selaput endometrium rahim), dll.
3) Gangguan penglihatan
Jika penglihatan Anda terganggu, Anda mungkin menderita prolaktinoma
atau tumor non-kanker pada kelenjar pituitary yang mengganggu hormon FSH
(hormon penghasil sel telur).Kelenjar pituitari tepat di optik siasma, di mana
prolaktinoma dapat menekan sel-sel penghasil FSH yang memengaruhi
penglihatan. Jika dokter menemukan bahwa kadar prolaktin Anda tinggi, tes
MRI akan direkomendasikan untuk anda. Jika tumornya masih kecil,
pengobatan bisa dilakukan, tetapi jika besar, pembedahan harus dilakukan dan
siklus menstruasi akan muncul kembali secara teratur.
4) Tumbuh rambut yang tidak diinginkan atau berlebihan
Misalnya, jika tumbuh di area wajah atau bagian tubuh lainnya, Anda
mungkin menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS), kelainan hormon
yang mengganggu komunikasi antara otak dan ovarium. Gejala PCOS lainnya
adalah siklus yang tidak teratur, kenaikan berat badan atau munculnya
jerawat.
5) Kehilangan libido dan fungsi seksual
Pria yang kehilangan libido mereka memiliki masalah ereksi. Bahkan jika
dia mengalami ejakulasi, merasa sakit, bengkak atau jika ada benjolan di
testis, dia kemungkinan memiliki masalah kesuburan.
6) Berat badan meningkat
Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas sebelum hamil biasanya
sulit untuk hamil. Begitu pula dengan wanita yang terlalu kurus.Olahraga
berlebihan atau atletis juga dapat mengalami siklus tidak teratur yang
memengaruhi infertilitas. Konsutasilah dengan dokter atau ahli gizi untuk
mendapatkan berat badan ideal.
7) Sakit saat berhubungan seks
Jika terasa sakit saat berhubungan seks, pelumasan bisa membantu. Tetapi
jika vagina kering, biasanya karena berkurangnya kandungan estrogen, ada
kemungkinan bahwa Anda sedang menuju masa menopause, yang mencegah
Anda untuk hamil.
8) Rambut tipis atau rontok
Penipisan atau kerontokan rambut dapat disebabkan oleh gangguan fungsi
tiroid yang mempengaruhi ovulasi. Gejala lain adalah Kecemasan, detak
jantung yang lebih cepat, penurunan berat badan, dan kelelahan adalah gejala
lainnya.
9) Kekurangan vitamin D
Meskipun penelitian tentang kekurangan vitamin D terkait dengan
infertilitas masih sedikit, kemungkinan hal ini harus dipertimbangkan. Karena
itu yang terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter jika Anda membutuhkan
suplemen.
b. Jenis-Jenis Infertilitas
Anwar (2005) menyatakan bahwa infertilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu
infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Berikut penjelasan lengkapnya:
 Infertilitas primer
Adalah pasangan yang sudah menikah tidak bisa dan tidak pernah punya
anak setelah satu tahun melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali
seminggu tanpa menggunakan kontrasepsi dalam bentuk apa pun.
 Infertilitas sekunder
Ialah suami dan istri pernah memiliki atau mempunyai anak, tetapi pada
saat itu mereka tidak dapat memiliki anak lagi setelah satu tahun melakukan
hubungan seksual 2 hingga 3 kali seminggu tanpa menggunakan kontrasepsi
atau segala bentuk kontrasepsi lainnya.
c. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita
Berikut dibawah ini Sembilan penyebab infertilitas pada pria dan wanita yang
harus anda ketahui :
1) Faktor Usia
Infertilitas dapat disebabkan oleh Faktor usia. Pada wanita, jika Anda telah
mencapai usia 35 tahun, ada kemungkinan infertilitas. Meskipun pria, pada
kenyataannya, tidak sejelas wanita, kata Reino, beberapa studi menunjukkan
penurunan kesuburan pada pria di atas 40 tahun. Sangat mungkin bahwa akan
ada kelainan genetik pada anak-anak.
2) Gaya Hidup
Merokok dan mengkonsumsi alkohol sering kali menjadi gaya hidup bagi
pasangan yang sudah menikah. Jika Anda ingin melakukan program
kehamilan, Reino menyarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol atau
merokok.
“Merokok dapat membuat sel tidak sehat, yang dapat menyebabkan
infertilitas,” kata Reino di sebuah acara di Folkaland, Jeruk Purut, Jakarta
Selatan.
3) Kegemukan
Obesitas atau kegemukan adalah faktor risiko karena biasanya akan ada
komplikasi lain yang dapat mempengaruhi kesuburan. Misalnya, hipertensi
dan diabetes. Penyakit ini sangat memengaruhi kondisi suami atau istri.
4) Terlalu Kurus
Berat badan rendah atau terlalu kurus juga tidak baik. Berat badan rendah
identik dengan kekurangan gizi. Jika tubuh kekurangan gizi, hasilnya akan
mempengaruhi sistem kerja hormon dan sistem reproduksi. Reino
menyarankan untuk selalu memperhatikan Body Mass Index (BMI).
5) Stres yang Berlebihan
Reino melarang suami dan istri untuk tidak stres karena itu juga
mempengaruhi sistem reproduksi. Dalam kasus stres, yang terbaik adalah
segera menghubungi psikolog yang dapat membantu Anda menemukan solusi.
6) Olahraga Berlebihan
Olahraga berlebihan juga tidak dianjurkan. Maksudnya berlebihan, istri
dan suaminya berolahraga yang dapat melelahkan tubuh. Jika Anda ingin
memulai program kehamilan, olahraga ringan disarankan.
7) Kurang olahraga
Kurangnya olahraga atau kemalasan untuk bergerak juga mengurangi
faktor kesuburan pasangan. Akan ada masalah lain yang muncul, seperti
obesitas yang menyebabkan komplikasi.
8) Riwayat Gangguan Reproduksi (wanita)
Faktor risiko khusus untuk wanita, yang sebelumnya memiliki riwayat
gangguan reproduksi. Misalnya, tuba terblokade nyeri haid luar biasa, miom
dan lain-lain. Sebelum memulai program hamil, disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter.
9) Penyakit Gondongan (pria)
Gondongan sering dianggap remeh. Meskipun penyakit ini memburuk jika
menyerang orang dewasa. Pria dewasa bisa mandul jika terkena gondongan
karena produksi sperma bisa dihentikan.
Infeksi gondongan dapat menyebabkan komplikasi di berbagai organ.
Gondong adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
infeksi virus Paramiksovirus RNA.
d. Faktor yang Mempengaruhi Infertilitas
Terdapat faktor yang menjadi pengaruh infertilitas, yakni:
1) Faktor Pria

