Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

NEONATORUM
DI RUANG NICU RSUD SANJIWANI GIANYAR

Oleh:

PUTU LIAWAN
NIM. 239013088

Kelompok 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA


NEONATORUM
DI RUANG NICU RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 02-11 OKTOBER 2023

Clinical Instructure (CI) Mahasiswa

(Ns. Ni Made Suryati, S.Kep) (Putu Liawan)


NIP. 19820924 200501 2 009 NIM. 239013088

Clinical Teacher (CT)

(Ns. I Gusti Ayu Satya Laksmi S.Kep., M. Kep)


NIDN: 0802018701
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASFIKSIA
NEONATORUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatnya CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Jumiarni, Mulyati, & S., 2012). Asfiksia Neonatorum biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat
terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi dalam
menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru (Sudarti & Fauziah,
2013).
Berdasarkan beberapa literatur diatas definisi Asfiksia merupakan
kegagalan bayi baru lahir untuk melanjutkan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir biasanya disertai dengan keadaan hipoksia,
hiperkarbia, dan asidosis yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan
organ pernapasan dalam mengembangkan paru sehingga menurunkan O2
dan meningkatnya CO2.

2. Epidemilogi
Angka kejadian asfiksia pada masing-masing negara sangat
beragam. WHO melaporkan insidens asfiksia bervariasi antara 2-27 per
1000 kelahiran, tergantung pada lokasi, periode, dan kriteria definisi
asfiksia yang digunakan. Asfiksia dilaporkan terjadi pada 1-4 per 1000
kelahiran hidup di negara maju dan 4 - 9 per 1000 kelahiran hidup di negara
berkembang. Keadaan ini diperkirakan menyebabkan 21% kematian bayi,
terutama di negara berkembang (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2019).
3. Etiologi
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, dan persalinan
atau segera setelah lahir. Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi sebagai
berikut (Cahyanti, 2018):
a. Faktor Ibu
Terdapat gangguan pada aliran darah ke uterus sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran O2 ke plasenta dan janin. Sering dijumpai pada
gangguan kontraksi uterus misalnya pre-eklamsia dan hipertensi
eklamsi, perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta),
partus lama atau macet, demam selama persalinan, infeksi berat,
kehamilan postmatur, dan penyakit ibu.
b. Faktor Plasenta
Penurunan pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat menyebabkan
asfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, simpul tali pusat, dan prolapsus tali pusat.
c. Faktor Fetus
Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali
pusat melilit leher, meconium kental, prematuritas, dan persalinan
ganda.
d. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan
oleh pemakaian obat seperti anestesi atau analgetika yang berebihan
pada ibu yang secara langsung dapat menimbulkan depresi pada pusat
pernapasan janin. Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahului dengan
tanda gejala gawat janin antara lain bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distoria bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep/trauma dari luar),
kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan).
4. Patofisiologi
Pada proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara, proses ini perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat
pernafasan primary gasping yang kemudian berlanjut pernafasan teratur.
Sifat asfiksia ini tidak berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya. Kegagalan pernafasan mengakibatkan berkurangnya O2 dan
meningkatkannya CO2 diikuti oleh asidosis respiratorik. Apabila proses ini
berlanjut maka metablisme sel akan berlangsung yang berupa glikolisis
glikogen sehingga sumber utama glikogen pada jantung dan hati akan
berkurang dan akan menyebabkan asidosis metabolik (Wulandari, 2017).
Sehubungan dengan proses tersebut maka fase awal asfiksia ditandai
dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit (periode hiperapnue)
diikuti dengan apnea primer kira – kira satu menit dimana denyut jantung
dan tekanan darah menurun. Kemudian bayi akan memulai bernafas
(gasping) 10x/menit selama beberapa menit, gasping ini semakin melemah
sehingga akan timbul apneu sekunder. Pada keadaan ini tidak terlihat jelas
setelah dilakukannya pembersihan jalan nafas maka bayi akan bernafas dan
menangis kuat (Wulandari, 2017).
Pemakaian sumber glikogen untuk energi dalam waktu singkat dapat
menyebabkan hipoglikemi pada bayi, pada asfiksia berat dapat
menyebabkan kerusakan membran sel terutama susunan sel saraf pusat
sehingga mengakibatan gangguan elektrolit, hiperkalemi dan
pembengkakan sel. Kerusakan pada sel otak berlangsung setelah asfiksia
terjadi 8-10 menit. Manifestasi kerusakan sel otak setelah terjadi pada 24
jam pertama didapatkan gejala seperti kejang subtel, fokal klonik
manifestasi ini dapat muncul sampai hari ke tujuh maka perlu dilakukannya
pemeriksaan penunjang seperti USG kepala dan rekaman EEG (Wulandari,
2017).
5. Pathway

Pemakaian anestesi Persalinan lama, Perdarahan


atau analgetik yg partus macet, lilitan abnormal, plasenta
berlebihan tali pusat, tali pusat previadan solusio
menumbang plasenta

Penurunan Gangguan kontraksi


pasokan O2 uterus preeklamsia &
eklamsia

Persalinan dgn tindakan


Asfiksia sunsang, bayi kembar,
distoria bahu

Janin kekurangan O2 & CO2 Paru-paru terisi cairan

Nafas cepat Bersihan Jalan


Suplai O2 Suplai O2
Napas Tidak Efektif
keparu dlm darah
Apnea

Kerusakan Risiko Termoregulasi Tidak


DJJ dan TD otak Efektif

Pola Nafas Janin tdk bereaksi Risiko cidera Gangguan


Tidak Efektif terhadap rangsangan
metabolisme &
perubahan asam basa

Gangguan Gangguan perfusi Asidosis respiratorik


pertukaran gas ventilasi
6. Klasifikasi
Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 bagian, yaitu sebagai
berikut (Ayuningtias, 2019):
a. Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit
kebiru – biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif,
bunyi jantung regular, prognosis lebih baik.
b. Asfiksia Pallida yaitu asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat,
tonus otot kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irregular,
dan prognosis jelek.

Tabel 1.1 Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR Score


Umur Kehamilan.......minggu
Tanda 0 1 2 1 5 10 15 20
menit menit menit menit menit
Frekuensi >
Tidak Ada < 100x/Menit
Jantung 100x/Menit
Lambat, Menangis
Pernafasan Tidak Ada
Tidak Teratur Kuat
Ekstremitas Gerakan
Tonus Otot Lemas
Fleksi Sedikit Aktif
Refleks Gerakan
Tidak Ada Menangis
Rangsangan Sedikit
Tubuh
Tubuh &
Kemerahan,
Warna Kulit Biru/Pucat Ektremitas
Ekstremitas
Kemerahan
Biru
Total
Keterangan :
1) Nilai 0-3 : Asfiksia berat
2) Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
3) Nilai 7-10 : Normal
Sumber: (Fida & Maya, 2012).
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5
menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai
keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar). Asfiksia
neonatorum diklasifikasikan menjadi (Fida & Maya, 2012):
a. Bayi normal atau tidak asfiksia: Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.
b. Asfiksia Ringan (Vigorus Baby): Skor APGAR 7-8. Bayi dianggap
sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa, tidak memerlukan
pemberian oksigen dan tindakan resusitasi.
c. Asfiksia Sedang (Mild Moderate Asphyksia): Skor APGAR 4-6. Pada
Pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung >100x/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada dan
memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen sampai bayi
dapat bernafas normal.
d. Asfiksia Berat: Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara
aktif dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis,
maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg
berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan
lewat vena umbilikus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung <100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

7. Gejala Klinis
Menurut (Wulandari, 2017) manifestasi klinis dari asfiksia yaitu
sebagai berikut:
a. Pada Kehamilan
1) Jika DJJ normal dan mekonium: Janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ 160x/ menit ke atas dan ada mekonium: Janin sedang
asfiksia
3) Jika DJJ 100x/menit ke bawah ada mekonium: Janin dalam status
gawat
b. Pada Bayi Setelah Lahir
1) Bayi pucat dan kebiru-biruan
2) Usaha bernapas minimal atau tidak ada
3) Hipoksia
4) Asidosis metabolik dan respiratori
5) Perubahan fungsi jantung
6) Kegagalan sistem multiorgan

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada pasien asfiksia yaitu berupa pemeriksaan:
a. Analis Gas Darah (AGD)
b. Elektrolit Darah
c. Gula Darah
d. Baby gram (RO dada)
e. USG (Kepala)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir menurut (Sudarti & Fauziah, 2013),
yaitu:
a. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120-160 x/ menit. Selama his frekuensi
ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,
akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar
his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
b. Mekonium dalam air ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air
ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c. Pemeriksaan darah janin
Alat yang digunakan: amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-
tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum,
sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut
jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan
resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian
menurut APGAR.
d. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht):
kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%) dan serum elektrolit. Hasil analisis
gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat
jika: PaO2 < 50 mm H2o, PaCO2 > 55 mm H2.
e. Tes combs langsung pada daerah tali pusat
Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

9. Therapy
a. Penatalaksanaan asfiksia menurut (Surasmi, Handayani, & Kusuma,
2012) adalah:
1) Memberikan jalan napas dengan penghisapan lendir dan kassa steril.
2) Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik.
3) Apabila bayi tidak menangis, maka lakukan sebagai berikut:
a) Rangsangan taktil dengan cara menepuk – nepuk kaki,
mengelus-elus dada, perut dan punggung.
b) Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan
resusitasi mouth to mouth.
c) Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan
asfiksia dengan cara: membungkus bayi dengan kain hangat,
badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan
bayi dengan air dingin gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh bayi, kepala bayi ditutup dengan baik atau
menggenakan topi.
4) Apabila nilai APGAR pada menit ke 5 sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya: bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan
antromentri dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan
mengenakan tanda pengenal bayi.

b. Penatalaksanaan Resusitasi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi (Nule, 2018):
1) Memastikan saluran nafas terbuka:
a) Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c) Bila perlu masukan ET (endotracheal tube) untuk memastikan
pernapasan terbuka
2) Memulai pernapasan:
a) Lakukan rangsangan taktil
Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk telapak
kaki. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat,
mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3) Mempertahankan sirkulasi darah:
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi
dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
Penatalaksanaan resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan
khusus:
1) Tindakan Umum
a) Bersihkan jalan nafas: Kepala bayi diletakkan lebih rendah agar
lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan laringoskop untuk
membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih
dalam.
b) Rangsang refleks pernafasan: dilakukan setelah 20 detik bayi
tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua
telapak kaki menekan tanda achilles.
c) Mempertahankan suhu tubuh.
2) Tindakan Khusus
a) Asfiksia Berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan
tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal
lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat
hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas
natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan
dosis 2- 4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan
terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.
Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau
gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis
jalan nafas.
b) Asfiksia Sedang atau Ringan
Berikan stimulasi agar timbul reflek pernapasan, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi
aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter
O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam
posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan
membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu
keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan
mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak
dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan
positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau
dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke
mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2,
ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan
berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau
perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.

