Disusun oleh :
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan
PROGRAM D4 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA BY.NY.A DENGAN ASFIKSIA
DI RUANG NICU RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG
BAB I
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Asifiksia Neonatorium adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan asidosis (Anik & Eka, 2013:296). Bayi mungkin lahir dalam
kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian
mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi &
Sudarti, 2014:158). Asfiksia neonatrum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan
semakin meningkatkan kadar karbondioksida yang dapat menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonatorum merupakan sebuah emergensi neonatal yang dapat
mengakibatkan hipoksia (rendahnya suplai oksigen ke otak dan jaringan) dan
kemungkinan kerusakan otak atau kematian apabila tidak ditangani dengan benar.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfiksia dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah: penyakit yang
diderita ibu selama kehamilan seperti hipertensi, paru-paru, gangguan kontraksi
uterus pada ibu risiko tinggi kehamilan, keracunan obat bius, uremia, toksemia
gravidarum dan anemia berat. Selain faktor ibu, dapat juga terjadi karena faktor
plasenta seperti janin dengan solusio plasenta atau juga faktor janin itu sendiri
seperti terjadi kelainan pada tali pusat yang menumbung atau melilit pada leher
atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir. Sedangkan selama
persalinan, asfiksia dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya partus lama,
ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta,
prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya,
plasenta previa, solusia plasenta, plasenta tua (serotinus) (Sofian, 2012).
B. ETIOLOGI
1. Faktor ibu:
a. Hipoksia ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
b. Gangguan aliran darah fetus: Gangguan kontraksi uterus pada
hipertoni, hipotoni, tetani uteri, hipotensi mendadak pada ibu karena
pendarahan.
c. Primi tua, ibu dengan diabetes mellitus (DM), anemia, riwayat lahir
mati, ketuban pecah dini, infeksi.
2. Faktor plasenta: Abruptio plasenta, solutio plasenta
3. Faktor fetus: tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental,
prematuritas, persalinan ganda.
4. Faktor lama persalinan: persalinan lama, persalinan dengan ekstraksi
vakum, kelainan letak, operasi caesar.
5. Faktor neonates
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan pada bayi.
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan pendarahan intracranial
c. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatik, atresia/stenosis
saluran pernafasan, hipoplasi paru.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Asfiksia berdasarkan nilai APGAR Score yaitu :
Tabel penilaian APGAR SCORE (Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Tubuh dan
A : Appearance (color) Tubuh kemerahan,
Biru/ pucat ektremitas
Warna kulit ektremitas biru
kemerahan
A : Activity
Lumpuh Fleksi lemah Aktif
(tonus otot)
R : Respiration Tangisan
Tidak ada Lemah, merintih
(usaha nafas) kuat
Penilaian :
7-10 : normal (vigorous baby)
4-6 : asfiksia sedang (Mild- moderate asphyksia)
0-3 : asfiksia berat (Severe asphyksia)
E. PATOFISIOLOGI
Setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan
mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan
meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara memadai.
ASFIKSIA
Arteriol pulmonal
konstriksi
Defisit Nutrisi
G. KOMPLIKASI
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di
tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain:
perdarahan otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai
koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013)
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum merupakan tindakan dengan
mempertahankan jalan napas agar tetap baik sehingga proses oksigenasi cukup
agar sirkulasi darah tetap baik. Cara pelaksanaan resusistasi sesuai dengan
tingkatan asfiksi, antara lain:
1. Asfiksia Ringan (apgar skor 7-10)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian
mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan ke dalam
inkubator.
2. Asfiksia Sedang (apgar skor 4-6)
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc
disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk
mencegah tekanan intra kranial meningkat.
3. Asfiksia Berat (apgar skor 0-3)
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT.
d. Bersihkan jalan nafas melalui ETT.
e. Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sinosis berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan elektrolit darah
3. Berat badan bayi
4. Penilaiaan APGAR Score
5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama bayi :Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
b. Tanggal lahir :Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
c. Jenis kelamin :Untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan
d. Nama Orang Tua :Untuk mengetahui identitas orang tua bayi
e. Umur :Untuk mengetahui kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
f. Pendidikan :Untuk mengetahui, tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang.
g. Pekerjaan :Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi
agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti, bekerja
dipabrik rokok, percetakan.
h. Alamat :Untuk mengetahui ibu tinggal dimana menjaga kemungkinan
bila ada ibu yang namanya bersamaan. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjungan kepada perilaku.
2. Keluhan utama Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat
pemeriksaan (romauli, 2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi
jantung 100 kali/menit, tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (Ridha,
2014).
3. Antenatal care (ANC) Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak,
sejak hamil berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya.
4. Penyuluhan Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas
selama hamil dan tanda-tanda bahaya kehamilan .
5. Imunisasi tetanus tosoid (TT) Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan
berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi
terhadap penyakit tetanus.
6. Kebiasaan ibu sewaktu hamil :
a. Pola nutrisi : Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami
gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi
frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan.
b. Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan
BAB, berkaitan dengan obesitas atau tidak.
c. Pola istirahat : Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul
jika didapat data yang senjang tentang pemenuhan istirahat.
d. Personal hygiene : Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat
penting agar tidak terkena infeksi.
e. Psikologi budaya : Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan
dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam adat
masyarakat setempat.
f. Perokok dan pemakaian obat-obatan dan alkohol yang mengaibatkan
abortus dan kerusakan.
7. Pemeriksaan khusus Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit
pertama ke 5 dan 10.
8. Pemeriksaan umum Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan,
ekstremitas, tonus otot, tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
22 Pemeriksaan tanda-tanda :
a. Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.
b. Laju jantung 120-160 kali per menit.
c. Suhu normal 36,50C.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau
cairan dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka),
molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur
lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai frontal.
b. Mata : Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau
pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf
mata kepala. 3. Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan
kepala.
c. Hidung dan mulut : Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap,
dinilai saat bayi menyusui.
d. Leher : Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
e. Dada : Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan
dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
f. Abdomen : Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
g. Genetalia : Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam
skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah
vagina berlubang dan uretra berlubang.
h. Punggung : Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek
di punggung dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi,
bayi akan mengikuti gerakan dari doresan jari kita.
i. Anus : Periksa lubang anus bayi.
j. Ekstremitas : Hitung jumlah jari tangan bayi.
k. Kulit : Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.
B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas (D.0149)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien (D.0019)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
C. INTERVENSI
No. Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan I.01011
perawatan 3x24 jam Manajemen Jalan
diharapkan masalah Napas
bersihan jalan napas Observasi Observasi
membaik dengan 1. Monitor pola 1. Untuk
kriteria hasil : napas (frekuensi, mengetahui pola
a. Produksi sputum kedalaman, napas pasien yang
menurun skala 5 usaha napas) mencakup
b. Mekonium frekuensi,
menurun skala 5 kedalaman, usaha
c. Dispnea menurun napas
skala 5 2. Monitor bunyi 2. Untuk
d. Frekuensi napas napas tambahan mengetahui ada
membaik skala 5 (gurgling, tidaknya bunyi
mengi, napas tambahan
wheezing, ronkhi
kering) 3. Untuk
3. Monitor sputum mengetahui
(jumlah, warna, banyaknya
aroma) sumbatan di jalan
napas
Terapeutik
Terapeutik 1. Untuk
1. Pertahankan memudahkan
kepatenan jalan pasien bernapas
napas dengan
head tilt dan chin
lift. 2. Agar pasien
2. Posisikan semi nyaman dan
fowler atau lancar bernafas
fowler 3. Mengurangi
3. Lakukan sumbatan jalan
penghisapan napas
lender kurang
dari 15 detik 4. Membantu agar
4. Berikan oksigen bernapas dengan
lancar
Kolaborasi
Kolaborasi Untuk mengurangi
Kolaborasi sesak napas pada
pemberian pasien
bronkodilator,
ekspektoran,
mukoliik, jika perlu
Terapeutik Terapeutik
1. Batasi jumlah 1. Agar membuat
pengunjung pasien nyaman
dengan suasana
yang kondusif
2. Cuci tangan 2. Untuk mencegah
sebelum dan adanya kuman
sesudah kontak atau bakteri yang
dengan pasien memperburuk
dan lingkungan kondisi pasien
pasien
3. Pertahankan 3. Untuk
teknik aseptik mengurangi
pada pasien risiko infeksi
berisiko tinggi
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi Untuk meningkatkan
pemberian imunisasi imunitas pada pasien
D. IMPLEMENTASI
Melakukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
untuk pasien sesuai jadwal dan bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dari perwujudan rencana tindakan yang
meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan mengumpulkan data.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang
dilaksanakan dengan sengaja dan terus-menerus yang dilakukan oleh perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah
tujuan dan rencana keperawatan terapi atau tidak serta untuk melakukan
pengkajian ulang, sehingga didapat penilaian sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai : Klien mampu melakukan/menunjukan perilaku pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian : Klien mampu menunjukan perilaku tetapi hanya
sebagian dari tujuan yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai : Bila klien tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan bisa dalam bentuk catatan
perkembangan dengan menggunakan metode SOAP :
S (Subjektif) : data berdasarkan keluhan pasien/keluarga pasien.
O (Objektif) :data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung
kepada pasien.
A (Assegment) : masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja
terjadi akibat perubahan status kesehatan yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P (Planning) :perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan
keperawatan.
A. PATHWAY
Glukosa
Sumber energi otak
Proses Oksidasi
CO2 Air
Limfoid ionik
Peningkatan kebutuhan O2
Gangguan mobilitas
fisik b.d gangguan
sensori persepsi Peningkatan metabolisme otak