Anda di halaman 1dari 7

1.

Tahap Pengkajian
Nama perawat yang mengkaji : MF
Unit : Lukas
Kamar/ ruang : 1/ VIP
Tanggal/ waktu masuk RS : 11 Oktober 2014
Tanggal/ waktu pengkajian : 12 Oktober 2014
Cara pengkajian : Wawancara

I. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang 14 Juli 1981
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Bukit Menur 4 NO 339 Sendang Mulyo, semarang
Dx medis : Konjungtiva Anemis

II. Identitas penanggung jawab :


Nama : Tn. D
Alamat : Jl. Bukit Menur 4 NO 339 Sendang Mulyo,
Hubungan dengan klien : Suami

III. Riwayat keperawatan masa lalu


 Penyakit yang pernah di derita : Pasien mengatakan tidak pernah
mempunyai penyakit.
 Penyakit keturunan dalam keluarga : Pasien mengatakan tidak pernah
mempunyai penyakit keturunan.
 Operasi yang pernah dilakukan : Pasien mengatakan tidak pernah
dioperasi.
 Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan
dan obat.
 Imunisasi : Pasien mengatakan pernah diimunisasi polio, campak.
 Kebiasaan buruk : –
 Obat-obatan : Duphaston 1×1 hari (penguat kehamilan).

IV. Riwayat keperawatan saat ini :


 Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengeluh mual, nyeri pada ulu hati,
sudah 2 hari tidak ada nafsu makan, dan saat ini menyatakan sedang
hamil 2 bulan.
 Tindakan/ terapi yang sudah diterima : TTV, Infuse.
 Keluhan Utama : Pasien mengatakan mual.
 Keluhan penyerta : Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dan sudah 2
hari
 tidak nafsu makan. Saat ini sedang hamil 2 bulan.

V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam bernafas.
Self care agency : Normal (jalan nafas tidak terganggu).
Self Care Demand : RR 16-20x/mnt.
Saat Sakit :Pasien mengatakan pernafasan lancar.
Self Care Agency : Normal (tanpa pemasangan Ventilator).
Self Care Demand :RR 16-20x/menit.

b. Cairan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum air putih sebanyak 8 gelas / hari.
Self Care Agency :Mukosa bibir lembab, kulit lembab.
Self care Demand :Minum 8 gelas/hari (800cc), minum air putih, minum
susu.
Saat Sakit : Pasien mengatakan minum air putih 3-4 gelas / hari.
Self Care Agency : Mukosa bibir kering/dehidrasi, kulit kering, finger print
warna pucat.
Self Care Demand : Minum air 3-4 gelas/hari (300cc).

c. Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan sebanyak 3x/ hari.
Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa stetoskop hasilnya 5 (normal).
Self Care Demand : makan 3x sehari dengan porsi banyak.
Saat Sakit : Pasien mengatakan makan 4-5 sendok makan / hari.
Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa hasilnya 4 (konstipasi).
Self Care Demand : makan 4-5 sendok makan/hari.

d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB 2x / hari dengan konsistensi
lembek.
Self Care Agency : Usus tidak terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB sehari 2x/hari, sudah flatus
5x/hari).
Saat Sakit : Pasien mengatakan BAB 1x / hari dengan konsistensi cair.
Self Care Agency :Usus terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB 1x/hari dengan konsistensi
keras padat, flatus 1x/hari).

e. Eliminasi Urine
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 1,5 liter / hari.
Self Care Agency :Saluran urine tidak terganggu, kandung kemih tidak keras.
Self Care Demand :Pemeriksaan urine (frekuensi eliminasi urine 2-3 kali
perhari, warna urine tidak pekat).
Saat sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 0,7 liter / hari.
Self Care Agency :Saluran urine terganggu.
Self Care Demand :Pemeriksaan urine (frekuensi eliminasi urine lebih dari 3
kali perhari, warna urine pekat ).

f. Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara
mandiri ( mandi, makan, minum).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien dapat melakukan aktivtasnya sendiri atau mandiri.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri
( mandi, makan, minum), tetapi dalam menggenakan baju diperlukan bantuan
perawat karena pasien terpasang infuse.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Melakukan aktivitas sendiri tetapi ada beberapa aktivitas
yang di bantu oleh perawat.

g. Tidur
Sebelum sakit : Kualitas, pasien mengatakan bisa tidur 8 jam dengan pulas.
Kuantitas, pasien mengatakan bisa tidur 8jam.
Self Care Agency : Normal
Self Care Demand : Tidur selama kurang lebih 8 jam,dengan kualitas tidur
nyenyak.
Saat Sakit : Kualitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam bangun 6x.
Kuantitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Kurang tidur, hanya dapat tidur selama 5-6 jam, dengan
kulitas tidur tidak nyenyak.
h. Sexualitas
Sebelum sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang
hamil ).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Sistem reproduksi masih berfungsi dengan baik, belum
menopause.
Saat sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang hamil
2 bulan ).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Sistem reproduksi tidak terganggu, belum menopause.

i. Privasi dan Interaksi Sosial


Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan RT (PKK).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Sistem interaksi social baik / tidak terganggu.
Saat Sakit : Pasien mengatakan bahwa banyak tetangga lingkungan rumahnya
dan keluarga besar yang menjenguk.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Kebutuhan interkasi sosial terganggu karena pasien
sedikit berinteraksi.

j. Pencegahan masalah kesehatan


Sebelum sakit : Pasien mengatakan rutin makan 3x sehari, minum sebanyak 8
gelas / hari, dan istirahat cukup.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien selalu mencuci tangan sebelum melakukan
aktivitas dan makan – makanan bergizi secara rutin.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mengkonsumsi suplemen penambah darah.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien tidak nafsu makan secara rutin dan mengkonsumsi
suplemen penambah darah.

k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan
pemberantasan DB.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien mengerti bagaimana cara pemberantasan DB.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mendapat pendidikan kesehatan mengenai
pentingnya zat besi pada ibu hamil.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien memahami bagaimana pentingnya zat besi bagi
ibu hamil.

VI. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum dan kesadaran : Pasien dalam kondisi sadar tetapi tampak
lemas.
TTV : TD 100/60 mmHg, Nadi 80x / menit
Antropometri : TB 160 Cm, BB 55 Kg
Head to toe :
Kepala : benjolan (-), Ketombe (-), Rontok (-)
Mata : Ikterik (-), Konjungtivitis (-), Anemis (+), Strabismus (-)
Hidung : Lesi (-), Sinusitis (-), tidak ada sumbatan
Mulut : Stomatitis (-), Tonsilitis (-), Karies (-)
Telinga : Lesi (-), Serumen (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Jantung : Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler, Ronchi (-), Wheezing (-)
Pengeluaran ASI : belum ada pengeluaran ASI
Putting Susu : putting sudah keluar, Luka (-)
Abdomen
Tinggi Fundus Uterus : 32 cm
Leopold 1 : TFU teraba dipertengahan antara Px dan pusat, teraba
lembek, tidak bulat, tidak melenting (bokong)
Lepold 2 : kanan = teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
kiri = teraba datar seperti papan (punggung)
Leopold 3 : teraba keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold 4 : kepala sudah memasuki pintu atas panggul (divergen)
Pigmentasi : ada
Linea Nigra : ada
Striae : ada

VII. Pemeriksaan Diagnostik


Uji Laboratorium
pemeriksaan penunjang laboratorium yabg dapat dilakukan pada kunjungan
antenatal adalah Hemoglobin, hematokrit, kultur untuk gonokus, protein urin,
gula dalam darah , VRDL, apusan serviks dan vagina diulang pada minggu
ke 32 atau sesuai kebutuhan untuk mendeteksi adanya organisme
Clamydia,gonore, herpes simpleks tipe 1 dan 2 dan streptokokus grup B
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu hamil secara
umum. Pemeriksaan darah juga dapat dlakukan dengan pemeriksaan AFP
(alpha fetoprotein). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan gangguan saluran saraf tulang belakang dan untuk mendeteksi
otak janin. Kadar AFP yang rendah menunjukkan adanya down syndrome
pada janin. Biasanya pemeriksaan AFP dilakukan pada kehamilan pada usia
kehamilan sekitar 15 – 20 minggu.
Uji TORCH (Toksoplasma Rubella Cytomegalovirus Herpesimpleks)
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya parasit seperti TORCH di dalam
tubuh ibu hamil. Infeksi TORCH biasanya menyebabkan bayiterlahir dengan
kondisi cacat atau mengalami kematian. Pemeriksaan TORCH dilakukan
dengan menganalisis kadar imunoglobulinG (Ig G) dan Imunoglobulin
M(IgM) dalam serum ibu hamil.

VIII. Terapi
Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dipakai untuk terapi morning sickness tersebut antara lain:
1. Piridoksin (Vitamin B6)
Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah
saat hamil belum dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri
bekerja mengubah protein dari makanan ke bentuk asam amino yang diserap
dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin juga mengubah karbohidrat
menjadi energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin mengatasi mual dan
muntah jika transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan piridoksin
pada wanita hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan
untuk morning sickness adalah 25mg (Pressman, 1997).
2. Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan
dengan piridoksin menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning
sickness pada wanita hamil. Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita
hamil adalah golongan H-1 bloker seperti difenhidramin, loratadin, dan
sebagainya (Niebyl, 2010).
3. Fenotiazin dan Metoklopramid
Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan
antihistamin. Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis
dopamin, penggunaannya terkait dengan diskinesia (gangguan gerakan)
namun kasusnya jarang. Resiko penggunaannya tergantung lama pemberian
obat dan dosis kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu tidak
disarankan dan tidak aman untuk kehamilan (Niebyl, 2010).
4. Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan
morning sickness tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut
penelitian Einarson (Einarson, 2004), penggunaan ondansentron pada subjek
wanita hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9 minggu
kehamilan) tidak terbukti menyebabkan malformasi janin.
5. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis
gravidarum, namun penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat
beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro, 2008).
6. Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk
kehamilan (Dipiro, 2008)

Anda mungkin juga menyukai