Anda di halaman 1dari 19

4.

1 Pembahasan

4.1.1 Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan bagian awal dari proses keperawatan dan akan

mempengaruhi tindakan selanjutnya, oleh sebab itu, pengkajian harus dilakukan

dengan lengkap seperti identitas pasien dan penanggung jawab pasien, riwayat

kesehatan, kehamilan dan persalinan, pemeriksaan fisik, pola kebiasaan sehari-

hari, 14 konsep kebutuhan menurut virginia handerson dan program terapi

dokter. Untuk memperoleh data yang diinginkan, penulis menggunakan teknik

wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik.

Pada landasan teori, umumnya keluhan yang paling dirasakan yaitu panas,

sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, nyeri sendi, mual dan nafsu makan menurun,

sedangkan riwayat penyakit sekarang secara teori, ditemukan adanya keluhan

panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompas mentis.

Turunnya panas terjadi antara hari ke 2 dan ke 7 dan keadaan pasien semakin

lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi,

sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manefestasi perdarahan pada kulit,

kemudian untuk riwayat penyakit dahulu secara teori, pada pengumpulan data

riwayat kesehatan atau keperawtan masa lalu dapat ditanyakan antara lain:

riwayat pemakaian jenis obat, jumlah dosis, jumlah dosis terakhir,

pemakaiannya; riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau

penyakit yang pernah dialami atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat

kecelakaan dan lain-lain, dan mengenai riwayat penyakit keluarga secara teori

menjelaskan bahwa pada pengumpulan data tentang riwayat keluarga bagaimana

riwayat kesehatan atau keperawatan yang ada dimiliki pada salah satu anggota
keluarga, apakah ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien, atau

mempunyai penyakit degenerative lainnya.

Pada kasus nyata, keluhan utama klien pada kasus 1 adalah demam dan tidak

ada nafsu makan, kemudian riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat

pengkajian pada hari senin tanggal 27-06-2016 jam 09.30 wita, ibu klien

mengatakan demam pada anaknya naik turun terutama pada sore hari, ibu klien

mengatakan anaknya kurang nafsu makan. Klien selalu merasa kenyang setelah

makan 5-6 sendok makan yang disediakan oleh rumah sakit dan mengatakan

perutnya terasa penuh. Keluarga klien mengatakan tidak tahu penyebab tidak ada

nafsu makan pada anaknya, ibu pasien mengatakan anaknya tidak suka minum

dan perut terasa kenyang minum terus, ibu pasien mengatakan sehari anaknya

minum air putih kurang lebih  4-5 gelas/hari (±1.250 ml/hari). Dari hasil

pemeriksaan Lb didapatkan, Trombosit menurun : 195 10^3/UL, HCT: 31.8 %,

TD:100/70 mmHg, N:80 x/menit, RR: 25 x/menit, S:38,0 oC, dan pasien tampak

lemas, tubuh pasien teraba panas, akral hangat, turgor kulit menurun, kulit teraba

kering, mukosa bibir tampak kering, BB sebelum sakit 9,5 kg dan BB saat sakit

9,5 kg dan CRT < 2 detik. Riwayat penyakit dahulu ibu klien

mengatakan anaknya sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit seperti yang

dialami sekarang, klien hanya batuk pilek biasa dan setelah minum obat langsung

sembuh. Riwayat penyakit keluarga ibu klien mengatakan  tidak ada dalam

anggota keluarganya yang pernah menderita penyakit seperti yang dialami klien

saat ini  dan tidak ada penyakit keturunan seperti diabetes mellitus ataupun

Hipertensi.

Sedangkan pada kasus 2, keluhan utama pada klien demam, kemudian

riwayat penyakit sekarang ditemukan saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17-
06-2016 jam 10.00 wita, ibu pasien mengatakan demam pada anaknya naik turun,

klien tampak lemah dan kurang tenaga, badan klien teraba panas, akral hangat,

turgor kulit menurun, mukosa bibir tampak kering, CRT < 2 detik, klien hanya

tampak berbaring ditempat tidur, ibu klien mengatakan anaknya hanya makan 1/3

porsi yang disediakan oleh rumah sakit, ibu klien mengatakan tidak tahu

penyebab demam pada anaknya. Dari hasil pemeriksaan Lb didapatkan

Trombosit menurun: 110 10^3/UL, HCT: 31.8 %, TD: 110/70 mmhg, N: 100

x/menit, RR: 21 x/menit dan S:38,5 C O. Riwayat penyakit dahulu ibu klien

mengatakan anaknya sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Riwayat

penyakit keluarga ibu klien mengatakan  tidak ada dalam anggota keluarganya

yang pernah menderita penyakit seperti yang dialami klien saat ini  dan tidak

ada penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma dan penyakit jantung.

Kebutuhan Bio-Psiko-sosial-Spritual menurut virginia handerson:

1) Kebutuhan nutrisi

Dalam tinjauan teori dijelaskan Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan

adalah bagaiaman nafsu makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan

yang masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat

menelan. Sedangkan pada tinjauan kasus 1, ibu klien mengatakan sejak sakit

nafsu makan anaknya berkurang dan Ibu klien mengatakan anaknya selalu

merasa kenyang setelah makan 5-6 sendok makan dan mengatakan perutnya

terasa penuh dan klien hanya diberi bubur dalam porsi kecil tapi sering dan

ibu pasien mengatakan anaknya mengatakan tidak suka minum dan perut

terasa kenyang minum terus, ibu pasien mengatakan sehari anaknya minum

air putih kurang lebih  4-5 gelas/hari (±1.250 ml/hari) dan BB saat sakit 9,5

kg. Dan pada tinjauan kasus 2 dijelaskan ibu  klien mengatakan sejak sakit


nafsu makan anaknya berkurang karena klien hanya dapat menghabiskan 1/3

porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit, dan klien hanya diberi bubur

dalam porsi kecil, ibu pasien mengatakan sehari anaknya minum air

putih kurang lebih  6-7 gelas/hari (±1.750 ml/hari) dan 3 sendok sari korma,

BB saat sakit 10 kg. Jadi, tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori

dengan tinjauan kasus.

1) Kebutuhan eliminasi

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pola eliminasi yang

perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada atau

tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan berkemih, ada tidaknya disuria,

hematuri, retensi dan inkontenensia.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Selama sakit: ibu klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan

konsistensi lembek, warna kuning dan bau khas feses, BAK 4-5x/hari

dengan warna kuning kecokelatan, bau khas urin dan jumlah urin

kurang lebih 500 cc/hari.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Selama sakit : ibu klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan

konsistensi lembek, warna kuning dan bau khas feses, BAK

5-6x/hari dengan warna kuning   jernih, bau khas urin dan jumlah

urin kurang lebih 1500 cc/hari.

Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan

kasus.

2) Kebutuhan istirahat tidur


Dalam tinjauan teori di jelaskan bahwa Pada pola ini yang perlu

ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, dan siang

hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur, masalah selama tidur,

adanya insomnia.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Selama sakit: Klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas karena

klien sedang sakit, tampak terpasang infus RL 15 tetes/menit, dalam

pemenuhan ADL klien di bantu oleh orang tuanya yang

menunggunya secara bergantian.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Selama Sakit: Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena

demam yang tinggi, ibu klien mengatakan anakanya bisa tidur malam

kurang lebih 7-8 jam pukul 20.00 – 05.00 wita, tidur siang pukul

13.00-15.00 wita, ibu pasien mengatakan kebiasaan anaknya sebelum

tidur main gime dan mendengarkan musik. Jadi tidak terdapat

kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

3) Kebutuhan aktifitas

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pengumpulan data ini

yang perlu ditanyakan adalah kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari, apakah klien mampu melakukannya sendiri secara mandiri

atau di bantu oleh keluarga maupun perawat.

a) Dalam tinjauan kasus 1

ibu Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas karena klien sedang

sakit, terpasang infus RL 30 tetes/menit, dalam pemenuhan ADL di

bantu oleh keluarganya yang menunggunya secara bergantian.


b) Dalam tinjauan kasus 2

Selama sakit: Klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas karena

klien sedang sakit, tampak terpasang infus RL 30 tetes/menit, dalam

pemenuhan ADL klien di bantu oleh keluarganya yang

menunggunya secara bergantian. Jadi tidak terjadi kesenjangan

antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

4) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa bagaimana kenyamanan

klien, pengkajian nyeri menggunakan PQRST. Dimana P (provokatif)

yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya

tekanan intra luminal sehingga suplai darah terganggu dan

mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan.Q (kualitas) yaitu apakah

kualitas nyeri ringan, sedang, berat, apakah rasa nyeri seperti ditusuk-

tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region) yaitu daerah

terjadinya/perjalanan nyeri. S (skala) bagaimana skala nyerinya bisa

dengan menggunakan skala nyeri (0-10) atau (0-5). T (time) waktu

klien merasakan nyeri, apakah terus menerus atau klien merasakan

nyeri pada waktu pagi hari, siang, sore atau malam.

a) Dalam tinjauan kasus 1

ditemukan bahwa Selama sakit: Klien mengatakan tidak nyaman

dengan keadaanya  sekarang karena kondisinnya yang lagi sakit

b) dalam tinjauan kasus 2

ditemukan bahwa ibu klien mengatakan tidak nyaman dengan

keadaanya sekarang karena kondisinnya yang lagi sakit. Jadi tidak

terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.


5) Pengaturan suhu tubuh

Dalam teori dijelaskan bahwa pada harus mengetahui fisiologis

panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan panas maupun

dingin dengan mengubah temperatur, kelembapan atau pergerakan

udara atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau

mengurangi aktivitasnya. 

a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan pada awal dirasakannya penyakit, anaknya

sering mengalami demam dengan suhu 38,0oC. Badannya terasa

panas,, akral hangat.mukosa bibir kering,tubuh pasien teraba kering

dan ibu klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit jika

anaknya mengalami demam, biasanya keluarganya memberikan

kompres air hangat, memakaikan baju yang tipis dan mudah

menyerap keringat.

b) dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan selama anaknya dirawat dirumah sakit,

anaknya sering mengalami demam dengan suhu 38,5 oC. Badannya

terasa panas, akral hangat. mukosa bibir kering, dan ibu klien

mengatakan jika anaknya mengalami demam ankanya bisanya di

kompres menggunakan air hangat.

6) Kebutuhan bekerja

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa dalam perawatan maka

dalam penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat

penting, dimana sakit bisa lebih ringan apabila seseorang dapat terus

bekerja dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi.


a) Dalam pengkajian pada kasus

Selama sakit: ibu klien mengatakan anaknya  belum mampu untuk

bekerja karena masih kecil.

b) Dalam pengkajian pada kasus 2

Selama sakit: ibu klien mengatakan anaknya  belum mampu untuk

bekerja karena sakit. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi

antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

7) Kebutuhan personal hygiene

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pada pemgumpulan data ini

yang perlu ditanyakan adalah berapa kali klien mandi,menyikat

gigi,keramas dan memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan

sabun mandi, pasta gigi, dan sampo. Namun hal tersebut tergantung

keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada umumnya kebutuhan

personal hygiene dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan keluarga.

a) Dalam pengkajian pada kasus 1

Selama sakit: ibu klien mengatakan selama di Rumah

Sakit klien hanya dibantu oleh orang tuanya untuk gosok gigi

2x/hari dan  mandi dengan  diseka oleh orang tuanya 2x/hari pagi

dan sore menggunakan waslap dan air hangat yang sudah

disediakan oleh rumah sakit

b) Dalam tinjauan pada kasus 2

Ibu klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu

oleh keluarganya untuk gosok gigi 1x/hari dan  mandi

dengan  diseka oleh keluarganya 2x/hari pagi dan sore

menggunakan waslap yang sudah disediakan oleh rumah sakit. Jadi


tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan

kasus.

8) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Dalam teori dijelaskan bahwa pada pengumpulan data ini biasanya

klien ditanya mengenai kebiasaan klien dalam menggunakan waktu

senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang

dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa

dilaksanakan sebagaimana halnya orang sakit, bagi orang sakit

biasanya bermain/berekreasi dengan membaca, berbincang-bincang

tetapi tergantung individu. Dalam tinjauan  kasus penulis melakukan

pengkajian sesuai dengan teori.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit anaknya tidak

nyaman dengan lingkungan barunya karena tidak bisa bermain

dengan teman-temannya dan selalu menayakan kapan bisa pulang,

pasien tampak hanya ditemani oleh keluarga, klien tampak bermain

gime ditempat tidur.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan anaknya hanya ditemani oleh keluarga

selama berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana

karena sakit. Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan

teori dengan tinjauan kasus.

9) Kebutuhan spiritual
Dalam tinjauan teori dijelaskan baahwa Bagaimana keyakinan

klien pada agamanya, bagaimana cara klien mendekatkan diri kepada

tuhan dan pantangan dalam agama selama klien sakit.Dalam tinjauan

kasus penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa melaksanakan ibadah

karena kondisi yang sedang sakit dan ibu klien biasnaya sebelum

tidur anaknya sering diputarkan lagu orang yang sedang mengaji.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan anaknya tidak dapat melakukan sholat tetapi

hanya berdoa di tempat tidur karena keadaan yang sedang sakit,

dan ibu klien mengatakan semoga anaknya cepat sembuh.

10) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pengumpulan data ini

biasanya klien ditanya mengenai kebiasaan klien dalam menggunakan

waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang

dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa

dilaksanakan sebagaimana halnya orang sakit, bagi orang sakit

biasanya bermain/ berekreasi dengan membaca, berbincang-bincang

tetapi tergantung individu.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit anaknya tidak

nyaman dengan lingkungan barunya karena tidak bisa bermain

dengan teman-temannya dan selalu menayakan kapan bisa pulang,


pasien tampak hanya ditemani oleh keluarga, klien tampak bermain

gime ditempat tidur.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan anaknya hanya ditemani oleh keluarga

selama berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana

karena sakit. Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori

dengan tinjauan kasus.

11) Kebutuhan belajar

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Bagaimana persepsi klien

terhadap dirinya mengenai masalah-masalah yang ada. Kebutuhan

belajar ini biasanya tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung

dari tingkat pendidikan klien.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya tidak dapat beraktivitas

seperti biasa karena terpasang infus (RL 15 tetes/menit) dan

keadaannya yang lemah.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya tidak dapat sekolah dan

beraktivitas seperti biasa karena terpasang infus (RL 30

tetes/menit) dan keadaannya yang lemah. Jadi tidak terdapat

kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

12) Kebutuhan berpakaian

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa bagaimana kebiasaan klien

dalam berpakaian dan berapa kali klien mengganti baju dalam sehari.
a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan anaknya biasanya menganti pakaiannya 1-2

kali sehari dari bahan yang mudah menyerap keringat dengan

dibantu oleh keluarganya.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan anaknya biasanya menganti pakaiannya 1

kali sehari dari bahan yang mudah menyerap keringat dengan

dibantu oleh keluarganya dan kadang mandiri. Jadi tidak  terdapat

kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan

kasus.

13) Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa dalam pengumpulan data ini

yang perlu ditanyakan adalah bagaimana hubungan klien dengan

keluarga dan orang lain dan bagaimana cara klien berkomunikasi dan

bersosialisasi dengan orang lain.

a) Dalam tinjauan kasus 1

Ibu klien mengatakan anaknya tetap berkomikasi dengan keluarga

dan komunikasi dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di

ucapkan jelas.

b) Dalam tinjauan kasus 2

Ibu klien mengatakan anaknya tetap berkomikasi dengan keluarga

dan komunikasi dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di

ucapkan jelas. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara

tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan

pengkajian sesuai dengan teori.


a. Pemeriksaan fisik

Dalam tinjauan teori hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total

cara karena ada kecendrungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan

daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda

seperti:

2) Kesadaran penderita : apatis, gelisah, komposmetis, koma

tergantung      pada   keadaan klien.     

3) Keadaan : akut, kronik, ringan, sedang, berat.

a. Pemeriksaan Fisik secara Persistem

1. Sistem Pernafasan/ Respirasi

Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: apakah

terdapat Sesak atau tidak, terjadi  perdarahan melalui hidung

(epistaksis) atau tidak, pernapasan dangkal atau tidak, pada auskultasi

terdengar ronchi atau tidak, Sedangkan dalam tinjauan kasus yang

ditemukan adalah Klien mengatakan tidak mengalami  sesak sejak

kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi perdarahan pada huidung dan

pilek saja. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori

dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan

teori..

