Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP

PERKEMBANGAN ANAK REMAJA


Dosen pengampu :
Athanasia Budi Astuti, S.Kp.,MN.

Disusun Oleh:
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


BERLANJUT NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
( Friedman)
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data umum
1. Nama KK : Bp.S Umur KK : 45 tahun

2. Alamat : Jebres Tengah RT02/RW24

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Supir

5. Pendidikan : SMP

Susunan Anggota Keluarga :

No Nama JK Hub Umur Tgl Pendidikan Pekerjaan Imunisasi


(L/P) Denga Lahir
n KK

1. Ibu.S P Istri 42 thn 13-08- SLTP Pengasuh Lengkap,


1979 anak Vaksin
dosis ke 2

2. An.S P Anak 20 thn 17-04- SMK Penjaga Lengkap,


2001 gerai jus Vaksin
buah dosis ke 2

3. An.F P Anak 17 thn 27-05- SMP Pelajar Belum


2005 Vaksin

. Genogram ( dibuat 3 generasi )

Keluarga Bp.S Keluarga Ibu.S

2
Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: hubungan dengan keluarga


: meninggal
: nikah
: tinggal serumah

6. TipeKeluarga
Keluarga Ibu.S termasuk dalam katagori Tradisional Nucklear karena
terdiri dari keluarga inti ( Ayah, Ibu dan Anak ) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan dalam suatu ikatan perkawinan, satu / keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
7. Suku Bangsa
Ibu.S mengatakan dia dan keluarganya bersuku Jawa dan
berkebangsaan Indonesia.
8. Agama
Ibu.S mengatakan dia dan seluruh anggota keluarga berkeyakinan
islam, semua tidak ada perbedaan agama dan aktif menjalankan ibadah
sholat lima waktu. Ibu.S juga mengatakan selalu berdoa untuk
kesehatan seluruh keluarganya.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Ibu.S mengatakan dalam keluarganya 3 orang bekerja, sedangkan anak
yang paling kecil masih sekolah. Bp.S bekerja sebagai supir
pengangkut barang, penghasilannya dalam sebulan tidak menentu
sekitar ±2 Juta karena tergantung ada tidaknya barang yang akan
diantar. Ibu.S bekerja sebagai pengasuh anak atau baby sister pada
suatu keluarga di Mojosongo. Pendapatan Ibu.S perbulan sekitar ±1
juta. Anak Ibu.S yang pertama baru lulus SMK dan bekerja menjadi

3
penjaga di gerai jus buah, penghasilan perbulan ±900 ribu. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk membayar listrik, air,
belanja kebutuhan pokok, keluarga Ibu.S saling membantu satu sama
lain.
10. Aktifitas rekreasi keluarga
Ibu.S mengatakan karena keluarganya bekerja dan dihari biasa jarang
berkumpul lama, jadi saat weekend rekreasi keluarganya berkumpul
saling bercerita menonton TV bersama, dan ketika ada rezeki lebih
keluarga membeli makanan kesukaan di luar dan dimakan bersama di
rumah.
II. Riwayat tahap perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Ibu.S saat ini memasuki tahap perkembangan keluarga
dengan anak remaja.

12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga
dengan anak remaja yaitu perubahan sistem peran dan peraturan
untuk pertumbuhan dan perkembangan keluarga. Tugas
perkembangan keluarga tersebut belum terpenuhi karena, Ibu.S
mengatakan anaknya An.S yang baru bekerja kurang lebih selama 1
tahun ini sering membeli barang yang kurang berguna dan sering
nongkrong bersama teman setelah gajian karena dia berfikir sudah
memiliki uang sendiri. Hal tersebut terjadi mungkin karena
perubahan peran yang sebelumnya An.S adalah pelajar dan sekarang
sudah bekerja.

13. Riwayat keluarga inti


Ibu.S dan Bp.S bertemu pertama kali pada tahun 1998, mereka saling
bertemu di bis jurusan Kleco, karena dahulu Bp.S bekerja menjadi
kuli bangunan di UMS dan Ibu.S bekerja di Garmen yang kebetulan

4
searah dengan pekerjaan Bp.S. Karena sering berpapasan di bis
akhirnya mereka saling saling jatuh cinta dan menikah pada tahun
1999 sampai sekarang. Setelah menikah selama 23 tahun
permasalahan kesehatan mulai muncul, yaitu :
Bp.S : Bp.S selama ini mengeluhkan badannya sering lemas,
pusing, sering lapar sehingga makan banyak tetapi
tubuhnya malah semakin kurus dari 74 kg menjadi 65 kg.
Bp.S juga mengatakan urinnya dikerubungi semut. Bp.S
mengatakan gula darahnya tinggi diatas 500 mg/dL saat
melakukan pengecekan GDS milik saudaranya, tetapi Bp.S
tidak melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan
dengan alasan tidak ada yang mengantar dan enggan untuk
berobat. Bp.S memiliki kebiasaan merokok sejak usia muda
sampai sekarang. Bp.A mengatakan jika tidak merokok
tubuhnya akan lemas.
Ibu.S : Ibu.S mengatakan gula darahnya juga sering tinggi
berkisar 200 mg/dL ke atas. Ibu.S mengeluhkan kakinya
sering kesemutan. Ibu.S sering melakukan cek darah
lengkap setiap bulannya di RS Triharsi.
An.S : An.S mengatakan memiliki riwayat sakit maag karena
suka makan pedas. Saat memeriksakan kadar gula darah ke
ke saudaranya sebelum puasa 260 mg/dL dan saat puasa
sekitar 400 mg/dL tetapi tidak langsung diobati dan
diperiksakan.
An.F : An.F tidak mengalami keluhan penyakit yang berat, hanya
terkadang demam dan masuk angin biasa.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Bapak dari keluarga Bp.S, memiliki riwayat penyakit Diabetes
Mllitus. Ibu dari Ibu.S juga mengidap penyakit Diabetes Melitus dan
hipertensi yang mengakibatkan sakit dan meninggal.

5
III. Lingkungan.
15. Karakteristik Rumah
Rumah ( tipe, ukuran , jumlah ruangan, denah, )
Luas tanah : 6x7 m2
Luas Rumah : 5x7 m2
Tipe Rumah : Rumah permanen dengan jumlah ruang 2 kamar
tidur, 1 ruang kosong, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi dan
wc di dalam rumah, jumlah jendela 2 dan ventilasi cukup, setiap
ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya secara optimal,
rencananya ruang kosong akan dijadikan ruang tamu. Peletakan
perabot rumah tangga tertata dengan rapi. Ada septic tank, jarak
antara wc dengan sumber air lebih 10 meter, sumber air dari sumur
bor kampung. Sampah dibuang di tempat sampah yang ada di depan
rumah dan setiap hari ada petugas yang mengambil. Pembuangan air
limbah langsung mengalir ke selokan yang tertutup. Lingkungan
rumah padat penduduk tetapi tidak kumuh.
Denah Rumah :
Pintu Masuk

U
Ruang Kosong
Kamar tidur 1 Ruang Keluarga

Kamar tidur 2
Dapur Kamar mandi

6
16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Ibu.S bertempat tinggal di kawasan padat penduduk sehinga
jarak rumah satu dengan yang lainnya saling berdekatan. Kebiasaan
setiap sore warga saling mengobrol di depan rumah. Jika ada tamu dari
luar daerah yang menginap 1x24 jam harus melapor ke ketua RT
setempat. Warga memiliki kegiatan yang rutin dilakukan yaitu kerja
bakti setiap satu bulan sekali, pemeriksaan jentik berkala serta
perkumpulan PKK.

17. Mobilitas geografi keluarga


Setelah Ibu.S menikah dengan suaminya mereka tinggal di daerah
Mojosongo, dan setelah anak pertama lahir sampai berumur 1 tahun
keluarga Ibu.S pindah ke Jebres Rt02/Rw24 sampai sekarang.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Waktu yang digunakan keluarga Ibu.S untuk berkumpul biasanya
setelah semua anggota keluarga sepulang bekerja dan disaat hari libur.
Anggota keluarga Ibu.S sering mengikuti kegiatan di masyarakat
sepert rapat RT, PKK dan karang taruna.
19. Sistem pendukung keluarga
Ibu.S mengatakan dirinya, suami dan anaknya yang pertama sama-
sama memiliki kadar gula darah yang tinggi sedangkan yang tidak
hanya anak ke dua. Dalam keluarga Ibu.S apabila tedapat
permasalahan selalu di musyawarahkan dengan Bp.S, dalam
mendukung kesehatan, keluarga memiliki fasilitas untuk menunjang
kesehatan keluarga yaitu berupa KIS.
IV. Struktur keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga Ibu.S biasa berkomunikasi dengan bahasa jawa dan
indonesia, dapat berkomunikasi dengan baik tidak ada hambatan
dalam berkomunikasi. Komunikasi pada keluarga ini saling terbuka
sama lain, anggota keluarga yang paling dominan dalam membuat

7
keputusan yaitu Ibu.S. Antar sesama anggota keluarga bebas untuk
menyatakan pendapatnya.
21. Struktur kekuatan keluarga
Komunikasi pada keluarga Ibu.S berjalan dengan lancar, jarang
terjadi perselisihan antar anggota keluarga. Ibu.S sangat
menghormati dan menghargai suaminya, begitu juga dengan anak-
anak Ibu.S yang menghormati kedua orang tuanya. Dalam keluarga
ini dukungan terhadap anggota keluarga yang lain seperti pada saat
sakit masih kurang, karena Bp.S dan anaknya An.S terkadang
enggan untuk berobat ke pelayanan kesehatan dan memilih dibelikan
obat warung.
22. Struktur peran (formal dan informal)
Bp.S :
Peran informal : Sebagai pemimpin dan pelindung dalam
keluarganya.
Peran formal : Menjadi kepala keluarga, suami dan pencari
nafkah dalam keluarga.
Ibu.S :
Peran informal : Sebagai pengatur keuangan keluarga dan
mengurus rumah.
Peran formal : Sebagai ibu, istri dan membantu suami dalam
mencari nafkah.
An.S :
Peran informal : Mengajari dan melindungi adiknya.
Peran formal : Sebagai anak pertama dan membantu keuangan
keluarga karena sudah bekerja.
An.S :
Peran informal : Sebagai anak dan adik
Peran formal : Aktif sebagai pelajar

8
23. Nilai dan norma keluarga
Ibu.S mengatakan dalam keluarganya memiliki aturan yaitu kedua
anaknya harus sudah berada dirumah maksimal jam 11 malam
karena keduanya perempuan. Dalam keluarga juga memiliki aturan
ketika anaknya keluar rumah tidak boleh memakai pakaian yang
terlalu terbuka. Ketika anggota keluarga ada yang bepergian keluar
harus izin dan memberi kabar.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi afektif
Keluarg Ibu.S saling menyayangi dan menghormati memberikan
perhatian sesama anggota keluarga. Walaupun antar anggota
keluarga sibuk dengan pekerjaanya karena Bp.S mulai menyupir
pada malam hari dan Ibu.S serta anak yang pertama bekerja dari pagi
sampai sorre jadi ketika keluarga dapat berkumpul semua, waktu
dihabiskan untuk mengobrol saling bercerita bertukar pikiran antar
anggota keluarga.
25. Fungsi sosial
Ibu.S mengatakan anggota keluarganya sering mengikuti kegiatan
yang berada di RTnya seperti perkumpulan PKK, anaknya mengikuti
karang taruna dan Bp.S selalu mengikuti kerja bakti dan rapat RT.
Keluarga Ibu.S selalu mengikuti peraturan yang berada pada RTnya.

26. Fungsi perawatan keluarga

9
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ibu.S mengatakan masih belum terlalu mengerti mengenai
penyakit Diabetes Melitus dan bagaimana penanganannya.
Anggota keluarga juga belum mengerti makanan apa saja yang
harus dikonsumsi dan dihindari ketika gula darah naik. Ibu.S
mengatakan keluarganya tidak menjaga pola makan, tidak ada
pembatasan gula, nasi maupun minuman manis.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat
1) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
Ibu.S mengatakan masalah kesehatan yang dirasakan oleh
keluarganya yaitu kadar gula darah yang tinggi.
2) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami?
Ibu.S mengatakan keluarga tidak menyerah terhadap
masalah kesehatan yang dialami, mereka akan saling
menguatkan satu sama lain.
3) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit?
Ibu.S mengatakan juga ada kekhawatiran dengan penyakit
diabetes karena dari sepengetahuan Ibu.S ada pasien DM
yang sampai di amputasi.
4) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah
kesehatan?
Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara
positif. Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat
mengenai tindakan yang dilakukan jika masalah kesehatan
muncul dalam keluarga, sehingga tidak dapat mengambil
keputusan.
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada?

