Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SCABIES PADA BAYI

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA
A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

SRI SULASIH, S. Kep


NIM : 18.31.1245

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
SCABIES PADA BAYI

GI ILMU
I NG K
T

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA
A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

SRI SULASIH, S. Kep


NIM : 18.31.1245

Tanah bumbu, Juli 2019

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Ria Anggara Hamba, S. Kep., Ns, MM) (Mariani Melda, S.Kep.,Ns )


19860101 201101 2 025

i
LAPORAN PENDAHULUAN
SCABIES PADA BAYI

1. DEFINISI
Scabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei.Pada penyakit ini terdapat keluhan gatal-gatal yang hebat karena kutu
tersebut menggali kulit dan membuat terowongan dalam kulit, khususnya
diantara jari-jari tangan, pada alat genitalia serta bokong.
Skabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. homini
dan produknya (Defka, 2010).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabies dan produknya (Mansjoer, 2008).
Seluruh siklus hidup Sarcoptes Scabies mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari yang jantan mati setelah kopulasi
yang betina menggali terowongan di stratum korneum dan bertelur. Setelah 3-5
hari menetas menjadi larva dan 2-3 hari kemudian menjadi nimfa berkaki 8
(jantan dan betina) waktu yang diperlukan sejak menetasnya telur sampai
menjadi bentuk dewasa adalah 7-8 hari, diluar tubuh penderita parasit hanya
dapat hidup selama 2-3 hari pada suhu kamar.
Perkembangan skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
keadaan sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang buruk, kepadatan
penduduk yang tinggi, sering berganti pasangan seksual, minimnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit skabies, kesalahan diagnosa dan
penatalaksanaannya (Mansjoer A, 2008).

2. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah Sarcoptes Scabies
1) Klasifikasi
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo
Akrarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies
Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.

1
2) Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan,
bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak
tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut (Republika
on-line, 26-12-2009).
3) Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati
setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali
terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk
betina yang dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina
dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan
2 pasang kaki kedua padabetina terakhir dengan rambut, sedangkan pada
yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron
kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200
mikro. Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari (Juanda, 2007). Kurang lebih 10% telur yang dapat
menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan penyakitnya.

3. MANIFESTASI KLINIS
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2) Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta
kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna
(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
5) Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit(Mawali, 2007).
6) Erupsi kulit tergantung pada derajat sensitasi, lama infestasi,hygiene
perorangan, dan pengobatan sebelumnya, erupsi kulit. Batognomatik
berupa terowongan halu dengan ukuran 0,3-0,5 milimeter, sedikit
meninggi, berkelok-kelok, putih keabuan dengan panjang 10 milimeter
sampai 3 centimeter dan bergelombang (Goldstain, 2009).

4. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan.Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit
timbul pada pergelangan tangan.Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal
yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2008).

PATHWAY

Agen transmitter
sarcoptes scabies

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Membentuk kanakuli
(terowogan) di sela jari, tangan, Gangguan
siku, pegelangan tangan body image

Sensitivitas terhadap sekret

Timbul papul, vesikel, urtika

Gangguan pola
Timbul rasa gatal tidur

Timbul keinginan untuk


menggaruk

Kerusakan
integritas kulit Ulkus, erosi, ekkovarasi

Resiko infeksi
5. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum: keadaan umum klien lemah
2) Kesadaran: composmetis
3) Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya
ada papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.
4) Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit terasa
kasar.
5) Badan: pada penderita scabies terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-
perubahan urtikaria, papula erithematosa yang awet, lesi tampak jelas.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kelainan kulit menyerupai dermatitis, dengan disertai papula, vesikula,
urtika, dan lain-lain.Garukan tangan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder.Di daerah tropis, hampir setiap kasus scabies terinfeksi
sekunder oleh streptococcus aureus atau staphylococcus pyogenes (Mawali,
2008).
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1) Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau
kelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada
ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula.
2) Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa jarang
terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita
imunosupresif,sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh
permukaan kulit.
3) Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang
efektif.
4) Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota
keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada
malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi
sehingga aktivitas kutu meningkat (Mawali, 2007).
Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah
yang berwarna kemerahan dan terasa gatal.Kerokan yang dilakukan
sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena
sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat
terowongan.Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen
selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan
perbesaran 10-40 kali. Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immesi
pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan-lahan (Mawali,
2007).

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni
shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl
Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang
mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic
pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10
jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena
kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian
sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi
kering.Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang
terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana,
2007).Selain itu, obat tradisional juga berkhasiat dalam menangani
pengobatan Skabies. Misalnya, khasiat tanaman obat permot (Passiflora
foeltida) melalui aplikasi secara topical atau dengan menggosok-gosokkan
pada kulit yang terserang skabies, mengakibatkan terjadinya pembesaran
pori-pori kulit, sehingga bahan aktif yang terkandung dalam tanaman permot
akan diabsorbsi ke dalam kulit dan beraktivitas terhadap tungau. Diduga
khasiat yang memberikan pengaruh terhadap kematian sarcoptes scabiei
adalah asam hidrosianat dan alkaloid (Ken, 2007& Wijayakusuma, 2008
8. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul:
1) Dermatitis akibat garukan
2) Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis,
dan furunkel.
3) Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbul komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
4) Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies
yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu
sering.

9. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan saat didata.
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur
akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,
terdapat ulkus dan erosi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal
hiygine yang buruk)
3) Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi
hubungan dengan masyarakat kurang baik karena klien merasa
malu akibat penyakit yang diderita.
d. Data biologis
1) Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita.
2) Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
3) Eliminasi
Pola eliminasi teratur.
4) Personal hygnies.
Personal hygnies klien buruk.
5) Pola aktifitas.
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang
tidak baik.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas/gatal.
4. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder.

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Jagalah kebersihan 1. Mengurangi
integritas kulit tindakan kulit agar tetap gatal yang
berhubungan keperawatan 3x24 bersih dan kering dirasakan
dengan adanya diharapkan 2. Monitor kulit akan 2. Mengetahui
erosi lapisan kulit adanya kemerahan kondisi kulit
terlihat normal 3. Menganjurkan dan adanya
demgan kriteria pasien untuk tanda-tanda
hasil menjaga infeksi
- Integritas kulit kebersihan dengan 3. Mengurangi
yang baik cuci tangan dan gatal dan
dapat mandi mencegah
dipertahankan 4. Observasi luka: terjadinya gatal
- Tidak ada luka lokasi, dimensi, ditempat baru
atau lesi pada kedalaman luka, 4. Mengetahui
kulit karakteristik, kondisi luka
- Perfusi warna cairan,. pasien
jaringan baik 5. Kolaborasikan 5. Mengurangi
- Mampu pemberian obat gatal dan
melindungi topikal mencegah
kulit dan 6. Bantu pasien untuk penyebaran luka
mempertahank mengoleskan obat ditempat lain
an kelembban topikal pada tubuh 6. Mencegah luka
kulit bertambah
didaerah lain
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. anjurkan pasien 1. mencegah
berhubungan asuhan untuk menjaga terjadinya
dengan keperawatan kebersihan diri infeksi
pertahanan selama 2x24 jam dengan sering cuci 2. mengetahui
primer yang bersihan tidak tangan dan mandi kondisi dan
tidak baik. terjadi resiko 2. Monitor tanda dan tanda-tanda
infeksi dengan gejala infeksi adanya infeksi
kriteria hasil: 3. Inspeksii kuliit dan 3. mengetahui
a) klien bebas membran mukosa kondisi kulit
dari tanda dan terhadap serta tanda
gejala infeksi kemerahan, panas, infeksi
b) menunjukkan drain 4. meningkatkan
kemampuan 4. tingkatkan intake daya tahan
untuk nutrisi tubuh terhadap
mencegah 5. anjurkan pasien infeksi
timbulnya untuk 5. meningkatkan
infeksi meningkatkan daya tahan
c) menunjukkan istirahat tubuh terhadap
periaku hidup 6. ajarkan pada infeksi
sehat pasien dan 6. mengantisipasi
d) mendeskripsik keluarga tanda dan terjadinya
an prose gejala infeksi infeksi
penularan
penyakit,
faktor yang
mempengaruhi
penularannya
dan
penatalaksana
annya
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. kaji secara verbal 1. mengetahui
body image asuhan dan non verbal penilaiian
berhubungan keperawatan respon pasien pasien terhadap
dengan selama 1 x 8 jam terhadap tubuhnya dirinya dan
perubahan gangguan body 2. monitor frekuensi kondisinya saat
dalam image teratasi mengkritik dirinya ini
penampilan dengan kriteria 3. jelaskan tentang 2. mengetahui
sekunder. hasil : pengobatan, seberapa berat
. a) body image perawatan, gangguan body
positif kemajuan dan image yang
b) mampu prognosis penyakit dirasakan pasien
mengdentifika 4. dorong pasien untuk 3. meningkatkan
si kekuatan mengungkapkan pengetahuan
personal perasaannya pasien tentang
c) mendiskripsik 5. fasilitasi kontak penyakit dan
an secara dengan individu lain prognosis
faktual dan kelompok penyakitnya
perubahan 4. mengetahui
fungsi tubuh perasaan pasien
d) mempertahank terhadap
an interaksi kondisinya
sosial sekarang
5. membantu
pasien untuk
mengatasi
ganguan body
image
4 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. kaji penyebab 1. mengetahui
tidur asuhan gangguan tidur penyebab dari
berhubungan keperawatan 2. determinasi efek- gangguan tidur
dengan selama 1 x 24 jam efek medikasi yang dirasakan
pruritas/gatal. gangguan pola terhadap pola tdur 2. mengetahui
tidur pasien 3. jelaskan pentingnya penyebab
teratasi dengan tidur yang adekuat gangguan tidur
kriteria hasil: 4. fasilitasi untuk dari efek obat atu
1) jumlah jam mempertahankan yang lain
tidur dalam aktivita sebelum 3. meningkatkan
batas normal tidur pengetahuan
2) pola tidur, 5. ciptakan lingkungan pasien tehadap
kualitas dalam yang nyaman kondisi yang
batas nrmal 6. kolaborasi dialami
3) perasaan fresh pemberian obat tidur 4. mengurangi
sesudah tidur aktivitas berat
4) mampumengid sebelum tidur
entifikasi hal- 5. meningkatkan
hal yang dapat kenyamanan
meningkatkan 6. mengatasi
tidur gangguan tidur
yang tidak dapat
hilang dengan
intervensi
nonfarmakologi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. 2008. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Elizabeth J, Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.
Indriani.2011.AsuhanKeperawatanpadaScabies.http://nersnovriadi.blogspot.com/201
2/07/pedikulodis-dan-skabies.html
NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definition and Classification. Oxford: Wiley-
Blackwell.
NIC. 2012. Nursing Intervention Classification. Mosby: Elsevier
NOC. 2012. Nursing Outcomes Classification. Mosby: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai