Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

GADAR KRITIS DENGAN LUKA BAKAR

Disusun Oleh :

LUTHFI RYASWATI
202214079

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar (combustio) merupakan salah satu trauma yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Luka bakar dapat dialami oleh
siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, di tempat
kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak- anak kecil
dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar pun bermacam- macam
bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik
dan lain-lain (Andra, 2020)
Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi
juga sangat mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Menurut World
Health Organization (WHO), luka bakar menduduki peringkat
kesembilan dalam peringkat kematian secara keseluruhan bagi yang
berusia 5-14 tahun dengan estimasi sebanyak 41.575 kematian,
peringkat ke-15 bagi yang berusia 15-29 tahun dengan estimasi
sebanyak 49.067 kematian, dan peringkat ke-15 untuk orang yang
berusia 0-4 tahun dengan estimasi sebanyak 62.655 kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien Luka bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Luka bakar
b. Mengetahui klasifikasi Luka bakar
c. Mengetahui etiologi Luka bakar
d. Mengetahui manifestasi klinis Luka bakar
e. Mengetahui komplikasi Luka bakar
f. Mengetahui patofisiologi dan pathway Luka bakar
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang Luka bakar
h. Mengetahui dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien Luka bakar
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambahkan pengetahuan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien Luka Bakar.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan perawat, pasien, keluarga pasien
dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada pasien Luka
Bakar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik,
maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat
dan basa kuat (Safriani, 2021).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh
(flash), terkena air panas(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (Moenajat.
2020)
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan mordibitas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksannaan khusus awal (fase syok)
sampai fase lanjut (Kusumaningwulan, 2022)
B. Klasifikasi
Menurut Moenajat (2020), klasifikasi luka bakar meliputi :
1. Luka bakar derajat I atau luka bakar ringan
Luka bakar derajat I ditandai dengan luka bakar superfisial dengan
kerusakan pada lapisan epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan
pada kulit, kulit kemerahan pada bagian yang terbakar, bengkak ringan,
nyeri namun kulit tidak terkoyak karena melepuh, tidak terdapat bula,
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
2. Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat II terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian
dermis dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses
eksudasi. Umumnya memiliki gejala berupa kulit kemerahan, melepuh,
bengkak yang tak hilang selama beberapa hari, kulit terlihat lembab
atau becek, nyeri, dan bercak-bercak berwarna merah muda.
a. Derajat II dangkat (superficial )
1) Kerusakan mengenai superficial dari dermis
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh
3) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah
cedera dan luka bakar pada mulanya tampa seperti luka
bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat
II superficial setelah 12-24 jam
4) Ketika bula dihilangkan, luka tapak berwarna merah
muda dan basah
5) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi
secara spontan kurang dari 3 minggu.
b. Derajat II dala (deep)
1) Kerusakan mengena hapir seluruh bagian dermis
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh
3) Penyembuhan terjadi lebih laa tergantung biji epitel
yang tersisa
4) Dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya
taak berwarna merah muda dan putih segera setelah
terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis
5) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dala 3-9
minggu
3. Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III terjadi pada seluruh ketebalan kulit. Semua
organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk
melakukan regenerasi kulit secara spontan atau repitelisasi. Umumnya
memiliki gejala berupa daerah luka tampak berwarna putih, kulit
hancur, sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak dan biasanya
tidak melepuh.

C. Etiologi
1. Scald Burns
Luka bakar yang disebabkan karena uap panas, biasanya terjadi
karena air panas dan sering terjadi dalam masyarakat. Air pada suhu

690C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam waktu dengan


waktu hanya dalam 3 detik.

2. Flame Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh kebakaran rumah seperti
penggunaan detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan
merokok, penyalahgunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan
kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas
ruangan.
3. Flash Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas, propane, butane,
minyak destilasi, alcohol dan cairan mudah terbakar kain.
4. Contact Burns
Luka bakar yang disebabkan dari logam panas, plastik, gelas atau batu
bara panas seperti setrika, oven, dan bara kayu.
5. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, yang bersifat asam
kuat atau basa kuat.
6. Electrical Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh benda-benda yang dialiri arus listrik
(Musliha, 2020).

