Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA BERAT PADA By.Ny.S


DIRUANGAN NICU RSUD DAYA MAKASSAR

OLEH:

Anisa Kiki Sainafat, S.Kep


7121481901

CI Institusi CI Lahan

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIK FAMIKA MAKASSAR

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA BERAT

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea dan sampai ke asidosis.(Fauziah dan Sudarti , 2014).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi
mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas
tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder)
(Fauziah dan Sudarti, 2014).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.

2. ETIOLOGI
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengan
gkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah
lahir.
Penyebab Asfiksia menurut (Proverawati, 2013) :
1. Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama
anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernapasan, keracunan karbon
monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada
janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit
atau obat: hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan
perdarahan plasenta.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat melilit
leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena
pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang
terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital
pada bayi, misalnya stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain karena tindakan dapat
berpengaruh terhadap gangguan paru-paru. Penyebab terjadinya
Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) :
1. Factor Ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau solutio plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur.
2. Faktor Bayi
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi
vakum, porsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
3. Faktor Pali Pusat
a. Lilitan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d. Prolapsus tali pusat.

4. PATOFISIOLOGI
Segera setelah bayi lahir akan menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada
saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang udara
akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara
bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengambang dan aliran darah ke
dalam paru meningkat secara memadai.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, maka timbullah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (detak jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekuranngan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat di pengaruhi lagi.
Timbullah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
alveoli tidak berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
akan terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat
lemas. pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam
darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak dapat berekasi terhadap rangsangan
dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah,
2012).

5. MANIFESTASI KLINIS
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernapasan yang cepat dalam
periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti,
denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara
barangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer. Gejala dan tanda asfiksia
yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung, sianosis,
nadi cepat. Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-magap dalam.
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2)
7. Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
10. Pernapasan terganggu
11. Detik jantung berkurang
12. Reflek / respon bayi melemah
13. Tonus otot menurun
14. Warna kulit biru atau pucat
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan adanya Asfiksia pada bayi yaitu:
1. Pemeriksaan analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
2. Pemeriksaan APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,
tonus otot dan reflek.
3. Pemeriksaan EEG/EGC dan CT-Scan
4. USG
5. Gula darah
6. PH tali pusat : tingkat 7.20 sampai 7.24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
7. Elektrolit garam
8. Pengkajian spesifik
9. Hemoglobin / hematokrit (HB/Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Sirkulasi
 Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180x/menit. Tekanan darah 60-80
mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik)
 Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat
di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/IV
 Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan
 Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Makanan/cairan
 Berat badan : 2500-4000 gram
 Panjang badan : 44-45 cm
 Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi)
d. Neurosensori
 Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
 Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma)
 Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
e. Pernafasan
 Skor APGAR : 1 menit .... 5 menit .... skor optimal harus antara 7-10
 Rentang dari 30-60/ menit, pola periodik dapat terlihat
 Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
 Suhu rentang dari 36,5-37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung
pada usia gestasi)
 Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak postwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks
b. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung
c. Mata
Warna konjungtiva anamis/tidak anemis, tidak ada bleeding konjugtiva, warna
sclera tidak kuning pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya
d. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir
e. Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak
f. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
g. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek Thorax Bentuk simetris,
terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekuensi
bunyi jantung lebih dari 100x/menit.
h. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
(D.0001)
b. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan
otot pernafasan) (D.0005)
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (D.0003)

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas Manajemen jalan nafas
tidak efektif b.d (L.01001) (I.01011)
sekresi yang tertahan Tujuan: Observasi:
(D.0001) Setelah dilakukan tindakan  Monitor pola
keperawatan selama 1x24 jam napas(frekuensi,
diharapakan bersihan jalan nafas kedalaman, usaha
meningkat napas)
Kriteria Hasil:  Monitor bunyi
 Batuk efektif meningkat napas tambahan
 Produksi sputum menurun  Monitor sputum
 Frekuensi napas membaik Terapeutik:
 Pola napas membaik  Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Lakukan
menghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspetoran,
mukolitik, jika
perlu

2. Pola nafas tidak Pola Napas Manajemen jalan napas


efektif b.d hambatan (L.01004) (I.01011)
upaya nafas Tujuan: Observasi:
(kelemahan otot Setelah dilakukan tindakan  Monitor pola
pernafasan) keperawatan selama 1x24 jam napas(frekuensi,
(D.0005) diharapakan pola napas membaik kedalaman, usaha
Kriteria Hasil:
napas)
 Ventilasi semenit meningkat
 Kapasitas vital meningkat  Monitor bunyi
 Dispnea menurun napas tambahan
 Frekuensi napas membaik  Monitor sputum
 Kedalaman napas membaik
Terapeutik:
 Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Lakukan
menghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspetoran,
mukolitik, jika
perlu

3. Gangguan pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi


gas b.d (L.01003) (I.01014)
ketidakseimbangan Tujuan: Observasi:
ventilasi-perfusi Setelah dilakukan tindakan  Monitor frekuensi,
(D.0003) asuhan keperawatan selama 1x24 irama dan upaya
jam di harapkan Pertukaran gas nafas
meningkat  Monitor pola nafas
Kriteria Hasil:  Auskultasi bunyi
 Dispnea menurun nafas
 Bunyi nafas tambahan  Monitor saturasi
menurun oksigen
 Nafas cuping hidung  Dokumentasi hasil
menurun pemantauan
 PCO2 membaik (35-45 Terapeutik:
mmHg)  Atur interval
 pO2 membaik (75-100 pemantauan respirasi
mmHg) sesuai kondisi pasien
Edukasi:
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2016 Rencana Perawatan
Maternal/Bayi. EGC. Jakarta

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika

Maryunani, anik dan Sari, Eka Puspita. 2013. Asuhan Keperawatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Trans Info Media.

Hermand, T.Heather. 2016. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.


EGC;Jakarta.

Docterman dan Bullechek. 2017. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 6,


United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2017. Nursing Out Comes (NOC),Edition 6.
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai