RESPIRATORY SYSTEM
ASFIKSIA
Frederik Simare-Mare
2153003
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
2. Epidemiologi
Di Indonesia, angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran
hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena
asfiksia (Marwiyah, 2016).
3. Klasifikasi
1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis.
2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai nayi dapat kembali
bernafas normal.
3) Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)
4. Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatum dapat terjadi karena:
a. Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama
anestesi, penyakit jantung sianosis gagal pernafasan, atau keracunan
karbonmonoksida
b. Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi, yang dapat merupakan
komplikasi anestesi spinal atau akibat kompresi vena cava dan aorta pada
uterus gravid
c. Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya
tetani uterus, yang disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebih-lebihan
d. Pemisahan plasenta prematur
e. Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau
pembentukan simpul pada tali pusat
f. Vasokonstriksi pembuluh darah oleh kokain
g. Insufisiensi plasenta karena berbagai sebab, termasuk toksemia dan pasca
maturitas
2. Faktor Bayi
a.Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b.Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ektraksi vakum, porsef).
c.Kelainan kongenital.
d.Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
b. Asfiksia sedang
1). Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2). Usaha napas lambat
3). Adanya pernapasan cuping hidung
4). Adanya retraksi sela iga
5). Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
6). Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun
tampak lemah
7). Bayi tampak sianosis
8). Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
c. Asfiksia berat
1). Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
2). Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
3). Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4). Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
5). Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6). Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
6. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari factor ibu, factor plasenta, factor janin
dan neonatus, serta factor persalinan. Apablia janin kekurangan O2 dan CO2
bertambah, maka timbulah rangsangan terhadap saraf vagus sehingga bunyi
jantung janin menjadi lambat. Namun jika berlangsung terus maka vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi, sehingga denjut jantung menjadi ireguler dan
menghilang.
Sehingga janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan ditemukan
banyak air ketuban dan meconium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
asfiksia. Apabila asfiksia berlanjut terus maka bayi dalam kondisi gawat, bayi
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan.
PATHWAY ASFIKSIA
ASFIKSIA
Asidosis respiratorik
Apneu Kerusakan otak
Resiko syndrome
kematian bayi Gangguan perfusi
ventilasi
Resiko cidera Kematian bayi
7. DJJ
Pemeriksaan
& TD menurunDiagnostik Proses keluarga
terhenti
a. Denyut jantung janin: Frekeunsi denyut jantung janin normal antara120 -
Gangguan Pertukaran
160 kali per menit. Bila frekuensi DJJ turun sampai
gasdi bawah 100 per menit
di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
Ketidakefektifan pola Janin tidak bereaksi
napas bahaya. terhadap rangsangan
8. Penatalaksanaan Medis
a. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering
dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia dengan
ketentuan sebagai berikut :
Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir
pada mulut baru pada hidung.
Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap
lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap
lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur,
lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi,
tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan
nafas dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir
lebih dalam secara hati-hati.
Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna
kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi
tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat
denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah
resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi
dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test
untuk baton dan sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang
hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi
tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari
tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua
kali dan periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau
tersedia oksigen guna udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama
ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan
secara adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi
atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan
penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir
(menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan
mencegah infeksi dan imunisasi)
Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30
detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan
ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn
lahir.
Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan
dengan ventilasi.
Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas
denyut jari tung dan warna kulit
Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit,
rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi
denyut jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan
ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga
bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada
keluarga.
9. Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
a. Edema dan perdarahan otak
b. Anuria atau oliguria
c. Kejang
d. Koma
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan ekspansi
yang kurang adekuat
2) Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif b/d obstruksi lendir
3) Resiko tinggi infeksi & cedera b/d anomaly kongenital
4) Hipertermi berhubungan dengan transisi lingkungan ekstra uterin
neonatus
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari- hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
SOP ASFIKSIA
PENANGANAN
Sumber: ASFIKSIA
Ikatan Bidan PADA BAYI BARU
Indonesia
LAHIR
N TGL. MULAI
YANG DIRUBAH ISI PERUBAHAN
O DIBERLAKUKAN
Tidak
Ya
VENTILASI
Ventilasi 2 X,amatigerakan dada bayi
Bila dada bayimengembang,lakukanventilasi 10 X dalam 30 detik
Penilaianapakahbayimenangis / bernafasspontan/ teratur?LDJ> 100 x/mnt?
Asuhanpascaresusitasi
Jaga agar bayitetaphangat
Lakukanpemantauan
Konseling
Pencatatan
Lanjutkanventilasi,hentikantiap 30 detik
PenilaianPenilaianapakahbayimenangis /
bernafasspontan/ teratur?LDJ> 100 x/mnt?
Rasa takut dan cemas berlebihan menjelang persalinan pada ibu hamil akan
berdampak buruk, sehingga dapat memicu terjadinya rangsangan kontraksi Rahim.
Kondisi tersebut juga dapat mengakibatkan tekanan darah yang meningkat
sehingga dapat menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir. Hipertensi menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang, sehingga menimbulkan asfiksia pada
bayi baru lahir.
Salah satu upaya untuk menanggulangi terjadinya asfiksia adalah dengan metode
nonfarmakologi, di antaranya ialah hypnobirthing.
Hypnobirthing sering juga disebut dengan hypnosis persalinan, yaitu latihan
penanaman sugesti pada alam bawah sadar ibu, untuk mendukung alam sadar yang
mengendalikan tindakan ibu dalam proses persalinan. Hypnobirthing adalah
metode relaksasi yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa
mengalami persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahwa melahirkan
itu nikmat. Hypnobirthing diberikan saat ibu memasuki proses kala I.
Hasil penelitian menunjukkan dengan adanya bimbingan hypnosis, mampu
memberikan keamanan dan kenyamanan pada ibu bersalin sehingga dapat
mengatur pernafasan secara sempurna yang akhirnya janin dapat kebutuhan
oksigen yang cukup.
Sehingga dikarenakan adanya kenyamanan yang dirasakan ketika ibu bersalin
menunjukkan penilaian awal pada bayi baru lahir yang sangat baik yaitu bayi
umumnya sangat kuat, tonus otot sangat kuat dan warna kulit kemerahan. Dari
indikator tersebut dapat dipahami bahwa sebagian besar bayi tidak mengalami
asfiksia.
Pada ibu hamil yang diberikan Hypnobirthing biasanya lebih sedikit permintaan
untuk obat-obatan, laporan lebih sedikit rasa sakit, dan bayi mereka menunjukkan
skala yang lebih tinggi pada penilaian awal bayi baru lahir. Bayi Hypnobirthing
cenderung lahir lebih normal dan tenang, dengan penilaian awal bayi baru lahir
baik, dan dilaporkan makan dan tidur bayi lebih baik dari pada bayi yang memiliki
kelahiran dengan bantuan medis
Saran : Diharapkan ibu mau melakukan hypnobirting pada saat kehamilan agar
ibu bersalin dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan ketika menghadapi
proses persalinan sehingga penilaian awal bayi baru lahir yang baik dan dapat
membantu menurunkan angka kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian terapi hypnobirthing terhadap kejadian
dan pada ibu bersalin yang diberikan hypnobirthing dari pada yang tidak diberikan
hypnobirthing.
Daftar Pustaka
Aminah, F. (2009). Kejadian Asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir. 3(1), 183–192.
Marwiyah, N. (2016). HUBUNGAN PENYAKIT KEHAMILAN DAN JENIS
PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD dr
DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG. NurseLine Journal, 1(2), 8.
Sari, A. A. N. (2017). Asuhan Keperawatan pada Klien Asfiksia Dengan Masalah
Ketidakefektifan Pola Nafas. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Caput
Succedaneum Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun, 4, 9–15.
Simanungkalit, H. M., & Purnawati, L. (2020). Hypnobirthing Terhadap penilaian awal bayi
baru lahir di praktik mandiri bidan “b” kota palangka raya. Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya, 11(1), 7–16.
Tugas Profesi Gerbong Pediatrik
Frederik Simare-Mare
2153003
2021
LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
2. Epidemiologi
BBLR berkontribusi sebesar 60-80% terhadap kematian nasional. Prevalensi
kejadian BBLR di dunia yaitu 20 juta (15,5%) setiap tahunnya, dan Negara
berkembang menjadi contributor terbesar yaitu sekitar 96,5%. Indonesia
menduduki peringkat ke-9 tertinggi di dunia, yaitu sebesar lebih dari 15,5% dari
kelahiran bayi setiap tahunnya (WHO, 2018) (Perwiraningtyas et al., 2020).
3. Klasifikasi
Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai
dengan masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga
jenis.
a. Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang
lama.
b. Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c.Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
4. Etiologi
a. Faktor Ibu :
1) Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia,
gravidarum,pendarahan antepartum,trauma fisik dan psikologis,infeksi
akut,serta kelainan kardiovaskuler
2) Usia ibu: angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun
3) Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1 tahun
4) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
5) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
6) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak
adekuat dan ibu yang perokok.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara lain :
kehamilan ganda,ketuban pecah dini,cacat bawaan,kelainan kromosom,infeksi
(missal : Rubella dan Sifilis) dan hidramnion/polihidramnion.
c. Faktor ekonomi
1) Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang rendah
2) Gizi yang kurang
d. Faktor lingkungan
1) Terkena Radiasi
2) Terpapar Zat beracun
5. Tanda dan Gejala
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar
kepala kurang dari 33cm.
Faktor ibu: Umur (20 th) Faktor placenta: Penyakit Faktor janin: Kelainan
Paritas, Ras, Infertilitas, vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, Malformasi, Retardas pertumbuhan
Riwayat kehamilan tak baik, TORCH, kehamilan intra uterini
Rahim abnormal,
Resiko infeksi
Resik
ketidakseimbangan o
Reflek menelan belum
sempurna
Ketidakefektifa pola
nafasn
8. Penatalaksanaan Medis
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi
(2016):
a. Pengaturan suhu
9. Komplikasi
a.Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium
(tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran
(menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi
pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada
laki-laki.
c.Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e.Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning.
e. Hidung
Kebersihan, kelainan
f. Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
g. Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
h. Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)
i. Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
j. Punggung
Ada/tidak kelainan
k. Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
l. Ekstremitas
Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan
m. Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
10. Pemeriksaan tumbuh kembang
1) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Kejadian-kejadian penting; pertama kali mengangkat kepala,
berguling, duduk sendiri, berdiri, berjalan, berbicara/kata-kata
bermakna atau kalimat, gangguan mental perilaku.
2) Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan
B. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektifnya pola pernafasan
2) Termoregulasi tubuh tidak efektif
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
keperawatan hasil
(NOC)
1 Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat
pasien).
klien.
tubuh tidak efektif. keperawatan selama 3x24 jam, termometer elektronik di ketiak
terjadinya dehidrasi.
tubuh bayi.
kurang dari keperawatan selama 3x24 jam gizi termasuk perawakan pendek,
berat badan.
4. Massa tubuh normal.
Rasional: Mengidentifikasikan
gizi).
individual
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh,
memegang bayi.
c. Energi
d. Masa tubuh
e. Berat badan
3. Penyembuhan luka: Primer
a. Kulit utuh
D. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari- hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Halaman : 1/3
UPT Santoso
PUSKESMAS SOP BERAT BAYI LAHIR NIP. 19621010 198501 1
HARAPAN RENDAH (BBLR) 003
Selain dari fungsi di atas terakhir fungsi yang utama adalah menjalin ikatan
antara ibu dan anak, sehingga anak merasa aman dan nyaman dan dapat
meningkatkan stimulus psikis bayi.
Daftar Pustaka
DEWI, L. A. (2018). Penerapan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (Bblr) Dengan Reflek Hisap Lemah Di Ruang Perinatologi ….
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2083/
Perwiraningtyas, P., Ariani, N. L., & Anggraini, C. Y. (2020). Analisis Faktor Resiko
Tingkat Berat Bayi Lahir Rendah. Jnc, 3(3), 212–220.