Anda di halaman 1dari 12

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

Disusun Oleh

AULIA DIAH NOVITA

(003SYE19)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI

KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG


DIII

MATARAM

2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

A. Konsep Dasar Penyakit asfiksia

1. Definisi

A. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.

B. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan 02 dan makin meningkatkan Co2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

C. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi banı lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir.

D. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.

E. Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan Pa02), hiperkarbia


(peningkatan PACO2), dan asidosis (penurunan PH).

2. Epidemiologi

Merupakan penyebab kematian paling tinggi sekitar 25.2 % bayi lahir menderita asfiksia
di RS profinsi di Indoensia (Jawa Barat). Angka kematian sekitar 41.94 % di RS rujukan
propinsi.

3. Tanda dan gejala

A. Tulit bayi tampak pucat atau kebiruan

B. Bibir Kebiruan
C. Otot-otot didada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan
D. Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lembat
E. Bayi tampak lunglai
F. Bayi terdengar merintih

4. Penyebab/etiologi
A. Faktor ibu

• Hipoksia ibu

• Keracunan CO

• Hipotensi akibat perdarahan

• Gangguan kontraksi uterus

• Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

• Hipertensi pada penyakit eklampsia

B. Faktor plasenta

• Plasenta tipis

• Plasenta kecil

• Plasenta tidak menempel

• Solusio plasenta

• Perdarahan plasenta

C. Faktor fetus

• Kompresi umbilikus

• Tali pusat menumbung

• Tali pusat melilit leher

• Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

D. Faktor neonatus

• Prematur Kelainan kongential

• Pemakaian obat anestesi Trauma yang terjadi akibat persalinan


5. Pathway

Persalinan lama, lilitan tali pusat paralisis, pusat pernafasan factor lain : anestesi,
presentasi janin Abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Jenis kekurangan O2
Paru-paru terisi cairan
Dan kadar CO2 meningkat

Bersuhan jln
Nafas cepat
Pola nafas nafas tidak
tidak efektif efektif

Apneu Suplai O2 suplai O2 G3 metabolisme


Ke paru dalam darah & perubahan asam
Basa

Resiko
Ddj & TD Kerusakan otak ketidak Asidosis
seimbangan respirattorik
suhu tubuh

Janin tidak bereaksi kematian bayi


Terhadap rangsangan G3 parfua
vantilasi

Proses keluarga
terhenti Resiko cedera
Kerusakan
pertukaran gas
6. Faktor predisposisi

A. Faktor dari ibu

• Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani

• Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya: plasenta previa

• Hipertensi pada eklampsia

• Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae

B. Faktor dari janin

• Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat

• Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan kepada ibu

• Keruban keruh

7. Patofisiologi

Bila janin kekurangan 02 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan 02
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhimya ireguler
dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu
primer.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pemafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar 02 dalam darah (Pa02)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pemafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

8. Klasifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

A. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

B. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

C. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

D. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

9. Gejala Klinis

A. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus
dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

• Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

• Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

• Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

B. Pada bayi setelah lahir

• Bayi pucat dan kebiru-biruan

• Bayi pucat dan kebiru-biruan

• Usaha bernafas minimal atau tidak ada

• Hipoksia · Asidosis metabolik atau respirator

• Perubahan fungsi jantung

• Kegagalan sistem multiorgan

• Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.

10. Konsep Tumbuh Kembang Anak

A. Perkembangan Fisik

Konsep tumbuh kembang anak yang pertama bisa dilihat dari perkembangan fisiknya.
Pertumbuhan fisik pada konsep tumbuh kembang anak memang yang paling terlihat karena
Moms & Dads bisa dengan mudah memperhatikannya. Pada usia 0-3 tahun, perkembangan
fisik anak bisa dilihat dari tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Di masa-masa ini,
perkembangan fisik anak akan terlihat dengan jelas sehingga Moms & Dads harus selalu
mengecek ketiga hal tersebut setiap bulannya karena perkembangannya akan terlihat setiap
bulannya. Untuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik anak selain
faktor genetik adalah asupan makanan yang diberikan oleh Moms & Dads, kegiatan fisik
yang dilakukan Si Kecil, dan juga kebersihan lingkungannya. Anak yang diberikan
makanan dan minuman yang kaya akan nutrisi bisa memiliki fisik yang lebih optimal
karena kandungan nutrisi di dalamnya mampu menutrisi tulang, otot, serta organ-organ
tubuh lainnya sehingga bisa berkembang dengan sempurna. Selalu berikan Si Kecil
makanan yang kaya akan gizi seperti sayur, buah, daging, ikan, telur, dan susu. Untuk
pilihan susunya, Moms & Dads bisa memilih PUREGROW Organic yang merupakan susu
organik untuk anak usia 1-3 tahun dengan kandungan nutrisi yang sangat lengkap di
dalamnya.

Selain makanan yang dikonsumsi, kegiatan fisik diperlukan anak untuk meningkatkan
kekuatan otot, pertumbuhan tulang, dan juga dapat meminimalisasi risiko obesitas. Faktor
yang ketiga adalah sanitasi juga sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak karena
lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih akan membuat anak mudah sakit sehingga
pertumbuhan fisiknya bisa terhambat karena nutrisi yang seharusnya bisa disalurkan untuk
tumbuh kembangnya aka digunakan untuk melawan bakteri atau virus yang menyerang
tubuh.
B. Perkembangan Motorik Kasar dan Halus

Konsep tumbuh kembang anak juga bisa dilihat dari segi perkembangan motoriknya.
Ada dua jenis perkembangan motorik, yakni halus dan kasar. Motorik halus adalah
kemampuan saraf yang berhubungan dengan keterampilan fisik dengan melibatkan otot
kecil dan koordinasi antara mata dan tangan. Contohnya seperti menyusun balok,
menyusun puzzle, melipat, mewarnai, dan lain sebagainya. Sedangkan motorik kasar
adalah kemampuan saraf anak yang mengacu pada gerakan tubuh yang menggunakan
otot besar. Contohnya seperti duduk, berlari, melompat, menendang, dan lain
sebagainya.

Baik itu perkembangan motorik kasar maupun halus, keduanya ini sama-sama bisa
ditingkatkan dengan cara dilatih secara rutin. Untuk motorik halus, Moms & Dads bisa
melatihnya dengan cara mewarnai dengan pensil warna atau krayon, melukis dengan
jari tangan, bermain playdough, meronce, memegang peralatan makan, dan lain
sebagainya. Lalu untuk melatih motorik kasarnya, Moms & Dads bisa mengajaknya
menari, bermain peran, menirukan gerakan binatang, melompat dengan trampolin,
bermain bola tangkap, hingga mengajaknya bermain di playground yang banyak
permainannya seperti perosotan, ayunan, jungkat-jungkit, hingga jembatan tali.

C. Perkembangan Bahasa

Selanjutnya ada konsep tumbuh kembang anak dari segi bahasanya. Perkembangan
bahasa anak sangatlah penting karena akan mempengaruhi cara berbicaranya.
Perkembangan bahasa ini bisa terbagi menjadi dua hal, yakni bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif. Untuk bahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa
yang disampaikan oleh orang lain, baik itu yang dilihat melalui tulisan maupun yang
didengar. Sedangkan kemampuan bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Selama ini kebanyakan Moms & Dads hanya
memperhatikan kemampuan bahasa ekspresif dari Si Kecil tanpa mengindahkan
kemampuan bahasa reseptifnya. Padahal keduanya ini harus berjalan seiringan agar
anak nantinya dapat berkomunikasi secara lancar dengan orang lain, baik itu kepada
Moms & Dads maupun teman-temannya. Jika salah satunya tidak seimbang, maka akan
terjadi komunikasi satu arah saja. Konsep tumbuh kembang anak dari segi kemampuan
berbahasanya ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Mulai dari orangtua,
lingkungan setempat, budaya, kebiasaan yang dilakukan anak, pola asuh dari Moms &
Dads, pendidikan, dan juga jumlah anak. Biasanya anak yang memiliki saudara
kandung, baik itu kakak maupun adik, akan lebih berkembang kemampuan
berbahasanya karena di rumah ada teman mengobrol selain dengan Moms & Dads.
Tapi bukan berarti anak tunggal tidak bisa memiliki kemampuan bahasa yang bagus,
jika Moms & Dads bersikap aktif dalam mengobrol, membacakan buku cerita, serta
mengajarkan kosakata kepada anak, maka kemampuan berbahasa Si Kecil juga akan
meningkat.

D. Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian

Perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada masing-masing anak sangatlah


berbeda karena ditentukan oleh faktor hereditas yang merupakan karakteristik bawaan
yang diturunkan dari Moms & Dads, pola asuh, lingkungan, hingga kebiasaan dari
Moms & Dads. Oleh karena itu, dalam konsep tumbuh kembang anak ini sangat
ditentukan oleh bagaimana Moms & Dads mengajarkan kepada Si Kecil supaya dapat
bersosialisasi dan bersikap mandiri. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan sosial dan kemandirian anak adalah dengan rutin
mengajaknya bertemu dengan anak-anak seusianya, mengajak berbelanja ke pasar,
memberikannya tugas ringan seperti makan sendiri, hingga melatih anak untuk
membuat keputusannya sendiri.

E. Perkembangan KognitiF

Konsep tumbuh kembang anak yang terakhir adalah dari segi perkembangan
kognitifnya. Perkembangan kognitif adalah kemampuan anak untuk memahami dan
mengolah informasi dengan baik. Ada lima keterampilan kognitif yang bisa Moms &
Dads perhatikan, yakni membaca, belajar, mengingat, memperhatikan, hingga menalar
logis. Kemampuan kognitif ini ditentukan dari beberapa faktor, mulai dari keturunan,
lingkungan, kematangan, bakat, hingga faktor keluarga. Anak yang mendapatkan kasih
sayang cukup dari Moms & Dads bisa memiliki perkembangan kognitif yang lebih
optimal.

11. Konsep Hospitalisasi


A. Umur dan perkembangan kognitif

Hospitalisasi dan faktor-faktor yang terkait lebih mempengaruhi anak-anak dibanding


dengan orang dewasa. Anak-anak memang jelas tidak memiliki kemampuan emosi dan
orang tua terhadap hospitalisasi

B. Kecemasan Orangtua

Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi. Kecemasan yang
terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan anak. Orang tua kadang
tidak menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang sebenarnya karena
khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut membuat bingung anak dan
menurunkan tingkat

C. Persiapan anak dan orang tua

Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam menjalani hospitalisasi adalah
mengerti kebutuhan tentang dari anak tersebut. Petugas kesehatan harus
mempertimbangkan umur, tingkat perkembangan, keterlibatan keluarga, waktu, status
fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan pengalaman terhadap sakit maupun

D. Ketrampilan koping anak dan keluarga

Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan untuk mendapatkan


penyelesaian masalah. Koping anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh usia,
persepsi terhadap kejadian yang dialami, hospitalisasi sebelumnya dan dukungan dari
berbagai

E. Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk rumah sakit, selama
hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit. Perubahan perilaku temporer dapat
terjadi selama anak dirawat di rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit. Perubahan
ini disebabkan oleh

(1) perpisahan dari orang-orang terdekat,

(2) hilangnya kesempatan untuk membentuk hubungan baru, dan

(3) lingkungan yang asing

Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang dirawat inap adalah (a)
kecemasan karena perpisahan dari keluarga dan teman-temannya, (b) ketakutan terhadap
orang dan lingkungan yang asing, (c) ketidakpastian tentang peraturan rumah sakit dan
harapan, (d) persepsi sebelum hospitalisasi, (e) ketakutan terjadi mutilasi anggota tubuh
atau kematian, (f) ketakutan terhadap rasa nyeri dan ketidaknyamanan, (g) pikiran bahwa
hospitalisasi sebagai hukuman, (h) kehilangan kontrol emosi dan fisik,(i) persepsi tentang
perubahan fisik, (j) kehilangan kemandirian dan identitas, serta (k) takut ditolak . Hampir
semua, rumah sakit adalah lingkungan asing yang mengganggu aktivitas hidup sehari-
hari.

B. Konsep Asuhan Keperawatan asfiksia

1. Pengkajian

A. Keluhan utama

Tidak dapat bernafas spontas dan teratur

B. Riwanyat kesehatan sekarang

Setelah dilahirkan pasien dibawa keruangan nicu dan itaruh diincubator dengan nafas
tidak spontan dan teratur

2. Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan penyusunan intervnsi keperawatan pada klien anak C,penulis


melakukan implementasi keperawatan bedasarkan diagnosa dan intervensi yang telah
tersusun. Adapun implementasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

Bersihan jalan nafa tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
3. Intervensi keperawatan

Pada diagnosa pola nafas tidak efektif b/d sekret yang tertunda yaitu pemeriksaan tanda-
tanda vital anak sesuai prosedur kalaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan

4. Implementasi keperawatan

pada An. N sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

5. Evaluasi keperawatan pada diagnosa pola nafas tidak efektif b/d ksekret yang tertunda
masalah belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Anik, (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 2. Jakarta:Salemba Medika,


Hanifa, (2013).

Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta : EGC. Mansjoer A, dkk. (2013).

Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta.

Maryunani A& Eka P. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Matemal dam Neonatus. Jak
arta: Trans Info

Anda mungkin juga menyukai