10
Ibu.S mengatakan fasilitas kesehatan mudah dijangkau dari
rumah, terdapat klinik yang berjarak 1 km dan Puskesmas
Ngoresan yang berjarak 2 km dari rumah.
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan?
Anggota keluarga percaya dengan tenaga kesehatan, saat
sakit keluarga berobat ke pelayanan kesehatan. Tetapi Bp.S
sangat sulit untuk diajak berobat ke pelayanan kesehatan
dengan alasan bekerja dan tidak ada yang mengantar.
7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah?
Keluarga masih kebingungan dalam mengatasi kesehatan
karena kurangnya informasi.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


1) Keadaan penyakitnya
Pegetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga
sedikit mengerti mengenai tanda dan gejala ketika
penyakitnya sedang kambuh seperti Bp.S merasa gula
darahnya diatas 500 ketika pusing dan penglihatan mulai
kabur.
2) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
Jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu
penanganan tenaga kesehatan, maka keluarga akan
mempercayakan perawatan dan penyembuhan pada tenaga
kesehatan, biasanya langsung diperiksakan di Puskesmas
Ngoresan. Namun bila sakitnya masih tergolong ringan,
Ibu.S hanya membeli obat di warung.
3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik
dan psikologis)

11
Ketika ada anggota keluuarga yang sakit Ibu.S yang
mengurus. Saat periksa di Puskesmas menggunakan uang
dari Ibu.S sendiri.
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
Ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota
keluarga yang lain sangat perhatian untuk mengurusnya
seperti membelikan obat. Namun keluarga belum mampu
mengambil keputusan yang tepat bila ada anggota keluarga
yang sakit.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat


1) Mengetahui sumber-sumber yang dimiliki
Keluarga mengetahui sumber-sumber yang dimiliki untuk
membuat lingkungan rumah sehat.
2) Melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
Ibu.S mengatakan jika lingkungan rumah bersih pasti akan
nyaman untuk ditempati.
3) Mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
Keluarga mengatakan menjaga kebersihan air bersih sangat
penting agar tidak menyebabkan penyakit yang lain datang.
4) Mengetahui upaya pencegahan penyakit
Untuk mencegah penyakit yang ditimbulkan dari lingkungan
sekitar Ibu.S selalu menguras bak mandi agar tidak ada jentik
nyamuk.
5) Mengetahui sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi
Keluarga juga saling menjaga kebersihan sanitasi di
lingkungan rumah.
6) Kekompakan antar anggota keluarga
Ibu.S mengatakan keluarganya terkadang ada perbedaan
pendapat karena anaknya yang beranjak dewasa jadi ketika

12
anak yang pertama mengidap maag dan sudah diberi tahu
mengurangi makan pedas tetapi masih sering dilakukan.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan


kesehatan yang ada di masyarakat
1) Mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan
Iya, di puskesmas dan klinik serta Ibu.S sering kontrol ke RS
Triharsi setiap bulannya.
2) Memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan
Ibu.S memahami tetapi Bp.S masih belum memahami
manfaat dari periksa ke fasilitas kesehatan. Jadi saat gula
darah dari Bp.S naik tinggi tetapi tetap saja tidak mau dibawa
berobat. Dari awal Bp.S mengetahui memiliki diabetes belum
pernah melakukan pengobatan.
3) Mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan
Iya, karena lewat petugas kesehatan Ibu.S mendapat obat dan
informasi.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan
Tidak ada, selama berkunjung ke fasilitas kesehatan petugas
melayani dengan baik.
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
Iya, karena Puskesmas berjarak dekat dengan rumah serta
saat periksa menggunakan KIS.
27. Fungsi reproduksi
a. Berapa jumlah anak
2 anak, perempuan semua.
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
Dengan mengikuti KB

13
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
Ibu.S melakukan MOW atau steril di umur 32 tahun.
28. Fungsi ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
Dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
keluarga Ibu.S tidak kesulitan dan berkecukupan karena Bp.S
dan An.S juga bekerja.
b. Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan
Ibu.S selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan PKK seperti
senam atau ketika ada pemeriksaan gratis di puskesmas.
VI. Stres dan Koping Keluarga

29. Stresor jangka pendek dan panjang


a. Stresor jangka pendek pada keluarga Ibu.S adalah apabila ada
salah satu anggota yang sakit tidak ada yang mengurus karena
sibuk bekerja. Serta Ibu.S khawatir kepada Bp.S karena tidak mau
berobat ke pelayanan kesehatan.
b. Stresor jangka panjang adalah anak Ibu.S yang kedua An.F
sebentar lagi akan lulus dari SMA, Ibu.S mencemaskan anaknya
akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau sama seperti kakaknya
langsung bekerja.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga mengatakan cemas saat memikirkan stressor jangka panjang
tetapi Ibu.S berfikir dan bertindak tenang untuk kedepannya dijalani
seperti air mengalir.

31. Strategi koping yang digunakan


Anggota keluarga saling memberikan dukungan dan mensupport satu
sama lain saat terdapat masalah.

14
32. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah melakukan kekerasan, perlakuan kejam
terhadap anak, memberikan ancaman dalam menyelesaikan masalah.

15
VII. Pemeriksaan Fisik
No. Pem.Fisik Bp.S Ibu.S An.S An.F
1. TD 121/75 140/80 mmHg 130/80 mmHg 110/80 mmHg
mmHg
2. Nadi 86 x/mnt 88 x/mnt 89 x/mnt 87 x/mnt
3. RR 20 x/mnt 20 x/mnt 22 x/mnt 22 x/mnt
4. TB 167 cm 150 cm 159 cm 155 cm
5. BB 65 kg 80kg 60 kg 54 kg
6. GDS 437 mg/dL 259 mg/dL - -
7. Kepala Bentuk meso Bentuk meso Bentuk meso Bentuk meso
chepal, tidak chepal, tidak chepal, tidak chepal, tidak
ada luka, kulit ada luka, kulit ada luka, kulit ada luka, kulit
kepala bersih. kepala bersih kepala bersih kepala bersih
8. Rambut Warna hitam Warna coklat Rambut hitam, Rambut
bersih sedikit kehitaman, pendek, lurus, hitam,
beruban, lurus, pendek, bersih rambut bersih panjang,
persebaran lurus, rambut
merata bersih
9. Mata Saat gula darah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tinggi gangguan gangguan gangguan
penglihatan penglihatan, penglihatan, penglihatan,
kabur, tidak ada tidak ada konjungtiva konjungtiva
ikterik, ikterik, tidak tidak anemis, tidak anemis,
konjungtiva anemis sklera tidak sklera tidak
tidak anemis ikterik ikterik
10. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, Bersih,
sekret, tidak ada ada sekret, tidak ada tidak ada
polip tidak ada sekret, sekret,
polip tidak ada tidak ada

16
polip polip
11. Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
serumen, tidak ada serumen, ada serumen, ada
ada luka tidak ada luka tidak ada serumen,
luka tidak ada
luka
12. Mulu Bibir kering, Bibir lembab, Bibir lembab, Bibir lembab,
t dan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Teng stomatitis stomatitis, tidak stomatitis, stomatitis,
gorok ada nyeri telan tidak ada nyeri tidak ada
an telan nyeri telan
13. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
tiroid, tidak tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
ada nyeri telan telan telan
telan
14. Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada Simetris, dada simetris, dada simetris, dada simetris,
suara jantung S1 suara jantung S1 tidak terdapat tidak terdapat
dan S2 tunggal, dan S2 tunggal, palpitasi, suara palpitasi, suara
tidak terdapat tidak terdapat napas vesikuler napas
palpitasi, suara palpitasi, suara vesikuler
nafas vesikuler nafas vesikuler
15. Abdomen Perut datar, Datar, bising Datar, bising Datar,
bising usus usus usus bising usus
terdengar terdengar terdengar terdengar
normal, tidak normal, tidak normal, normal,
ada luka, tidak ada luka, tidak ada tidak ada
kembung tidak luka luka

17
kembung
16. Ekstremitas Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
dengan baik dengan baik, dengan baik dengan
tidak ada terkadang tidak ada baik tidak
kelainan kaki sering kelainan ada
kesemutan kelainan

VIII. Harapan Keluarga terhadap petugas kesehatan


Ibu.S berharap dengan adanya petugas kesehatan dapat membuat Bp.S
mau untuk berobat dan memeriksakan diri. Serta agar mendapat
pengetahuan mengenai penyakitnya.
IX. Tingkat Kemandirian Keluarga
Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
1. Kriteria 1: Keluarga menerima perawat
2. Kriteria 2: Keluarga menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
3. Kriteria 3: Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4. Kriteria 4: Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5. Kriteria 5: Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana
yang sesuai anjuran
6. Kriteria 6: Keluarga melakukan tingkat pencegahan secara aktif
7. Kriteria 7: Keluarga melakukan tindakan promotive secara aktif

Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria


kemandirian 1 2 3 4 5 6 7

Tingkat I
Tingkat II √ √ √ √

18
Tingkat III
Tingkat IV

X. Tingkat Kesejahteraan Keluarga


Tahapan keluarga Pra Sejahtera (KPS)
XI. Indeks Keluarga Sehat (IKS)
Keluarga Pra-sehat

B. ANALISIS DATA
Data Problem Etiologi
DS : (D.0027) Resistensi insulin
• Bp.S selama ini mengeluhkan Ketidakstabilan kadar
badannya sering lemas, pusing, glukosa darah
sering lapar sehingga makan
banyak tetapi tubuhnya malah
semakin kurus dari 74 kg menjadi
65 kg. urinnya dikerubungi semut.
Gula darahnya tinggi diatas 500
mg/dL saat melakukan
pengecekan GDS milik
saudaranya.
• Ibu.S mengatakan gula darahnya
juga sering tinggi berkisar 200
mg/dL ke atas.
• Saat memeriksakan kadar gula
darah ke ke saudaranya sebelum
puasa 260 mg/dL dan saat puasa
sekitar 400 mg/dL tetapi tidak
langsung diobati dan
diperiksakan.

19
• Bapak dari keluarga Bp.S,
memiliki riwayat penyakit
Diabetes Melitus. Ibu dari Ibu.S
juga mengidap penyakit Diabetes
Melitus.
DO :
• Saat dilakukan pengkajian diukur
kembali GDS saat tidak puasa :
GDS Bp.S : 437 mg/dL
GDS Ibu.S : 259 mg/dL

DS : Defisit pengetahuan Kurang terpapar
• Ibu.S mengatakan masih belum (D.0111) informasi
terlalu mengerti mengenai
penyakit Diabetes Melitus dan
bagaimana penanganannya.
• Anggota keluarga juga belum
mengerti makanan apa saja yang
harus dikonsumsi dan dihindari
ketika gula darah naik. Ibu.S
mengatakan keluarganya tidak
menjaga pola makan, tidak ada
pembatasan gula, nasi maupun
minuman manis.
• Bp.S mengatakan tidak
melakukan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan dengan
alasan tidak ada yang mengantar
dan enggan untuk berobat.
• Bp.S memiliki kebiasaan

20
merokok sejak usia muda sampai
sekarang. Bp.S mengatakan jika
tidak merokok tubuhnya akan
lemas.
DO :
• Keluarga tampak belum faham
mengenai penyakit DM seperti
penyebab, tanda dan gejala, serta
penanganannya.
• Keluarga belum mampu
mengambil keputusan yang tepat
bila ada anggota keluarga yang
sakit. Seperti tidak membujuk
Bp.S untuk berobat ke pelayanan
kesehatan.

C. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH

1. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Resistensi insulin

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran

1 Sifat Masalah : 1 3/3 x 3 = 3 Kadar glukosa dalam


• Wellness (3) darah keluarga Ibu.S
• Aktual (3) sangat tinggi seperti
• Resiko (2) Bp.S sudah hampir

• Potensial (1) mencapai 500 keatas,


tetapi tidak mau berobat.
Hal tersebut harus
segera mendapat

21
penangan lebih lanjut
agar tidak terjadi
komplikasi.

2 Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 Dengan memberikan


untuk dicegah : managemen dan edukasi
• Mudah (2) diit untuk menurunkan
• Sebagian (1) kadar gula kemungkinan
• Tidak dapat (0) kadar glukosa dalam
darah tidak akan
semakin naik.
3 Potensi masalah dapat 1 3/3 x 1 = 1 Dengan memberikan
dicegah : penyuluhan agar klien
• Tinggi (3) mau melaksanakan
• Cukup (2) sesuai promkes.
• Rendah (1)
4 Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 2= 2 Masalah berat harus
• Segera (2) segara ditangani agar
• Tidak perlu diatasi tidak semakin parah
segera (1) melihat hasil kadar
• Tidak dirasakan (0) glukosa yang sudah
tinggi.

TOTAL 7

2. (D.0111) Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1 2/3 x 1 = 2/3 Perilaku kurangnya
pengetahuan tentang

22
• Wellness (3) penyakit DM cenderung
• Aktual (3) beresiko menjadi
• Resiko (2) ancaman kesehatan.

• Potensial (1)
2 Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 = 2 Pemberian pendidikan /
untuk dicegah : penyuluhan kesehatan
• Mudah (2) akan dapat menyelesaikan
• Sebagian (1) masalah dengan mudah
• Tidak dapat (0)
3 Potensi masalah dapat 1 2/3 x 1 = 2/3 Dengan pemahaman yang
dicegah : cukup, serta menerapkan
• Tinggi (3) perilaku dari promkes
• Cukup (2) masalah dapat dicegah
• Rendah (1)
4 Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 1 = 1 Masalah harus segera
• Segera (2) ditangani supaya dapat
• Tidak perlu diatasi mencegah hal-hal yang
segera (1) tidak diinginkan seperti
• Tidak dirasakan (0) terjadi komplikasi.

TOTAL 4 1/3

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Resistensi insulin
2. (D.0111) Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi

23
E. INTERVENSI
Dx. Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
keperawatan selama 2x (I.03115)
kunjungan, diharapkan Observasi
kestabilan kadar glukosa darah - Identifikasi kemungkinan
meningkat dengan kriteria hasil penyebab hiperglikemia
: - Monitor kadar glukosa darah,
• Pusing cukup menurun dari jika perlu
skala 4 menjadi skala 1 - Monitor tanda dan gejala
• Lelah atau lesu cukup hiperglikemia (mis. Poliuria,
menurun dari skala 4 polidipsia, polifagia, kelemahan,
menjadi skala 1 malaise, pandangan kabur, sakit
• Keluhan lapar cukup kepala )
menurun dari skala 4 Terapeutik
menjadi skala 1 - Berikan asupan cairan oral
• Berkeringat cukup menurun - Konsultasi dengan medis jika
dari skala 4 menjadi skala 1 tanda dan gejala hiperglikemia
• Rasa haus cukup menurun tetap ada atau memburuk
dari skala 4 menjadi skala 1 Edukasi
• Kadar glukosa dalam darah - Anjurkan kepatuhan terhadap
membaik dari skala 1 diet
menjadi skala 5 - Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. Obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan profesional
kesehatan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu

24
Edukasi Diet (I.12369)
Observasi
- Identifikasi kemampuan pasien
dan keluarga menerima
informasi
- Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ini dan masa lalu
- Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
- Persiapkan materi, media dan
alat peraga
- Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
Edukasi
- Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
- Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
- Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler (30-45
derajat) 20-30 menit setelah
makan
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu

2 Setelah dilakukan tindakan Edukasi Proses Penyakit (I.12444)


keperawatan selama 2x Observasi

25
kunjungan, diharapkan tingkat - Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan membaik dengan kemampuan menerima informasi
kriteria hasil : Terapeutik
• Perilaku sesuai anjuran - Persiapkan materi dan media
cukup meningkat dari skala pendidikan kesehatan
1 menjadi skala 4 - Jadwalkan pendidikan kesehatan
• Perilaku sesuai dengan sesuai kesepakatan
pengetahuan cukup - Berikan kesempatan untuk
meningkat dari skala 1 bertanya
menjadi skala 4 Edukasi
• Persepsi yang keliru - Jelaskan penyebab dan faktor
terhadap masalah cukup risiko penyakit
menurun dari skala 4 - Jelaskan proses patofisiologis
menjadi skala 1 munculnya penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
- Jelaskan kemngkinan terjadinya
komplikasi
- Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan
- Informasikan kondisi pasien saat
ini
- Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa

26

Anda mungkin juga menyukai