D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong and Whaley’s (2019), tanda dan gejala luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan,
nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tida ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit baian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan
oedema subkutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan
basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21-28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan
jaringan mati) atau hitam keabu-abuan , tapa kering, lapisan yang rusak
tida sembuh sendiri.

E. Komplikasi
Menurut Rahayuningsih (2017), secara umum luka bakar jika tidak
ditangani dengan benar, akan menimbulkan komplikasi yaitu :
1. Syok hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
2. MOF (multi organ failure)
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan
gangguan sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan
perubahan metabolism. Adanya gangguan sirkulasi dan perfusi
mengakibatkan sulitnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup
sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis.
3. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat, karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstemitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
4. Gagal ginjal akut
Haluaran urine tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi cairan
yang tidak adekuat khusunya hemoglobin atau myoglobin terdektis
dalam urin

F. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) pada tubuh terjadi karena konduksi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah,
dapat mengakibatkan gangguan hemodinaika, jantung, paru, ginjal serta
metabolic akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah
terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin
sebagai akibat dari reflex yang berlebihan serta pengembalian vena yang
menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera
setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruh pembuluh darah meningkat, sebagai
akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah
masuk ke dala jaringan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang
tidak mengalai luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam
pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume
darah. Setelah 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dala plasma dapat
hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein
plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dala jangka watu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran
plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalai penurunan, sehingga timbul
oliguria. Sekresi hormone antideuretika dan aldosterone meningkat, lebih lanjut
lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh
tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan
secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian
kekurangan albumin serta bebrapa maca protein plasma lainnya merupakan
masalah yang sering didapatkan. Setelah luka bakar besar, pengaliran plasma
dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan pembentukan kemih,
penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan
kemih dikonsentrasikan secara maksimal (Wijaya & Putri, 2021).

G. Pathway
Panas, kimia, radiasi, listrik

Luka bakar

Kerusakan jaringan
(epidermis, dermis)

Merangsang Syaraf perifer Kerusakan kapiler Takut bergerak Port de entry


Gangguan
Integritas mikroorgnisme
Kulit Alarm nyeri Permeabilitas meningkat Pergerakan Terbatas

Resiko
Gangguan Rasa Ganggunan Infeksi
Mobilitas Fisik
Aman Nyaman : Nyeri

Cairan merembes ke interstisial Cairan merembes ke sub kutan

Odema Vesikulasi

Penurunan volume darah yang bersirkulsi Vesikel pecah dalam kedaan luas

Penurunan curah jantung Luka terbuka, kulit terkelupas

Pengupan yang berlebihan Dehidrasi


Gangguan Perfusi
Jaringan
Defisit Volume
Kebutuhan O2 meningkat Cairan

Peningkatan metabolisme dan katabolisme

Gangguan Nutrisi
H. Pemeriksaan penunjang
Kurang Dari Kebutuhan
1. Sel darah merah (RBC)
Dapat terjadi penurunan sel darah merah karena kerusakan sel darah
merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunya produksi
sel darah merah karena depresi sumsum tulang.
2. Sel darah putih (WBC)
Dapat terjadi leukositosis sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
3. Gas darah arteri (AGD)
Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2
4. Serum elektrolit
Potassium pada permukaan akan meningkat karena injuri jaringan atau
kerusakan sel darah merah dan menurunya fungsi renal, hypokalemia
dapat terjadi karena diuresis dimulai, magnesium mungkin mengalai
penurunan. sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan
kehilangan air dari tubuh, sehingga dapat terjadi hipernatremia.
5. Sodium urine
Jika lebih besar dari 20 mEq//L mengindikasikan kelebihan resusitasi
cairan, sedangkan jika < 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya
resusitasi cairan.
6. Glukosa serum
Meningkat sebagi refleksi respon terhadap stress
7. Urin
Adanya albumin, Hb, dan myoglobin dala urin mengindikasikan
kerusakan jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein.
Warna urine merah kehitaan menunjukan adanya myoglobin.
8. Rotgen dada
Untuk mengetahui gabaran paru terutama pada injuri inhalasi .
9. ECG
Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar
karena elektrik (Musliha, 2020).

I. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi. Maka
segera padang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
truma inhalasi antara lain adalah terkurung dalam api, luka
bakar pada wajah, bula hidung yang terbakar dan sputum yang
hitam.
b. Breathing
Eschar yang melingkar dada dapat menghabat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escgarotomi. Periksa juga
apakah ada trauma-trauma lan yang dapat menghabat
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax dan fraktur
costae.
c. Circulation
Luka bakar yang menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi
syok hipovolemik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajamen ciran pada pasien luka bakar, dapat diberikan
dengan formula baxter.
1) Total cairan : 4 cc x BB x luas luka bakar.
2) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama,
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun
dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi,
pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gabaran yang mendalam bagimana luka bakar terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkoho, obat-
obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka bakar sampai masuk
rumah sakit
7) Beberapa keadaan lain yang memperberat luka bakar
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit
yang merubah kemapuan untuk memenuhi keseimbangan cairan
dan daya pertahanan terhadap infeksi seperti DM, gagal ginjal,
serosis hepatis, dan gangguan pernafasan.

J. Diagnosa keperawatan secara teori


1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (luka bakar) (D. 0077)
2. Kerusakan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif . (D. 0129)
3. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen (D. 0142)
4. Intoleransi aktifitas b.d imobilitas (D. 0056)

K. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
agen cedera fisik keperawatan selama … x 24 jam (I. 08238)
(luka bakar). diharapkan tingkat nyeri Observasi
(D. 0077) menurun dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi,
Tingkat Nyeri (L.08066) karakteristik,
 Skala nyeri menurun durasi, frekuensi,
 Pola nafas membaik kualitas, intesitas

 Tidak ada ekspresi nyeri

meringis dan gelisah  Identifikasi skala

 Tidak ada kesulitan tidur nyeri


 Identifikasi
responsnyeri non
verbal
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit b.d keperawatan selama … x 24 jam (I. 11353)
bahan kimia diharapkan integritas kulit dan Observasi
iritatif . (D. 0129) jaringan meningkat dengan  Identifikasi
kriteria hasil : penyebab gangguan
Integritas kulit dan jaringan integritas kulit
(L.14125) Terapeutik
 Elastisitas kulit  Ubah posisi tiap 2
meningkat jam jika tirah
 Kerusakan lapisan kulit baring
menurun  Gunakan produk
 Tidak ada perdarahan berbahan petroleum
 Tidak ada nyeri atau minyak pada
kulit kering
 Hindari produk
berbahan dasar
alcohol pada kulit
Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum
air putih cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi

3 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


peningkatan keperawatan selama … x 24 jam (I. 12406)
paparan diharapkan derajat infeksi Observasi
organisme menurun dengan kriteria hasil :  Monitor tanda dan
patogen (D. 0142) Tingkat infeksi (L. 14137) gejala infeksi loka
 Tidak ada demam dan sistemik
 Kemerahan menurun Terapeutik
 Nyeri menurun  Batasi jumlah
 Kadar sel darah putih pengunjung
menurun  Berikan perawatan
kulit pada daerah
edema
 Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
memeriksa luka
 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energy
aktifitas b.d keperawatan selama … x 24 jam (I. 05178)
imobilitas diharapkan toleransi aktivitas Observasi
(D. 0056) meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi
Toleransi aktivitas (L. 05047) gangguan tubuh
 Kemudahan dalam yang
melakukan aktifitas mengakibatkan
sehari-hari meningkat kelelahan
 Kekuatan tubuh bagian  Monitor pola dan
atas dan bawah jam tidur
meningkat  Monitor kelelahan
 Tidak ada keluhan lelah fisik dan emosional
 Tidak ada dyspnea saat Terapeutik
aktivitas  Sediakan
lingkungan nyaan
dan rendah
stimulus
 Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Andra. 2020. Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Pustaka


Kusumaningwuan, W. S. 2022. Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Luka
Bakar Pada Ibu-Ibu PKK Desa Dorogowol. Doctoral Dissertation,
Universitas dr. Sorbandi
Moenajat, Yefta. 2020. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktik. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Musliha. 2020. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahayuningsih. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Safriani Y. 2021. Penanganan Luka Bakar. Available at: www1-
media.acehprov.go.id
Tim Poka SLKI DPP PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar diagnosa keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wijaya & Putri. 2021. KMB 2 (I). Yogyakarta : Nuha medika
Wong and Whaley’s. 2019. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai