Tahap Pengkajian
Nama perawat yang mengkaji : MF
Unit : Lukas
Kamar/ ruang : 1/ VIP
Tanggal/ waktu masuk RS : 11 Oktober 2014
Tanggal/ waktu pengkajian : 12 Oktober 2014
Cara pengkajian : Wawancara
I. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang 14 Juli 1981
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Bukit Menur 4 NO 339 Sendang Mulyo, semarang
Dx medis : Konjungtiva Anemis
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam bernafas.
Self care agency : Normal (jalan nafas tidak terganggu).
Self Care Demand : RR 16-20x/mnt.
Saat Sakit :Pasien mengatakan pernafasan lancar.
Self Care Agency : Normal (tanpa pemasangan Ventilator).
Self Care Demand :RR 16-20x/menit.
b. Cairan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum air putih sebanyak 8 gelas / hari.
Self Care Agency :Mukosa bibir lembab, kulit lembab.
Self care Demand :Minum 8 gelas/hari (800cc), minum air putih, minum
susu.
Saat Sakit : Pasien mengatakan minum air putih 3-4 gelas / hari.
Self Care Agency : Mukosa bibir kering/dehidrasi, kulit kering, finger print
warna pucat.
Self Care Demand : Minum air 3-4 gelas/hari (300cc).
c. Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan sebanyak 3x/ hari.
Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa stetoskop hasilnya 5 (normal).
Self Care Demand : makan 3x sehari dengan porsi banyak.
Saat Sakit : Pasien mengatakan makan 4-5 sendok makan / hari.
Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa hasilnya 4 (konstipasi).
Self Care Demand : makan 4-5 sendok makan/hari.
d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB 2x / hari dengan konsistensi
lembek.
Self Care Agency : Usus tidak terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB sehari 2x/hari, sudah flatus
5x/hari).
Saat Sakit : Pasien mengatakan BAB 1x / hari dengan konsistensi cair.
Self Care Agency :Usus terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB 1x/hari dengan konsistensi
keras padat, flatus 1x/hari).
e. Eliminasi Urine
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 1,5 liter / hari.
Self Care Agency :Saluran urine tidak terganggu, kandung kemih tidak keras.
Self Care Demand :Pemeriksaan urine (frekuensi eliminasi urine 2-3 kali
perhari, warna urine tidak pekat).
Saat sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 0,7 liter / hari.
Self Care Agency :Saluran urine terganggu.
Self Care Demand :Pemeriksaan urine (frekuensi eliminasi urine lebih dari 3
kali perhari, warna urine pekat ).
f. Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara
mandiri ( mandi, makan, minum).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien dapat melakukan aktivtasnya sendiri atau mandiri.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri
( mandi, makan, minum), tetapi dalam menggenakan baju diperlukan bantuan
perawat karena pasien terpasang infuse.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Melakukan aktivitas sendiri tetapi ada beberapa aktivitas
yang di bantu oleh perawat.
g. Tidur
Sebelum sakit : Kualitas, pasien mengatakan bisa tidur 8 jam dengan pulas.
Kuantitas, pasien mengatakan bisa tidur 8jam.
Self Care Agency : Normal
Self Care Demand : Tidur selama kurang lebih 8 jam,dengan kualitas tidur
nyenyak.
Saat Sakit : Kualitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam bangun 6x.
Kuantitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Kurang tidur, hanya dapat tidur selama 5-6 jam, dengan
kulitas tidur tidak nyenyak.
h. Sexualitas
Sebelum sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang
hamil ).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Sistem reproduksi masih berfungsi dengan baik, belum
menopause.
Saat sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang hamil
2 bulan ).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Sistem reproduksi tidak terganggu, belum menopause.
k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan
pemberantasan DB.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien mengerti bagaimana cara pemberantasan DB.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mendapat pendidikan kesehatan mengenai
pentingnya zat besi pada ibu hamil.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien memahami bagaimana pentingnya zat besi bagi
ibu hamil.
VIII. Terapi
Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dipakai untuk terapi morning sickness tersebut antara lain:
1. Piridoksin (Vitamin B6)
Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah
saat hamil belum dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri
bekerja mengubah protein dari makanan ke bentuk asam amino yang diserap
dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin juga mengubah karbohidrat
menjadi energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin mengatasi mual dan
muntah jika transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan piridoksin
pada wanita hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan
untuk morning sickness adalah 25mg (Pressman, 1997).
2. Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan
dengan piridoksin menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning
sickness pada wanita hamil. Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita
hamil adalah golongan H-1 bloker seperti difenhidramin, loratadin, dan
sebagainya (Niebyl, 2010).
3. Fenotiazin dan Metoklopramid
Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan
antihistamin. Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis
dopamin, penggunaannya terkait dengan diskinesia (gangguan gerakan)
namun kasusnya jarang. Resiko penggunaannya tergantung lama pemberian
obat dan dosis kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu tidak
disarankan dan tidak aman untuk kehamilan (Niebyl, 2010).
4. Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan
morning sickness tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut
penelitian Einarson (Einarson, 2004), penggunaan ondansentron pada subjek
wanita hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9 minggu
kehamilan) tidak terbukti menyebabkan malformasi janin.
5. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis
gravidarum, namun penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat
beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro, 2008).
6. Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk
kehamilan (Dipiro, 2008)