DISUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSITITUSI
7.) Pucat
8) Sianosis
9) Penurunan terhadap stimulus
10) Nafas cepat, nafas cuping hidung
5. Penatalaksanaan Medis
a. Langkah awal
1) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang
kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2) Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3) Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia
Bersihkan jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap
lendir pada mulut baru pada hidung
b) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai
mengisap lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk
menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas
teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi
mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal
untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut
lebar-lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
c) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan
warna kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal.
Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau
pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah
resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1) Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi
dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test
untuk baton dan sungkup muka)
2) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
3) Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka
dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan
yang hangat.
4) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi
tengadah
5) Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk
6) semacam tautan sungkup dan wajah.
7) Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua
kali dan periksa gerakan dinding dada
9) Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau
tersedia oksigen guna udara ruangan)
10) Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun)
selama ventilasi
11) Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi
berjalan secara adekuat.
12) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi
atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang Lakukan
ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan
penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
a) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan
ventilasi, lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan
normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai
memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi)
b) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x
30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
Activity Fleksi
Tidak Ada
(tonus otot) ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
Gerakan
(Lemah)
Lambat atau
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) (Rustam,2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa
asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2012), yaitu:
a. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit.
Selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi
kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya
tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah
100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini
merupakan tanda bahaya.
a. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
2) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
3) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
4) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. b.
Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir c.
Makanan dan cairan
1) Berat badan : 2500 – 4000 gram
2) Panjang badan : 44 – 45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama
30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
e. Pernapasan
1) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-
10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks
(jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat
terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin
belang-belang menunjukkan memar minor (misal :
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna
herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan
peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis
(kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau
bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong)
dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal) (Herdman,2013)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu
mengklasifikasi masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa
keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon seorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Tujuan pencacatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat
komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini
dan merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap masalah yang
diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan
rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosis yang biasanya muncul pada pasien Diabetes Mellitus
adalah sebagai berikut :
Keperawatan
2. Produksi lift
4. Gelisah
Edukasi
menurun
- Anjurkan asupan cairan 200
5. Sianosis
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
menurun
- Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
fowler
9. Dokumentasikan hasil
pemantauan Edukasi
pemantauan
Kolaborasi
nyaman dan
rentang gerak
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
cara
meningkatkan
asupan makanan
Terapeutik
napas
pemantauan Edukasi
pemantauan kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013 . aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta:medi action publishing
Carpenito, Lynda Juall. 2011. buku saku diagnosa keperawatan. Edisi.8
.Jakarta:EGC.
Dewi, Vivian. 2011. asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba
Medika
Herdman, T. Heather.2013. diagnosis keperawatan definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz. 2012. pengantar ilmu keperawatan anak. jakarta
Mansjoer, arief. 2013. kapita selekta kedokteran. jakarta : media aesculapius
Manuaba, Ida ayu chandranita (2012). penyulit pada neonatus. ilmu
kebidanan, penyakit kandungan dan KB. jakarta : EGC
Maryunani A, Nurhayati. (2014) asuhan kegawat daruratan dan penyulit pada
neonatus. trans info medika. jakarta.
Rahayu, Sri Dedeh (2012). asuhan keperawatan anak dan neonatus. Jakarta:
salemba medika
Rustam, M. 2014. sinopsis obstentri fisiologi dan obstentri patofisiologi. edisi 3
jilidI. Jakarta. EGC.
Sarwono Prawirohardjo, (2012). ilmu bebidanan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Bare.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta :
EGG