Anda di halaman 1dari 41

Tugas Profesi Gerbong Pediatrik

RESPIRATORY SYSTEM

ASFIKSIA

Nama Dosen : Debilly Yuan Boyoh, M. Kep

Frederik Simare-Mare

2153003

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Asfiksia merupakan kondisi dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur sesaat setelah lahir, sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dan
meningkatkan karbondioksida dalam darah yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut. Sehingga bila asfiksia tidak segera ditangangi,
akan sangat berpengaruh karena dapat mengakibatkan kerusakan otak dan
kematian (Aminah, 2009).

2. Epidemiologi
Di Indonesia, angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran
hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena
asfiksia (Marwiyah, 2016).

3. Klasifikasi
1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis.
2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai nayi dapat kembali
bernafas normal.
3) Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)

4. Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatum dapat terjadi karena:
a. Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama
anestesi, penyakit jantung sianosis gagal pernafasan, atau keracunan
karbonmonoksida
b. Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi, yang dapat merupakan
komplikasi anestesi spinal atau akibat kompresi vena cava dan aorta pada
uterus gravid
c. Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya
tetani uterus, yang disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebih-lebihan
d. Pemisahan plasenta prematur
e. Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau
pembentukan simpul pada tali pusat
f. Vasokonstriksi pembuluh darah oleh kokain
g. Insufisiensi plasenta karena berbagai sebab, termasuk toksemia dan pasca
maturitas

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) dalam Sari (2017), penyebab asfiksia


dibagi menjadi beberapa faktor:
1. Factor ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b.Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau solutio plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d.Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur.

g.Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


h.Gravida empat atau lebih.

2. Faktor Bayi
a.Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b.Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ektraksi vakum, porsef).
c.Kelainan kongenital.
d.Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

3. Faktor Tali Pusat


a. Lilitan tali pusat.
b.Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d.Prolapsus tali pusat.
5. Tanda dan Gejala
a. Asfiksia ringan
1). Takipnea dengan napas >60x/menit
2). Bayi tampak sianosis
3). Adanya retraksi sela iga
4). Bayi merintih
5). Adanya pernapasan cuping hidung
6). Bayi kurang aktif
7). Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing
positif

b. Asfiksia sedang
1). Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2). Usaha napas lambat
3). Adanya pernapasan cuping hidung
4). Adanya retraksi sela iga
5). Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
6). Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun
tampak lemah
7). Bayi tampak sianosis
8). Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan

c. Asfiksia berat
1). Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
2). Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
3). Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4). Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
5). Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6). Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.

6. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari factor ibu, factor plasenta, factor janin
dan neonatus, serta factor persalinan. Apablia janin kekurangan O2 dan CO2
bertambah, maka timbulah rangsangan terhadap saraf vagus sehingga bunyi
jantung janin menjadi lambat. Namun jika berlangsung terus maka vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi, sehingga denjut jantung menjadi ireguler dan
menghilang.
Sehingga janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan ditemukan
banyak air ketuban dan meconium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
asfiksia. Apabila asfiksia berlanjut terus maka bayi dalam kondisi gawat, bayi
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan.

PATHWAY ASFIKSIA

Persalinan lama, lilitan tali Faktor lain: obat-


pusat, presentasi janin obatan narkotika

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2& Kadar Bersihan jalan nafas


Paru-paru terisi cairan
tidakefektif
CO2 meningkat
Nafas cepat Suplai O2 ke Paru perubahan asam basa
menurun

Asidosis respiratorik
Apneu Kerusakan otak

Resiko syndrome
kematian bayi Gangguan perfusi
ventilasi
Resiko cidera Kematian bayi

Nafas cuping hidung,


sianosis, hipoksia

7. DJJ
Pemeriksaan
& TD menurunDiagnostik Proses keluarga
terhenti
a. Denyut jantung janin: Frekeunsi denyut jantung janin normal antara120 -
Gangguan Pertukaran
160 kali per menit. Bila frekuensi DJJ turun sampai
gasdi bawah 100 per menit
di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
Ketidakefektifan pola Janin tidak bereaksi
napas bahaya. terhadap rangsangan

b. Mekonium di dalam air ketuban: Mekonium pada presentasi kepala


menunjukkan adanya gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan
kewaspadaan.
c. Pemeriksaan pH darah janin: Dengan menggunakan amnioskop yang
dimasukan lewat servik dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan
diambil contoh darah janin, darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal
itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering
dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir
pada mulut baru pada hidung.
 Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap
lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap
lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur,
lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi,
tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan
nafas dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir
lebih dalam secara hati-hati.
 Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna
kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi
tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat
denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah
resusitasi.

b. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi
dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test
untuk baton dan sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang
hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi
tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari
tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua
kali dan periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau
tersedia oksigen guna udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama
ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan
secara adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi
atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan
penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
 Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir
(menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan
mencegah infeksi dan imunisasi)
 Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30
detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
 Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan
ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn
lahir.
 Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
 Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan
dengan ventilasi.
 Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas
denyut jari tung dan warna kulit
 Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit,
rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
 Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi
denyut jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan
ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga
bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada
keluarga.

9. Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
a. Edema dan perdarahan otak
b. Anuria atau oliguria
c. Kejang
d. Koma

10. ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


A. PENGKAJIAN
1.    Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2.   Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3.   Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak
bayi belakang kaki atau sungsang
4.   Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat melakukan eliminasi harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5.   Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada
stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan ekspansi
yang kurang adekuat
2) Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif b/d obstruksi lendir
3) Resiko tinggi infeksi & cedera b/d anomaly kongenital
4) Hipertermi berhubungan dengan transisi lingkungan ekstra uterin
neonatus

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Berikan oksigenasi sesuai 1. Mengatasi dispneu,
pemenuhan tindakan keperawatan kebutuhan dan mencegah edema
kebutuhan oksigen selama 1 X 24 jam 2. Atur kepala dengan posisi paru
berhubungan kebutuhan O2 terpenuhi ekstensi 2. Melonggarkan jalan
dengan ekspansi dengan kriteria tidak ada 3. Batasi intake per oral napas
yang kurang pernafasan cuping 4. Kolaborasi dengan dokter 3. Mencegah aspirasi
adekuat hidung dan tidak untuk pemeriksaan AGD dan 4. Perubahan AGD dapat
sianosis. pemakaian alat bantu napas mencetuskan disritmia
5. Auskultasi jalan napas jantung
untuk mengetahui adanya 5. Mengevaluasi
penurunan ventilasi keefekttifan pola napas
6. Pantau status pernapasan pasien
dan oksigenasi sesuai 6. Meningkatkan kadar
kebutuhan oksigen yang
bersirkulasi
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Tentukan kebutuhan suction 1. Pengumpulan data
Nafas Tidak tindakan keperawatan 2. Auskultasi suara nafas untuk perawatan optimal
Efektif b/d diharapkan jalan napas sebelum dan sesudah 2. Membantu
obstruksi lendir lancar dengan kriteria suction mengevaluasi
hasil: 3. Monitor status oksigenasi keefektifan upaya bantu
Menunjukkan jalan dan hemodinamik segera, klien
nafas dengan suara yang sebelum, selama, dan 3. Mengetahui efektifitas
bersih, tidak ada sesudah suction suction
sianosis dan dispneu.
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pertahankan untuk 1. Mencegah infeksi
infeksi dan cedera tindakan keperawatan memberikan tindakan yang nosokomial
b/d anomaly diharapkan resiko bersih dan steril kepada 2. Mencegah keadaan
kongenital infeksi dapat dicegah pasien yang lebih buruk pada
dengan kriteria hasil: 2. Lakukan pengajian fisik pertukem bayi
-Bebas dari infeksi & secara rutin 3. Meningkatkan
cedera/komplikasi. 3. Ajarkan keluarga tentang pengetahuan keluarga
-Mendeskripsikan tanda dan gejala infeksi dan dalam deteksi awal suatu
aktivitas yang tepat dari melaporkannya pada tenaga penyakit
level perkembangan kesehatan 4. Memberikan imunitas
anak 4. Berikan agen imunisasi yang baik pada bayi
-Mendeskripsikan teknik sesuai indikasi
pertolongan pertama

4. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Beri pakaian tipis yang 1. Mencegah penguapan


berhubungan tindakan keperawatan menyerap keringat berlebihan
dengan transisi selama 1 X 24 jam, suhu 2. Beri kompres hangat 2. Menurunkan suhu
lingkungan ekstra tubuh kembali normal 3. Hindari pasien dari tubuh
uterin neonatus dengan kriteria suhu kedinginan dan tempatkan 3. Menjaga suhu tubuh
tubuh antara 36.5°C – pada lingkungan hangat dalam batas normal
37.4°C, kelembaban 4. Monitor gejala yang 4. Mendeteksi dini
cukup berhubungan dengan perubahan yang terjadi
hipotermi, missal; fatique, guna mencegah
apatis, perubahan warna kulit komplikasi
5. Monitor TTV 5. Peningkatan TTV
6. Kolaborasi medis untuk dapat menunjukkan
pemberian obat antipiretik adanya tanda-tanda
infeksi
6. Mendukung
perawatan dan
penatalaksanaan medis

D. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

E. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari- hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

SOP ASFIKSIA
PENANGANAN
Sumber: ASFIKSIA
Ikatan Bidan PADA BAYI BARU
Indonesia
LAHIR

No, Dokumen : SOP / PMB / 04 / I / 19


No. Revisi : 0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/4
NAMA
PRAKTIK HANIE IMELDA S.
PENANGGUNG JAWAB PMB
MANDIRI TANDA TANGAN
BIDAN PENANGGUNG JAWAB PMB
1. Pengertian Penangan asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu tindakan untuk
menangani kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada bayi
segera setelahl ahir
2. Tujuan Petugas mampu mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
penyelamatan jiwa bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
3. Kebijakan Permenkes No.28 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan ijin dan
praktik bidan
4. Referensi Buku Modul Poned, Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan
Neonatal ,Jobaids Program Emas
5. Prosedur 1. Setelah bayi lahir,Petugas potong tali pusat dengan cepat, tidak
diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal
2. Petugas meletakkan bayi di meja resusitasi
- Bila bayi bernafas spontan,LDJ> 100 X/mnt dan tonus
otot baik, lakukan perawatan BBL normal
- Petugas memposisikan kepala bayi pada posisi setengah
menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengatur
tebal kain ganjal bahu yang telah disiapkan
- Bila bayi tetap tidak bernafas / megap – megap / LDJ < 100
x/mnt, tonus otot lemah/keple maka lakukan ventilasi
tekanan positif ( VTP ) dengan CPAP selama 30 detik
konsentrasi O2, 30 % tekanan udara 7 mmHg dan aliran O2
4 liter/mnt
- Lakukan penilaian terhadap LDJ dan pengembangan dada
- Bila dada tidak mengembang, evaluasi : posisi kepala,obstruksi
/ sumbatan jalan nafas, kebocoran sungkup, tekanan puncak
inspirasi cukup / tidak
- Bila dada mengembang adequate namun LDJ < 60x/mnt :
VTP (O2 100%) + kompresi dada ( 3 kompresi tiap 1 nafas )
yang dilakukan 2 X 30 detik
3. Petugas mengobservasi LDJ,usaha nafasd an tonus otot tiap
30 detik
- Jika LDJ < 60/mnt, pertimbangkan pemberian obat dan cairan

intra vena melalui infuse umbilical (Lihat SOP


pemasangan infus umbilical )
- Epineprin 1 : 10.000 ( sediaan yang ada 1 :
1000,,ambil 0,1 ml epineprin dioplos dengan NaCl 0,9
ml sehingga menjadi 1 ml ) dengan dosis 0,1 sampai
0,3 ml / kg BB, dimulai dari dosis terkecil
4. Petugas mengevaluasi usaha nafas, LDJ dan tonus otot
- Bila usaha nafas baik,LDJ 100 X/mnt dan tonus
otot baik, lanjutkan perawatan BBL pasca
resusitasi
- Bila usaha nafas spontan tidak terjadi, LDJ , 60 X
/mnt dan tonus otot lemah, lakukan rujukan dengan
CPAP terpasang dan metode kangguru
- Bila bayi tidak bias dirujuk dan tidak bias bernafas
hentikan ventilasi setelah 20 mnt, konseling
dukungan emosional,
pencatatan bayi meninggal.
6. Unit Terkait 1. Pendaftaran
2. Bidan Mitra
3. Dokter Konsulen
4. Pelayanan obat

7. Rekaman historis perubahan

N TGL. MULAI
YANG DIRUBAH ISI PERUBAHAN
O DIBERLAKUKAN

DIAGRAM ALUR PENANGANAN ASFIKSIA PADA


BAYI BARU LAHIR

LANGKAH AWAL ( dilakukandalam 30 detik )


1. Jagabayihangat
2. Aturposisibayi
3. Isap lendir
4. Keringkandanrangsangtaktil
5. Reposisi
6. Penilaianapakahbayimenangisataubernafasspontandanteratur?

Tidak
Ya
VENTILASI
Ventilasi 2 X,amatigerakan dada bayi
Bila dada bayimengembang,lakukanventilasi 10 X dalam 30 detik
Penilaianapakahbayimenangis / bernafasspontan/ teratur?LDJ> 100 x/mnt?

Asuhanpascaresusitasi
Jaga agar bayitetaphangat
Lakukanpemantauan
Konseling
Pencatatan

Lanjutkanventilasi,hentikantiap 30 detik
PenilaianPenilaianapakahbayimenangis /
bernafasspontan/ teratur?LDJ> 100 x/mnt?

ISU TERKAIT ASFIKSIA YANG BERHUBUNGAN DENGAN EVUDENCE


BASED PRACTICE (EBP) KEBIDANAN
“PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP KEJADIAN ASKFIKSIA
BAYI BARU LAHIR”
Sumber: (Simanungkalit & Purnawati, 2020)

 Rasa takut dan cemas berlebihan menjelang persalinan pada ibu hamil akan
berdampak buruk, sehingga dapat memicu terjadinya rangsangan kontraksi Rahim.
Kondisi tersebut juga dapat mengakibatkan tekanan darah yang meningkat
sehingga dapat menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir. Hipertensi menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang, sehingga menimbulkan asfiksia pada
bayi baru lahir.
 Salah satu upaya untuk menanggulangi terjadinya asfiksia adalah dengan metode
nonfarmakologi, di antaranya ialah hypnobirthing.
 Hypnobirthing sering juga disebut dengan hypnosis persalinan, yaitu latihan
penanaman sugesti pada alam bawah sadar ibu, untuk mendukung alam sadar yang
mengendalikan tindakan ibu dalam proses persalinan. Hypnobirthing adalah
metode relaksasi yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa
mengalami persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahwa melahirkan
itu nikmat. Hypnobirthing diberikan saat ibu memasuki proses kala I.
 Hasil penelitian menunjukkan dengan adanya bimbingan hypnosis, mampu
memberikan keamanan dan kenyamanan pada ibu bersalin sehingga dapat
mengatur pernafasan secara sempurna yang akhirnya janin dapat kebutuhan
oksigen yang cukup.
 Sehingga dikarenakan adanya kenyamanan yang dirasakan ketika ibu bersalin
menunjukkan penilaian awal pada bayi baru lahir yang sangat baik yaitu bayi
umumnya sangat kuat, tonus otot sangat kuat dan warna kulit kemerahan. Dari
indikator tersebut dapat dipahami bahwa sebagian besar bayi tidak mengalami
asfiksia.
 Pada ibu hamil yang diberikan Hypnobirthing biasanya lebih sedikit permintaan
untuk obat-obatan, laporan lebih sedikit rasa sakit, dan bayi mereka menunjukkan
skala yang lebih tinggi pada penilaian awal bayi baru lahir. Bayi Hypnobirthing
cenderung lahir lebih normal dan tenang, dengan penilaian awal bayi baru lahir
baik, dan dilaporkan makan dan tidur bayi lebih baik dari pada bayi yang memiliki
kelahiran dengan bantuan medis
 Saran : Diharapkan ibu mau melakukan hypnobirting pada saat kehamilan agar
ibu bersalin dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan ketika menghadapi
proses persalinan sehingga penilaian awal bayi baru lahir yang baik dan dapat
membantu menurunkan angka kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
 Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian terapi hypnobirthing terhadap kejadian
dan pada ibu bersalin yang diberikan hypnobirthing dari pada yang tidak diberikan
hypnobirthing.
Daftar Pustaka
Aminah, F. (2009). Kejadian Asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir. 3(1), 183–192.
Marwiyah, N. (2016). HUBUNGAN PENYAKIT KEHAMILAN DAN JENIS
PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD dr
DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG. NurseLine Journal, 1(2), 8.
Sari, A. A. N. (2017). Asuhan Keperawatan pada Klien Asfiksia Dengan Masalah
Ketidakefektifan Pola Nafas. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Caput
Succedaneum Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun, 4, 9–15.
Simanungkalit, H. M., & Purnawati, L. (2020). Hypnobirthing Terhadap penilaian awal bayi
baru lahir di praktik mandiri bidan “b” kota palangka raya. Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya, 11(1), 7–16.
Tugas Profesi Gerbong Pediatrik

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Nama Dosen : Debilly Yuan Boyoh, M. Kep

Frederik Simare-Mare

2153003

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR biasanya
terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada
usia cukup bulan (intrauterine growth retriciton) (DEWI, 2018).

2. Epidemiologi
BBLR berkontribusi sebesar 60-80% terhadap kematian nasional. Prevalensi
kejadian BBLR di dunia yaitu 20 juta (15,5%) setiap tahunnya, dan Negara
berkembang menjadi contributor terbesar yaitu sekitar 96,5%. Indonesia
menduduki peringkat ke-9 tertinggi di dunia, yaitu sebesar lebih dari 15,5% dari
kelahiran bayi setiap tahunnya (WHO, 2018) (Perwiraningtyas et al., 2020).

3. Klasifikasi
Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai
dengan masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga
jenis.
a. Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang
lama.
b. Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c.Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
4. Etiologi
a. Faktor Ibu :
1) Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia,
gravidarum,pendarahan antepartum,trauma fisik dan psikologis,infeksi
akut,serta kelainan kardiovaskuler
2) Usia ibu: angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun
3) Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1 tahun
4) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
5) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
6) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak
adekuat dan ibu yang perokok.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara lain :
kehamilan ganda,ketuban pecah dini,cacat bawaan,kelainan kromosom,infeksi
(missal : Rubella dan Sifilis) dan hidramnion/polihidramnion.
c. Faktor ekonomi
1) Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang rendah
2) Gizi yang kurang
d. Faktor lingkungan
1) Terkena Radiasi
2) Terpapar Zat beracun
5. Tanda dan Gejala
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar
kepala kurang dari 33cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.


c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan
amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia
miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan
belum teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan
menelan belum sempurna.
6. Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada
ibu,ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan
lahir rendah.apabila dilihat dari faktor kehamilan,salah satu etiologinya yaitu
hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih
dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama
dengan janin tunggal,yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang
didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil
ganda juga mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin,salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan
janin dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi (Manggiasih dan
Jaya, 2016).
PATHWAY BBLR
Prematuritas
Dismaturitas

Faktor ibu: Umur (20 th) Faktor placenta: Penyakit Faktor janin: Kelainan
Paritas, Ras, Infertilitas, vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, Malformasi, Retardas pertumbuhan
Riwayat kehamilan tak baik, TORCH, kehamilan intra uterini
Rahim abnormal,

Bayi lahir premature Bera badan <2500


(BBLR/BBLSR) gramt

Permukaan tubuh relative Prematuritas


lebih luas

Fungsi organ-organ belum baik


Kehilanga panasn

Resiko infeksi
Resik
ketidakseimbangan o
Reflek menelan belum
sempurna

Pertumbuhan dinding dada


Ketidakseimbangan nutrisi belum sempurna
kurang dari kebutuhan tubuh Vaskuler paru imatur

Ketidakefektifa pola
nafasn

Sumber: NANDA Jilid 2 (2015)


7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.

d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.


e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

8. Penatalaksanaan Medis
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi
(2016):
a. Pengaturan suhu

Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan


istirahat kosumsi O2 yang cukup.bila dirawat dalam inkubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35 ◻ dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg
adalah 34◻. Bila tidak ada inkubator,pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hanyat yang dibungkus
dengan handuk atau lampu petromak didekat tidur bayi.bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan
umum,warna kulit,pernafasan,kejang dan sebagainya sehingga penyakit
dapat dikenali sedini mungkin
b. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi
sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian makanan dini berupa
glukosa,ASI atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia,dehidrasi atau
hiperbilirubinia.bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat
dicoba minum melalui mulut.umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500
gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum
adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan steril untuk bayi
dengan berat kurang dari 1000 gram,2-4 ml untuk bayi dengan berat antara
1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami
kesukaran,pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
c. Mencegah infeksi
Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan karena daya tubuh
bayi terhadap infeks kurang antibody relatif belum terbentuk dan daya

fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.prosedur


pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama
2 menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.
2) Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi
3) Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi
4) Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
5) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.

9. Komplikasi
a.Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium
(tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran
(menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi
pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada
laki-laki.
c.Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e.Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning.

10. ASUHAN KEPERAWATAN BBLR


A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat,
nama ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, agama, alamat, suku
bangsa.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada
tenaga professional.
3. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan
utama.
a. Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan
(gradual/tiba-tiba), presipitasi/ predisposisi (perubahan emosional,
kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).
b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing
(terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala
lain yang berhubungan.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
4. Riwayat masa lampau
a.Prenatal
Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia
kehamilan (preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil dan
obat yang diminum.
b. Natal
Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, obat-
obatan yang digunakan.
c.Post natal
Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan
lahir, anomaly kongenital.
d.Penyakit waktu kecil
e.Pernah dirawat di rumah sakit

Penyakit yang diderita, respon emosional


f. Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)
Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.
g.Allergi

Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman,


produk rumah tangga.
h.Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi)
5. Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan / tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3
generasi).
6. Riwayat sosial
a.Yang mengasuh anak dan alasannya
b. Pembawa
an anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan
menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
c.Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan
anak, ventilasi, letak barang-barang)
7. Keadaan kesehatan saat ini
Diagnosis medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan keperawatan,
hasil laboratorium, data tambahan.
8. Pengkajian pola fungsi Gordon
a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
imunisasi, penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah,
praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok,dll),
kebiasaan merokok orang tua, keamanan tempat bermain anak dari
kendaraan, praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan,dll)
b. Nutrisi metabolik

Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap,


makanan yang disukai / tidak disukai, makanan dan minuman
selama 24 jam, adakah makanan tambahan/vitamin, kebiasaan
makan, BB lahir dan BB saat ini, masalah dikulit:rash, lesi,dll.
c. Pola eliminasi
Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti
pakaian dalam / diapers (bayi), pola eliminasi urin (frekuensi ganti
popok basah/hari, kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
d. Aktivitas dan pola latihan
Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang
digunakan), kebersihan sehari-hari, aktivitas sehari-hari (jenis
permainan, lama, teman bermain, penampilan anak saat bermain,
dll), tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans, persepsi
terhadap kekuatan, kemampuan kemandirian anak (mandi, makan,
toileting, berpakaian, dll.)
e. Pola istirahat tidur
Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat, mimpi
buruk, nokturia, posisi tidur anak, gerakan tubuh anak.
f. Pola kognitif-persepsi
Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara,
objek sentuhan, apakah anak mengikuti objek dengan matanya, respon
untuk meraih mainan, vocal suara, pola bicara kata-kata, kalimat,
menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan untuk mengatakan nama,
waktu, alamat, nomor telepon, kemampuan anak untuk
mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman.
g. Persepsi diri – pola konsep diri

Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap


identitas diri, kompetensi, banyak/tidaknya teman.
h. Pola peran – hubungan
Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara anggota
keluarga dan anak, respon anak/bayi terhadap perpisahan,
ketergantungan anak dengan orang tua.
i. Sexualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan sekitar
sexuality bagaimana respon orang tua.
j. Koping – pola toleransi stress
Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi
stress, pola penanganan masalah, keyakinan agama.
k. Nilai – pola keyakinan
Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen, keyakinan
akan kesehatan, keyakinan agama.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, fatigue
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu
c. Ukuran anthropometric
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala
d. Mata
Konjungtiva, sclera, kelainan mata

e. Hidung
Kebersihan, kelainan
f. Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
g. Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
h. Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)
i. Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
j. Punggung
Ada/tidak kelainan
k. Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
l. Ekstremitas
Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan
m. Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
10. Pemeriksaan tumbuh kembang
1) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Kejadian-kejadian penting; pertama kali mengangkat kepala,
berguling, duduk sendiri, berdiri, berjalan, berbicara/kata-kata
bermakna atau kalimat, gangguan mental perilaku.
2) Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan

a. Pengukuran Berat badan


b. Pengukuran Tinggi badan
c. Pengukuran lingkar lengan atas
d. Pengukuran lingkar kepala
e. Kecepatan tumbuh
3) Pelaksanaan DDST
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development
Screening Test) untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak di atur
dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang
meliputi:
a. Kemandirian dan bergaul
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain.
b. Motorik halus
Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun
perlu koordinasi yang lebih kompleks.
c. Kognitif dan bahasa
Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendapat
melalui pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan
memahami perkataan orang lain serta berfikir.
d. Motorik kasar

Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian


besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektifnya pola pernafasan
2) Termoregulasi tubuh tidak efektif
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko infeksi

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
keperawatan hasil

(NOC)
1 Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat

pola pernafasan. keperawatan selama 3x24 jam, pernapasan, kedalaman, dan

diharapkan pasien mampu : kemudahan bernafas.

1. Status Pernapasan: Kepatenan Rasional: Membantu dalam

jalan napas. membedakan periode

2. Status Pernapasan: Ventilasi. perputaran pernapasan normal

3. Status tanda-tanda vital. dari serangan apnetik

Dengan kriteria hasil : sejati, terutama sering terjadi pada

1. Menunjukkan pola pernapasan yang gestasi minggu ke-30

mendukung hasil gas darah dalam 2. Perhatikan pola nafas klien.

parameter atau kisaran normal. Rasional: mengetahui jika terdapat

2. Pasien melaporkan bernafas tanda-tanda yang menyebabkan

dengan nyaman. dispneu.

3. Mendemonstrasikan kemampuan 3. Tentukan apakah klien dispneu

untuk melakukan pernapasan dengan fisiologis atau psikologis.

pursed lip (mengerutkan bibir) dan Rasional: Studi menemukan

pernapasan dapat terkontrol. bahwa ketika penyebabnya adalah

4. Mengidentifikasi dan menghindari fisiologis memiliki tanda gejala

faktor-faktor spesifik yang dapat kecemasan dan kesemutan pada

memperburuk pola nafas. extremitas, sedangkan bila

dipsneu itu psikologisl tanda

gejalanya mengi terkait, batuk,

dahak, dan palpitasi.

4. Berikan terapi oksigenasi (Atur

peralatan oksigenasi, monitor aliran

oksigen, pertahankan posisi

pasien).

Rasional: Perbaikan kadar

oksigen dan karbondioksida dapat

meningkatkan funsi pernapasan.

5. Monitor Tekanan darah, nadi,

suhu, dan Respiration rate


(pernafasan).

Rasional: memantau vital sign

klien.

2 Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan

tubuh tidak efektif. keperawatan selama 3x24 jam, termometer elektronik di ketiak

diharapkan pasien mampu: pada bayi di bawah usia 4 minggu.

Termoregulasi menjadi efektif sesuai Rasional: memantau apakah

dengan perkembangan. adanya peningkatan atau

Dengan kriteria hasil: penurunan suhu tubuh.

2. Catat apakah ada tanda-tanda

1. Dapat mempertahankan suhu hipertermi dan hipotermi.

tubuh dalam kisaran normal. Rasional: Hipertermi dengan

2. Menjelaskan langkah-langkah peningkatan laju metabolisme

yang diperlukan untuk kebutuhan oksigen dan glukosa

mempertahankan suhu tubuh agar serta kehilangan air dapat terjadi

dalam batas normal. bila suhu lingkungan terlalu tinggi.

3. Menjelaskan gejala hipotermia 3. Tingkatkan intake cairan dan


nutrisi.
atau hipertermia. Rasional: untuk mencegah

terjadinya dehidrasi.

4. Lakukan tepid sponge.


Rasional: dapat menurunkan suhu

tubuh bayi.

3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala kekurangan

kurang dari keperawatan selama 3x24 jam gizi termasuk perawakan pendek,

kebutuhan tubuh. diharapkan pasien mampu: lengan kurus dan kaki.

1. Intake nutrien normal. Rasional: sebagai langkah awal

pengkajian untuk melaksanakan


2. Intake makanan dan cairan normal.
intervensi selanjutnya.

3. Berat badan normal. 2. Perhatikan adanya penurunan

berat badan.
4. Massa tubuh normal.
Rasional: Mengidentifikasikan

5. Pengukuran biokimia normal. adanya resiko derajat dan resiko

terhadap pola pertumbuhan. Bayi


Dengan kriteria hasil: SGA (Baby small for gestational

age) dengan kelebihan cairan

1. Berat badan bertambah. ekstrasel yang kemungkinan

kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA


2. Berat badan dalam kisaran normal
(Baby small for gestational age)
untuk tinggi dan
mungkin telah mengalami
usia.
penurunan berat badan dalam
3. Mengenali faktor yang
uterus atau mengalami penurunan
berkontribusi terhadap berat badan
simpanan lemak atau glikogen.
dibawah normal.
3. Kaji kulit apakah kering, monitor
4. Mengidentifikasi kebutuhan gizi.
turgor kulit dan perubahan

5. Bebas dari kekurangan gizi. pigmentasi.

Rasional : untuk mengetahui

adanya tanda-tanda dehidrasi.

4. Berikan makanan yang terpilih.

(sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi).

Rasional: membantu dalam rencana

diet untuk memenuhi kebutuhan

individual

5. Monitor kalori dan intake nutrisi.

Rasional: mengawasi masukan

nutrisi dan kalori dalam tubuh.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh,

keperawatan selama 3x24 jam letargi, apnea, malas minum,

diharapkan pasien mampu: gelisah dan ikterus.

Terhindar dari resiko infeksi. Dengan Rasional: suhu tubuh meningkat

kriteria hasil: dan nadi cepat mmerupakn awal

1. Pengetahuan: Kontrol infeksi terjadinya infeksi.

Indikador: 2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi

a. Menerangkan cara-cara penyebaran. selama kehamilan, dan epidemi

infeksi diruang perawatan.


b. Menerangkan faktor-faktor
Rasional: mengetahui adanya
yang berkontribusi dengan riwayat infeksi selama kehamilan.

penyebaran. 3 Ambil sampel darah.

c. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala. Rasional: untuk sampel pada

pemeriksaan laboratorium seperti


d. Menjelaskan aktivitas yang dapat
eritrosit, leukosit, diferensiasi, dan
meningkatkan resistensi terhadap
immunoglobulin.
infeksi.
4. Upayakan pencegahan infeksi
2. Status Nutrisi.
dari lingkungan. Misalnya : cuci

Indikator: tangan sebelum dan sesudah

memegang bayi.

a. Asupan nutrisi Rasional: untuk mencegah

berpindahnya mikroorganisme dari


b. Asupan makanan dan cairan
jari tangan ke tubuh bayi.

c. Energi

d. Masa tubuh

e. Berat badan
3. Penyembuhan luka: Primer

a. Kulit utuh

b. Berkurangnya drainase purulen

c. Eritema disekitar kulit berkurang

d. Edema disekitar kulit berkurang

e. Suhu kulit tidak meningkat

f. Luka tidak berbau

D. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

E. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari- hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

PERAWATAN BAYI BARU


LAHIR DENGAN BBLR
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 02-01-2016

Halaman : 1/3

UPT Santoso
PUSKESMAS SOP BERAT BAYI LAHIR NIP. 19621010 198501 1
HARAPAN RENDAH (BBLR) 003

1. Pengertian Kegiatan perawatan yang dilakukan oleh perawat/bidan terhadap


bayi baru lahir cukup bulan dengan berat badan lahir rendah
(2000-2500
gram) di Puskesmas
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam melakukan perawatan bayi dengan
berat badan lahir rendah..
- Bayi BBLR dapat dirawat dengan baik di Puskesmas dan ibu
dapat melakukan perawatan BBLR dengan metode kangguru
dirumah
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Harapan Nomor : 1678 /
PKM.T / TU-01/12.2015 Tentang Jenis Pelayanan Yang Ada di
Puskesmas Harapan
4. Referensi  Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, FKUI.
 Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedelapan, Tahun
2006
 Buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal, JNKKR-
POGI, Tahun 2008
5. Alat dan  Inkubator
Bahan  Kain pembungkus bayi
 Baju dan popok bayi
 Kain gendong
 Topi bayi
 Sarung tangan bayi
 Baju dewasa yang besar
 Buku laporan harian
 Kartu ibu
 Lembar Persetujuan Tindakan Medis
 Form pengawasan bayi
 Buku kontrol ibu dan bayi
6. Prosedur INSTRUKSI KERJA
1. Jelaskan tindakan yang akan diakukan
2. Cuci tangan secara medis sebelum melakukan tindakan
3. Gosok kedua telapak tangan agar lebih hangat
4. Tidurkan bayi terlentang
5. Keringkan bayi
6. Bungkus bayi dengan kain bersih dan kering
7. Atur kelembaban incubator 50 – 60%
8. Atur suhu incubator 34 °C untuk berat badan bayi 2000 –
2500 gr.
9. Masukkan bayi dalam incubator
10. Beri ASI sesering mungkin
11. Ganti pakaian bayi apabila terkena BAB / BAK
12. Atur suhu ruangan berkisar 27 °C – 29 °C
13. Periksa kondisi bayi dengan memperhatikan keadaan umum,
perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya
14. Bila kondisi bayi stabil, ajarkan ibu cara merawat bayi dengan
metode kangguru
15. Catatlah kondisi bayi dan tindakan yang dilakukan didalam
formulir format pengawasan bayi

7. Unit Terkait  Poli umum (Dokter Puskesmas)


 Dokter Spesialis Anak
 Unit gawat darurat (PONEK-RUANG PERINATOLOGI)

8. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


ISU TERKAIT BBLR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EVIDANCE
BASED PRACTICE (EBP) KEBIDANAN
“METODE PERAWATAN KANGGURU MOTHER CARE PADA BAYI
DENGAN BBLR”
Sumber:
https://www.academia.edu/41439536/Evidence_based_practice_KMC_Kangguru_M
other_care_

 BBLR mempunyai kebutuhan khusus diantaranya kebutuhan untuk


mempertahankan kehangatan suhu tubuh, karenanya sangat memerlukan
kehangatan agar dapat bertahan hidup. Perawatan Metode Kanguru merupakan
salah satu alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat
bayi berat lahir rendah. Hasil penelitian Worku & Kassie (2005), mengidentifikasi
adanya perbedaan mortalitas yang bermakna antara BBLR yang dirawat secara
konvensional dengan BBLR dengan KMC, yaitu 38% berbanding 22,5%. Hal ini
membuktikan bahwa Kangaro Mother Care aman untuk bayi.
 Pada metode perawatan kanguru (KMC), bayi prematur hanya dipakaikan popok
dan penutup kepala, kemudian dibaringkan di atas dada ibu atau ayah. Setelah itu,
bayi akan diselimuti lagi. Durasi sesi metode kanguru akan bervariasi pada tiap
bayi, yaitu sekitar 1-3 jam.
 Ada pun fungsi dari KMC adalah :
1. Meningkatkan suhu tubuh
Beberapa penelitian membuktikan, tubuh ibu mampu menyesuaikan suhu tubuh
yang dibutuhkan bayi. Saat bayi merasa kedinginan, maka suhu tubuh ibu akan
naik untuk menghangatkan bayi. Misalnya, jika bayi merasa dingin, tubuh ibu
bisa naik hingga dua derajat, kemudian turun satu derajat jika bayi terlalu panas.
Seorang ahli kandungan menyebutkan, fungsi tubuh alami ibu tersebut jauh
lebih bermanfaat dalam mengendalikan suhu tubuh bayi prematur.
2. Kenaikan berat badan yang lebih cepat
Sebuah studi menunjukkan, bayi prematur dengan perawatan metode kanguru
mengalami kenaikan berat badan lebih cepat. Dengan demikian, bayi bisa tidur
lebih nyenyak sehingga energinya pun bisa tersalurkan untuk memperbaiki
fungsi tubuh secara keseluruhan. Kenaikan berat badan yang lebih cepat pada
bayi prematur juga berarti waktu untuk pulang dari rumah sakit menjadi lebih
cepat.
3. Bayi tidur lebih nyenyak
Melalui perawatan metode kanguru, bayi prematur mengalami lebih sedikit
gangguan tidur dan lebih jarang terbangun tiba-tiba saat tidur. Manfaat metode
kanguru juga dapat meningkatkan waktu tidur yang nyenyak.
4. Sistem pernapasan dan jantung yang lebih sehat
Metode kanguru bisa diaplikasikan kepada bayi prematur yang mengalami
gangguan sistem pernapasan dalam membantunya pulih lebih cepat, termasuk
lepas dari alat bantuan pernapasan lebih dini. Penelitian juga menunjukkan,
detak jantung bayi prematur dengan metode kanguru lebih teratur dibandingkan
bayi prematur yang tidak menjalani metode ini.
5. Bayi lebih banyak menyusui
Sebuah penelitian menyatakan, bayi prematur dengan kontak kulit lebih dari 50
menit, cenderung lebih banyak menyusu secara spontan. Posisi metode kanguru
memudahkan bayi untuk dapat menyusu pada ibu, sekaligus memicu
pengeluaran ASI. Konsumsi ASI bagi bayi prematur sangat penting karena
dapat menurunkan risiko infeksi, gangguan pencernaan, dan masalah
pertumbuhan pada bayi prematur.
6. Daya tahan tubuh yang lebih baik
Umumnya daya tahan bayi prematur sangat rendah sehingga menjadikan
mereka rentan terkena infeksi, alergi, dan masalah imunitas lain. Seorang ahli
mengatakan, perawatan metode kanguru diketahui dapat menurunkan berbagai
risiko tersebut.
7. Lebih tahan terhadap rasa sakit
Saat bayi prematur merasakan detak jantung, pernapasan, dan kehangatan tubuh
ibu, maka tubuh bayi akan mengalami stimulasi pada berbagai bagian tubuh,
termasuk membentuk kemampuan untuk menoleransi rasa sakit. Metode
kanguru terbukti efektif mengurangi respons rasa sakit pada bayi prematur yang
terlahir pada usia kehamilan 28-36 minggu .
8. Menjalin Ikatan antara Ibu dan anak

Selain dari fungsi di atas terakhir fungsi yang utama adalah menjalin ikatan
antara ibu dan anak, sehingga anak merasa aman dan nyaman dan dapat
meningkatkan stimulus psikis bayi.

 Tata Cara Prosedur KMC :


1) Cuci tangan, keringkan dan gunakan gel hand scrub.
2) Ukur suhu bayi dengan termometer.
3) Pakaikan baju kanguru pada ibu.
4) Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru, menggunakan topi, popok dan kaus
kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu.
5) Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan
siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepala agak sedikit mendongak.
6) Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan di
antara payudara ibu, dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu.
7) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala
bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dan dengan posisi sedikit ekstensi.
Ujung pengikat berada tepat di bawah kuping bayi. Posisi kepala bayi yang
seperti itu bertujuan untuk menjaga saluran nafas tetap terbuka dan memberi
peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi bayi
merunduk ke depan, dan sangat tengadah. Pangkal paha bayi harus dalam
posisi fleksi dan ekstensi seperti dalam posoisi ”kodok”, tangan harus dalam
posisi fleksi.
8) Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak
tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut menutupi
dada si bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di
sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernafasan
perut. Nafas ibu akan merangsang bayi.
9) Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi.
Selanjutnya ibu bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa bayinya
dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to skin contact) seperti kanguru.

Daftar Pustaka

DEWI, L. A. (2018). Penerapan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (Bblr) Dengan Reflek Hisap Lemah Di Ruang Perinatologi ….
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2083/

Perwiraningtyas, P., Ariani, N. L., & Anggraini, C. Y. (2020). Analisis Faktor Resiko
Tingkat Berat Bayi Lahir Rendah. Jnc, 3(3), 212–220.

Anda mungkin juga menyukai