Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA BY.NY.A DENGAN ASFIKSIA


DI RUANG NICU RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Clinical Instructor : Andik Rokhyati, S.Kep
Clinical Teacher : Sri Mulyanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan

PROGRAM D4 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA BY.NY.A DENGAN ASFIKSIA
DI RUANG NICU RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG
BAB I
KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Asifiksia Neonatorium adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan asidosis (Anik & Eka, 2013:296). Bayi mungkin lahir dalam
kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian
mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi &
Sudarti, 2014:158). Asfiksia neonatrum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan
semakin meningkatkan kadar karbondioksida yang dapat menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonatorum merupakan sebuah emergensi neonatal yang dapat
mengakibatkan hipoksia (rendahnya suplai oksigen ke otak dan jaringan) dan
kemungkinan kerusakan otak atau kematian apabila tidak ditangani dengan benar.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfiksia dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah: penyakit yang
diderita ibu selama kehamilan seperti hipertensi, paru-paru, gangguan kontraksi
uterus pada ibu risiko tinggi kehamilan, keracunan obat bius, uremia, toksemia
gravidarum dan anemia berat. Selain faktor ibu, dapat juga terjadi karena faktor
plasenta seperti janin dengan solusio plasenta atau juga faktor janin itu sendiri
seperti terjadi kelainan pada tali pusat yang menumbung atau melilit pada leher
atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir. Sedangkan selama
persalinan, asfiksia dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya partus lama,
ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta,
prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya,
plasenta previa, solusia plasenta, plasenta tua (serotinus) (Sofian, 2012).
B. ETIOLOGI
1. Faktor ibu:
a. Hipoksia ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
b. Gangguan aliran darah fetus: Gangguan kontraksi uterus pada
hipertoni, hipotoni, tetani uteri, hipotensi mendadak pada ibu karena
pendarahan.
c. Primi tua, ibu dengan diabetes mellitus (DM), anemia, riwayat lahir
mati, ketuban pecah dini, infeksi.
2. Faktor plasenta: Abruptio plasenta, solutio plasenta
3. Faktor fetus: tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental,
prematuritas, persalinan ganda.
4. Faktor lama persalinan: persalinan lama, persalinan dengan ekstraksi
vakum, kelainan letak, operasi caesar.
5. Faktor neonates
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan pada bayi.
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan pendarahan intracranial
c. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatik, atresia/stenosis
saluran pernafasan, hipoplasi paru.

C. TANDA DAN GEJALA


Ada 2 kriteria asfiksia, yaitu asfiksia pallid dan asfiksia livida. Perbedaan
keduanya dapat dilihat yaitu :
1. Asfiksia pallida
a. Warna kulit pucat
b. Tonus otot sudah kurang
c. Reaksi rangsangan negative
d. Bunyi jantung tak teratur
e. prognosis jelek
2. Asfiksia livida
a. Warna kulit kebiru-biruan
b. Tonus otot masih baik
c. Reaksi rangsangan positif
d. Bunyi jantung masih teratur
e. Prognosi lebih baik

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Asfiksia berdasarkan nilai APGAR Score yaitu :
Tabel penilaian APGAR SCORE (Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)
Skor APGAR
Tanda
0 1 2

Tubuh dan
A : Appearance (color) Tubuh kemerahan,
Biru/ pucat ektremitas
Warna kulit ektremitas biru
kemerahan

P : Pulse (heart rate)


Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Denyut nadi

G : Grimance (reflek) Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

A : Activity
Lumpuh Fleksi lemah Aktif
(tonus otot)

R : Respiration Tangisan
Tidak ada Lemah, merintih
(usaha nafas) kuat

Penilaian :
7-10 : normal (vigorous baby)
4-6 : asfiksia sedang (Mild- moderate asphyksia)
0-3 : asfiksia berat (Severe asphyksia)
E. PATOFISIOLOGI

Setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan
mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan
meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara memadai.

Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka timbullah


rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin
akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi sekarang tidak
dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernapasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah 2013)
F. PATHWAY
Faktor ibu : pre Faktor tali pusat : Faktor bayi : bayi
eklamsia, eklamsia, lilitan tali pusat, tali premature, kelainan
perdarahan abnormal, pusat pendek, kongenital,
infeksi berat, dll. persalinan sulit.

ASFIKSIA

Arteriol pulmonal
konstriksi

Alveoli terisi cairan

Terdapat sekret pada


pernafasan bagian atas

Bersihan jalan napas


tidak efektif Bayi dilakukan
perawatan di
inkubator
Gangguan
metabolisme Dilakukan suction
secara berkala
Kesulitan mengabsorbsi
makanan
Risiko Infeksi

Defisit Nutrisi

G. KOMPLIKASI
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di
tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain:
perdarahan otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai
koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013)

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum merupakan tindakan dengan
mempertahankan jalan napas agar tetap baik sehingga proses oksigenasi cukup
agar sirkulasi darah tetap baik. Cara pelaksanaan resusistasi sesuai dengan
tingkatan asfiksi, antara lain:
1. Asfiksia Ringan (apgar skor 7-10)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian
mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan ke dalam
inkubator.
2. Asfiksia Sedang (apgar skor 4-6)
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc
disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk
mencegah tekanan intra kranial meningkat.
3. Asfiksia Berat (apgar skor 0-3)
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT.
d. Bersihkan jalan nafas melalui ETT.
e. Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sinosis berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan elektrolit darah
3. Berat badan bayi
4. Penilaiaan APGAR Score
5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama bayi :Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
b. Tanggal lahir :Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
c. Jenis kelamin :Untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan
d. Nama Orang Tua :Untuk mengetahui identitas orang tua bayi
e. Umur :Untuk mengetahui kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
f. Pendidikan :Untuk mengetahui, tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang.
g. Pekerjaan :Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi
agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti, bekerja
dipabrik rokok, percetakan.
h. Alamat :Untuk mengetahui ibu tinggal dimana menjaga kemungkinan
bila ada ibu yang namanya bersamaan. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjungan kepada perilaku.
2. Keluhan utama Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat
pemeriksaan (romauli, 2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi
jantung 100 kali/menit, tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (Ridha,
2014).
3. Antenatal care (ANC) Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak,
sejak hamil berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya.
4. Penyuluhan Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas
selama hamil dan tanda-tanda bahaya kehamilan .
5. Imunisasi tetanus tosoid (TT) Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan
berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi
terhadap penyakit tetanus.
6. Kebiasaan ibu sewaktu hamil :
a. Pola nutrisi : Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami
gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi
frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan.
b. Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan
BAB, berkaitan dengan obesitas atau tidak.
c. Pola istirahat : Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul
jika didapat data yang senjang tentang pemenuhan istirahat.
d. Personal hygiene : Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat
penting agar tidak terkena infeksi.
e. Psikologi budaya : Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan
dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam adat
masyarakat setempat.
f. Perokok dan pemakaian obat-obatan dan alkohol yang mengaibatkan
abortus dan kerusakan.
7. Pemeriksaan khusus Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit
pertama ke 5 dan 10.
8. Pemeriksaan umum Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan,
ekstremitas, tonus otot, tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
22 Pemeriksaan tanda-tanda :
a. Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.
b. Laju jantung 120-160 kali per menit.
c. Suhu normal 36,50C.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau
cairan dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka),
molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur
lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai frontal.
b. Mata : Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau
pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf
mata kepala. 3. Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan
kepala.
c. Hidung dan mulut : Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap,
dinilai saat bayi menyusui.
d. Leher : Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
e. Dada : Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan
dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
f. Abdomen : Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
g. Genetalia : Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam
skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah
vagina berlubang dan uretra berlubang.
h. Punggung : Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek
di punggung dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi,
bayi akan mengikuti gerakan dari doresan jari kita.
i. Anus : Periksa lubang anus bayi.
j. Ekstremitas : Hitung jumlah jari tangan bayi.
k. Kulit : Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.

B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas (D.0149)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien (D.0019)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)

C. INTERVENSI
No. Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan I.01011
perawatan 3x24 jam Manajemen Jalan
diharapkan masalah Napas
bersihan jalan napas Observasi Observasi
membaik dengan 1. Monitor pola 1. Untuk
kriteria hasil : napas (frekuensi, mengetahui pola
a. Produksi sputum kedalaman, napas pasien yang
menurun skala 5 usaha napas) mencakup
b. Mekonium frekuensi,
menurun skala 5 kedalaman, usaha
c. Dispnea menurun napas
skala 5 2. Monitor bunyi 2. Untuk
d. Frekuensi napas napas tambahan mengetahui ada
membaik skala 5 (gurgling, tidaknya bunyi
mengi, napas tambahan
wheezing, ronkhi
kering) 3. Untuk
3. Monitor sputum mengetahui
(jumlah, warna, banyaknya
aroma) sumbatan di jalan
napas
Terapeutik
Terapeutik 1. Untuk
1. Pertahankan memudahkan
kepatenan jalan pasien bernapas
napas dengan
head tilt dan chin
lift. 2. Agar pasien
2. Posisikan semi nyaman dan
fowler atau lancar bernafas
fowler 3. Mengurangi
3. Lakukan sumbatan jalan
penghisapan napas
lender kurang
dari 15 detik 4. Membantu agar
4. Berikan oksigen bernapas dengan
lancar
Kolaborasi
Kolaborasi Untuk mengurangi
Kolaborasi sesak napas pada
pemberian pasien
bronkodilator,
ekspektoran,
mukoliik, jika perlu

2. Setelah dilakukan I.03119


perawatan 3x24 jam Manajemen Nutrisi
diharapkan masalah Observasi Observasi
defisit nutrisi 1. Identifikasi 1. Untuk
membaik dengan status nutrisi mengetahui status
kriteria hasil : nutrisi pasien
a.Berat badan 2. Identifikasi 2. Untuk
meningkat skala 5 kebutuhan kalori mengetahui
b.Panjang badan dan jenis nutrien kebutuhan kalori
meningkat skala 5 dan jenis nutrien
c.Prematuritas pasien
3. Identifikasi
menurun skala 5 3. Untuk
perlunya
d.Pucat menurun mempermudah
penggunaan
skala 5 makanan masuk
selang OGT
tubuh
4. Monitor asupan
4. Untuk
makanan
mengetahui
makanan yang
masuk ke tubuh
5. Monitor berat
5. Untuk memantau
badan
berat badan
pasien
Terapeutik
Terapeutik
1. Lakukan oral
1. Untuk membantu
hygiene sebelum
pasien menjaga
makan
kebersihan mulut
2. Berikan
2. Untuk
makanan tingggi
mempercepat
kalori dan tinggi
regenerasi sel
protein
3. Hentikan
3. Untuk menjaga
pemberian
kenyamanan
makan melalui
selang orogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi dengan Untuk memenuhi
ahli gizi untuk kebutuhan kalori dan
menentukan jumlah jenis nutrien yang
kalori dan jenis dibutuhkan pasien
nutrien yang
dibutuhkan

3. Setelah dilakukan I.14539


perawatan 3x24 jam Pencegahan Infeksi
diharapkan risiko Observasi Observasi
infeksi membaik 1. Monitor tanda 1. Untuk
dengan kriteria hasil : dan gejala mengetahui tanda
a. Kebersihan badan infeksi lokal dan dan gejala infeksi
meningkat skala 5 sistemik lokal dan sistemik
b. Demam menurun pada pasien
skala 5 2. Monitor TTV 2. Untuk
c. Nyeri menurun mengetahui TTV
skala 5 pada pasien

Terapeutik Terapeutik
1. Batasi jumlah 1. Agar membuat
pengunjung pasien nyaman
dengan suasana
yang kondusif
2. Cuci tangan 2. Untuk mencegah
sebelum dan adanya kuman
sesudah kontak atau bakteri yang
dengan pasien memperburuk
dan lingkungan kondisi pasien
pasien
3. Pertahankan 3. Untuk
teknik aseptik mengurangi
pada pasien risiko infeksi
berisiko tinggi

Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi Untuk meningkatkan
pemberian imunisasi imunitas pada pasien

D. IMPLEMENTASI
Melakukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
untuk pasien sesuai jadwal dan bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dari perwujudan rencana tindakan yang
meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan mengumpulkan data.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang
dilaksanakan dengan sengaja dan terus-menerus yang dilakukan oleh perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah
tujuan dan rencana keperawatan terapi atau tidak serta untuk melakukan
pengkajian ulang, sehingga didapat penilaian sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai : Klien mampu melakukan/menunjukan perilaku pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian : Klien mampu menunjukan perilaku tetapi hanya
sebagian dari tujuan yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai : Bila klien tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan bisa dalam bentuk catatan
perkembangan dengan menggunakan metode SOAP :
S (Subjektif) : data berdasarkan keluhan pasien/keluarga pasien.
O (Objektif) :data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung
kepada pasien.
A (Assegment) : masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja
terjadi akibat perubahan status kesehatan yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P (Planning) :perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan
keperawatan.

A. PATHWAY
Glukosa
Sumber energi otak

Proses Oksidasi

CO2 Air

Limfoid ionik

Natrium dan elektrolit


Dalam kondisi normal konsentrasi dalam konsentrasi
kalium dalam sel neuron tinggi sehingga rendah
dapat dilalui dengan mudah oleh kalium
Semua sumber ion
Melepas muatan listrik

Sumber energi otak Meluas ke seluruh sel

Peningkatan kebutuhan O2
Gangguan mobilitas
fisik b.d gangguan
sensori persepsi Peningkatan metabolisme otak

Gangguan mobilitas Hipertermia


Kejang Demam
fisik b.d gangguan b.d proses
sensori persepsi penyakit

Hipovolemia b.d kegagalan


mekanisme regulasi
DAFTAR PUSTAKA

Marwiyah. (2016). Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan Dengan


Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara
Serang. NurseLine Journal, 2 (1).
Nurarif, Amir Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta :
Mediaction Publishing
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Interfensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Sudarti dan Fauziah. A. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Hal 4
Surasmi. (2013). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Yuliastati dan Amelia A. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Anak.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai