ASFEKSIA SEDANG
Disusun Oleh
OKTOPINCE MOTE
7120421058
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi bayu lahir tidak dapat bernafas
secara spontang dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami afiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan ganguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (perawirohardjo, 2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
benafas secara spotan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktkor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabilapenanganan bayi tidak
dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungking timbul (Depkes RI, 2005).
2. Etiiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinnya
akfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi
berikut ini:
a. Faktor ibu
Preklamsia dan eklamsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama dan partus macet
Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum ekstraksi forsep)
Kelainan bawaan (kongenital)
Air ketuban bercampur mekoniun (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakn dengan ibu dan keluarganya
tentang kemunkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpaitetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap
melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
3. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengankat C02
keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga
paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena konsriksi dari arterior dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah
paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak kedalam srterior
paru.
Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli
akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan
meningalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arterior paru akan
mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara memadai.
Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dan meningkatnya
tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang
sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi
aliran darah yang cukup berarti kedalamarteriole paru yang mulau
mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin
akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkna cairan tersebut dari alveoli dan
alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyatannya memang beberapa
tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin
keberhasilan bernafas bayi selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginaan)
mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat proses keluarnya
cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam
aliran darah atau limfe. Ganguan pada pernafasan pada keadaan ini adalah
apabila paru tidak mengembang dengan sempurna (memadai) pada beberapa
tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada keadaan ini bayi tidak
mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak
mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan gerakan pernafasan
yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas yang pertama akan
tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan 02 tubuh
keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bbulan, asfiksia intrauteirin,
pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obart anesthesi
pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembannya alveoli dan masuknya udara
kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi
dalam paru yang berperan dalam pertukarang gas. Gangguan tersebut antara
lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang beakibat menurunkan berfusi
paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali disebabkan oleh
vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun dan
terjadi asidosis. Pada keadaan ini arterior akan tertutup dan Duktus Arteriosus
akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh
tergantung dari berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau
menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun
kematian penderita. Pada tingkat permulaan gangguan ambilan oksigen dan
pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik.
Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme
anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk
akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinnya ganguan keseimbangan asam
basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengangu fungsi organ
tubuh, sehingga mungking terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang
ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan
proses kejadian yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2
menurunya pH darah dipakainya sumber glikogen tubuh dan ganguaan
sirkulasi darah. Perubahan nilai yang biasanya menimbulkan masalah dan
menyebabkan terjadinya ganguan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat
lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbullah kini ransangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menhilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonusneuromuskuler berkurang secara berangsur-
ansur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut bayi akan
menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menerun, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flaseid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2
dalam darah(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
randangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika sesusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak dimulai segera.
4. Pathways
ASFIKSIA
Dipn eu
Suplai O2
dalam parifer hipotermi
Pola nafas in efektif
Gangguan perfusi
jaringan
9. Prognosa
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak.
Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia sedang kalau tidak segera ditangani
dengan cepat dan tepat akan menyebabkan terjadinya asfiksia berat. Bayi yang
dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemunkinannya
menderita cacat mental pada masa mendatang (Mochtar, 2012)
a. Asfiksia ringan/normal : Baik
b. Asfiksia sedang : Tergantung kecepatan penatalaksanaan bila
cepat prognosa baik
c. Asfiksia : Dapat menimbulakan kematian pada hari-
hari pertama, atau kelainan syaraf permanen.
Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan
kelainan neurologis yang permanen misalnya cerebral palsy, mental
retardation (Wirjoatmodjo, 1994 : 68).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Asfiksia
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Nadi apial dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/menit. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik sintensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta II/IV.
Murmur biasanya terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
Tali pusat putih dan bergelating, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Makanan / cairan
Berat badan : 2500-4000 gram
Panjang badan : 44-45 cm
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
Sadar dan aktif mendemontrasikan refleks menhisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma).
Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjkan
abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek narkotik yang
memanjang)
e. Pernafasan
Skor APGAR : 1 menit……5 menit, skor optimal harus antara 7-10.
Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umu pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
Suhu rentang dari 36,50 C sampai 37,50 C. ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan
memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna
herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukan peninkatan
tekanan berkenan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak
portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada
nukhal) atau bercak mengolia (terutama punggung bawah dan bokong)
dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungin ada ( penempatan elektroda
interna).
2. Diangnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
c. Gangguan termoregulasi berhubungan dengan kuranya suplai O2 dalam
darah
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Pola nafas tidak Setelah 1) Pertahankan 1. Untuk
efektif b.d melakukan kepatenan membersihkan
hipoventilasi. tindakan jalan nafas jalan nafas
keperawatan dengan 2. Guna
selama proses melakukan meningkatkan
keperawatan pengisapan kadar oksigen
diharapkan pola lendir. yang
nafas menjadi 2) Pantau status bersirkulasi
efektif. pernapasan dan
Kriteria hasil : dan oksigenasi memperbaiki
1. Pasien sesuai dengan status
menunjukan kebutuhan kesehatan
pola nafas 3) Auskultasi 3. Membantu
yang efektif. jalan nafas mengevaluasi
2. Ekspansi untuk keefektifan
pada mengetahui upaya batuk
simetris adanya klien
3. Tidak ada penurunan 4. Perubahan
bunyi nafas ventilasi. AGD dapat
tambahan. 4) Kolaborasi mencetuskan
4. Kecepatan dengan dokter distritmia
dan irama untuk jantung.
respirasi pemeriksaan 5. Terapi oksigen
dalam batas AGD dan dapat
normal pemakaian membantu
alat bantu mencegah
nafas gelisa bisa
5) Berikan klien menjadi
oksigenasi dispneu dan
sesuai ini juga
kebutuhan membantu
pencegahan
edema paru.
Ganguan perfusi Tujuan : setelah 1. Monitor nadi 1. Untuk
jaringan b..d dilakukan frekuensi menentukan
hipoksia tindakan pernafasan intervensi
keperawatan dan bunyi selanjutnya
selama proses nafas 2. Memperlancar
keperawatan 2. Posisikan proses
diharapkan kepala pernapafan
pertukaran gas ekstensi 3. Pemberian 02
teratasi. 3. Berikan O2 dapat
Kriteria hasil : sesuai mencegah
1. Akral hangat program dan terjadinnya
2. Suhu tubuh pantau saturasi hipoksia
36,5-37,50C O2 4. Agar bayi
3. Capirally refil 4. Berikan dapat
kurang dari 2 kenyamanan beristrahat
4. RR = 40-60
x/menit
Ganguan Tujuan : setelah 1) Kaji bunyi 1. Membantu
pertukarang gas melakukan paru, mengevaluasi
b.d tindakan frekuensi keefektifan
ketidakseimbanga keperawatan nafas, upaya bentuk
n perfusi selama proses kedalaman klien
ventilasi. keperawatan nafas dan 2. Membantu
diharapkan produksi mengevaluasi
pertukarang gas sputum keefektifan
teratasi. 2) Aukultasi upaya betuk
Kriteria hasil : bunyi nafas, klien
1. Tidak sesat catat area 3. Perubahan
nafas penurunan AGD dapat
2. Fungsi paru aliran udara mencetuskan
dalam batas dan/bunyi distritmia
normal tambahan. jantung
3) Pantau hasil
analisa gas
darah
Ganguan Tujuan : setelah 1. Hindarkan 1. Untuk menjaga
termoregulasi b.d dilakukan pasien dari suhu tubuh
kurangnya suplai tindakan kedinginan agar stabil.
O2 dalam darah keperawatan dan tempatkan 2. Untuk
selama proses pada mendeteksi
keperawatan lingkungan lebih awal
diharapkan suhu yang hangat. perubahan
tubuh normal. 2. Monitor gejala yang terjadi
Kriteria hasil : yang guna
1. Temperatur berhubungan mencegah
badan dalam dengan komplikasi.
bats normal hipotermi, 3. Peninkatan
2. Tidak terjadi misal fatigue, suhu dapat
distres apatis, menunjukan
pernafasan perubahan adanya tanda-
3. Tidak gelisa warna kulit tanda infeksi
4. Perubahan dan dll. 4. Penurunan
warna 3. Monitor TTV. frekuensi nadi
kulitbilirubin 4. Monitor menunjukan
dalam batas adanya terjadinya
normal bradikardi. asidosis
5. Monitor status resporatori
pernafasan. karena
kelebihan
retensi CO2
DAFTAR PUSTAKA