Sebab infertilitas pada pria dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:


 Gangguan Produksi Sperma
Seperi karena kegagalan testis primer (hipergonadotropik
hipogonadisme) dikarenakan oleh faktor genetik atau kerusakan langsung
berhubungan anatomi, infeksi atau gonadoktoksi. Stimulasi gonadotropin
yang tidak kuat dikarenakan faktor genetik, efek tumor hipotalamus atau
pituitari atua pemakaian androgen eksogen.
 Gangguan Fungsi Sperma
Misalnya karena antibodi antisperma, radang saluran genit
(prostatitis), varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidak normalan
biokimia atau gangguan dari perlengkapan sperma (ke zona pelusida) atau
penetrasi.
 Sumbatan Pada Duktus
Misalnya karena vasektomi, tidak terdapaynya vas deferensi bilateral
atau sumbatan kongenital atau yang diperoleh (acquired) pada epididimis
atua duktus ejakulatorius (penanganan infertil)
2) Faktor Wanita

Sebab infertilitas pada wanita dibedakan menjadi empat jenis, yakni:


 Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% pada semua kasus
infertilitas wanita. Terjadinya anovulasi bisa dikarenakan tidak adanya
atau sedikit produksi gona dotropin releasing hormon (GnRH) oleh
hipotalamus, sekresi hormon prolaktin oleh tumor hipopise, PCOS dan
kegagalan ovarium dini.
 Kelainan Anatomis
Kelainan anatomis yang biasa dijumpai berkaitan dengan infertilitas
adalah abnormalitas tuba fallopio dan peritoneum, faktor serviks, dan juga
faktor uterus.
 Endometrosis
Endometrosis berat dengan kerusakan tuba falopi dan ovarium
membuat adhesi atau timbulnya endrometrioma, adalah penyebab
infertilitas.
 Infertilitas Yang Tidak Dapat Dijelaskan (Unexplained Infertility)
Infertilita syang tidak bisa dijelaksan adalah kondisi kurang dari
distribusi efisiensi reproduksi atau abnormal dari fungsi sperma atau oosit,
fertilisasi, implantasi atau perkembangan preembrio yang tidak bisa
terdeteksi dengan metode evaluasi standard.

Anda mungkin juga menyukai