c. Discharge Planning
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan,
persalinan, dan beberapa saat setelah persalinan. Adapun beberapa
pencegahan berupa (Nurarif & Kusuma, 2015):
1) Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4x kunjungan.
2) Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap pada kehamilan yang diduga beresiko bayinya lahir dengan
asfiksia neonatorum.
3) Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada
usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
4) Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan
deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan
dengan kardiografi.
5) Meningkatkan keterampilan tenaga obstetric dalam penanganan
asfiksia neonatorum di masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6) Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan dan
penanganan persalinan.
7) Melakukan perawatan neonatal esensial yang terdiri dari:
a) Persalinan yang bersih dan aman
b) Stabilisasi suhu
c) Inisiasi pernapasan spontan
d) Inisiasi menyusu dini
e) Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi
8) Setelah persalinan ajarkan pada pasien dan keluarga dalam:
a) Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif
b) Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu
tubuh
c) Mencegah cidera atau komplikasi
d) Meningkatkan kedekatan orang tua dan bayi
e) Beri asupan cukup ASI sesering mungkin setelah keadaan
memungkinkan

10. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatorum antara lain
(Wulandari, 2017):
a. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonates, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan terganggu sehingga darah yang seharusnya dialirkan ke
ginjal menurun. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengeluaran
urine menjadi sedikit.
c. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2008) dalam (Cahyanti, 2018) pengkajian yang
dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:
a. Identitas
Nama bayi, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa
dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum.
b. Keluhan Utama
Sesak napas dikarenakan kesulitan akibat bersihan jalan napas atau
hipoksia janin akibat otot pernapasan kurang optimal.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kaji riwayat prenatal, natal, neonatal, postnatal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit
lainnya.
e. Kebutuhan Dasar
1) Pola nutrisi
Pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral
karena organ tubuh terutama lambung yang belum sempurna, selain
itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni.
2) Pola eliminasi
Mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
perncernaan yang belum sempurna pada bayi.
3) Kebersihan diri
Perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan terutama saat
BAB dan BAK.
4) Pola tidur
Biasanya terganggu karena bayi mengalami sesak napas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Kepala dan Rambut
Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau cairan
dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka),
molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan kepala.
Ukur lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai frontal.
2) Mata
Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau pus.
Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf
mata kepala.
3) Hidung & Mulut
Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap, dinilai saat bayi
menyusui.
4) Telinga
Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
5) Dada
Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan dinding
dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
6) Abdomen
Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
7) Punggung
Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek di
punggung dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi,
bayi akan mengikuti gerakan dari goresan jari kita.
8) Genetalia
Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam skrotum.
Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah vagina
berlubang dan uretra berlubang.
9) Leher
Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
10) Ekstremitas
Hitung jumlah jari tangan bayi.
11) Integumen
Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir. Lembut, fleksibel,
pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau
kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor
(misal: kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan
tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak
portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau
pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal)
12) Sirkulasi
a) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
b) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta
III/IV.
c) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.
d) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
13) Neurosensori
a) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama
30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama
reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang)
14) Pernafasan
a) Skor APGAR: 1 menit....5 menit skor optimal harus antara 7-
10.
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak: kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya baik berlangsung
actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
a. D.0001. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
b. D.0003. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
c. D.0005. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan
d. D.0136. Risiko cedera b.d terpapar zat kimia toksik
e. D.0148. Risiko termoregulasi tidak efektif b.d kebutuhan oksigen
meningkat
3. Rencana Tindakan
Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh
perawat berdasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 D.0001. Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas
nafas tidak efektif b.d keperawatan selama …x24 (I.01011)
spasme jalan nafas jam maka bersihan jalan
Observasi
nafas (L.01001) membaik
dengan kriteria hasil:  Monitor pola nafas
1. Dispnea menurun (5) (frekuensi,
2. Mekonium menurun (5) kedalaman, usaha
3. Mengi menurun(5) nafas)
4. Wheezing menurun (5)
 Monitor bunyi nafas
5. Frekuensi nafas
membaik (5) tambahan
 Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen,jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 D.0003. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
pertukaran gas b.d keperawatan selama …x24 (I.01014)
ketidakseimbangan jam maka pertukaran gas Observasi
ventilasi-perfusi (L.01003) membaik dengan  Monitor frekuensi,
kriteria hasil: irama, kedalaman dan
1. Dispnea menurun (5) upaya nafas
2. Pernapasan cuping  Monitor polanafas
hidung menurun (5)  Monitor adanyasumbatan
3. Bunyi nafas menurun (5) jalan nafas
 Auskultasi bunyi nafas
4. Frekuensi nafasmembaik Terapeutik
(5)  Atur interval pemantauan
5. PCO2 membaik (5) respirasi sesuai kondisi
6. Takikardia membaik pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
3 D.0005. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif b.d depresi pusat intervensi keperawatan
(I.01011)
pernafasan selama …x24 jam maka
pola nafas (L.01004) Observasi
membaik dengan kriteria  Monitor pola nafas
hasil:
(frekuensi,
1. Dispnea menurun (5)
2. Penggunaan otot bantu kedalaman, usaha
nafas menurun (5) nafas)
3. Pernapasan cuping  Monitor bunyi nafas
hidung menurun (5) tambahan
4. Frekuensi napas  Monitor sputum
membaik (5) (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen,jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
4 D.0136. Risiko cedera b.d Setelah dilakukan intervensi Edukasi pegurangan risiko
terpapar zat kimia toksik keperawatan selama …x24 (I.12416)
jam maka tingkat cedera Observasi
(L.14136) menurun dengan  Identifikasi kesiapan
kriteria hasil: dan kemampuan
1. Toleransi aktivitas menerima informasi
meningkat (5) Terapeutik
 Berikan pendidikan
2. Nafsu makan meningkat kesehatan sebelum
(5) melakuakn prosedur
3. Toleransi makan  Sediakan materi dan
meningkat (5) media pendidikan
4. Kejadian cedera kesehatan
menurun (5)  Jadwalkan pendidikan
5. Luka/lecet menurun (5) kesehatan sesui
6. Ketegangan otot kesepakatan
menurun (5)  Berikan kesempatan
7. Fraktur menurun (5) untuk bertanya
8. Perdarahan menurun (5) Edukasi
9. Ekspresi wajah  Anjurkan
kesakitan menurun (5) memperhatikan akurasi
10. Agitasi menurun (5) dosis dan waktu
11. Iritabilitas menurun (5) pemberian obat
12. Gangguan mobilitas  Anjurkan memeriksa
menurun (5) tanggal kadaluarsa obat
13. Gangguan kognitif  Anjurkan menggunakan
menurun (5) alat pelindung diri
14. Tekanan darah membaik (APD) dengan benar
(5)
 Ajarkan cara
15. Frekuensi napas
menyimpan obat
membaik (5) dengan tepat
16. Frekuensi nadi membaik
 Ajarkan cara
(5)
melakukan kebersihan
17. Denyut jantung apikal
tangan
membaik (5)
 Ajarkan cara
18. Denyut jantung radialis
pencegahan infeksi
membaik (5)
nosocomial
19. Pola istirahat/tidur
 Ajarkan pencegahan
membaik (5)
setelah melalui
implementasi sistem
keselamatan pasien
5 D.0148. Risiko Setelah dilakukan intervensi Edukasi termogulasi
termoregulasi tidak efektif keperawatan selama …x24 (I.12457)
b.d kebutuhan oksigen jam maka termoregulasi Observasi
meningkat neonatus (L.14135) membaik  Identifikasi kesiapan
dengan kriteria hasil: dan kemampuan
1. Menggigil menurun (5) menerima informasi
2. Akrosianosis menurun Terapiutik
(5)  Sediakan materi dan
3. Piloereksi menurun (5) media pendidikan
4. Konsumsi oksigen kesehatan
menurun (5)  Jadwalkan pendidikan
5. Kutis memorata kesehatan sesuai
menurun (5) kesepakatan
 Berikan kesempatan
6. Dasar kuku sianotik untuk bertanya
menurun (5) Edukasi
7. Suhu tubuh membaik (5)  Ajarkan kompres
8. Suhu kulit membaik (5) hangat jika demam
9. Frekuensi nadi membaik  Ajarkan cara mengukur
(5) suhu
10. Kadar glukosa tubuh  Anjurkan menggunakan
membaik (5) pakaian yang dapat
11. Pengisian kapiler menyerap keringat
membaik (5)  Anjurkan tetap
12. Ventilasi membaik (5) memandikan pasien,
jika memungkinkan
 Anjurkan pemberian
antipiretik, sesuai
indikasi
 Anjurkan menciptakan
lingkungan yang
nyaman
 Anjurkan banyak
minum
 Anjurkan penggunaan
pakaian yang longgar
 Anjurkan minum
analgesic jika merasa
pusing, sesuai indikasi
 Anjurkan melakukan
pemeriksaan darah jika
demam >3 hari
Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

4. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun maka untuk
selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam
pelakasaan implementasi maka perawat dapat melakukan obesrvasi atau
dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan
di lakukan. Dalam buku konsep dasar keperawatan menurut (Asmadi,
2018), Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir yang ada di dalam proses
keperawatan dimana tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak. Untuk
mengatasi suatu masalah dari klien pada tahap evaluasi ini perawat dapat
mengetahui seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah tercapai yang telah dilakukan oleh perawat (Ilmi,
Saraswati, & Hartono, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2018). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.


Ayuningtias, R. W. (2019). Hubungan Paritas dan Umur Kehamilan Dengan
Kejadian Asikfia Neonatorum Di RSUD Sleman Tahun 2019.
Cahyanti, Y. D. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Asfiksia Neonatorum
Dengan Ketidakefetifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Perinatologi
Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan.
Fida, & Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D Medika.
Ilmi, M. N., Saraswati, R., & Hartono, H. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan.
331-339.
Jumiarni, D., Mulyati, S., & S., N. (2012). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta:
EGC.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/214/2019 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Asfiksia.
Nule, M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. E. N Dengan Asfiksia
Sedang Di Ruangan Nicu Rsud. Prof Dr. W. Z Johanes Kupang.
Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta: Mediaction.
Sudarti, & Fauziah, A. (2013). Asuhan Neonatus: Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N. (2012). Perawatan Bayi Resiko
Tinggi. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Wulandari, D. A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Asfiksia Neonatorum
Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang
Perinatologirumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan.
ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASFIKSIA BERAT PADA BY. A DI
RUANG NICU RSUD SANJIWANI

Nama mahasiswa : Putu Liawan


NIM : 239013088
Tempat Praktek : Ruang NICU RSUD Sanjiwani Gianyar
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2023
Tanggal praktek : 2 Oktober 2023

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. A
Tempat/tgl lahir : Gianyar, 31 Juli 2023
Umur : 2 Bulan 2 Hari
No register : 742968
Diagnose medis : BBLASR, Asfiksia Berat
Nama ibu : Ny. A
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Pendidikan Ibu : SMK
Alamat/No Telp : Br. Delod Pangkung, Sukawati/087817957630
Agama : Hindu

II. KELUHAN UTAMA


Saat MRS:
Pasien lahir dengan usia kehamilan 28 Minggu secara spontan dengan kondisi
merintih, kebiruan dan retraksi pada dada.
Saat Pengkajian:
S: -
O: Hasil observasi dari perawat di ruangan didapatkan pasien tampak sesak
(membaik dengan CPAP)

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Prenatal
 Jumlah kunjungan/ANC : 3 kali
 Tempat : Bidan Puskesmas di Desa
 Penkes yang diperoleh : Vitamin
 HPHT : Tidak Terkaji
 Kenaikan BB selama hamil : 68 kg
 Komplikasi kehamilan : Tidak ada
 Komplikasi obat : Tidak ada
 Obat-obatan yg didapat : Vitamin penambah darah, vitamin
pembentukan sel otak, kalsium
 Riwayat hospitalisasi : Tidak pernah
 Golongan darah ibu :B
 Pemeriksaan kehamilan (maternal screening)
( ) Rubella (  ) Hepatitis ( ) CMV
( ) GO ( ) Herpes (  ) HIV
Lainnya:

B. Natal
 Awal persalinan :-
 Lama persalinan : 30 menit
 Saat persalinan : Mature
 Komplikasi persalinan : Tidak ada
 Terapi yang diberikan : Injeksi oksitosin
 Cara melahirkan :
(  ) pervaginam normal ( ) SC
( ) vakum ekstasion ( ) Lainnya:
 Tempat melahirkan:
(  ) Rumah Sakit ( ) Rumah bersalin
( ) Rumah ( ) Lainnya:
 Penolong persalinan:
Dokter dan Bidan
C. Post Natal
 Usaha nafas
(  ) Dengan bantuan ( ) Tanpa bantuan
 Kebutuhan resusitasi
Jenis dan lamanya : CPAP Fio2 40% PEEP: 7
APGAR Skor : 0-3 (Asfiksia Berat)
 Bayi langsung menangis: Ya
 Tangisan bayi : Kuat
 Obat-obatan yang diberikan pada neonatus : D5% 3cc/jam, Cefotaxime
2x50mg
 Interaksi orangtua dan bayi
 Trauma lahir : ( ) ada (  ) tidak
 Narcosis : ( ) ada (  ) tidak
 Keluarnya urine/BAB : (  ) ada ( ) tidak
IV. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

Keterangan Gambar:

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Hubungan Dekat

Tinggal Serumah

V. RIWAYAT SOSIAL
A. Sistem pendukung/keluarga terdekat yang dapat dihubungi:
Ibu pasien mengatakan semua keluarga dapat dihubungi, terkadang kakek
dan nenek maupun keluarga sering berkunjung ke RS. Saat ini hanya ibu
dan ayah pasien saja yang menjaga pasien.

B. Hubungan orang tua dengan bayi


Menyentuh : Ibu [  ] Bapak [  ]
Memeluk : Ibu [ ] Bapak [ ]
Berbicara : Ibu [ ] Bapak [ ]
Berkunjung : Ibu [  ] Bapak [  ]
Kontak mata : Ibu [  ] Bapak [  ]
C. Anak yang lain
Anak ke- Jenis kelamin Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
Hamil ini Perempuan - -

D. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan lingkungan sekitar dengan tetangga ramah. Di
rumah Ny. A tinggal bersama suami serta mertuanya.

E. Problem sosial yang penting


( ) Kurangnya system pendukung social
( ) Perbedaan bahasa
( ) Riwayat penyalahgunaan zat adiftif (obat-obatan)
(  ) Lingkungan rumah yang memadai
(  ) Keuangan , penghasilan/bulan : Rp. 1.500.000
( ) lain-lain, sebutkan

VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


A. Diagnose medis : BBLASR, Asfiksia Berat

B. Tindakan operasi : Tidak ada

C. Status nutrisi dan cairan


Sebelum sakit : Tidak terkaji
Selama sakit : Pasien mendapat intake ASI kurang lebih 13 cc/2
jam melalui OGT

D. Obat-obatan

Nama obat Dosis Rute Indikasi


Mempertahankan
patensi dan mencegah
O2 NC 0.8 lpm Nasal
kolaps saluran napas
atau airway
Membantu
memelihara
Interlac 1x5 tts drip Oral
kessehatan
pencernaan
Mencegah mengi dan
Thiopyline 2x6 mg Oral
sesak nafas
E. Aktivitas
Sebelum sakit : Tidak terkaji
Selama sakit : Pasien tampak banyak tidur, pasien menangis ketika
merasa lapar

F. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan


- Monitor KU, TTV
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Monitor inkubator
- Laksanakan tata laksana pencegahan risiko jatuh
- Melaksanakan dokumentasi keperawatan
- Melaksanakan kolaborasi dokter

G. Hasil laboratorium

NAMA TEST HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

AGD
HCO3 21.5 mmol/L 22 - 28
PCO2 55.3 mmHg 35 - 45
tCO2 23 mmol/L 22 - 29
PH 7.196 mmHg 7.35 - 7.45
PO2 81 MmHg 75 - 100
BE -7 mmol/L -2 - +2
AaDO2 64 mmHg 0.0 - 24
SaO2 93 % 94 - 100
ANALISA GAS DARAH :
HEMATOLOGI
Eos% 0.3 % 0.0 - 8.0
Mon# 1.22 10^3/uL 0.12 - 1.20
Lym# 1.69 10^3/uL 1.20 - 5.80
Hematokrit (HCT) 41.8 % 35.0 - 49.0
Trombosit (PLT) 386 10^3/uL 150 - 450
MCH 29.2 pg 27.0 - 34.0
MPV 10.6 fL 6.5 - 12.0
Lekosit (WBC) 9.19 10^3/uL 4.00 - 12.00
Hemoglobin (HGB) 13.9 g/dL 11.0 - 16.0
PDW 17.4 fL 9.0 - 17.0
Neu% 66.0 % 25.0 - 70.0
RDW-CV 17.6 % 11.0 - 16.0
Eritrosit (RBC) 4.75 10^6/uL 3.50 - 5.50
Mon% 13.3 % 0.0 - 9.0
MCHC 33.1 g/dL 32.0 - 36.0
DARAH LENGKAP :
Bas% 2.0 % 0.0 - 3.0
Eos# 0.02 10^3/uL 0.00 - 0.50
RDW-SD 63.9 fL 35.0 - 56.0
Neu# 6.07 10^3/uL 1.80 - 8.00
Lym% 18.4 % 20.0 - 65.0
MCV 88.0 fL 80.0 - 100.0
Bas# 0.19 10^3/uL 0.00 - 0.20
PCT 0.409 % 0.108 - 0.282
Neu# 6.11 10^3/uL 1.80 - 8.00
Hemoglobin (HGB) 13.1 g/dL 11.0 - 16.0
Mon% 10.5 % 0.0 - 9.0
MPV 10.7 fL 6.5 - 12.0
MCH 29.4 pg 27.0 - 34.0
Trombosit (PLT) 289 10^3/uL 150 - 450
Lekosit (WBC) 10.80 10^3/uL 4.00 - 12.00
MCV 87.9 fL 80.0 - 100.0
PCT 0.310 % 0.108 - 0.282
Eritrosit (RBC) 4.48 10^6/uL 3.50 - 5.50
DARAH LENGKAP :
RDW-SD 67.7 fL 35.0 - 56.0
PDW 17.2 fL 9.0 - 17.0
Bas# 0.43 10^3/uL 0.00 - 0.20
Mon# 1.14 10^3/uL 0.12 - 1.20
Lym# 3.07 10^3/uL 1.20 - 5.80
Lym% 28.4 % 20.0 - 65.0
Eos# 0.05 10^3/uL 0.00 - 0.50
Bas% 4.0 % 0.0 - 3.0
Eos% 0.5 % 0.0 - 8.0
Neu% 56.6 % 25.0 - 70.0
RDW-CV 18.2 % 11.0 - 16.0
MCHC 33.4 g/dL 32.0 - 36.0
Hematokrit (HCT) 39.3 % 35.0 - 49.0
Eos% 0.2 % 0.0 - 8.0
PCT 0.654 % 0.108 - 0.282
MCHC 35.4 g/dL 32.0 - 36.0
Lekosit (WBC) 26.27 10^3/uL 4.00 - 12.00
RDW-SD 62.3 fL 35.0 - 56.0
MCH 33.1 pg 27.0 - 34.0
MCV 93.6 fL 80.0 - 100.0
Lym# 3.67 10^3/uL 1.20 - 5.80
Eritrosit (RBC) 2.48 10^6/uL 3.50 - 5.50
Bas% 0.0 % 0.0 - 3.0
Bas# 0.00 10^3/uL 0.00 - 0.20
Eos# 0.05 10^3/uL 0.00 - 0.50
Trombosit (PLT) 650 10^3/uL 150 - 450
DARAH LENGKAP :
RDW-CV 17.6 % 11.0 - 16.0
Mon% 13.8 % 0.0 - 9.0
PDW 17.1 fL 9.0 - 17.0
Hematokrit (HCT) 23.2 % 35.0 - 49.0
Lym% 14.0 % 20.0 - 65.0
Mon# 3.65 10^3/uL 0.12 - 1.20
MPV 10.1 fL 6.5 - 12.0
Hemoglobin (HGB) 8.2 g/dL 11.0 - 16.0
Neu# 18.90 10^3/uL 1.80 - 8.00
Neu% 72.0 % 25.0 - 70.0
- Netrofil Stab %
- Netrofil Segmen %
- Mielosit %
- Promielosit %

- Metamielosit %
Immature To Total Ratio
IT RATIO

Bas# 0.00 10^3/uL 0.00 - 0.20


Hematokrit (HCT) 46.7 % 37.0 - 54.0
MPV 10.0 fL 7.0 - 11.0
RDW-SD 66.6 fL 36.0 - 56.0
MCH 35.3 pg 27.0 - 31.0
Bas% 0.0 % 0.0 - 4.0
Neu# 20.35 10^3/uL 2.00 - 15.00
RDW-CV 17.7 % 11.0 - 14.5
Lym# 4.57 10^3/uL 0.80 - 11.00
Lym% 16.1 % 20.0 - 55.0
PDW 17.2 fL 9.0 - 17.0
Eos# 0.05 10^3/uL 0.00 - 0.10
MCHC 33.4 g/dL 32.0 - 36.0
Eos% 0.2 % 0.0 - 3.0
MCV 105.8 fL 80.0 - 95.0
PCT 0.409 % 0.108 - 0.282
Mon% 12.0 % 3.0 - 16.0
Eritrosit (RBC) 4.42 10^6/uL 3.50 - 7.00
DARAH LENGKAP :