2)        Sistem Kardiovaskuler

       Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi : apakah tejadi perdarahn spontan atau

tidak, terjadi kegagalan sirkulasi atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang

ditemukan  adalah Pasien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, badannya lemas, Tekanan

darah : 90/60 mmHg, denyut nadi 94 x /mnt, tekana cukup, Irama jantung teratur, tidak ada
suara lain menyertai. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan teori.

3)        Sistem Persyarafan/ Neurosensori

       Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: Bagaimana tingkat kesadaran klien,

apakah klien merasakan nyeri kepala atau tidak, bagaimana tingkat penglihatan

klien. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan adalah pasien mengatakan kepalanya

sering pusing dan penglihatannya kadang-kadang berkunang-kunang, Tingkat kesadaran :

Composmetis , GCS : E = 4, V = 5, M=6. Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara

tinjauan teori dan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan teori.

4)        Sistem Perkemihan

       Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: bagaimana produksi urine apakah

meningkat atau berkurang, apakah tedapat nyeri saat BAK atau tidak. Sedangkan dalam

tinjauan kasus yang ditemukan adalah klien mengatakan BAK 5-6x/hari dengan warna

kuning   jernih, bau khas urine, tidak ada lesi, tidak oedema, Dan klien tampak mual muntah

dan sering merasa lemas. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara`tinjauan teori

dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan teori.

5)        Sistem Pencernaan

       Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: terjadi perdarahan di gusi atau

tidak,bagaimana selaput mukosa bibir apakah kering atau lembab, terdapat nyeri tekan

abdomen atau tidak,nafsu makan mneunurun atau tidak, mual muntah atau tidak BAB disertai

darah atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan

adalah klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat

menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya

diberi bubur sedikit tapi sering. Klien tampak lemah, klien mual muntah, mukosa bibir
tampak kering, lidah bersih, tidak ada caries gigi, gigi lengkap, tidak ada pembesaran tonsil.

tidak Ada nyeri tekan abdomen, Pristaltik usus 20x/mnt(15-20x/menit). Jadi tidak terdapat

kesenjangan yang terjadi antara`tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena penulis

melakukan pengkajian berdasarkan teori.

6)        Sistem integumen

       Dalam tiajauan teori yang perlu dikaji meliputi: Terjadi peningkatan suhu tubuh

(Demam) atau tidak, kulit kering atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan

adalah Klien mengatakan badan panas sejak 3 hari  yang lalu, Klien mengatakan ia merasa

tidak nyaman. Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan

kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan teori.

4.2  Diagnosa Keperawatan

       Sebelum menentukan diagnose keperawatan, terlebih dahulu dilakukan analisa terhadap

data-data yang dikumpulkan. Pada rumusan analisa data penulis mengacu pada tinjauan teori

yang memperlihatkan adanya data senjang yang mendukung suatu diagnosa keperawatan baik

data subyektif maupun data obyektif pada tinjauan teori terdapat 5 diagnosa keperawatan

(NANDA, 2006), yaitu :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

3. Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas

vaskuler

4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situaasional


5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak

tau apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti

tentang penyakitnya, klien belum tau obat apa saja yang harus diminumnya.

Dalam fakta diagnose yang ditemukan ada 4 yaitu                                                  

1.   Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue ditandai dengan Klien mengatakan

badan panas sejak 3 hari  yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak nyaman, Suhu tubuh

klien 38,5 oC, Badan teraba panas, Klien tampak gelisah, Akral hangat, Akral hangat,

Mukosa    mulut kering.

2.    Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

ditandai dengan Klien mengatakan Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, Klien

mengatakan sering mual muntah kurang lebih 2x/ hari, Klien tampak lemah, Klien tidak mau

makan, , Wajah tampak pucat, Keadaan umum lemah, Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi

bubur yang desediakan Puskesmas, Mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB

sebelum sakit : 46 kg sedangkan BB. saat sakit : 39 kg.

3.   Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas vaskuler

ditandai dengan Klien mengatakan mual muntah, Mukosa bibir kering, Turgor kulit menurun,

Kliem tampak mual muntah.

4.   Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan Klien mengatakan cemas

dengan keadaannya sekarang, Klien tampak cemas, Ekspresi wajah klien tampak murung

     Setelah penulis menganalisa dan membandingkan kedua hal tersebut diatas yaitu antara

tinjauan teori dan kasus DHF  maka tidak ditemukan adanya kesenjangan dimana

ada satu diagnosa keperawatan dalam tinjauan teori namun dalam perawatan kasus ini tidak

ditemukan adanya diagnosa keperawatan tersebut yaitu :


a.    Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau apa

obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang penyakitnya,

klien belum tau obat apa saja yang harus diminumnya.

4.1     Rencana Keperawatan

     Tahap perencanaan merupakan tahap untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan

untuk mengatasi masalah-rnasalah klien (Aziz Alimul Hidayat, 2007). Dalam penyusunan

rencana keperawatan, penulis berusaha menggunakan teori tapi disesuaikan dengan keadaan

klien yang kira-kira dapat dilaksanakan oleh klien. Format yang digunakan penulis adalah

format rencana keperawatan yang sesuai dengan tinjauan teori (Nursalam, 2006) meliputi

diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasionalisasi. Pada asuhan

keperawatan dengan Demam Berdarah, tahap perencanaan secara umum telah penulis

rumuskan seperti dalam tinjauan teori, yang mana untuk menetapkan prioritas masalah

penulis mengacu pada masalah kesehatan yang mengancam serta masalah yang dialami,

sehingga berdasarkan indikator tersebut urutan prioritas masalah keperawatan pada tinjauan

kasus ini adalah sebagai berikut: Hipertermi, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang

dari kebutuban tubuh, gangguan keseimbanagan cairan dan elektrolit, cemas, rencana

keperawatan pada tinjauan kasus dirumuskan berpedoman pada rencana keperawatan yang

ada pada tinjauan teori.

4.2  Tindakan Keperawatan / Pelaksanaan

     Tahap pelaksanaan atau implementasi adalah tahap mengaplikasikan rencana keperawatan

yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah diterapkan pada

tinjauan teori maupun tinjauan kasus dengan harapan asuhan keperawatan yang dilakukan

pada Tn " M" dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan komprehensif


(Nursalam,2006) . Pada tahap pelaksanaan Asuhan Keperawatarn pada Tn "M " terdapat

tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaborasi yang dapat diuraikan sebagai berikut

1.      Tindakan mandiri perawat

a.     Mengobservasi keadaan umum klien

b.      Mengobservasi dan mencatat masukan makanan klien

c.        Mengkaji kemampuan klien dalam melaksanakan ADL

d.      Mengatur posisi klien senyaman mungkin

e.        Meningkatkan cuci tangan yang baik.

2.   Tindakan kolaborasi

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan

4.3     Evaluasi

Dalam tinjauan teori tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan yang

sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006). Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam

proses keperawatan yang merupakan tahap perbandingan hasil yang diamati dengan standar

yang dibuat dalam perencanaan (Suprajitno, 2007). Proses evaluasi pada asuhan keperawatan

pada Tn "M" sudah sesuai dengan tinjauan teori. Penulis menggunakan evaluasi formatif

yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dengan menggunakan

format SOAP yang terdiri dari tiga komponen yaitu:

S : Adalah hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara subyektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan

O: Adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan

A:  Adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan keperawatan dan

standar terkait dengan diagnosis, dan


P:   Adalah perencanaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis.

Dilihat dari diagnosa yang telah ditemukan pada Tn. “ M “ maka perkembangan setiap

diagosa keperawatan dapat diuraikan sebagai berikut :

a.         Diagnosa keperawatan hipertemi teratasi sebagian setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam, yang mana dalam rencana perawatan penulis merumuskan tujuan

keperawatan 3x24 jam, hal ini sesuai dengan kriteria tujuan seperti yang ditetapkan pada

rencana keperawatan.

b.      Diagnosa Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian

setelah dilakukan tindakan keperawatan  3x24 jam, hal ini sesuai dengan kriteria tujuan

seperti pada rencana keperawatan.

c.       Diagnosa keperawatan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi sebagian

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, yang mana dalam rencana

keperawatan penulis merumuskan tujuan keperawatan 3x24 jam, hal ini tidak sesuai dengan

kriteria tujuan seperti yang ditetapkan pada rencana keperawatan.

d.      Diagnosa Kecemasa teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, hal ini

sesuai dengan kriteria tujuan seperti pada rencana keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai