Anda di halaman 1dari 17

ASFIKSIA

NEONATORUM
• DISUSUN OLEH
• 1. Poltak sandro (20231.05.039)
• 2. Nurtarmi Astuti (20231.05.037)
• 3. Igna Lustiaprin (20231.05.027)
• 4. Wahyuningsih (20231.05.063)
ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini
biasanya disertai dengan hipoksia dan hipekapnu serta berakhir dengan
asidosis(Marwiyah, 2016).
Asfiksia merupakan kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis.Asfiksia yang terjadi pada bayi merupakan kelanjutan dari
anoksida atau hipoksia janin. Diagnosis anoksida atau hipoksia janin
dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat
janin (Maryunani, 2013).
 Penyebab kematian neonatal diindonesia adalah Bayi baru lahir rendah
(BBLR) sebanyak (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum,
infeksi lain dan ada kelainan kongenital (Marwiyah, 2016).
.
etiologi

 Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan
pernapasan teratur, bila terjadi gangguan pertukaran oksigen dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia neonatus.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau setelah kelahiran. Penyebab kegagalan
pernapasan pada bayi terdiri dari : factor ibu, factor plasenta, factor janin dan factor persalinan.
 Factor ibu meliputi hipoksia yang terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesia
dalam usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravid empat atau lebih, social ekonomi rendah,
setiap penyakit pembuluh darah ibu yang menganggu pertukaran gas janin seperti : kolesterol tinggi,
hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru/ TBC, ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.
 Factor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidk
menempel pada tempatnya.
 Factor neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan
jalan lahir, gemeli, IUGR, premature,kelainan congenital pada neonatus dan lain-lain.
 Factor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan, dan lain-lain ( Jumiarni et al., 2016 ).
Manifestasi klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda- tanda
klinis pada janin atau bayi berikut ini :
 DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala tonus otot buruk karena
kekurangan oksigen pada otak dan organ lain.
Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
 Bradikardi ( penurunan frekuensi jantung ) karena kekurangan oksigen pada otot-
otot jantung atau sel-sel otak.
 Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses persalinan.
 Takipnea (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbs cairan paru-paru atau nafas
tidak teratur atau megap-megap.
 Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah.
 Penurunan terhadap spinkters.
 Pucat (Lockhart, 2014).
Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan APGAR Score

Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai;


Frekuensi Tidak Ada Kurang dari Lebih Dari
Jantung 100x/menit 100x/menit

Usaha Tidak Ada Lamabat Menangis kuat


Bernafas tidak Teratur

Tonus otot Lumpuh Ekstrimitas Gerakan aktif


Fleksi
Sedikit

Refleks Kulit Tidak Ada/ Gerakan Menangis


biru pucat sedikit tubuh dan
Tubuh ekstrimitas
kemerahan kemerahan
Asfiksia neonatorum di klasifikasikan (Fida & Maya, 2012) :
 Asfiksia Ringan ( vigorus baby) Skor APGAR 7-10, bayi
dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

 Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia) Skor APGAR 4-6,


pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.

 Asfiksia Berat Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik


ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit,
tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih
dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada
asphyksia berat.
Pemeriksaan Diagnostik

• Menurut Nurarif & Kusuma (2015)


pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan pada pasien asfiksia berupa
pemeriksaaan
• Analisa Gas Darah (AGD)
• Elektrolit darah
• Gula darah
• Baby gram (RO dada)
• USG (kepala)
Persalinan lama, lilitan
tali pusat, presentasi
Paralisis pusat
pernapasan
,l
Faktor lain : anastesi ,
penggunaan obat
P
A
janin abnormal narkotika

ASFIKSIA
T
Janin kekurangan O2 dan
kadar CO2 meningkat
Suplai O2 ke paru Peningkatan Bilirubin
H
W
dalam darah, pengeluaran
meconium terlambat/
Napas cepat obstruksi usus, tinja
Kerusakan otak, berwarna pucat

A
perdarahan , kejang

Apneu

Y
Resiko
Ikterus Neonatorum
Hipovolemik

Pola napas tidak


efektif
ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM

1. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : - Hambatan upaya napas Pola napas tidak efektif


DO :
- RR : 64 X/MENIT
- Terpasang CPAP peep 6 Flow 8 fi)@ 40 %
- Retraksi dada berat
- pernapasan cuping hidung ada
Lanjutan analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : - Usia bayi kurang dari 7 hari Ikterus Neonatorum
DO :
- Bayi tampak kekuningan pada telapak
tangan dan kaki, dada dan sklera mata
- Kramer ikterus IV - V
- Bilirubin direk 0,5 mg/dL
- Bilirubin Indirek 18,43 mg/dL
- Bilirubin Total 18,95 mg/dL
Lanjutan analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : - Evaporasi Resiko Hipovolemik


DO :
- Suhu = 36,8 C
- BB lahir 2500 gram
- BB hari ini 2300 gram( turun 200 gram )
- Mukosa bibir kering
- Intake 20 cc/jam ASI
- Output 60 cc
Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan


dengan hambatan upaya napas
2. Ikterus Neonatus berhubungan dengan Usia
bayi kurang dari 7 hari
3. Resiko Hipovolemik berhubungan dengan
Evaporasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

Pola napa tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi, irama ,
dengan hambatan upaya napas keperwatan selama 3x 24 jan kedalaman dan upaya napas
diharapkan pola napas membaik 2. Monitor pola napas seperti
dengan kriteria hasil : bradipneu, takipneu,
- Frekuensi napas membaik hiperventilasi
- Retraksi dada tidak ada 3. Monitor adanya sumbatan jalan
- Pernapasan cuping hidung tidak napas
ada 4. Monitor saturasi oksigen
- Napas spontan 5. Pantau setting alat bantu napas
CPAP
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan pada keluarga
7. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi
Lanjutan intervensi
DIAGNOS KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
Ikterus Neonatus Setelah dilakukan tindakan 1. Monitof warna kulit dan sklera mata
berhubungan dengan usia keperwatan selama 3 x 24 jam 2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai usia gestasi
bayi kurang dari 7 hari diharapkan ikterus menurun dan berat badan
dengan kriteria hasil : 3. Montor tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali
- Warna kulit kemerahan 4. Monitor efek samping fototerapi seperti :
- Scklera mata tidak ikterus hipertermi,diare, rush pada kulit,penurunan
- Kramer ikterus I –II berat badan lebih dari 8-10%
- Bilirubin total < 10 mg/dL 5. Siapkan lampu fototerapi
6. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
7. Pakaikan eye protector
8. Ukur jarak lampu dengan badan bayi
9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan
bilirubin
10.jelaskan tentag prosedur fototerapi kepada
keluarga
11.Ganti segera popok bila basah
12.Berikan minum ASI/ sufor setiap 2-3 jam atau
Lanjutan intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

Resiko Hipovolemik berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala
dengan evaporasi keperawatan selam 3x24 jam hipovolemik
diharapkan hipovolemik membaik 2. Monitor intake dan output cairan
dengan kriteria hasil : 3. Berikan asupan cairan oral
- Turgor kulit membaik 4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan IV

Anda mungkin juga menyukai