KELOMPOK 2:
ELSA MAYORI
FAUZI RAHMAN
GIFTAMIA
GUSTIKA PUTRI CANIA
NURHAYATI ASTRIYANI
PROGRAM NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah
keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu
menit setelah lahir (Mansjoer, 2009).
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial
dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung,
sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila
tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan
cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali
dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko
tinggi untuk cacat.
B. Tujuan
1. Mengetahui teori askep asfiksia
2. Mengetahui pengkajian tentang askep asfiksia
3. Mengetahui diagnosa dari askep asfiksia
4. Mengetahui intervensi dari askep asfiksia
5. Mengetahui implementasi dari askep asfiksia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)
Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia
(peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Asfiksia adalah bayi baru lahir yang yang mengalami gangguan tidak segera
bernafas dengan spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
dan persalinan ( Nanda Nic Noc , 2013).
B. JENIS ASFIKSIA
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
1. Asfiksia livida (biru)
2. Asfiksia pallida (putih)
Perbedaan asfiksia livida dan pallida ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida
Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah berkurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negatif Positif
Bunyi jantung Tidak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik
C. KLSIFIKASI ASFIKSIA
APGAR SCORE
Score 0 1 2
A : Appearance Biru, pucat Badan merah muda Seluruhnya merah
(warna kulit) Ekstremitas biru muda
P : Pulse Tidak ada Lambat (dibawah Diatas 100 x/mnt
(denyut nadi) 100 x/mnt)
G : Grimace
(refleks)
1. Respon Tidak ada respon Menyeringai Batuk atau bersin
terhadap
kateter dalam
lubang hidung
(dicoba setelah
orofaring
dibersihkan).
2. Tangensial Tidak ada respon Menyeringai Menangis dan
foot siap menarik kaki.
A : Activity Pincang Beberapa Fleksi dengan baik
(tonus otot) ekstremitas pincang
R : Respiration Tidak ada Tangisan lemah Tangisan kuat
(usaha bernafas) Hipoventilasi
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan
ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
F. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
G. PATHWAY KEPERAWATAN
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan Faktor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Bersihan jln
nafas tidak
Nafas cepat efektif
Kerusakan otak
Resiko
ketdkseimbangn Asidosis respiratorik
suhu tubuh
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan asfiksia :
1. Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan seluruhnya
dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang di bawah alat/ lampu pemanas
radiasi, atau pada tubuh Ibunya, bayi dan Ibu hendaknya diselimuti dengan baik,
namun harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada
tubuh bayi.
2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas, Breathing/
mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi, Circulation/ memperbaiki sirkulasi
tubuh, Drug/ memberikan obat)
A : Memastikan saluran nafas terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.
Menghisap mulut, hidung dan trakhea.
Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
B : Memulai pernafasan
Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan balon, mulut
ke mulut (hindari paparan infeksi)
C : Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
Kompresi dada
Pengobatan
D : Pemberian obat-obatan
Epineprin
Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap di bawah 80 x/mnt
walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik VTP adekuat dengan oksigen
100 % dan kompresi dada atau frekuensi jantung. Dosis 0,1 – 0,3 ml/kg untuk
larutan 1:10000. Cara pemberian dapat melalui intravena (IV) atau melalui pipa
endotrakheal.
Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi jantung
Volume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, Nacl, RL).
Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau diduga
adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemi. Dosis 10 ml/ kg.
Cara pemberian IV dengan kecepatan pemberian selama waktu 5-10 menit.
Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis metabolik.
Natrium Bikarbonat
Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama yang tidak memberikan
respon terhadap terapi lain. Diberikan apabila VTP sudah dilakukan.
Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph darah apabila
ventilasi adekuat, menimbulkan penambahan volume disebabkan oleh cairan
garam hipertonik.
Nalakson hidroklorid/ narcan
Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau riwayat pemberian narkotik pada
Ibu dalam 4 jam sebelum persalinan.
Efek : antagonis narkotik.
ASUHAN KEPERWATAN
PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA
A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
Berat badan : 2500-4000 gram
Panjang badan : 44-45 cm
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
Keamanan
Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal :
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata,
atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong)
dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
C. ANALISA DATA
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS hiperventilasi Pola nafas tidak efektif
DO :
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran b.d ketidakseimbangan perfusi jaringan.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d nutrisi kejaringan perifer menurun
4. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d nutrisi kejaringan cerebral menurun
E. INTERVENSI
no Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil intervensi
1 Pola nafas tidak efektif Airwayy management
Respiratory status : ventilation - Buka jalan
b.d hiperventilasi
Vital sign status nafas,
Kriteria hasil menggunakan
tekik chin lift
Mendemonstrasikan batuk - Atur osisi
efektif
pasien
Menunjukan jalan nafas yang - Pasang mayo
paten bila perlu
Tanda tanda vital dalam rentag - Lakukan
normal suction pad
mayo
I. Identitas
Nama : By. Ny. Y
Tanggal lahir : 17-12-2018
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama ayah/ibu : Tn. S / Ny. Y
Pekerjaan ayah/ibu : Petani / Petani
Pendidikan ayah/ibu : SD
Alamat : Cubadak lilin tigo balai matur
Agama : Islam
Suku : Minang
Tanggal Masuk : 17-12-2018 Jam : 16.57 wib
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
By. Ny. Y masuk ke ruang perinatologi RSAM dibawa oleh perawat dari ruang
operasi. NBBLC 3800gr 38-39 minggu. Bayi lahir tidak menangis, merintih
dan kebiruan.
b. Riwayat penyakit sekarang
NBBLC 3800gr 38-39 minggu dengan suspek Aspirasi mekonium lahir secara
SC a/i CPD+anak besar. Ketuban hijau kental dan bau,panjang badan 52 cm,
bayi lahir tidak menangis,merintis dan kebiruan.
c. Riwayat kehamilan sekarang
G7P6A0
Pemeriksaan antenatal : Puskesmas
PH : Lupa
Taksiran partus : Lupa
Penyakit selama hamil : tidak ada mengalami penyakit kronis
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : tidak aktif
- Berat badan : 3800 gr
- Frekuensi jantung : 145 x
- Frekuensi nafas : 66 x
- Panjang badan 52 cm
- Sianosis : ada
- Ikterus : tidak ada
- Suhu : 36,8
2. Kepala
- Ubun-ubun besar : 2,5x 2,5 cm
- Ubun-ubun kecil : 0,5x0,5 cm
- Jejas persalinan : tidak ada
3. Mata : Konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ekterik
4. Telinga : Tidak ada kelainan
5. Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
6. Mulut : Kebiruan
7. Thoraks
- Bentuk : Normochest, retraksi dinding dada ada
- Jantung :Ictus cordis tidak terlihat, Ictus cordis teraba
- Paru : Bronkoveskuler, ronki -/-, wheezing -/-
8. Abdomen
- Permukaan : Datar
- Kondisi : Lemas
- Hati : ¼ x ¼
- Limpa : So
- Tali pusat : Tidak segar
9. Genitalia : tidak ada kelainan
10. Ektremitas :
- atas : akral dingin CRT 2 detik
- bawah : akral dingin CRT 2 detik
11. Reflek neonatal :
- Moro : negatif
- Rooting : Negatif
- Lingkaran kepala : 36 cm
- Lingkaran dada : 34 cm
- Lingkaran perut : 32 cm
- Simpisis kaki : 18 cm
- Isap : Negatif
- Pegang : Negatif
- Panjang Lengan : 20 cm
- Panjang kaki : 20 cm
- Kepala simpisis : 32 cm
IV. Analisa data
Data Problem Etiologi
V. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secrer
2. Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan luar
3. Resiko infeksi b.d respon imun yang terganggu
DAFTAR PUSTAKA