Hemoglobin (HGB) 15.6 g/dL 11.0 - 16.0


Lekosit (WBC) 28.39 10^3/uL 4.00 - 20.00
Neu% 71.7 % 45.0 - 75.0
Trombosit (PLT) 410 10^3/uL 150 - 450
Mon# 3.42 10^3/uL 0.40 - 3.60
Trombosit (PLT) 365 10^3/uL 150 - 450
Bas# 0.01 10^3/uL 0.00 - 0.20
RDW-CV 15.6 % 11.0 - 14.5
Lym# 5.06 10^3/uL 0.80 - 11.00
Eos% 0.3 % 0.0 - 3.0
PDW 17.8 fL 9.0 - 17.0
Hemoglobin (HGB) 16.8 g/dL 11.0 - 16.0
Hematokrit (HCT) 51.3 % 37.0 - 54.0
Neu# 12.91 10^3/uL 2.00 - 15.00
RDW-SD 64.2 fL 36.0 - 56.0
Lekosit (WBC) 23.05 10^3/uL 4.00 - 20.00
Bas% 0.0 % 0.0 - 4.0
Mon# 5.00 10^3/uL 0.40 - 3.60
Neu% 56.0 % 45.0 - 75.0
Mon% 21.7 % 3.0 - 16.0
Eritrosit (RBC) 4.52 10^6/uL 3.50 - 7.00
MPV 10.0 fL 7.0 - 11.0
PCT 0.367 % 0.108 - 0.282
Eos# 0.07 10^3/uL 0.00 - 0.10
MCHC 32.9 g/dL 32.0 - 36.0
MCH 37.3 pg 27.0 - 31.0
DARAH LENGKAP :

MCV 113.4 fL 80.0 - 95.0


Lym% 22.0 % 20.0 - 55.0
KIMIA KLINIK
Protein Total 4.14 g/dl 6.6 - 8.8
Globulin 1.4 g/dL 2.3 - 3.2
Albumin 2.81 g/dL 3.5 - 5.2
Bilirubin Indirek 10.20 mg/dl 0.0 - 0.75
Bilirubin Direk 0.45 mg/dL < 0.2
Bilirubin Total 10.65 mg/dL 0.1 - 1.2
MIKROBIOLOGI
Kultur Sens. Test Darah

H. Pemeriksaan penunjang
Tidak Terkaji

I. Lain-lain
Tidak Terkaji

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum
1. Kesadaran: Lemah

2. Tanda-tanda vital:
S : 35.7 ℃
SpO2 : 100% on venti
N : 134 x/menit
RR : 59 x/menit

3. Antropometri
Saat lahir Saat ini
1. Berat badan 990 gram -
2. Panjang badan 35 cm -
3. Lingkar kepala 24 cm -
4. Lingkar dada - -
5. Lingkar lengan atas - -
6. Lingkar perut - -

4. Reflex
(  ) Moro (  ) Menggenggam (  ) Menghisap
( ) lain-lain, sebutkan
 Sucking (menghisap) : lemah
 Palmar grasping (menggenggam) : lemah
 Tonic neck (leher) : ada
 Rooting (mencari) : tidak ada
 Moro (kejut) : ada
 Babinsky : ada
 Gallant (punggung) : ada
 Swallowing (menelan) : tidak ada

5. Tonus/aktivitas
a. ( ) Aktif ( ) Tenang
(  ) Letargi ( ) Kejang
b. ( ) Menangis keras (  ) Lemah
( ) Melengking ( ) Sulit mengangis

6. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
( ) Lunak (  ) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung

b. Sutura sagitalis
(  ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh

c. Gambaran wajah
(  ) Simetris ( ) Asimetris
Terpasang OGT
Terpasang NC

7. Mata
(  ) Bersih ( ) Sekresi
8. THT
a. Telinga
(  ) Normal ( ) Abnormal

b. Hidung
( ) Bilateral ( ) Obstruksi (  ) Cuping hidung

c. Palatum
(  ) Normal ( ) Abnormal

9. Thoraks
a. (  ) Simetris ( ) Asimetris

b. Retraksi : ( ) Derajat I (  ) Derajat II ( ) Derajat III

c. Klavikula : (  ) Normal ( ) Abnormal

10. Paru-paru
a. Suara nafas
(  ) sama kanan-kiri ( ) tidak sama kanan-kiri ( ) Bersih
( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekret

b. Bunyi nafas
(  ) Terdengar di semua lapang paru ( ) Tidak terddengar
( ) Menurun

c. Respirasi
( ) Spontan, jumlah :-
( ) Sungkup/Boxhead, jumlah : -
(  ) Ventilasi assisted CPAP

11. Jantung
a. (  ) Bunyi normal sinus rhytm (NSR), jumlah : 134x/menit
( ) Murmur ( ) lain-lain, sebutkan

b. Waktu pengisian kapiler : Batang tubuh: < 3 detik


Ekstremitas < 3 detik

c. Nadi perifer
Kuat Lemah Tidak ada
Brachial kanan 
Brachial kiri 
Femoral kanan 
Femoral kiri 

12. Abdomen
a. ( ) Lunak (  ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung

b. Liver
(  ) kurang dari 2 cm ( ) lebih dari 2 cm

c. Umbilicus
(  ) Normal ( ) Abnormal
( ) Inflamasi ( ) Drainase

13. Ekstremitas
a. ( ) semua ekstremitas gerak (  ) ROM terbatas
( ) tidak dapat dikaji
b. Ekstremitas atas dan bawah: (  ) Simetris ( ) Asimetris

14. Genital
(  ) Perempuan normal ( ) laki-laki normal ( ) Ambivalen

15. Anus
(  ) Paten ( ) Imperforata

16. Spina
(  ) Normal ( ) Abnormal

17. Kulit
a. Warna
( ) Pink (  ) Pucat ( ) Jaundice

b. ( ) Rash/kemerahan

c. (  ) Tanda lahir

18. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu (  ) Inkubator
( ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka

b. Suhu kulit : 35,9 ℃

VIII. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS


( ) Babinsky (  ) Chaddock (  ) Oppenheim
(  ) Gordon (  ) Schaeffer (  ) Hoffman
(  ) Tromner

IX. INFORMASI LAIN


Tidak terkaji

X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Pasien lahir dengan usia kehamilan 28 Minggu secara spontan dengan kondisi
merintih, kebiruan dan retraksi pada dada

XI. ANALISA DATA


DATA PENYEBAB MASALAH
DS: - Janin kekurangan O2 dan Pola nafas tidak
DO: CO2 efektif b.d hambatan
- Ekstremintas tampak upaya napas
pucat Nafas cepat
- Menangis lemah
- N: 134x/menit
- RR: 59x/menit Apnea
- Tampak cuping hidung
- S : 35,7℃ DJJ dan TD
- SPO2 : 100% on venti
- APGAR Skor : 0-3 Pola Nafas Tidak Efektif
- Terpasang CPAP 1 lpm
- Terlihat retraksi dada
- Terpasang CPAP
FIO2 : 80%

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

XIII. RENCANA KEPERAWATAN


Diagnosa Nama/
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan TTD
1 Pola nafas Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas
tidak efektif intervensi keperawatan (frekuensi,
b.d selama 3x24 jam maka kedalaman, usaha
hambatan pola nafas membaik napas)
upaya napas dengan kriteria hasil : 2. Observasi saturasi
5. Dispnea menurun (5)
oksigen
6. Penggunaan otot
bantu nafas menurun 3. Berikan oksigen,
(5) jika perlu
7. Pernapasan cuping 4. Edukasi reposisi
hidung menurun (5) kepala bayi
8. Frekuensi nafas ditinggikan
membaik (5) 5. Kolaborasi
pemberian terapi O2 Liawan
XIV. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Implementasi
No. Nama/
No Tanggal/ Respon
DX TTD
Jam
1 Senin/

02-10-2023 Memonitor frekuensi,irama, DS : -


11.00 WITA kedalaman dan upaya nafas DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 59x/menit
- SPO2 : 100%
- Flow 1 lpm
- Pasien terlihat bernapas
cepat
16.00 WITA Memonitor pola nafas DS : -
DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 36x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien tampak bernapas
1 cepat
Liawan

16.00 WITA Mengatur interval DS : -


pemantauan respirasi sesuai DO :
kondisi pasien - Pantau pola nafas dalam
interval 40-60x/menit

21.00 WITA Mendokumentasikanhasil DS : -


pemantauan DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 65x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien bernafas cepat
- Nadi : 155x/menit
- Tangisan lemah

DS : -
21.00 WITA Berkolaborasi penentuan DO :
dosis oksigen - Flow 1 lpm
2 Selasa/

03-10-2023 Memonitor frekuensi,irama, DS : -


11.00 WITA kedalaman dan upaya nafas DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 63x/menit
- SPO2 : 100%
- Flow 1 lpm
- Pasien terlihat bernapas
cepat
16.00 WITA Memonitor pola nafas DS : -
DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 68x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien tampak bernapas
1 cepat
Liawan

16.00 WITA Mengatur interval DS : -


pemantauan respirasi sesuai DO :
kondisi pasien - Pantau pola nafas dalam
interval 40-60x/menit

21.00 WITA Mendokumentasikan hasil DS : -


pemantauan DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 33x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien bernafas cepat
- Nadi : 154x/menit
- Tangisan lemah

DS : -
21.00 WITA Berkolaborasi penentuan DO :
dosis oksigen - Flow 1 lpm
3 Rabu/

04-10-2023 Memonitor frekuensi,irama, DS : -


06.00 WITA kedalaman dan upaya nafas DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 66x/menit
- SPO2 : 100%
- Flow 1 lpm
- Pasien terlihat bernapas
cepat
11.00 WITA Memonitor pola nafas DS : -
DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 33x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien tampak bernapas
1 cepat
Liawan

11.00 WITA Mengatur interval DS : -


pemantauan respirasi sesuai DO :
kondisi pasien - Pantau pola nafas dalam
interval 40-60x/menit

16.00 WITA Mendokumentasikanhasil DS : -


pemantauan DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 75x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien bernafas cepat
- Nadi : 157x/menit
- Tangisan lemah

DS : -
16.00 WITA Berkolaborasi penentuan DO :
dosis oksigen - Flow 1 lpm
4 Kamis/

05-10-2023 Memonitor frekuensi,irama, DS : -


06.00 WITA kedalaman dan upaya nafas DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 57x/menit
- SPO2 : 100%
- Flow 1 lpm
- Pasien terlihat bernapas
cepat
11.00 WITA Memonitor pola nafas DS : -
DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 34x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien tampak bernapas
1 cepat
Liawan

11.00 WITA Mengatur interval DS : -


pemantauan respirasi sesuai DO :
kondisi pasien - Pantau pola nafas dalam
interval 40-60x/menit

16.00 WITA Mendokumentasikanhasil DS : -


pemantauan DO :
- Bayi dalam inkubator
- Terpasang OGT
- RR : 30x/menit
- SPO2 : 100%
- Pasien bernafas cepat
- Nadi : 148x/menit
- Tangisan lemah
16.00 WITA Berkolaborasi penentuan DS : -
dosis oksigen DO :
- Flow 1 lpm
XV. EVALUASI

Hari/
Nama/
Tanggal/ Diagnosa Evaluasi
No Paraf
Jam
1 Kamis/ Pola nafas tidak efektif S:-
05-10-2023 b.d hambatan upaya O : RR : 30x/menit, N : 148x/menit, kulit
16.00 WITA napas kemerahan, ekstremitas terlihat kemerahan,
bayi menangis lemah, gerak aktif, SPO2 :
100%
A : Masalah teratasi
Liawan
P : Pertahankan kondisi

Gianyar, 5 Oktober 2023


Mahasiswa,

(Putu Liawan)

Anda mungkin juga menyukai