5. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat
luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan
yang terkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas.Cidera luka bakar
mempengaruhi semua system organ.Besarnya respon patofisiologis berkaitan dengan
luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60%
seluruh luas permukaan tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan
perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan
kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan akan berlangsung sampai 48- 72
jam pertama. Kondisi ditandai dengan pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke
ruang intertestitium.Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas
kapiler, dan timbul perubahan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya.
Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan
protein lewat melalui darah byang terbakar dan akan membentuk gelembung-
gelembung dan odema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya odema luka
bakar pada lingkungan kulit akan mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier
mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang sangat penting, dari
organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan
memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan akan menyebabkan infeksi
pada luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
6. Pathway
Luka bakar
Kerusakan jaringan
(Epidermis, dermis)
Kerusakan kapiler
Part de Entry
Merangsang Gangguan Mikroorganisme
Syaraf perifer integritas Kulit Permeabilitas
Meningkat
Takut Bergerak
Alarm Nyeri Cairan
Merembes ke Pergerakan
Jaringan sub kutan
terbatas
Nyeri
Vesikel Pecah
dalam keadaan luas Gangguan
Mobilitas Fisik
Dehidrasi
Hipovolemia
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap: Perhatikan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya hematokrit dan sel darah
merah menjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
b. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasiAnalisa Gas Darah ( AGD ) :
untuk kecurigaan cidera inhalasi
c. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hypokalemia terjadi bila diuresis.
d. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
e. Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
f. EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
g. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
8. Komplikasi
Luka bakar yang tidak ditangani dengan tepat dan luka bakar derajat tiga dapat
menimbulkan komplikasi seperti:
a. Gangguan irama jantung
b. Pemendekan kulit, otot dan sendi (kontraktur)
c. Scarring (jaringan parut) dan bekas luka
d. Hipotermia
e. Infeksi
9. Penatalaksanaan
a. Resusitasi jalan napas
Jika pada penilaian awal terdapat masalah pada airway, harus segera dilakukan
resusitasi jalan napas. Resusitasi jalan napas bertujuan untuk mangamankan jalan
napas dan perawatan jalan napas
b. Resusitasi mekanisme pernapasan
Penatalaksanaan lanjut untuk pernapasan terkait dengan adanya gangguan
ekspansi toraks akibat luka bakar melingkar atau adanya eskar di daerah dada
atau abdomen, dalam hal ini perlu dilakukan eskarotomi segera setelah resusitasi
jalan napas. Eskaratomi dilakukan dengan melakukan sayatan menembus eskar
hingga keluar darah (pertanda sudah mencapai sub-eskar)
c. Resusitasi cairan
Resusitasi cairan dilakukan setelah penanganan airway dan breathing
selesai.Prinsip resusitasi cairan adalah penggantian volume secara adekuat dalam
waktu singkat.Untuk mencapai resusitasi cairan yang cukup dapat digunakan
beberapa jalur intravena sekaligus.
d. Resusitasi syok
Resusitasi syok untuk luka bakar berat.Untuk mengetahui berapa cairan yang
harus digantikan, terlebih dahulu harus diporediksi volume sirkulasi. Volume
sirkulasi merupakan 10% dari total volume tubuh. Bila volume sirkulasi yang
hilang lebih dari 25% syok hypovolemia akan terjadi.
e. Pembersihan luka dan debridement
Pakaian atau kain yang menempel harus dilepaskan terlebih dahulu dengan
bantuan irigasi.Debridement dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi, dengan
membersihkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan material asing contoh aspal yang
masih menempel.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak
nafas.Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t).
sesak nafas yang timbul beberapa beberapa jam / hari setelah setelah klien
mengalami mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan penyumbatan
saluran saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertolongan pertama pertama yang dilakuakn
dilakuakn serta keluhan keluhan klien selama menjalan menjalan
perawatan ketika perawatan ketika dilakukan dilakukan pengkajian.
pengkajian. Apabila Apabila dirawat dirawat meliputi be meliputi
beberapa fase : fase emergen fase emergency (±48 jam cy (±48 jam
pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 di perubahan pola bak),
fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang).
b) Riwayat penyakit dahulu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika
klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis,
atau penyalagunaan obat dan alcohol.
3) Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan berhubungan dengan kesehatan kesehatan klien, meliputi
meliputi : jumlah anggota anggota keluarga, keluarga, kebiasaan keluarga
mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
Yang perlu dikaji:
1. Pertolongan pertama yang sudah diberikan
2. Kedalaman dan luas luka bakar
3. Lokasi atau luas luka bakar
4. Umur
5. Riwayat penyakit yang menyertai
6. Riwayat trauma inhalasi
4) Pemeriksaan fisik
1) Sistem integument
menggunakan rules of nine, apakah adanya edema perifer, tanda infeksi,
sefsis, warna luka dan suhu tubuh.
2) Sistem respirasi
Apakah ada respiratory distress, penurunan oksigenasi karena penurunan
perfusi jaringan edema laring atau spasme, dan retraksi intercostal.
3) Sistemkardiovaskular
Penurunan co2, takikardi, syok hipovolemik 48 jam pertama
4) Sistem pencernaan
Anoreksia, mual muntah
5) Sistem persarafan
Nyeri hebat, kejang dan area batas; kesemutan, kesemutan, Tanda:
perubahan perubahan orientasi; orientasi; afek, perilaku; perilaku;
penurunan penurunan refleks refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; ekstremitas; aktifitas kejang itas kejang (syok listrik); laserasi
korneal korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajam ketajaman
penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf
6) Sistem muskuluskletal
ROM terbatas, kontraktur dan deformitas.
5) Riwayat psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image
yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
perubahan.Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
sehingga mengganggu klien dalam klien dalam melakukan aktifitas.Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera kimiawi terbakar (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur (0054)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023)
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan
(D.0129)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Nyeri akut setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan diharapkan tingkat Observasi:
nyeri menurun dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi,
hasil : karakterisitik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, dan
2. Meringis menurun intensitas nyeri.
3. Kesulitan tidur menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
4. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Resiko infeksi setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
keperawatan diharapkan resiko 1. Monitor tanda dan
infeksi menurun dengan kriteria gejala infeksi
hasil : 2. Pertahankan teknik
1. Demam menurun aseptic pada pasien
2. Kemerahan menurun berisiko tinggi
3. Nyeri menurun Edukasi
4. Bengkak menurun 1. Jelaskan tanda dan
5. Kadar sel darah putih gejala infeksi
membaik 2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
operasi
e. Implementasi
Menurut Siregar (2021), implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan yang dikembangkan selama tahap perencanaan. Implementasi
mencakup penyelesaian tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya dan menilai pencapaian atau kemajuan dari kriteria hasil
pada diagnosa keperawatan.Implementasi bertujun untuk membantu pasien
mencapai kesehatan yang optimal dengan promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi pasien mengatasi fungsi tubuh
yang berubah dalam berbagai fasilitas kesehatan seperti pelayanan kesehatan di
rumah, klinik, rumah sakit, dan lainnya.Implementasi juga mencakup
pendelegasian tugas dan pendokumentasian tindakan keperawatan.
f. Evaluasi
Menurut Siregar (2021), evaluasi adalah penilaian hasil dan proses seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencenaan,
membanduingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP yang berarti:
S: keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga atau pasien setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O: keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif meliputi
masalah teratasi (perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai
dengan kriteria pencapaian yang sudah ditetapkan), masalah teratasi sebagian
(perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian
yang sudah ditetapkan), masalah belum teratasi (sama sekali tidak menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan muncul masalah
baru).
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.