Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

MEKONIUM ASPIRASI SYNDROME

A. Definisi
Asfeksia Neonatorum menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan
asidosis (Saputra, 2014). Gagal napas terjadi apabila paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah
arteri dan pembuangan karbon dioksida. Penyebab utama kematian bayi dan
balita terjadi pada masa neonatal karena pada masa ini bayi melakukan
banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstrauteri
yang dimulai saat bayi baru lahir sampai usia 28 hari (Behrman, Kliegman, &
Arvin, 2013). Upaya yang dapat dilakukan perawat Penyebab apapun yang
merupakan latar belakang depresi ini, segera sesudah tali pusat dijepit, bayi
yang mengalami depresi dan tidak mampu melalui pernapasan spontan yang
memadai akan mengalami hipoksia yang semakin berat dan secara progresif
menjadi Asfeksia Neonatorum. Resusitasi yang efektif dapat merangsang
pernafasan awal dan mencegah Asfiksia Neonatorum progresif. Resusitasi
bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan
alat-alat vital lainnya.

B. Etiologi
Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, bila terjadi
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan
terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah kelahiran. Penyebab kegagalan
pernapasan pada bayi yang terdiri dari: faktor ibu, faktor plasenta, faktor
janin dan faktor persalinan (Jumiarni & Mulyati, 2016).
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulka hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika
atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena
pendarahan, hipertensi karena eklampsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor Placenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta
tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, IUGR, kelainan kongenital dan
lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.

D. Patofisiologi
Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih dalam
keadaan kontraksi dan hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat
melalui paru-paru sehingga darah dialirkan melalui duktus arteriosus kemudian
masuk ke aorta namun suplai oksigen melalui plasenta ini terputus ketika bayi
memasuki kehidupan ekstrauteri (Masruroh, 2016). Hilangnya suplai oksigen
melalui plasenta pada masa ekstrauteri menyebabkan fungsi paru neonatus
diaktifkan dan terjadi perubahan pada alveolus yang awalnya berisi cairan
kemudian digantikan oleh oksigen (Behrman, 2000). Proses penggantian cairan
tersebut terjadi akibat adanya kompresi dada (toraks) bayi pada saat persalinan
kala II dimana saat pengeluaran kepala, menyebabkan badan khususnya dada 8
(toraks) berada dijalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat
dalam paru dikeluarkan (Manuaba, 2007).
Setelah toraks lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan
terjadinya inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir, sehingga
menimbulkan perluasan permukaan paru yang cukup untuk membuka alveoli
(Manuaba, 2007). Besarnya tekanan cairan pada dinding alveoli membuat
pernapasan yang terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif lemah, namun
karena inspirasi pertama neonatus normal sangat kuat sehingga mampu
menimbulkan tekanan yang lebih besar ke dalam intrapleura sehingga semua
cairan alveoli dapat dikeluarkan (Hall & Guyton, 2014). Selain itu, pernapasan
pertama bayi timbul karena ada rangsangan-rangsangan seperti penurunan PO2
dan pH, serta peningkatan PCO2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi plasenta,
redistribusi curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu tubuh dan
berbagai rangsangan taktil (Behrman, 2000). Namun apabila terjadi gangguan
pada proses transisi ini, dimana bayi tidak berhasil melakukan pernapasan
pertamanya maka arteriol akan tetap dalam vasokontriksi dan alveoli akan tetap
terisi cairan. Keadaan dimana bayi baru lahir mengalami kegagalan bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan disebut dengan asfiksia
neonatorum (Fida & Maya, 2012). Menurut (Price & Wilson, 2006) gagal napas
terjadi apabila paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas, yaitu oksigenasi darah arteri dan pembuangan karbon dioksida (Price &
Wilson, 2006). Proses pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah pada
difusi gas pada alveoli. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dengan
kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli (Hidayat, 9 2008). Proses difusi gas
pada alveoli dipengaruhi oleh luas permukaan paru, tebal membrane respirasi/
permeabelitas membran, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen dan afinitas
gas (Hidayat, 2008).

E. Manifestasi Klinis
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang
dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan (Sembiring, 2017).

F. Klasifikasi
Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR Score

Keterangan:
1. Nilai 0-3 : Asfiksia berat
2. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang 10
3. Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih
kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna
untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
(bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar). Asfiksia neonatorum di klasifikasikan (Fida &
Maya, 2012) :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby) Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia) Skor APGAR 4-6, pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadangkadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.

F. Pelaksanaan Resusitasi

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif, A.H., & Kusuma, 2015) pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada pasien asfiksia berupa pemeriksaan:
1. Analisa Gas Darah (AGD)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya asidosis dan alkalosis
respiratorik / metabolik. Hal ini diketahui dengan tingkat saturasi SaO2 dan
PaO2.
2. Elektrolit Darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan garam-
garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu keseimbangannya. Timbul
asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremi, hiperkalemi.
3. Gula Darah
Pada penderita asfiksia umumnya mengalamihipoglikemi
4. Baby gram (RO dada)
Pemeriksaan radiologi mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan
diagnosis.
5. USG (kepala)

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Mencakup nama pasien, jenis kelamin, umur, agama, alamat, pendidikan,
tanggal lahir, jam lahir, tanggal masukidentitas keluarga, dll
c. Keluhan utama
d. Biasanya bayi setelah pasrtus akan menunjukkan tidak bisa bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan
sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis metabolik.
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
2) Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat0obat bius, uremia, toksemiagravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan
dan terjadi trauma pada waktu kehamilan
3) Intranatal
4) Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekuranga O2 sebab partus
lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala
anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius
terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, perdarahan bayak,
placenta previa, sulitio plasenta, persentase janin abnormal, lilitan tali
pusat, dan kesulitan lahir
2) Postnatal
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic,
perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi organ.
a. Riwayat kesehatan
1) RKD
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan karena obat-
obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi
terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) RKS
Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi hipoksia, hiperkapnea,
asidosis metabolic, usaha bernafas minimal atau tidak ada, perubahan fungsi janutng,
kegagalan system multi organ, kejang, nistagmus dan menagis kurang baik atau tidak
menangis.
3) RKK
biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes, hipertensiyang diinduksi oleh
kehamilan dan obat-obat infeksi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kulit                     
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala                
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal  haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung.
3) Mata                    
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding  konjungtiva,
warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan  refleksi terhadap cahaya.
4) Hidung                
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5) Mulut                   
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga                
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
7) Leher                   
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
8) Thoraks
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.
9) Abdomen            
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae pada garis
papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites/tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma,  bising usus timbul 1-2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus                       
Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda- tanda infeksi
pada tali pusat.
11) Genitalia 
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan  letak muara
uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan  lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
12) Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar   serta warna
dari faeces.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya  patah tulang atau
adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari  tangan serta jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai  keadaan susunan saraf
pusat atau adanya patah tulang

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas in efektif
c. Risiko infeksi
3. Rencana Asuhan Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil INTERVENSI
1. D.0001 L.01001 1.01006
Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif
Setelah dilakukan Definisi:
Definisi : intervensi Melatih pasien yang
Ketidakmampuan keperawatan selama tidak memiliki
membersihkan sekret 3x 24 jam, maka kemampuan batuk
atau obstruksi jalan status kenyamanan secara efektif untuk
napas untuk meningkat dengan membersihkan laring,
mempertahankan jalan kriteria hasil : trakea dan brokiolus
napas tetap paten. 1. Batuk efektif dari sekret atau benda
Meningkat asing di jalan napas.
Etiologi : 2. Produksi
- Fisiologis sputum Tindakan :
1. Spasme jalan napas menurun Observasi
2. Hipersekresi 3. Mengi - Identifikasi
jalan napas Menurun kemampuan batuk
3. Disfungsi 4. Wheezing - Monitor adanya
Neuromuskuler menurun retensi sputum
4. Benda asing 5. Mekonium - Monitor tanda dan
dalam jalan (pada gejala infeksi saluran
napas neonates) napas
5. Adanya jalan menurun - Monitor input dan
napas buatan 6. Dyspnea output cairan (mis.
6. Sekresi yang menurun jumlah dan
tertahan 7. Ortopnea karakteristik)
7. Hyperplasia menurun
dinding jalan 8. Sulit bicara Terapeutik
napas menurun - Atur posisi semi-
8. Proses infeksi 9. Sianosis Flower atau flower
9. Respon alergi menurun - Pasang perlak dan
10. Efek agen 10. Gelisah bengkok di pangkuan
farmakologis menurun pasien
(mis. anastesi) 11. Frekuensi - Buang sekret pada
napas tempat sputum
Gejala dan Tanda Mayor membaik
Subjektif 12. Pola napas Edukasi
membaik - Jelaskan tujuan
(tidak tersedia)
dan prosedur
-Objektif batuk efektif
-Batuk tidak efektif
- Anjurkan tarik
-Tidak mampu batuk
napas dalam
-Sputum berlebih melalui hidung
selama 4 detik,
-Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering ditahan selama 2
detik, kemudian
Meconium di jalan napas (pada keluarkan dari
neonates) mulut dengan
bibir mencucu
� (dibulatkan)
Gejala dan Tanda Minor selama 8 detik
1. Subjektif
- Anjurkan
← Dispnea mengulangi tarik
napas dalam
← Sulit bicara hingga 3 kali
← Ortopnea - Anjurkan batuk
dengan kuat
2. Objektif. langsung setelah
tarik napas dalam
← Gelisah yang ke-3
← Sianosis
Kolaborasi
← Bunyi napas menurun - Kolaborasi
← Frekuensi napas berubah pemberian
mukolitik atau
← Pola napas berubah ekspektoran, jika
perlu


3.Kondisi Klinis Terkait
1.01011
-Sindrom aspirasi meconium Manajemen Jalan
Napas

Definisi:
Mengidentifikasi dan
mengelola kepatenan
jalan napas

Tindakan :
Observasi
- Monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)

- Monitor bunyi
napas tambahan
(mis. gurgling,
mengi, wheezing,
ronkhi Kering

-Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

-Pertahankan kepatenan jalan napas


dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
-Posisikan semi-Flower atau Flower
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu

- lakukan penghisapan lendir


kurang dari 15 detik

- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal

- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,


jika tidak kontraindikasi

-Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2. D.0005 L.01004 1.01011


Pola Napas Tidak Efektif Pola Napas Manajemen Jalan
Napas
Definisi : Setelah dilakukan
Inspirasi dan/atau intervensi Definisi:
ekspirasi yang tidak keperawatan selama Mengidentifikasi dan
memberikan ventilasi 3x 24 jam, maka mengelola kepatenan
adekuat status pernapasan jalan napas
membaik dengan
Etiologi : kriteria hasil : Tindakan :
1. Depresi pusat 1. Ventilasi Observasi
Pernapasan semenit - Monitor pola napas
2. Hambatan upaya meningkat (frekuensi, kedalaman,
napas (mis. nyeri 2. Kapasitas vital usaha napas)
saat bernapas, meningkat - Monitor bunyi napas
kelemahan otot 3. Diameter tambahan (mis.
pernapasan) Thoraks gurgling, mengi,
3. Deformitas Anterior - wheezing, ronkhi
Deformitas tulang dada posteilor
4. Gangguan neuromuskular Gangguan meningkat - Monitor
neurologis (mis. elektroensefalog ram Tekanan ekspirasi sputum
[EEG] meningkat (jumlah,
4. Tekanan warna,
positif, cedera kepala, gangguan kejang) inspirasi aroma)
Iamturitas neurologis meningkat
5. Penurunan energy 5. Dyspnea Terapeutik
menurun - Pertahankan
6. Obesitas 6. Penggunaan kepatenan jalan
otot bantu napas dengan
napas menurun head-tilt dan
7. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru chin-lift (jaw-
7. Pemanjangan thrust jika curiga
8. Sindrom hipoventilasi fase ekspirasitrauma servikal)
menurun
9. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf - Posisikan
C5 ke atas) 8. Ortopnea semi-Flower
menurun atau Flower
10. Cedera pada medula spinalis
9. Pernapasan - Berikan
11. Efek agen farmakologis minum
pursed-tip
12. Kecemasan menurun hangat

10. Pernapasan - Lakukan


Gejala dan Tanda Mayor cuping fisioterapi dada,
hidung jika perlu
1. Subjektif
menurun
Dispnea - lakukan
11. Frekuensi penghisapan
napas lendir kurang dari
2. Objektif membaik 15 detik

Penggunaan otot bantu pernapasan 12. Kedalaman - Lakukan


napas hiperoksigenasi
-Fase ekspirasi memanjang membaik sebelum
penghisapan
-Pola napas abnormal (mis. takipnea,bradipnea, 13. Ekskursi dada endotrakeal
hiperventilasi,kussmaul,cheyne-stokes) membaik
- Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
Gejala dan Tanda Minor forsep McGill
- Subjektif
- Berikan
1. Ortopnea oksigen, jika
perlu
- Objektif.
Edukasi
-Pernapasan pursed-lip
- Anjurkan
-Pernapasan cuping hidung asupan cairan
2000 ml/hari,
-Diameter thoraks anterior-posterior jika tidak
meningkat kontraindikasi

-Ventilasi semenit menurun - Ajarkan teknik


batuk efektif
-Kapasitas vital menurun

-Tekanan ekspirasi menurun Kolaborasi


- Kolaborasi
-Tekanan inspirasi menurun
pemberian
-Ekskursi dada berubah bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
Kondisi Klinis Terkait perlu
-
Pemantauan Respirasi

Definisi:
Mengumpulkan dan
menganalisis data
untuk memastikan
kepatenan jalan napas
dan keefektifan
pertukaran gas

Tindakan :
Observasi
- Monitor
frekuensi, irama,
kedalaman dan
upaya napas.

- Monitor pola
napas (seperti
bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
Kussmaul,
Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik)

- Monitor
kemampuan batuk
efektif

- Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
- Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru

- Auskultasi
bunyi napas

- Monitor
saturasi
oksigen
- Monitor nilai A G D
- Monitor hasil
x-ray toraks

Terapeutik
- Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien

- Dokumtasikan
hasil
pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantaun

- Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu.

A. Konsep Asuhan Keperawatan


3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
1)Nama : Bayi Ny. R
2) Tempat/ Tanggal Lahir : Magelang, 19-09-2022
3) Usia : 1 hari
4) Agama : Islam
5) Jenis Kelamin : Perempuan
6) Alamat :c
7) Nama Ayah : Tn. I
8) Pendidikan Ayah : SMP
9) Pekerjaan Ayah :Karyawan Swasta
10) Nama Ibu : Ny. R
11) Pekeerjaan Ibu : Karyawan Swasta
12) Alamat Orang Tua :Krinjing 14/ 5 Krinjing, Kajoran, Kab. Magelang
13) Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
b. Waktu dan Tempat
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 19-09-2022
Tanggal Pengkajian : 19-09-2022
Tempat Praktik : Ruang NICU RSUD MP
c. Keluhan utama
Bayi lahir SC tidak langsung menangis, dengan A/S : 5 / 6 / 7 , pernafasan dibantu
dengan alat bantu nafas ventilator niv, di rawat dalam incubator dengan suhu 31 drjt celcius.
d. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Bayi tampak sianosis, kulit biru keunguan, pada pukul 00.10 pagi dibawa ke nicu,
dilakukan tindakan resusitasi, saction (+), produksi lendir hijau kecoklatan, ada
nafas cuping hidung, kemudian dilakukan pemasangan cpap dengan fio2: 35 %,
peep :6, curiga aspirasi meconium, spo2 hanya kisaran : 50_80% kemudian
dilakukan vtp dengan neopuff spo2 naik jadi 95%.pada pukul 00.45, cpap di ganti
ventilator mode NIV A/C Fio2: 60%, peep:7, pi[:11, kemudian dilakukan
pemasangan inf. D10% + 4cc CA gluconas kec: 8cc/jam. Pukul 03.35 di berikan
inj. Ampicilin sulbactam 150m/12jam, pada pukul 03.40 Fio2 di naikkan jadi
100% modif hudsoon prong, mulai jam 07.00 di turunkan jdi FIO2:70%.
2) Riwayatpenyakit dahulu
Bayi Ny. S lahir spontan pada pukul 21.26, dari riwayat ibu P4A1, UK : 38 +6
mggu, atas indikasi vetal copremised, susp meconium aspirasi syndrom, ketuban
meconium, lahir A/S : 7/8/9, saat lahir bayi tidak langsung menangis, tampak
retraksi (+) RR : 60 -80x/mnt, dilakukan resusitasi,smpai dengan vtp dengan
neopuff, badan sianosis, terdengar merintih ( + ), spo2 : 50 -75% ,trpasang nasal
kanul ½ lpm (+)saat di vk, berat badan lahir: 3170 gr, PB : 46 cm,

3) Riwayat penyakit keluarga


Tidak terdapat anggota keluargayang menderita penyakit setelah lahiran dan tidak
ada penyulit pada saat lahiran, kondisi bayi sehat pada saat di lahirkan.

4) RiwayatTumbuh Kembang
a. Perkembangan
-
b. Pertumbuhan
1) BB lahir : 3170 gr
2) TB lahir : 46 cm

3) LK/LD/LP/LLA : 33/32/30/11cm
c. Riwayat Imunisasi
-
d. Riwayatpsikososial spiritual
-
e. Pemeriksaan umum
Kesadaran: S2, keadaan umum lemah, suhu tubuh : 36,30C, nadi :
148x/mnt, respirasi : 63 -81x/mntx/ menit, BB : 3170 gram, TB : 46 cm
f. Pemeriksaanfisik Pemeriksaan
fisik head to toe :
1. Kepala
a. Bentuk kepala : Simetris
b. Warna rambut : Hitam
c. Distribusi rambut : sedikit
d. Tidak ada lesi
e. Hygiene : bersih
f. Tidak Ada hematoma
2. Mata
a. Sklera normal
b. Reflek cahaya normal
c. konjungtiva tidak anemis
d. pergerakan bola mata normal
3. Telinga
a. simetris
b. Kebersihan : bersih
c. tes pendengaran : normal
4. Hidung
a. Tidak ada polip
b. Tidak ada nyeri tekan
c. Kebersihan : bersih
d. Tidak ada pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman tidak dikaji
5. Mulut
a. warna bibir : sianosis
b. mukosa bibir kering
c. mukosa bibir normal
d. reflek mengisap (-)
e. reflek menelan (-)
6. Dada
a. Paru – paru
Inspeksi :Irama nafas teratur, pernapasan cepat ,masih ada
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi kering
b. Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi :-
Auskultasi :-
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, tidak ada lesi
Palpasi : turgor kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani

8. Ekstremitas
Bentuk simetris

9. Genetalia dan anus


a. Penis normal. Fungsi BAB : bab normal
b. fungsi BAK : klien menggunakan pampers
5) Keadaan Umum
Suhu : 36,7
HR : 148X/menit
TD :-
RR : 56 - 81x/menit
6) Terapi Yang Didapat :
Inf D10% + 4CC CA
GLUCONAS KEC :
8CC/JAM, hari ke 4 ganti
infus Kaen 4b
KECEPATAN MASIH
SAMA
Inj. Ampicilin Sulbactam
150mg/ 12 jam masuk
pukul 03.35 wib,
AB ganti cefotaxime
150mg/12 jam mulai tgl
1/9/22, jam : 15.00,
03.00wib
Inj. Gentamicyn 12mg/24
jam,naik jadi 15mg/24 jam
jam 03.00
Sucralfat 3x 0,5ml: mulai
tgl 1/9/22 jam 10.00, 20.00,
04.00
O2 niv, fio2 : 50%, peep:7, pip:11
7) Pemeriksaan Penunjang
Hb 15,6 gr/dl, Leukosit 25,200/ul, Hematokrit 46,2 %, Trombosit 289.000,
leukosit: 8.080, gds : 176mg/dl
8) Hasil pemeriksaan baby gram:
Kesan : Tampak pneeumonia bilateral
Analisa Data Keperawatan

Nama Pasien : Bayi Ny. S Ruang/Unit: NICU RSUD MP


No Register : 018360 Diagnosa Medis : MAS,
Pneumonia
NO Hari/ tgl DATA ETIOLOGI (penyebab) MASALAH
1. Kamis, 1 Ds : - Hipersekresi jalan nafas Bersihan jalan nafas
Septemb (adanya sputum, akibat in efektif
er 2022 DO: Ku: lemah , aspirasi meconium)
menangis merintih,
h
tampak nafas takipnea,
retraksi dinding dada(+),
nafas cuping (+), RR: 63
-89x/mnt, Terdengar
suara nafas tambahan,
Ronchi kasar dan
merintih, HR: 148 -
160/mnt, Sianosis pada
tubuh, tampak biru
keunguan, terpasang inf
D10% + 4cc ca gluconas
kec: 8cc/jam
Terpasang o2 ventilator
mode NIV, dengan
FIO2: 100%, PEEP: 7,
PIP:11, TI:Te: 1:2 ,
Pasang OGT (+),
Diit (-)
Dilakukan tindakan
saction, warna produksi
sputum kental (lendir
kehijauan dengan jumlah
yang banyak), Bab(-),
bak (+)
Terapi yang diberikan:
Inj. Cefotaxime
150Mg/12 jam
Inj gentamicyn 15mg/ 24
(bila sudah BAK) jam
03.00
Sucralfat : 0,5 ml/ 8 jam
Nebulizer ½ Respul +
1cc nacl/8 jam masuk
pukul :12.00
Baby gram on bed (+)

2. Kamis, 1 DS:- Hambatan upaya nafas Pola nafas in efektif


Septemb (kelemahan otot
er 2022 DO: Ku: lemah, gerak pernafasan)
kurang aktif, menangis
belum kuat, masih
terdengar merintih,
Tampak retraksi (+), RR:
68x/mnt, pulsasi kuat,
HR: 154x/mnt, demam
(-), suhu : 36,7drjt
celcius,sianosis, Spo2:
90 – 92% . terpasang alat
bantu nafas mode NIV,
FI02: 100%, PEEP:7,
PIP:11
Terpasang inf d10%
DFSDSDASADASDA
No Prioritas Diagnosa Keperawatan

2. Pola Nafas in Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas ( Kelemahan Otot Pernafasan)

1. Bersihan Jalan Nafas in efektif b.d Hipersekresi jalan nafas (adanya sputum akibat
Aspirasi meconium)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama pasien : By.Ny. S Ruang unit : NICU


No. Register : 018360 Diagnosa : MAS

NO HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD


TGL HASIL
1. KAMIS, 1 D.0001 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status
September Bersihan Jalan keperawatan selama 2x 24 oksigenasi
2022 Nafas In Efektif jam diharapkan masalah 2. Monitor status
b/d Hiprsekresi bersihan jalan nafas teratasi respirasi( frekuen
jalan nafas dengan kriteria hasil: si, irama nafas)
(adanya sputum  Produksi sputum 3. Lakukan
akibat aspirasi menurun auskultasa suara
meconium)  Suara nafas baik nafas, catat jika
tidaka ada dypsnea ada suara nafas
dan tanda sianosis tambahan
 Pola dan frekuensi 4. Lakukan
nafas membaik penghisapan
 Irama nafas teratur lendir < 15”
dalam rentang normal 5. Atur posisi bayi
antara: 40-60 x/mnt untuk
pada bayi memaksimalkan
ventilasi
6. kolaborasi dalam
pemberian terapi
ekspektoran /
terapi inhalasi
dengan
pemberian
nebulizer, terapi
ventolin ½ respul
+ 1cc Nacl/ 8
jam
2. KAMIS, 1 D.0005 Setelah dilakukan tindakan 1. Obs. Tanda vital
September Pola nafas in keperawatan selama 2x 24 pada bayi
2022 efektif b/d jam diharapkan masalah pola meliputi, ( nadi,
Hambatan Upaya nafas teratasi dengan kriteria suhu, dan
Nafas ( Kelemahan hasil: respirasi)
Otot Pernafasan)  Pola Nafas membaik 2. Kaji frekuensi
 Ventilasi semenit pernafasan
meningkat 3. Berikan posisi
 Tidak ada sesak nafas fowler, kepala
 Menunjukan jalan sedikit di
nafas tetap paten tinggika
 Kapasitas vital 4. Kolaborasi
membaik dengan dokter
 Tekanan ekspirasi dan dalam pemberian
inspirasi membaik Terapi O2
Ventilator mode
NIV dengan
prong
Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Bayi Ny. S Ruang/Unit : NICU RSUD MP

No Register : 018360 Diagnosa Medis : Meconium aspirasi syndrom

TGL/ NO Diagnosa Implementasi keperawatan Respon klien TTD


JAM prioritas
1/9/22 1. -melakukan tindakan penghisapan lendir S :- puput
jam 08.30 (saction)
O: Bayi Ny. S
pernafasannnya masih tampak sesak,
12.00 -Memberikan terapi nebulizer ½ r masih terdengar suara nafas tambahan
ventolin + 1cc nacl/8 jam pada pukul : (ronchi kasar),
12.00 saat dilakukan saction pasien tampak
tidak nyaman,, sputum masih banyak
berwarna hijau kental

S:
O: Pasien tampak lebih tenang saat d
ilakukan terapi inhalasi

I/9/22 2 - Memonitor nadi, suhu dan respirasi S: puput


Jam O: Nadi : 156x/mnt
O8.45 Suhu : 36,8 drjt celcius
RR : 48 – 65x/mnt

11.00
-Memonitor frekuensi dan irama
pernapasan S:
O; Bayi Ny. S pernafasannnya tampak
masih menggunakan
alat bantu nafas O2 VENTILATOR
mode niv, FIO2: 100%, peep: 7,
PIP: 11

2/9/22 1 S: -
Jam: Memberikan posisi fowler pada bayi
15.00 untuk meningkatkan ventilasi O: By.ny. S tampak lebih nyaman degan
posisi sekarang, kepatenan jalan nafas tetap
terjaga

18.00 Melakukan auskultasi suara nafas S:


O: Masih terdengar suara nafas ronchi pada
by.ny. S
-Melakukan Pemberian diit via ogt S:

O: RR ; 54 x/mnt
Dahak belum bisa keluar saat di
nebulizer, tidak ada kebiruan atau tanda
sianosis, saturasi mulai naik, spo2: 94%
Diit yang masuk 1cc/ 4 jam
2/9/22 Melakukan pemantauan O2 Ventilator S:
NIV, dengan prong.
O: by.ny. S masih tampak trpasang
ventilator, mode niv, Fio2: 70%, peep:&,
pip:11, rr:40, saturasi oksigen mencapai
dari 94%

Memberikan terapi injeksi antibiotik S:


pada pukul 15.00 O: by.ny. S tampak menangis saat di
berikan injeksi cefotaxime 150mg/12 jam.
Melalui IV
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : By. Ny. S Ruang Unit : NICU


No. Register : 018 Diagnosa : MAS

TGL/JAMNO DX EVALUASI KEPERAWATAN TTD


1/9/22 1 PUPUT
13.00 DS : -
DO: Pernafasan bayi tampak retraksi, rr:
49x/mnt, sianosis sudah tidak ada, masih
terdengar suaran nafas ronchi kasar, merintih
berkurang, produksi sputum masih ada, (+)
bacaan baby gram kesan tampak pneumonia
bilateral

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

 Monitor status oksigenasi


 Monitor status respirasi( frekuensi,
irama nafas)
 Lakukan auskultasa suara nafas, catat
jika ada suara nafas tambahan
 kolaborasi dalam pemberian terapi
ekspektoran / terapi inhalasi dengan
pemberian nebulizer, terapi ventolin
½ respul + 1cc Nacl/ 8 jam

1/9/22 2
PUPUT
13.15 DS : -
DO: Pernafasan bayi tampak retraksi, rr:
49x/mnt, sianosis sudah tidak ada,
masih terdengar suaran nafas ronchi
kasar, merintih berkurang, produksi
sputum masih ada, (+) bacaan baby
gram kesan tampak pneumonia
bilateral
A : Masalah Teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
 Monitor status oksigenasi
 Monitor status respirasi( frekuensi,
irama nafas)
 Lakukan auskultasa suara nafas, catat
jika ada suara nafas tambahan
 kolaborasi dalam pemberian terapi
ekspektoran / terapi inhalasi dengan
pemberian nebulizer, terapi ventolin
½ respul + 1cc Nacl/ 8 jam
2/9/22 1
20.30 PUPUT

DS:-

DO: By.Ny. S ,Pernafasan bayi tampak masih


menggunakan alat bantu O2 NIV RR
63 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Obs. Tanda vital pada bayi meliputi, (
nadi, suhu, dan respirasi), N:
148x/MNT, S: 36,6 drjt celcius, RR:
45x/mnt, jika spo2 > 95%, Fio2 di
turunkan bertahap sampai 50%.
 Kaji frekuensi pernafasan
 Berikan posisi fowler, kepala sedikit
di tinggika
20.40 2  Pertahankan dengan O2 Ventilator
mode NIV dengan prong, Fio2: 70%,
peep:7,pip: 11 PUPUT

DS:-

DO: By.Ny. S ,Pernafasan bayi tampak masih


menggunakan alat bantu
O2 NIV Fio2 : 70%, RR 63 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
 Obs. Tanda vital pada bayi meliputi, (
nadi, suhu, dan respirasi), N:
146x/MNT, S: 36,5 drjt celcius, RR:
44x/mnt, jika spo2 > 95%, Fio2 di
turunkan bertahap sampai 50%.
 Kaji frekuensi pernafasan
 Berikan posisi fowler, kepala sedikit
di tinggika
 Pertahankan dengan O2 Ventilator
mode NIV dengan prong, Fio2: 70%,
peep:7,pip: 11, jika saturasi > 95%,
Fio2 diturunkan bertahap.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan


oleh terhisapnya mekonium kedalam saluran pernafasan bayi. Sindroma Aspirasi
Mekoniuim terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan
ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah
dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan bahan yang kental,
lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban, sindroma ini sangat
parah. Mekonium yang Terhirup lebih kental sehingga penyumbatan saluran udara lebih
berat.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya
cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga bayi yang menderita sindroma
ini memerlukan bantuan alat pernafasan.
Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang berat dan
kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
 Kehamilan post-matur
 Pre-eklamsi
 Ibu yang menderita diabetes
 Ibu yang menderita hipertensi
 Persalinan yang sulit
 Gawat janin
 Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim).
4.2 Saran

a. Bagi perawat dan tenaga kesehatan


Bagi perawat ataupun tenaga kesehatan lain diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan atau perawatan yang baik terhadap klien dan keluarga dan bisa
bertugas sesuai dengan fungsinya masing – masing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
2. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
3. Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second Edition,
Springhouse Corporation, Springhouse, 1994
4. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. 2000. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak.
Vol. 1 Edisi 15. ECG : Jakarta. Halaman 600-601.
5. Mathur, NC. 2007. Meconium Aspiration Syndrome.
http://pediatricsforyou.in/home/pdf/MECONIUM%20ASPIRATION%20 SYNDROME.pdf.
6. Clark, M.B. 2010. Meconium Aspiration Syndrome. www.medscape.com/ http:// portal
neonatal.com.br/outras-especialidades /arquivos/ Meconium Aspiration Syndrome.pdf
7. Leu M., 2011, Meconium Aspiration Imaging, http://emedicine.medscape.com/
article/410756-overview#a22
8. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. 2007. Respiratory Distress in the Newborn. Am
Fam Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.
9. Yeh TF, Harris V, Srinivasan G, Lilien L, Pyati S. Roentgenographic findings in infants with
meconium aspiration syndrome. JAMA. 2000. ;242:60–63
10. Yeh, TF. 2010. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome: Pathogenesis and Current
Management. American Association of Pediatrics. http://neoreviews.aap publications.org.
11. Gomella. 2009. Neonatology : Management Procedures Call Problems Sixth Edition. Lange
Clinical Science : New York.
12. Rudolph, CD, et al. 2002. Rudolph's Pediatrics, 21th Edition. McGraw-Hill Professional :
New York.
13. Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
14. Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius FKUI
15. Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mos
NO HARI/ TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
1.

Anda mungkin juga menyukai